Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


ARDS (ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME)

A. DEFINISI
Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang
berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru.
ARDS adalah cidera terhadap membrane pertukaran gas, baik dari sisi alveoli
( inhalasi uap atau asap beracun , aspirasi ) maupun sisi kapiler ( sepsis, embolisme
lemak ). (Cherniack, 1997)

B. ETIOLOGI
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa
trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. Peningkatan
permeabilitas memungkinkan perembesan dari cairan kaya protein ke dalam
interstisium dan ruang alveolar. ARDS merupakan manifestasi dari cidera organ
multiple, terutama jika disebabkan oleh sepsis atau trauma. (Cherniack, 1997)
Penyebab lain dari ARDS adalah :
1. Sindroma sepsis
2. Aspirasi isi lambung
3. Kelebihan dosis obat yang menimbulkan depresi kesadaran dan memerlukan
pemantauan di unit perawatan intensif
4. Hampir tenggelam
5. Kontusi paru – paru
6. Fraktur multiple yang berat
7. Tranfusi darurat multibel
8. Cidera kepala
Jika di temukan dua atau lebih factor resiko kemungkinan ARDS diperkirakan
berganda. Pasien dengan kegagalan organ multiple seringkali demam, katabolic,dan
asidemik. Demikian pula mengalami gangguan nyata mekanisme inflamasi dan
koagulasi. (Cherniack, 1997)

1
C. MANIFESTASI KLINIK
a. Peningkatan jumlah pernapasan
b. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
c. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
d. Penurunan elastisitas paru – paru
e. Penurunan volume paru – paru
f. Hipoksemia yang refrakter terhadap suplemen oksigen

D. PATOFISIOLOGI
Masalah fisiologis utama yang ditimbulkan oleh ARDS adalah hipoksemia
arteri, gangguan pengeluaran CO2 dan gangguan kardiovaskuler. Kegagalan
pernafasan diduga sebagai suatu masalah pada satu atau lebih langkah yang
diperlukan untuk mempertahankan produksi pada tingkat mitokondria. Setiap
kategori mekanistik atama hipoksemia menyebabkan pada terjadinya desaturasi
arterial ARDS : hipoventilasi, gangguan difusi oksigen alveolar, ketidaksesuaian
ventilasi perfusi (V/Q), dan shuntdarah vena desaturasi yang abnormal ke sirkuit
arteri sistemik. Kkerusakan terhadap saluran pernafasan kecil dan membrana kapiler
alveoli mengganggu secara serius keseimbangan ventilasi dengan perfusi dengan
meningkatkan jarak antara ruang udara dan darah. Banyak unit paru tertutup atau
kolaps, karena itu menimbulkan shunt yang sebenarnya. Asidosis asam laktat dan
penurunan saturasi oksigen pada campuran darah vena merupakan hal yang khas
pada kegagalan transport oksigen. Kegagalan ambilan O2 berarti ketidakmampuan
jaringan untuk mengekstraksi dan menggunakan oksigen untuk metabolisme.
Restriksi cairan, tekanan positif akhir ekspirasi, dan cidera parenkim
meningkatkan ketidaksesuian ventilasi-perfisidan pembentukan ruang mati (dead
space). Barotraumas berhubungan dengan ventilator memperbesar rongga udara
yang terventilasi dengan mengorbankan perfusi, yang membantu terjadinya
kegagalan untuk mengeliminasi CO2.
Karena mekanisme pengiriman oksigen tergantung erat pada keadekuatan
perfusi, tiap kerusakan fungsi kardiovaskuler yang ditampilkan dengan ARDS
memperbesar krisis oksigenasi jaringan.

