Bahan ajar merupakan segala bahan yang berupa baik informasi, alat maupun teks
yang disusun secara sistematis dan ditampilkan secara menyeluruh dari kompe-
tensi yang akan dikuasi oleh peserta didik. Bahan ajar digunakan dalam proses
aktif. Kegiatan pembelajaran yang sesuai standar proses pembelajaran dapat ter-
capai apabila didukung oleh tenaga pendidik profesional yang memiliki peren-
canaan proses pembelajaran yang baik, diantaranya yaitu menguasai materi dan
serta menjadi penguat kegiatan belajar mengajar karena mengingat peserta didik
memiliki kemampuan, kecenderungan serta modal belajar yang tidak sama antar
peserta didik yang lain. Salah satu bentuk bahan ajar yaitu LKPD yang sebagai
LKPD merupakan media pembelajaran yang berupa lembaran tugas yang harus
dikerjakan peserta didik dalam kajian dan tujuan tertentu guna mendukung proses
pembelajaran. (Yildirim, Kurt & Ayas, 2011). LKPD merupakan petunjuk atau
(Masittusyifa, Ibrahim & Ducha, 2012). LKPD dapat mengaktifkan peserta didik
bahwa peri-laku individu yang belajar dengan LKPD lebih efektif daripada
mereka yang hanya belajar dengan mendengar atau melihat (Toman, 2013).
LKPD merupakan salah satu bahan yang paling penting untuk mencapai tujuan
dari suatu kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. Siddiq, Djauhar &
latihan, tugas atau soal-soal saja, tetapi tetap menyertakan uraian singkat dari
materi, petunjuk kegiatan belajar atau pengerjaan soal, serta kesimpulan dari
bukan sekedar bahan ajar biasa, dengan adanya LKPD sangat membantu proses
belajar mengajar baik guru maupun peserta didik. Guru menjadi lebih mudah
peserta didik mendapatkan manfaat yang menjadikan peserta didik lebih berpar-
tisipasi aktif dalam pembelajaran, meningkatkan minat, rasa ingin tahu dan
percaya diri.
Struktur LKPD
Langkah kerja
Menurut Taslidere (2013) LKPD tersusun atas bagian judul, konteks, diskusi dan
ada pada kehidupan sehari-hari yang disertai wacana dan jawaban ilmiah serta
bawah wacana yang memiliki fungsi untuk menuliskan ide-ide peserta didik ter-
kait wacana yang disediakan sebelum memasuki bagian diskusi. Bagian diskusi
hipotesis mereka
Lembar Kerja Peserta Didik selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai
beberapa fungsi. LKPD berfungsi sebagai panduan peserta didik di dalam mela-
kukan kegiatan belajar, seperti melakukan percobaan dan memandu peserta didik
dan lembar penemuan, di mana LKPD berisi sejumlah pertanyaan yang menuntun
minat peserta didik dalam proses pembelajaran serta meningkatkan literasi sains
yaitu tujuan pembuatan, bahan penyusun, kebutuhan peserta didik dan prinsip
a. Tujuan Pembuatan
yang berlaku serta membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembe-
b. Bahan Penyusun
rantai kognitifnya
ingin tahu
4) Bersifat kontekstual
2) Bersifat atraktif
d. Prinsip penggunaan
tetapi sebagai media bahan ajar agar peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran.
praktikum
LKPD yang disusun harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar menjadi LKPD
yang memiliki kualitas baik. Sebagai guru harus mengetahui beberapa hal yang
menjadi syarat dalam penyususnan LKPD. Darmojo & Kaligis (1993) menjelas-
a. Syarat didaktik
Syarat didaktik berarti lembar kerja peserta didik harus mengikuti asas-asas
Lembar kerja peserta didik dapat digunakan oleh peserta didik peserta
estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya ditunjukkan untuk menge-
b. Syarat konstruksi
kedewasaan anak.
3) Lembar kerja peserta didik memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai
6) Lembar kerja peserta didik menyediakan ruang yang cukup untuk mem-
pendek.
kata-kata.
9) Lembar kerja peserta didik dapat digunakan untuk anak-anak baik yang
10) Lembar kerja peserta didik memiliki tujuan belajar yang jelas serta
administrasinya.
c. Syarat teknik
1) Tulisan
Tulisan dalam lembar kerja peserta didik diharapkan memperhatikan hal-
hal berikut:
romawi.
2) Gambar
Gambar yang baik adalah yang menyampaikan pesan secara efektif pada
3) Penampilan
Penampilan dibuat menarik.
Sementara itu, untuk menyusun sebuah LKPD, maka guru perlu memahami
akan memerlukan bahan ajar LKPD sesuai kurikulum dengan mengkaji KI,
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik
3) Penyusunan materi
Materi LKPD sangat tergantung pada Kompetensi Dasar yang akan dica-
umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat
diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil
penelitian.
Sahin, 2009) :
B. Teori Belajar
tingkah laku dan kemampuan berinteraksi yang realtif permanen atau menetap
belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang melalui ber-
bagai pengalaman yang mereka alami melalui aktivitas interaksi dengan ling-
dengan demikian berhasil atau tidak seseorang dalam suatu proses pembelajaran
Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar perilaku, tetapi mem-
berikan lebih banyak penekanan pada efek efek isyarat pada perilaku dan proses
yang mendefinisikan tugas dan peranan remaja serta norma-norma yang berkaitan
dengan tingkah laku. Teori kognitif sosial berpandangan bahwa orang belajar dari
Melalui observasi tentang dunia sosial kita, melalui interpretasi kognitif, banyak
sekali informasi dan penampilan atau keahlian kompleks yang dapat dipelajari.
Menurut teori belajar sosial yang terpenting adalah kemampuan seseorang untuk
mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku
perilaku yang terpilih (Dahar, 2011). Menurut Suryobroto (1988) teori belajar
sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku
suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan merupakan akibat dari suatu
bahwa;
peserta didik membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang ada. Teori kontruktivisme ini dapat dikatakan
laman yang ada, disini maksudnya adalah tentang realita dan masalah-masalah
adalah:
kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan
dilakukan oleh guru, sehingga peserta didik lebih aktif, meningkatkan rasa ingin
tahu mereka dan berusaha untuk belajar menemukan dalam proses belajar. Saat
Socioscientific Issues (SSI) adalah representasi isu-isu atau persoalan dalam kehi-
dupan sosial yang meliputi konsep dan teknologi yang secara konseptual berkaitan
erat dengan sains (Sadler, 2004 ). SSI bertujuan untuk menstimulasi perkembang-
an intelektual, moral dan etika, serta kesadaran perihal hubungan antara sains
Nuangchalerm, 2010). SSI digunakan dalam pendidikan sains dalam rangka untuk
(Rahayu, 2015)
SSI menjadi semakin penting dalam bidang pendidikan sains karena dapat
digunakan sebagai alat untuk: (a) menjadikan pembelajaran sains lebih relevan
bagi kehidupan peserta didik; (b) wahana yang mengarahkan hasil belajar seperti
aspek penting dalam literasi sains (Zeidler, Sadler, Simmons, & Howes, 2005).
SSI memiliki beberapa karakteristik (Ratcliffe & Grace, 2003) antara lain : 1)
media; 4) berkaitan dengan infor-masi yang tidak lengkap karena kurangnya bukti
ilmiah; 5) mengarah pada dimensi lokal, nasional dan global yang berkaitan
Rahayu, & Fajaroh, 2016), yaitu: 1) menyajikan isu dari sudut pandang
dan global (local, national, and global dimension); dan 4) membuat keputusan
terkait isu sosial sains (decision making). Penggunaan langkah- langkah tersebut
literasi sains peserta didik. Peserta didik juga memiliki kesempatan untuk
berdiskusi antar peserta didik yang memiliki pendapat yang berbeda sehingga
D. Literasi Sains
Kata literacy diartikan melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf
konsep sains, proses sains, kompetensi dan membuat kesimpulan yang didasari
dengan alam dan perubahan yang dilakukan manusia (Sothayapetch, Lavonen &
Juuti, 2013). Hal serupa diungkapkan oleh Holbrook & Rannikmae (2009)
melalui peningkatan komponen belajar dalam diri agar dapat berperan dan
haman yang mengacu pada pengetahuan tentang konten sains (Norris & Phillips,
isu-isu terkait sains dan membuat perubahan dalam kehidupan sehari-hari (OECD,