2
E. POHON MASALAH
Timbul Serangan

Ciodera parenkim Barotrauma


Trauma paru - paru

Endotel kapiler
melebar Ketidaksesuaian
vetilasi perfisi Hipoventilasic
Edema alveolar

Eliominasi CO2
Kebocoran kapilaer

Perubahan Tekanan onkotik Infeksi iatrogenik


permiabilitas

Cairan interstisium
Cairan interstisium Kematian
Resiko tinggi
Edema paru
kekurangan volume
Cairan alveolus cairan

Atelektasis kongestif Pirau intrapulmonar Ansietas/ ketakutan

Gangguan curah jantung

3
Lanjutan

Gangguan curah jantung

Tegangan O2 arteri
Hipoksemia arteri

Hipoksemia
Hipotensi
Disritmia
Hipoventilasi,
gangguan difusi Compliance paru Syock
O2 aveolar Dispneu
Takipneu

Hipoxia cerebral
Pnumosit tipe II

Kerusakan Kegagalan transport O2


pertukaran gas
Kapasitas residu
Kolaps alveolar

Retraksi intercosta
Pelebaran nasal
Kebutuhan O2
PaCO2 meningkat

Asidosis asam laktat Saturasi O2


Disfungsi jantung

Ketidak efektifan
Hipoperfusi jalan nafas

5
Timbul serang

Trauma endotelium paru Kerusakan Jaringan Paru Trauma type II

6
dan epitelium alveolar Pneumocytes

Peningkatan permeabilitas Penurunan surfactan

Edema pulmonal Penurunan pengembangan Atelektasis


paru

Alveoli terendam Hipoksemia Abnormalitas


ventilasi-perfusi

Proses penyembuhan Fibrosis

Sembuh ? Kematian

F. PENATA LAKSANAAN MEDIS


Tujuan Terapi :
1. Support pernapasan
2. Mengobati penyebab jika mungkin

7
3. Mencegah komplikasi.

TERAPI :
1. Intubasi untuk pemasangan ETT
2. Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk
mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
3. Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan
ventilator
4. Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
 Inotropik agent (Dopamine ) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan
darah.
 Antibiotik untuk mengatasi infeksi
 Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon
inflamasi dan mempertahankan stabilitas membran paru.
a. Kirimkan jumlah oksigen yang adekuat ke jaringan vital, tetapi
tekankanlah resiko kerusakan iatrogenic pada paru-paru.
b. Pemeriksaan ulang yang sering mengenal kebutuhan akan PEEP, tingkat
kebutuhan ventilatorterakhir, FiO2 adlah penting
c. Jagalah pasien dengan observasi ketat di sepanjang waktu dan pantau
dengan cermat adanya perkembangan yang merugikan.
d. Ingatlah kegagalan oksigenasi seringkali merupakan penyakit
multisistem. Pembatasan cairan yang berat dapat menurunkan cairan
paru – paru dan meningkatkan pertukaran oksigen tetapi secara bersama
– sama mengganggu perfusi keginjal dan usus. (Cherniack, 1997)

G. TINJAUAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Keadaan-keadaan berikut biasanya terjadi saat periode latent saat fungsi paru
relatif masih terlihat normal (misalnya 12 – 24 jam setelah trauma/shock atau 5 – 10

8
hari setelah terjadinya sepsis) tapi secara berangsur-angsur memburuk sampai
tahapan kegagalan pernafasan. Gejala fisik yang ditemukan amat bervariasi,
tergantung daripada pada tahapan mana diagnosis dibuat.

AKTIVITAS & ISTIRAHAT


Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan
Insomnia
SIRKULASI
Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena
embolik (darah, udara, lemak)
Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),
hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
Heart rate : takikardi biasa terjadi
Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic)
dapat terjadi
Disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa
terjadi (stadium lanjut)

INTEGRITAS EGO
Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.

MAKANAN/CAIRAN
Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan
Hilang/melemahnya bowel sounds

NEUROSENSORI
Suby./Oby. : Gejala truma kepala
Kelambanan mental, disfungsi motorik

9
RESPIRASI
Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse
Kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”
Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
Peningkatan kerja nafas ; penggunaan otot bantu pernafasan
seperti retraksi intercostal atau substernal, nasal flaring, meskipun
kadar oksigen tinggi.
Suara nafas : biasanya normal, mungkin pula terjadi crakles,
ronchi, dan suara nafas bronkhial
Perkusi dada : Dull diatas area konsolidasi
Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan
dengan cara palpasi.
Sputum encer, berbusa
Pallor atau cyanosis
Penurunan kesadaran, confusion

RASA AMAN
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi
darah, episode anaplastik

SEKSUALITAS
Suby./Oby. : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia

KEBUTUHAN BELAJAR
Subyektif : Riwayat ingesti obat/overdosis
Discharge Plan : Ketergantungan sebagai efek dari kerusakan pulmonal,
mungkin membutuhkan asisten saat bepergian, shopping, self-care.
STUDY DIAGNOSTIK
- Chest X-Ray
- ABGs/Analisa gas darah
- Pulmonary Function Test

10
- Shunt Measurement (Qs/Qt)
- Alveolar-Arterial Gradient (A-a gradient)
- Lactic Acid Level

PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Memperbaiki/mempertahankan fungsi respirasi optimal dan oksigenasi
2. Meminimalkan/mencegah komplikasi
3. Mempertahankan nutrisi adekuat untuk penyembuhan/membantu fungsi
pernafasan
4. Memberikan support emosi kepada pasien dan keluarga
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognose, dan kebutuhan
pengobatan

TUJUAN KEPERAWATAN
1. Bernafas spontan dengan tidal volume adekuat
2. Suara nafas bersih/membaik
3. Bebas sari terjadinya komplikasi
4. Memandang secara realistis terhadap situasi
5. Proses penyakit, prognosis dan therapi dapat dimengerti

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai
dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk
dengan atau tanpa sputum, cyanosis.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan
alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan,
cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik,
ke-luaran cairan kompartemental
4. Resiko tinggi kelebihan volome cairan berhubungan dengan edema pulmonal

11
non Kardia.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan
penurunan curah jantung,edema,hipotensi.
6. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak
adekuat,pening katan sekresi,penurunan kemampuan untuk oksigenasi dengan
adekuat atau kelelahan.
7. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status
kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh
mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa
tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
8. Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan berhubungan
dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang ditandai dengan
mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.

PERENCANAAN
Dx 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan
nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai
dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan
atau tanpa sputum, cyanosis.
Tujuan :
- Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi (-)
- Pasien bebas dari dispneu
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
- Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Intervensi :
Independen
1. Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
R/ Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha
dalam bernafas
2. Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
R/ Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya

12
cairan dapat meningkatkan fremitus
3. Catat karakteristik dari suara nafas
R/ Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari
saluran nafas
4. Catat karakteristik dari batuk
R/ Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan
etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak,
tebal dan purulent
5. Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila
perlu
R/ Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
6. Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan
suction bila ada indikasi
R/ Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan
atelektasis dan infeksi paru
7. Peningkatan oral intake jika memungkinkan
R/ Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
Kolaboratif
1. Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
R/ Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen
2. Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
R/ Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
3. Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika
ada indikasi
R/ Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-
otot pernafasan
4. Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
R/ Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret
dan meningkatkan ventilasi

Dx 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,

13
penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan
alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, cyanosis,
perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
Tujuan :
- Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan nilai
ABGs normal
- Bebas dari gejala distress pernafasan
Intervensi :
Independen
1. Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas
R/ Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan
usaha nafas
2. Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti crakles,
dan wheezing
R/ Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi
karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. Wheezing terjadi karena
bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas
3. Kaji adanya cyanosis
R/ Selalu berarti bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum
cyanosis muncul. Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi
adanya hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas
adalah vasokontriksi.
4. Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan beristirahat
R/ Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium
5. Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
R/ Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen

Kolaboratif
1. Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
R/ Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan
yang sesuai

14
2. Berikan pencegahan IPPB
R/ Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi
3. Review X-ray dada
R/ Memperlihatkan kongesti paru yang progresif
4. Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator
dan ekspektorant
R/ Untuk mencegah ARDS
Dx 3 Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik,
keluaran cairan kompartemental
Tujuan :
Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan
darah, berat badan, urine output pada batas normal.
Intervensi :
Independen
1. Monitor vital signs seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan
volume)
R/ Berkurangnya volume/keluarnya cairan dapat meningkatkan heart rate,
menurunkan tekanan darah, dan volume denyut nadi menurun.
2. Amati perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan
karakter sputum
R/ Penurunan cardiac output mempengaruhi perfusi/fungsi cerebral. Deficit
cairan dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa
kering, sekret kental.
3. Hitung intake, output dan balance cairan. Amati “insesible loss”
R/ Memberikan informasi tentang status cairan. Keseimbangan cairan negatif
merupakan indikasi terjadinya deficit cairan.
4. Timbang berat badan setiap hari
R/ Perubahan yang drastis merupakan tanda penurunan total body water
Kolaboratif
1. Berikan cairan IV dengan observasi ketat
R/ Mempertahankan/memperbaiki volume sirkulasi dan tekanan osmotik.
Meskipun cairan mengalami deficit, pemberian cairan IV dapat meningkatkan

15
kongesti paru yang dapat merusak fungsi respirasi
2. Monitor/berikan penggantian elektrolit sesuai indikasi
R/ Elektrolit khususnya pottasium dan sodium dapat berkurang sebagai efek
therapi deuritik.