memberikan solusi serta mengomunikasikan kepada orang lain baik dalam lisan
penting karena akan dihasilkan output pembelajaran yang memiliki sikap peduli
Sistem penilaian literasi sains versi terbaru diatur oleh OECD pada tahun 2013
domain utama yang terlibat dalam penilaian literasi sains, yaitu contexts
literasi sains lebih berfokus pada domain kompetensi (OECD, 2013). Bagan
Pengetahuan :
- Konten
- Prosedural
Kompetensi: - Epistemic
Konteks : 1. M enjelaskan fenomena
Diperlukan
Personal, ilmiah Dipengaruhi oleh
untuk
2. M engevaluasi dan
Lokal/
merancang penyelidikan
Nasional
ilmiah
Global 3. M enafsirkan data dan bukti
secara ilmiah
S ikap :
- M inat terhadap sains
- M enilai pendekatan
ilmiah untuk pertanyaan
- Kepedulian lingkungan
Secara rinci domain konteks, pengetahuan, kompetensi dan sikap menurut PISA
Isu-isu personal, lokal/ nasional, dan global. Bisa berupa isu-isu yang terjadi saat
ini atau isu-isu yang sudah terjadi yang membutuhkan pemahaman sains dan
teknologi. Konteks sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang
terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara
khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi
Konteks penilaian PISA 2015 mencakup berbagai bidang terapan IPA dan tekno-
logi yang diatur dalam situasi personal, lokal, nasional, dan global. Berbagai
bidang terapan IPA dan teknologi tersebut meliputi: 1) kesehatan dan penyakit, 2)
sumber daya alam, 3) kualitas lingkungan, 4) bahaya, dan 5) batasan IPA dan
teknologi (OECD, 2013). Deskripsi konteks penilaian PISA 2015 disajikan dalam
Tabel 1.
Situasi
Bidang Terapan
Personal Lokal/ Nasional Global
Pemeliharaan Pengendalian Wabah penyakit,
kesehatan, penyakit, transmisi penularan penyakit
Kesehatan dan kecelakaan, dan sosial, pilihan infeksi
Penyakit nutrisi makanan, dan
komunitas
kesehatan
28
Penilaian literasi sains PISA 2015 bukan merupakan penilaian domain konteks,
yang spesifik. Penentuan konteks penilaian literasi sains dalam penelitian ini
literasi sains dalam penelitian ini mencakup situasi personal, lokal, dengan bidang
PISA menetapkan 3 aspek dari komponen kompetensi ilmiah yang diukur dalam
penilaian literasi sains. Penjabaran lebih lanjut oleh OECD (2016) yaitu :
dan teknologi.
3) Menafsirkan data dan bukti secara ilmiah; pada kompetensi ini peserta didik
Penilaian literasi sains peserta didik dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
tes pilihan ganda. Penilaian literasi sains dengan teknik tes merupakan penilaian
ranah kognitif yang mengacu pada indikator kompetensi ilmiah PISA 2015.
1) Pengetahuan Konten
Konten yang terdapat dalam penilaian literasi sains PISA 2015 adalah konten
yang terdapat di bidang fisika, kimia, biologi, serta ilmu bumi dan antariksa yang
memiliki relevansi tertentu. Relevansi yang harus dimiliki; (1) relevan dengan
berjangka panjang, (c) sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.
32
2) Pengetahuan Prosedural
kegiatan ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel.
dapat menghasilkan suatu bukti ilmiah. Bukti ilmiah tersebut dapat digunakan
peserta didik akan tahu bahwa terdapat perbedaan dari suatu hasil pengukuran dan
3) Pengetahuan Epistemik
dan argumen yang berperan dalam IPA, pengenalan berbagai macam bentuk
penyelidikan ilmiah, dan peran tinjauan rekan sejawat dalam validasi pengetahuan
Seperangkat sikap terhadap sains yang ditunjukkan dengan minat terhadap sains,
teknologi serta persepsi serta kesadaran akan isu-isu lingkungan. Tujuan utama
minat peserta didik dalam sains dan mendukung penyelidikan ilmiah. Sikap-sikap
akan sains berperan penting dalam keputusan peserta didik untuk mengembang-
33
kan pengetahuan sains lebih lanjut, mengejar karir dalam sains, dan menggunakan
konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, pandangan
PISA akan kemampuan sains tidak hanya kecakapan dalam sains, juga bagaimana
sifat mereka akan sains. Kemampuan sains seseorang di dalamnya memuat sikap-
2013).
E. Penelitian Relevan
an dan hasil menunjukkan adanya empat pola keputusan peserta didik: keputusan
pada tingkat kontroversi yang terbatas dan keputusan yang dikeluarkan mencakup
terintegrasi.
membuat hubungan antara tujuan pendidikan sains dan kebutuhan peserta didik
diskusi, argumentasi ilmiah dan memahami sifat sains. Selanjutnya Marrero &
dapat menjadi cara untuk membantu peserta didik mencapai literasi sains.
memberikan respons yang positif dan mendalam dengan berbagai penjelasan yang
lebih luas.
Kebahuruan dari penelitian yang akan dilakukan tertera dalam tabel berikut ini :
G. Kerangka Pemikiran
kehidupan sosial yang meliputi konsep dan teknologi yang secara konseptual
berkaitan erat dengan sains. Pembelajaran berbasis SSI dilakukan dengan empat
36
alur kegiatan meliputi menyajikan isu dari sudut pandang pengetahuan sains
national, and global dimension) dan membuat keputusan terkait isu sosial sains
(decision making).
background dengan menyajikan isu sosiosains berupa artikel yang memuat isu
bahwa isu tersebut dapat dislesaikan secara ilmiah, masalah yang dibahas antara
lain yaitu isu terkait maraknya pembuangan limbah pabrik yang dialirkan ke
sungai dan limbah industri rumah tangga maupun limbah domestik sehari-hari
ekosistem dan kesehatan. Pada tahap ini juga disajikan gambar-gambar fakta
ran lingkungan yang ada dilingkungan sekitar, sehingga peserta didik akan meng-
informasi lebih dalam mengenai isu yang dibahas, untuk memperkuat pendapat
peserta didik dengan menjawab pertanyaan pada LKPD. Peserta didik diarahkan
37
melakukan penyelidikan ilmiah. Pada tahap ini juga, peserta didik diberikan
pertanyaan yang menuntut jawaban agar disertai bukti ilmiah dari berbagai
Kemudian yang terakhir, peserta didik pada tahap decision making diminta untuk
menarik kesimpulan menggunakan bukti ilmiah dan penyelesaian dari isu yang
dibahas berdasarkan apa yang telah diperoleh dari tahap-tahap sebelumnya. Peng-
ambilan keputusan dalam perkembangan literasi sains merupakan suatu hal yang
penting karena membuat peserta didik menemukan sebuah solusi terkait masalah
Berdasarkan uraian dan langkah- langkah di atas, melalui LKPD berbasis SSI
Secara skematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar 3 berikut :
Kondisi ideal :
- Pendidikan berperan menyiapkan generasi muda abad 21 untuk memecahkan masalah. Salah satu
kemampuan yang diperlukan yaitu literasi sains
- Literasi sains harus dibiasakan untuk dilatihkan pada saat proses pembelajaran.
- Pembalajaran sains perlu mengahadirkan masala nyata terkait fenomena dalam kehidupan sehari-hari
Kondisi di lapangan:
- Literasi sains belum sepenuhnya dilatihkan dalam pembelajaran kususnya pada materi
pencemaran lingkungan
- Pembelajaran IPA di SMP masih berorientasi pada pencapaian pengetahuan IPA, belum
mengupayakan peningkatan literasi sains pada peserta didik.
- Proses belajar mengajar yang masih berorientasi pada penguasaan konsep sains yang melalui
proses presentasi diskusi.
- Pembelajaran sedikit menghadirkan masalah nyata terkait sains dalam kehidupan sehaari-hari
- LKPD IPA yang digunakan hanya berisi ringkasan materi dan soal-soal latihan.
- Penggunaan LKPD berbasis SSI masih belum banyak dikembangkan
Akibatnya
Meningkatkan
Tahapan LKPD Berbasis SSI Kemampuan Literasi Sains
1. Scientifik Background 1. M enjelaskan fenomena ilmiah dalam
kehidupan sehari-hari
2. M engevaluasi dan merancang
2. Evaluation of Information penyelidikan ilmiah
M enginterpretasikan data dan bukti
3. Local, National and Global secara ilmiah
dimension 3. M enjelaskan fenomena ilmiah dalam
kehidupan sehari-hari
4. Decision Making 4. M enginterpretasikan data dan bukti
secara ilmiah
Hasilnya