Dx 4. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status


kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh
mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa tidak
berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan :
- Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
- Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya
mulai berkurang
- Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung
untuk memecahkan masalah yang dialaminya.
Intervensi :
Independen:
1. Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan emosi.
R/ Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.
2. Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi.
Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
R/ Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang
digunakan.
3. Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.
R/ Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan
merasakan sendiri dari pengontrolannya.
4. Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan
R/ Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami
5. Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.
R/ Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi
dan terekspresi.
6. Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.

16
R Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan
menjadi lebih baik.
7. Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.
R/ Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat
mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman
hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu
hasil akhir dari permasalahan itu.
8. Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi
rasa cemas.
R/ Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan
terhadap kecemasannya
Kolaboratif
1. Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek
yang merugikan.
R/ Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan
meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi
pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.

Dx 5. Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan berhubungan


dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang ditandai dengan
mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.
Tujuan :
- Pasien dapat menerangkan hubungan antara proses penyakit dan terafi
- Menjelaskan secara verbal diet, pengobatan dan cara beraktivitas
- Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian
medis
- Memformulasikan rencana untuk follow –up
Intervensi :
Independen
1. Berikan pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi
dengan jelas dan dimengerti. Kaji potensial untuk kerjasama dengan cara
pengobatan di rumah. Meliputi hal yang dianjurkan.

17
R/ Penyembuhan dari gagal nafas mungkin memerlukan perhatian, konsentrasi
dan energi untuk menerima informasi baru. Ini meliputi tentang proses penyakit
yang akan menjadi berat atau yang sedang mengalami penyembuhan.
2. Sediakan informasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami pasien.
R/ ARDS adalah sebuah komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan
diagnosa primer. Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k
esehatan sistem respirasi sebelumnya.
3. Instruksikan tindakan pencegahan, jika dibutuhkan. Diskusikan cara
menghindari overexertion dan perlunya mempertahankan pola istirahat yang
periodik. Hindari lingkungan yang dingin dan orang-orang terinfeksi.
R/ Pencegahan perlu dilakukan selama tahap penyembuhan. Hindari faktor
yang disebabkan oleh lingkungan seperti merokok. Reaksi alergi atau infeksi
yang mungkin terjadi untuk mencegah komplikasi berikutnya.
4. Sediakan informasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan
misalnya: tujuan, efek samping, cara pemberian , dosis dan kapan diberikan
R/ Merupakan instruksi bagi pasien untuk keamanan pengobatan dan cara-cara
pengobatan dapat diikutinya.
5. Kaji kembali konseling tentang nutrisi ; kebutuhan makanan tinggi kalori
R/ Pasien dengan masalah respirasi yang berat biasanya kehilangan berat-
badan dan anoreksia sehingga kebutuhan nutrisi meningkat untuk
penyembuhan.
6. Bimbing dalam melakukan aktivitas.
R/ Pasien harus menghindari kelelahan dan menyelingi waktu istirahat dengan
aktivitas dengan tujuan meningkatkan stamina dan cegah hal yang
membutuhkan oksigen yang banyak
7. Demonstrasikan teknik adaptasi pernafasan dan cara untuk menghemat energi
selama aktivitas.
R/ Kondisi yang lemah mungkin membuat kesulitan untuk pasien mengatur
aktivitas yang sederhana.
8. Diskusikan follow-up care misalnya kunjungan dokter, test fungsi sistem
pernafasan dan tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi/intervensi.
R/ Alasan mengerti dan butuh untuk follow up care sebaik dengan apa yang

18
merupakan kebutuhan untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam hal medis
dan mungkin mempertinggi kerjasama dengan medis.
9. Kaji rencana untuk mengunjungi pasien seperti kunjungan perawat
R/ Mendukung selama periode penyembuhan

19
DAFTAR PUSTAKA

Cherniack. 1997. Terapi Mutakhir Penyakit Saluran Pernafasan. Dr. Lyndon Saputra
(Ed). EGC : Jakarata

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC.


Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai