Oleh :
SUPRIYANTO
F14102020
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CWB
(Crop Water Balance) DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT,
JAWA BARAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SUPRIYANTO
F14102020
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Pertanian
2
RIWAYAT HIDUP
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Sholawat dan Salam saya haturkan kepada beliau Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul “Analisis Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq.) dengan Menggunakan Program CWB (Crop Water Balance) di Perkebunan
PT. Condong Garut, Jawa Barat”.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini telah banyak
pihak yang membantu penulis sehingga dengan segala kerendahan hati penulis
ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
2. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT dan Ir. Meiske Widyarti, M. Eng
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran
kepada penulis.
3. Kedua orang tuaku tercinta (Sulewi dan Suwarti) atas segala limpahan
kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materiil.
4. Paman, Kakak dan adik-adik, teman-temanku tercinta (L.Jam, Kak
Sutaryono, Baqiyus, Mbak Suparni, Mas Yasir, Huda, Kak Hasan,) atas
yang telah memberikan semangat dan motivasi pada penulis.
5. PT. Condong Garut yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
6. Pak Jajang, Pak Ade, Pak Suryaman, Pak Rudi, Pak Sucipto Pak, Toni,
Staf PT. Condong Garut, Ibu Mila, Pak Budi, beserta Staf Balitklimat
Bogor, Pak Udin, Pak Tris dan Pak Arif yang telah banyak membantu
dalam kelancaran penelitian ini.
7. Angga dan Hendri selaku teman seperjuangan dalam melaksanakan
penelitian.
8. Rofian dan Ratih yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsinya.
9. Rekan-rekan TTA dan teman-teman TEP 40 lainnya.
4
10. Amri, Anne, dan Yakuza Crew (Momon, Topan, Dedi, Yudi, Ali) yang
tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.
11. Sahabat-sahabatku: Bagus, Giyo, Man_Ragilo, Teguh dan Azmi.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
5
Supriyanto. F14102020. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Program CWB (Crop Water Balance) Di
Perkebunan PT. Condong Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Sukandi
Sukartaatmadja, MS.
RINGKASAN
6
Analisis yang dilakukan hanya pada tahun-tahun tertentu yaitu pada tahun dengan
curah hujan sedang (1999), tahun dengan curah hujan tinggi (2005) dan tahun
dengan curah hujan rendah (2002), serta dilakukan pada afdeling yang
mempunyai tekstur tanah berbeda, yaitu afdeling Condong dengan tekstur tanah
Silt Clay Loam, afdeling Tarisi dengan tekstur tanah Silt Clay, dan afdeling
Gunung Sulah dengan tekstur tanah Silt. Masa tanam yang terbaik ditentukan
dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang bernilai 1
atau mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada
tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY
merupakan persentase kehilangan hasil dengan batas maksimum 20%.
Hasil dari simulasi program CWB tahun 1999 untuk afdeling Condong,
Tarisi, dan Gunung Sulah didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 dan 11
Juni, serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 172,000 liter
air/ha/hari; 120,000 liter air/ha/hari dan 160,000 liter/ha/hari. Sedangkan tahun
2002 untuk afdeling Condong , Tarisi didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal
21 Juni, dan untuk afdeling Gunung Sulah masa tanam terbaiknya tanggal 11 juni,
serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 152,000 liter
air/ha/hari; 160,000 liter air/ha/hari dan 176,000 liter/ha/hari. Hasil dari simulasi
program CWB tahun 2005 untuk afdeling Condong , Tarisi, dan Gunung Sulah
didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 Mei, 11 Mei, dan 1 Mei, untuk
afdeling Condong tidak diperlukan tambahan air irigasi. Sedangkan untuk
afdeling Tarisi dan Gunung Sulah masing-masing sebesar 40,000 liter air/ha/hari,
dan 84,000 liter/ha/hari. Kebutuhan air tanaman yang ditanam di tahun 2005
relatif kecil. Hal ini disebabkan karena tingginya curah hujan di tahun 2005.
Topografi di wilayah perkebunan kelapa sawit cenderung tidak teratur
sehingga sulit untuk diterapkannya sistem irigasi yang efisien yaitu irigasi tetes.
Irigasi diberikan hanya pada pembibitannya saja, sedangkan untuk tanaman yang
sudah dipindah ke lapangan kebutuhan airnya hanya mengandalkan curah hujan
daerah setempat.
Produksi tanaman kelapa sawit di perkebunan PT. Condong tiap tahun
bervariasi tergantung dari kondisi tahun tersebut. Untuk tahun 2002 produksi
tandan yang dihasilkan sangat optimal dan mencapai 97% dari perkiraan,
sedangkan untuk tahun 2005 produksi tandan kurang sesuai dengan yang
diharapkan yaitu hanya 72% dari yang diprediksikan. Jumlah curah hujan setahun
dapat berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kemarau panjang bisa
menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga pada 19-21 bulan berikutnya
(abortus bunga) dan keguguran buah pada 5-6 bulan berikutnya. Keadaan iklim
juga besar pengaruhnya terhadap kelancaran panen dan banyaknya produksi yang
diperoleh. Hal ini berkaitan dengan proses pengangkutan hasil panen ke pabrik.
Ketika hujan, proses pemanenan atau pengangkutan hasil panen otomatis akan
tertunda.
7
DAFTAR ISI
Halaman
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
9
DAFTAR TABEL
Halaman
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
12
Secara umum, ada dua sumber permintaan (peluang pasar) untuk CPO
Indonesia yaitu konsumsi domestik dan ekspor. Setelah sebelumnya
meningkat dengan laju sekitar 8% per tahun, peluang konsumsi CPO di dalam
negeri diperkirakan akan meningkat dengan laju antara 6% pada tahap awal
dan menurun menjadi sekitar 4% pada akhir dekade mendatang (Gambar 1).
Untuk periode 2000-2005, konsumsi domestik diperkirakan meningkat dengan
laju 5%-6% per tahun. Selanjutnya, untuk periode 2005-2010, laju
peningkatan konsumsi diperkirakan adalah 3%-5% per tahun. Dengan laju
pertumbuhan tersebut, maka konsumsi domestik pada tahun 2005 dan 2010
masing-masing adalah 3.92 juta ton dan 4.58 juta ton.
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan
karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan
dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut
diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol
(Sastrosayono, 2003).
13
Menurut Hermawan (1997 dalam Purba, 2007), minyak kelapa sawit
untuk produk kosmetik memberikan keuntungan karena produk kosmetik
tersebut akan bebas dari senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik yang
berbahaya bagi kulit manusia. Minyak kelapa sawit juga mengandung
komponen minor yang sangat diperlukan kulit seperti betakaroten dan alpha
tokoferol. Produk kosmetik dari bahan baku minyak kelapa sawit secara alami
cukup stabil dan tidak menimbulkan hidrogenase.
Dari beberapa faktor di atas, air juga merupakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan
air sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah air irigasi yang
diberikan, dan kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sedikit maupun
berlebihan dapat berakibat buruk bagi tanaman (Ismantika, 1998).
Menurut Sheriff (1992), tanaman sangat peka terhadap kekurangan air,
hal ini dapat mengakibatkan pengurangan dalam pembentukan dan perluasan
daun. Jika hal tersebut terjadi, maka fotosintesis tanaman akan terganggu dan
terjadinya penurunan produktivitas tanaman. Ketersediaan air juga sangat
berpengaruh kegiatan pemupukan karena air berperan sabagai zat pelarut yang
melarutkan unsur hara sehingga dapat diserap oleh tanaman. Defisit air lebih
dari 200 mm/tahun akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
terganggu yang berlangsung 2-3 tahun ke depan.
14
B. Tujuan
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
16
bahkan akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang
banyak mengandung zat hara. Akar tersier dan kuarter merupakan bagian
perakaran paling dekat dengan permukaan tanah. Kedua jenis akar tersebut
banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar
(caliptra). Bulu-bulu akar tersebut paling banyak ditemukan pada jarak 2-2.5
m dari pangkal batang dan sebagian besar berada di luar piringan. Pada bagian
tersebut tanahnya akan lebih remah dan lembab sehingga merupakan lokasi
yang paling sesuai untuk penyebaran pupuk (Fauzi et al.,2002).
17
yang sangat tajam. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit dapat mengeluarkan
20-24 lembar daun (Sastrosayono, 2003).
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah
di sekitar Lintang utara-Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m di atas
permukaan laut (dpl). Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi
karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu,
intensitas, kualitas dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama
penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7
jam/hari (fauzi et al., 2002). Curah hujan optimum yang diperlukan
18
tanaman kelapa sawit rata-rata 1800-4000 mm/tahun dengan distribusi
merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan.
Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa
sawit juga memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-28 C. kelembaban
optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6
km/jam sangat baik membantu proses penyerbukan. Tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti Podsolik, Latosol,
Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Akan tetapi, kemampuan
produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama.
Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat fisik dan sifat
kimia tanah. Sifat fisik tanah yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit
adalah tanahnya gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang
dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas.
Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 persen, debu 10-40
persen, liat 20-50 persen. Sedangkan sifat kimia tanah yang diperlukan
diantaranya adalah pH optimum tanah antara 5.0-5.5 (fauzi et al.,2002).
Berikut gambar areal perkebunan kelapa sawit yang tumbuh di daerah
perkebunan PT. Condong Garut.
19
2. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
a. Penyediaan benih
20
merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam
peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang
pengecambahan yang suhunya 39 0C.
5. Benih diperiksa setiap 3 hari sekali (2 kali per minggu) dengan
membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air (gunakan
hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang
diperlukan yaitu antara 21 – 22 % untuk benih Dura dan 28 – 30 %
untuk Tenera. Contoh benih dapat diambil untuk diperiksa
kelembabannya.
6. Bila telah ada benih yang berkecambah, segera semaikan pada
pesemaian perkecambahan.
7. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang
pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan
air harus diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari
benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari
kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap
dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun
nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di
atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit.
c. Pembibitan
21
gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman (misalnya tersedia
springkle irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit
drainase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan.
Berikut merupakan gambar areal pembibitan kelapa sawit.
22
Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan
menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock
Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
Buatlah keratin vertikal pada sisi polybag dan lepaskan polybag
dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan
memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan
padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan
tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai
ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang
air.
Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.
Bibit dari polybag biasanya langsung ditanam di samping pohon kelapa
sawit yang sudah tidak produktif lagi, seperti pada gambar berikut :
23
Gambar 4. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan di afdeling Cibogo.
24
juga disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian untuk TBM (Tanaman
Belum Menghasilkan). Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang
berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah
sebagai berikut :
Urea : 0,40 – 0,60 kg
TSP : 0,25 – 0,30 kg
KCl : 0,20 – 0,50 kg
Kiserit : 0,10 – 0,20 kg
Borax : 0,02 – 0,05 kg
Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim
hujan (September – Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan pada
akhir musim hujan (Maret – April) untuk pemupukan yang kedua.
Pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang
bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan
panenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur / tingkat
pertumbuhan tanaman.
25
sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu dalam
pelaksanaan panenan. (http://elearning.unej.ac.ad)
Program ini dibuat oleh CIRAD, Perancis pada tahun 2001. Program
ini digunakan untuk mendukung penyusunan data kebutuhan air tanaman.
Oleh karena itu, program ini dapat pula dicoba dipergunakan untuk penelitian
kebutuhan air tanaman sawit yang akan dilakukan di perkebunan Condong
Garut. Kekeringan pada lahan tadah hujan akan memberikan dampak pada
penurunan produksi dan bahkan kegagalan panen.
1. Program CWB
26
b) Menghitung persentase kehilangan hasil tanaman pangan setiap
skenario tanggal tanam
c) Menentukan saat tanam berdasarkan indeks kecukupan air dan
persentase kehilangan hasil.
2. Program WARM
27
(volume dan interval irigasi) ditentukan dengan menggunakan batasan
seperti : irigasi diberikan pada saat tidak terjadi hujan, irigasi diberikan
pada saat transpirasi aktual tanaman lebih rendah dari transpirasi
potensialnya sehingga mengakibatkan potensi kehilangan hasil melebihi
batas toleransi (5%-20%).
28
Tidak mentolerir data iklim kosong
Program ini merupakan penyempurnaan dari program neraca air
yang sudah ada dengan penambahan beberapa model, yaitu penentuan
waktu tanam dan pemberian irigasi optimal. Perangkat lunak ini
diharapkan lebih mudah digunakan dan luaran yang dihasilkan lebih
bermanfaat untuk perencanaan pertanian.
1. Neraca Air
29
dan Takeda (1983), neraca air merupakan penjelasan hubungan aliran
masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow) dari proses sirkulasi untuk suatu
periode tertentu di suatu daerah.
Neraca air tanaman dapat dituliskan sebagai berikut:
P I D Ro E T S
Keterangan:
I : Irigasi T : Transpirasi
Ro : Runoff
30
c) Evapotranspirasi Maksimum (ETmax)
31
dapat digunakan sebagai evaluasi apakah sistem suatu tanaman yang ada
sudah efisien dalam memanfaatkan air.
32
Ym : Produksi tanaman maksimum yang diharapkan
Etc i : Evapotranspirasi tanaman actual (mm/hari)
Etc : Evapotranspirasi potensial (pada kondisi standar dimana tidak ada
stres air) (mm/hari)
Ky : Faktor respon produksi (-)
33
III. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis data yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini , antara lain :
i. Data iklim harian, yang meliputi : curah hujan, suhu udara maksimum, suhu
udara minimum, suhu udara rata-rata, kecepatan angin rata-rata, dan
evapotranspirasi potensial (perhitungan FAO Penman-Monteith).
ii. Data agronomi (primer dan sekunder) antara lain : umur tanaman initial, fase
vegetatif, waktu pembungaan, waktu pengisian buah, waktu pemasakan biji,
waktu panen, ketinggian maksimum tanaman, kedalaman akar tanaman
maksimum, koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air (diasumsikan
50%) dan koefisien tanaman pada tiap fase.
iii. Data primer tanah, antara lain : kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu
permanen, total air tersedia (TAW), total evaporasi (TEW), dan readly
evaporative water (REW).
iv. Data penunjang, meliputi : Peta Perkebunan PT. Condong, Peta Tanah
Perkebunan PT. Condong, Garut Jawa Barat.
34
D. Metode Pengumpulan Data
35
volume air yang ditranspirasikan melalui tanaman, dan volume air yang
dapat diambil dari tanaman. Data-data tanaman yang dikumpulkan dalam
database tanaman disajikan dalam Tabel 1.
2. Database Tanah
36
Tabel 2. Parameter database fisik tanah.
No. Simbol Keterangan Satuan
1 Jenis Jenis tanah -
2 Soil Kedalaman maksimum tanah / solum m
max
3 FC Kandungan air tanah pada kapasitas lapang m3/m3
4 WP Kandungan air tanah pada titik layu permanen m3/m3
5 Zevap Kedalaman maksimum air yang tanah yang m
bisa terevaporasi
6 Rewper Kedalaman air tanah yang bisa m3/m3
ditranspirasikan tanaman
Sumber : Buletin Agroklimat, 2001.
37
Mulai
Database
Iklim, Sistem pertanaman
Jenis tanaman, Kondisi tanah
Perhitungan Neraca
air tanaman
Analisis
Perencanaan waktu tanam Penentuan volume dan stasiun iklim
interval irigasi
No Yes
Mulai Mulai
Selesai
AnalisisJenis
Pilihan frequensi Pilih Jenis
Pilihan Jenis
tanaman,
tanaman
CH, ETP, tanaman tanaman
CH, ETP, Irigasi
38
Alur pikir dalam melakukan analisis dengan menggunakan program CWB-
ETo adalah seperti pada Gambar 6. Sedangkan tahapan kerja penggunaan program
CWB adalah sebagai berikut :
a) penentuan pola tanam untuk tanaman kelapa sawit dan tanah
berdasarkan penyebaran pola wilayah hujan di Pameungpeuk, Garut.
b) Analisis nisbah ETa/Etmax
c) Analisis indeks kecukupan air berdasarkan nisbah ETa/Etmax
d) Analisis kehilangan hasil relatif tanaman (Relatif Loss Yield/RLY)
SWC/MAW
SWC
Ks Ks = 1
(1 p) * MAW
ETR
perfase.fe nologi
ETM
39
Keterangan :
TAW = Kandungan air tanah (Kapasitas Lapang – Titik Layu Permanen)
SWC = Kandungan air tanah, bisa mengalami penambahan jika ada hujan
ataupun irigasi
ETo = Evapotranspirasi potensial
ETR = Evapotranspirasi aktual
Kc = Koefisien tanaman
MAW= Jumlah air maksimum yang dapat dimanfaatkan tanaman
Ks = Koefisien stress tanaman terhadap air (faktor reduksi transpirasi)
yang besarnya antara 0-1 dan tergantung pada ketersediaan air
P = Batas toleransi kandungan air tanah, pada saat tanaman mulai
mengalami reduksi transpirasi.
A = Satu siklus tanaman
B = Fase fenologi
40
IV. KEADAAN UMUM PERKEBUNAN CONDONG
41
September 1963 : perkebunan ini dibawah pengawasan pemerintah karena
Republik Indonesia bertentangan dengan pemerintah Inggris akibat
beerdirinya Negara kerajaan Malaysia yang dianggap Negara buatan
inggris.
April 1964 : akibat konfrontasi dengan Malaysia, semua perusahaan
Inggris dinasionalisasikan, perkebunan Condong masuk P.P Dwikora V.
Mei 1968 : sebagai tindak lanjut pemulihan dengan inggris maka semua
perusahaan inggris dikembalikan lagi. Perkebunan Condong dikembalikan
lagi ke pemiliknya yang baru (NV TELOREJO UNITED PLANTATIONS
LTD) dikuasakan kepada perusahaan swasta nasional yaitu PT. Air Murni.
Juli 1969 : terjadi persengketaan antara NV Telogorejo sebagai pemilik
dengan PT Air Murni sebagai pemegang kuasa, saling memperebutkan
Perkebunan Condong.
April 1970 : untuk melerai persengketaan keduanya, maka oleh
pemerintah diambil alih perkebunan ini. Kemudian menunjuk PT
Perkebunan XII untuk menguasai dan mengusahakan Perkebunan
Condong.
Maret 1972 : perkebunan diserahkan kembali kepada pemiliknya yang
dalam hal ini pemilik yang baru yaitu PT Condong Garut. Persengketaan
antara PT Air Murni dengan pemilik (PT Condong Garut) diselesaikan
melalui pengadilan. PT Condong Garut dibawah Pimpinan Halim Sutanto.
Mei 1975 : PT Condong Garut mengalami perubahan kepemilikannya
yaitu dibawah PT REJOSARI BUMI dan YANITA INDONESIA.
September 1991 : PT Condong Garut mengalami perubahan kepemilikan
lagi yaitu dibawah PT PANCA PERMATA HARAPAN.
Tahun 1972 merupakan hari jadi PT Condong Garut, hingga saat ini tahun
2007 menjadi perkebunan milik swasta.
42
C. Administrasi Wilayah
2. Kondisi Tanah
Tanah di daerah perkebunan Condong Garut terbentuk dari bahan
induk Volkan intermedier dengan bentuk wilayah termasuk berombak
sampai bergelombang, tekstur tanah halus dan drainase sedang, tingkat
curah hujan rata-rata setiap tahunnya sekitar 2000 mm/tahun.
Tanah terdiri dari 3 fase yaitu cair, gas dan padat. Fase cair adalah
air tanah yang mengisi sebagian atau seluruh dari ruangan kosong diantara
partikel padat. Salah satu peran tanah dalam lingkungan adalah sebagai
tempat penyimpanan air yang berhubungan dengan kation, anion,
pelapukan bahan organik dan jasad mikro. Air tanah dijumpai dalam pori-
pori mikro atau sebagai selaput di sekeliling partikel-partikel tanah. Air
yang tidak tertahan akan mengisi pori-pori makro dan kemudian meresap
ke bawah karena adanya gaya gravitasi. Pengambilan contoh tanah
dilakukan pada kelima afdeling : Pengambilan contoh tanah sangat
43
menentukan kebenaran hasil analisis di laboratorium. untuk keperluan
macam-macam analisis di laboratorium diperlukan contoh tanah tidak
terganggu (tanah utuh) digunakan untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
seperti kerapatan isi, distribusi ruang pori, permeabilitas dan kurva pF.
Contoh tanah agregat terganggu utuh juga digunakan untuk penetapan sifat-
sifat fisik tanah seperti kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu
permanen.
44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
45
Untuk mendapatkan nilai kapasitas lapang (pF 2.54) dan titik layu
permanen (pF 4.2) dilakukan pengujian dengan alat pF meter. Seperti
ditunjukkan oleh gambar berikut :
Berikut merupakan tabel kadar air sekaligus kapasitas lapang dan titik
layu permanen.
46
jumlah ketersediaan air untuk tanaman yaitu dengan mencari selisih kapasitas
lapang dan titik layu permanen.
47
Data iklim yang digunakan untuk input program diambil dari stasiun
klimatologi terdekat dengan lokasi PT. Condong yaitu stasiun klimatologi
Lapan Pameungpeuk. Data iklim yang diambil meliputi data kecepatan angin,
curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara mulai Januari 1997 - April
2007. Berikut merupakan tabel curah hujan rata-rata tahunan.
48
mata air dari pegunungan dan sungai Cimari yang terdapat di sekitar
perkebunan PT. Condong sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi.
49
Metode input data WARM
50
Metode pada saat melakukan simulasi dengan program WARM
51
kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut
merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 12. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling Condong.
52
Tabel 5. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling Condong.
53
Gambar 13. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling Tarisi.
Tabel 6. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling Tarisi.
Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe
Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 75.72 48.67 389.17 273.75 0
Transp. Deficit (%) 46.04 82 0 6.17 0
Decrease of yield (%) 9.21 65.6 0 3.08 0
54
Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit
apabila ditanam pada tanggal 1 Juni 1999, maka tambahan air irigasi sangat
dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan
tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 65.6%. Besarnya
persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan
air irigasi sebesar 75% dari total kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan
selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 258.49 mm, atau 3 mm/hari atau 3
liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air
dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah
12 liter air/m2/hari, atau 120,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut
diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah
tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi 3 liter/m2/hari
tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan dari 65.6% menjadi
19.82% (lihat Lampiran 15).
Gambar 14. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling G. Sulah.
55
Berdasarkan Gambar 14. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik
yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 1999. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
1 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 1999.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Juni
1999.
Tabel 7. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling G. Sulah.
56
2. Simulasi tahun 2002 dengan program CWB
Gambar 15. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling Condong.
57
Tabel 8. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002 afdeling Condong
58
Gambar 16. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling Tarisi.
Tabel 9. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002 afdeling Tarisi.
Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe
Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp.
(mm) 71.49 37.26 356.97 211.22 0
Transp. Deficit (%) 49.64 86.4 5.19 16.58 0
Decrease of yield (%) 9.93 69.12 5.19 8.29 0
59
Berdasarkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit
apabila ditanam pada tanggal 21 Juni 2002, maka tambahan air irigasi
sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak
diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 69.12%.
Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan
tambahan air irigasi sebesar 100%. Jumlah air yang diberikan selama fase
vegetatif (85 hari) sebesar 341.08 mm, atau 4 mm/hari atau 4 liter/m2/hari.
Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2x2
m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 16 liter air/m 2/hari,
atau 160,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari,
mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke
lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan
hasil dari 69.12% dapat ditekan menjadi sebesar 0% (lihat Lampiran 16).
Simulasi menggunakan program CWB untuk Gunung Sulah tahun
dengan curah hujan rendah (2002) didapatkan masa tanam terbaik pada
tanggal 11 Juni dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah
hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 17. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling G. Sulah.
60
Berdasarkan Gambar 17. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik
yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 2002. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
11 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2002.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 11 Juni
2002.
Tabel 10. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Juni 2002 afdeling G. sulah.
61
3. Simulasi tahun 2005 dengan program CWB
Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Condong
tahun dengan curah hujan tinggi (2005) didapatkan masa tanam terbaik
pada tanggal 1 Mei dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah
hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 18. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling Condong.
62
Tabel 11. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005 afdeling Condong.
Gambar 19. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdelng Tarisi.
63
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 2005. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
11 Mei merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2005.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 11 Mei
2005.
Tabel 12. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Mei 2005 afdeling Tarisi.
64
tanggal 1 Mei dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah
hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.
Gambar 20. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling G. Sulah.
65
Berdasarkan Tabel 13. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit
apabila ditanam pada tanggal 1 Mei 2005, maka tambahan air irigasi sangat
dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan
tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 38.6%. Besarnya
persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan
air irigasi sebesar 75%. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85
hari) sebesar 180.74 mm, atau 2.1 mm/hari atau 2.1 liter/m2/hari. Apabila
setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m
maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 8.4 liter air/m2/hari,
atau 84,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari,
mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke
lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan
hasil dapat ditekan menjadi sebesar 8.53% (lihat Lampiran 20).
Tidak semua lahan sesuai untuk irigasi. Dalam memilih lahan yang
sesuai untuk irigasi, penelitian mendalam harus dilakukan terhadap tanah.
Sifat-sifat tanah yang menentukan adalah:
Tekstur tanah sampai kedalaman beberapa kaki,
Ada tidaknya lapisan impermeabel atau kerikil dalam kedalaman 1.5
hingga 1.8 meter,
Akumulasi garam-garam terlarut yang meracun,
Kemiringan dan kerataan permukaan tanah, dan
Perilaku tanah setelah diirigasikan.
Permukaan tanah harus rata karena kalau tidak, biaya perataan
(leveling) sangat tinggi. Lereng yang seragam dengan kemiringan 3.1 m
hingga 6.2 meter setiap mil atau sekitar 0.2% hinga 0.4% dapat dipergunakan,
meskipun lereng yang lebih tajam dengan kemiringan >23% dapat
dipergunakan juga. Lahan yang teriris oleh lembah-lembah yang curam
sebaiknya dihindarkan (Hakim et al, 1986).
Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metoda pemberian air
irigasi adalah distribusi musiman hujan, kemiringan lahan dan bentuk
permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah lapisan
bawah. Metoda pemberian air irigasi dapat dikelompokkan kedalam (a) irigasi
66
permukaan, (b) irigasi lapisan bawah (permukaan), (c) sprinkler, (d) drip atau
trickle.
Irigasi permukaan mengalirkan airnya melalui saluran kedalam lahan
yang dibatasi oleh galengan, baik secara merata menggenangi permukaan atau
melalui selokan-selokan diantara guludan. Penggenangan ke seluruh
permukaan lahan umumnya untuk tanaman padi, padang rumput dan
sejenisnya, sedangkan irigasi selokan (furrow) umumnya untuk tanaman yang
ditanam berlarikan dalam guludan seperti kentang, gula bit, ketela rambat,
jagung, tanaman buah-buahan dan sejenisnya. Saluran utama biasanya
memotong di tengah-tengah lahan pertanian, sedangkan untuk memasukkan
air ke petakan dapat dilakukan dengan pintu air (untuk cara penggenangan)
atau melalui tabung siphon (untuk irigasi selokan).
Irigasi lapisan bawah merupakan cara pemberian air irigasi melalui
pergerakan air ke atas dalam profil tanah dari aliran air yang berbeda beberapa
puluh centimeter di bawah permukaan tanah.
Irigasi curah sangat sesuai bagi daerah yang tanahnya mempunyai laju
infiltrasi yang tinggi dan topografi wilayahnya tidak mungkin untuk diratakan,
sehingga tidak menguntungkan bila diterapkan irigasi permukaan. Dengan
irigasi curah, banyaknya air yang ditambahkan dapat dengan mudah dikontrol.
Irigasi curah memungkinkan pengubahan total lingkungan pertumbuhan
melalui pembasahan tanah dan tajuk tanaman. Akan tetapi, apabila diterapkan
di perkebunan kelapa sawit kurang cocok mengingat tinggi tanaman yang
mencapai 18 meter dan jarak tanaman yang cukup lebar yaitu 9 x 9 meter.
Sehingga banyak memerlukan biaya untuk pemasangan maupun
perawatannya.
Irigasi tetes (drip) merupakan cara pemberian air dengan jalan
meneteskannya melalui pipa-pipa disekitar tanaman atau sepanjang larikan
tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi
hampir seluruh air yang ditambahkan dapat diserap dengan cepat oleh akar
pada keadaan kelembaban tanah yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah
penggunaan air irigasi yang sangat efisien. Cara ini juga sangat adaptif pada
daerah berlereng curam dimana cara irigasi lain tidak dapat diterapkan.
67
Areal perkebunan kelapa sawit yang berada di PT. Condong Garut
mempunyai kontur yang tidak beraturan, berikut gambar daerah perkebunan
kelapa sawit di perkebunan PT. Condong Garut :
68
tanaman adalah temperatur dan radiasi yang diterima selama pertumbuhan
tanaman. Secara umum temperatur menentukan kecepatan perkembangan
tanaman dan sebagai akibatnya akan mempengaruhi lama periode
pertumbuhan tanaman. Sedangkan radiasi menentukan pertumbuhan dan hasil
tanaman karena radiasi merupakan sumber energi bagi tanaman. Dalam hal ini
tanaman kelapa sawit tumbuh optimal pada temperatur 24 - 28 0C dan lama
penyinaran matahari sebanyak 5-7 jam/hari.
Perkebunan PT. Condong Garut mempunyai temperatur antara 20 -
300C, dengan temperatur tersebut tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan
baik. Dengan curah hujan tahunan yang tidak terlalu kecil nilainya (1461.5
mm/tahun) maka tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Berikut merupakan gambar tanaman kelapa sawit yang sudah berbuah.
69
Tabel 14. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2002.
TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT
TAHUN 2002
Estimasi
BULAN (Kg) Realisasi
Hari
kerja Produksi selisih +/- Tandan BTR
Januari 937,800 3032 721,720 -216,080 45,148 16
Februari 571,100 2,858 691,700 120,600 45,260 15
Maret 527,500 2,939 722,860 195,360 48,089 15
April 790,500 3,199 961,460 170,960 70,067 14
Mei 1,039,200 3,084 1,518,010 478,810 88,599 17
Juni 1,256,800 2,799 1,642,140 385,340 92,508 18
Juli 1,316,200 294 253,680 -1,062,520 66,340 4
Agustus 1,491,700 2,672 2,324,390 832,690 66,340 35
September 1,719,400 3,175 1,773,270 53,870 131,340 14
Oktober 1,936,460 3,297 1,473,400 -463,060 112,868 13
November 1,595,200 2,650 1,083,240 -511,960 81,355 13
Desember 1,214,100 2,349 802,350 -411,750 66,340 12
Berdasarkan Tabel 14. dapat diketahui bahwa pada tahun 2002 dengan
curah hujan rendah hasil produksi tanaman kelapa sawit sangat optimal, mencapai
97% produk yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena tahun sebelumnya (2001)
merupakan tahun dengan curah hujan tinggi (Gambar 9) sehingga proses
pembentukan hasilnya (tandan buah) menjadi maksimal. Selain itu, faktor
budidaya juga berpengaruh besar terhadap produksi tanaman kelapa sawit.
70
Tabel 15. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2005.
TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT
TAHUN 2005
Estimasi
BULAN (Kg) Realisasi
Hari
kerja Produksi selisih +/- Tandan BTR
Januari 1,326,280 3170 1,266,451 -59,829 91,187 14
Februari 1,035,080 3,011 985,240 -49,840 70,698 14
Maret 1,089,570 3,214 932,350 -157,220 66,407 14
April 1,043,980 3,228 982,481 -61,499 76,917 13
Mei 1,279,500 2,932 970,800 -308,700 78,881 12
Juni 1,114,300 2,774 810,270 -304,030 60,970 13
Juli 879,790 2,384 566,100 -313,690 42,483 13
Agustus 1,397,990 2,814 619,030 -778,960 42,084 15
September 1,874,310 2,576 793,740 -1,080,570 49,252 15
Oktober 1,977,680 3,614 1,293,380 -684,300 77,439 17
November 1,586,170 3,226 1,192,340 -393,830 72,495 16
Desember 1,715,350 4,080 1,392,840 -322,510 80,054 17
Berdasarkan Tabel 15. dapat diketahui bahwa pada tahun 2005 dengan
curah hujan yang tinggi hasil produksi tanaman kelapa sawit kurang optimal dan
mengalami penurunan hasil sebesar 28%. Hal ini disebabkan karena minimnya
curah hujan ditahun sebelumnya (Gambar 9), sehingga proses pembentukan
hasilnya menjadi terhambat. Akan tetapi, faktor lain seperti teknik budidaya juga
sangat mentukan hasil panen dari tanaman kelapa sawit.
Menurut Sunarko (2007) potensi produksi tanaman kelapa sawit
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jenis atau varietas kelapa sawit, umur
tananam, pemeliharaan tanaman, keadan iklim, serangan hama dan penyakit, serta
jenis tanah atau kelas kesesuaian lahan.
Kaitannya dengan program CWB maka iklim merupakan salah satu input
yang berpengaruh terhadap hasil outputnya, yang merupakan suatu solusi dari
suatu permasalahan yang ada di lapangan. Jumlah curah hujan setahun dapat
berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kemarau panjang bisa
71
menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga pada 19 - 21 bulan berikutnya
(abortus bunga) dan keguguran buah pada 5 - 6 bulan berikutnya. Keadaan iklim
juga besar pengaruhnya terhadap kelancaran panen dan banyaknya produksi yang
diperoleh. Hal ini berkaitan dengan proses pengangkutan hasil panen ke pabrik.
Ketika hujan, proses pemanenan atau pengangkutan hasil panen otomatis akan
tertunda.
72
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
73
B. Saran
74
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, et al., 2002. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Jakarta. 168 hal.
Islami, T dan Utomo, H. W. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.
Marliani, A. 2006. Pengaruh Dosis dan Kerapatan Aplikasi Pupuk Daun Super
Sawit Terhadap Perkembangan Reproduksi dan Hasil Tanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Program Studi Agronomi, Faperta, IPB.
Bogor.
75
Putri, S. E. 2006. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar dengan
Menggunakan Program CWB(Crop Water Balance) Sebagai Aplikasi
Teknologi di Perkebunan PT. Condong Garut-Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Teknik Pertanian, Fateta, IPB. Bogor.
76
Lampiran 1. Peta perkebunan PT. Condong Garut.
77
Lampiran 2. Peta tanah perkebunan PT. Condong Garut.
78
Lampiran 2. Lanjutan (keterangan peta)
79
Lampiran 3. Peta batas afdeling perkebunan PT. Condong Garut.
80
Lampiran 4. Peta kerja perkebunan PT. Condong Garut.
81
Lampiran 5. Tabel taksasi dan realisasi produksi kelapa sawit
TAHUN 2001
Estimasi
BULAN (Kg) Realisasi
Hari
kerja Produksi selisih +/- Tandan BTR
% 91 9 177
82
Lampiran 5. Lanjutan
TAHUN 2003
Estimasi
BULAN Realisasi
(Kg)
Hari selisih
Produksi Tandan BTR
kerja +/-
% 108 8
83
Lampiran 5. Lanjutan.
TAHUN 2004
Estimasi
BULAN Realisasi
(Kg)
Hari
Produksi selisih +/- Tandan BTR
kerja
% 121 21 159
84
Lampiran 5. Lanjutan
TAHUN 2006
% 125 25
85
Lampiran 5. Lanjutan
TAHUN 2007
Maret 1,696,456
April 1,594,404
Mei 1,398,807
Juni 1,361,227
Juli 1,236,084
Agustus 1,256,859
September 1,414,922
Oktober 1,959,216
November 2,351,440
Desember 2,160,639
% 15 85
86
Lampiran 6. Tabel tekstur tanah.
Maksimum
Tekstur kedalaman
tanah tanah (m) FC WP ZEAP REWPER
0.0
Sand 2 7 0.17 0.02 0.07 2 7 6 12
0.3
Clay 2 2 0.4 0.2 0.24 8 12 22 29
0.1
Sandy loam 2 8 0.28 0.06 0.16 6 10 15 20
0.2
Silt loam 2 2 0.36 0.09 0.21 8 11 18 25
Loamy 0.1
sand 2 1 0.19 0.03 0.1 4 8 9 14
Silt clay
loam 2 0.3 0.37 0.17 0.24 8 12 22 28
0.2
Silt 2 8 0.36 0.12 0.22 8 11 22 26
87
Lampiran 7. Tabel data hasil analisis tanah.
berat
sample berat Volume KA
kode lokasi kedalaman tanah + sample padatan Volume Volume Volume berat KA basis basis
berat ring ring tanah + air udara padatan air berat air padatan porositas basah kering kejenuhan
(gr) (gr) (gr) (ml) (ml) (ml) (ml) (gr) (gr) (%) (%) (%)
L7 Condong 0-20 40.18 115.55 75.37 31.87 68.13 26.36 5.51 5.51 69.86 73.64 7.31 7.88 7.48
F8 20-40 40.247 131.23 90.98 45.73 54.27 27.43 18.30 18.30 72.68 72.57 20.12 25.18 25.22
K36 Tarisi 0-20 37.236 119.19 81.95 42.50 57.50 23.91 18.59 18.59 63.37 76.09 22.68 29.34 24.43
K32 20-40 37.087 110.28 73.19 36.27 63.73 22.38 13.89 13.89 59.30 77.62 18.98 23.43 17.90
K3 Cirenjeng 0-20 36.826 125.00 88.17 45.34 54.66 25.96 19.38 19.38 68.79 74.04 21.98 28.17 26.18
K22 20-40 37.022 117.92 80.90 43.90 56.10 22.42 21.48 21.48 59.42 77.58 26.55 36.14 27.68
K24 Cibogo 0-20 37.065 119.19 82.13 40.24 59.76 25.38 14.86 14.86 67.27 74.62 18.09 22.08 19.91
L30 20-40 40.281 122.55 82.27 40.51 59.49 25.31 15.20 15.20 67.07 74.69 18.48 22.67 20.35
Bokor 1
L4 (karet) 0-20 39.812 120.09 80.28 39.43 60.57 24.76 14.67 14.67 65.60 75.24 18.28 22.37 19.50
K11 20-40 37.026 118.12 81.09 48.71 51.29 19.63 29.08 29.08 52.01 80.37 35.86 55.92 36.19
Bokor 1
F9 (jarak) 0-20 40.216 117.19 76.97 36.26 63.74 24.68 11.58 11.58 65.39 75.32 15.05 17.72 15.38
G6 20-40 40.304 93.12 52.82 39.80 60.20 7.89 31.91 31.91 20.90 92.11 60.42 152.65 34.64
F23 Bokor 2 0-20 37.589 111.36 73.77 35.15 64.85 23.41 11.74 11.74 62.03 76.59 15.92 18.93 15.33
F3 20-40 37.513 115.53 78.02 46.96 53.04 18.82 28.14 28.14 49.88 81.18 36.07 56.41 34.66
K25 Gn. Sulah 0-20 37.138 107.99 70.85 32.63 67.37 23.16 9.47 9.47 61.39 76.84 13.36 15.42 12.32
K10 20-40 36.935 113.40 76.47 36.41 63.59 24.28 12.13 12.13 64.33 75.72 15.87 18.86 16.02
K26 Gataga 0-20 37.076 122.13 85.05 41.87 58.13 26.17 15.70 15.70 69.36 73.83 18.46 22.63 21.26
F27 20-40 37.506 118.56 81.05 37.04 62.96 26.68 10.36 10.36 70.69 73.32 12.79 14.66 14.14
88
Lampiran 8. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Februari 2007.
89
Lampiran 9. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Marat 2007.
90
Lampiran 10. Keadaan produksi kelapa sawit bulan April 2007.
91
Lampiran 11. Keadaan luas areal dan jumlah pohon kelapa sawit bulan April 2007.
92
Lampiran 12. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 1 Juni 1999.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
Jun 01, 1999
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt Clay Loam
Nama File Parameter : sawit_Condong99.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 81 124.6 962.8 467.3 0
Eto (mm) 161.7 300.1 454.6 322.4 0
Crop Transp. (mm) 140.32 270.41 389.17 291.75 0
Water management : 100.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 164.09 368.27 0 91.15 0
Actual crop Transp. (mm) 137.72 270.4 389.17 291.75 0
Transp. Deficit (%) 1.86 0.01 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.37 0 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 123.07 276.2 0 68.37 0
Actual crop Transp. (mm) 122.47 194.5 389.17 290.33 0
Transp. Deficit (%) 12.72 28.07 0 0.49 0
Decrease of yield (%) 2.54 22.46 0 0.24 0
Water management : 50.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 82.04 184.14 0 45.58 0
Actual crop Transp. (mm) 94.29 110.81 389.17 285.08 0
Transp. Deficit (%) 32.8 59.02 0 2.29 0
Decrease of yield (%) 6.56 47.22 0 1.14 0
Water management : 25.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 41.02 92.07 0 22.79 0
Actual crop Transp. (mm) 72.63 52.83 389.17 273.66 0
Transp. Deficit (%) 48.24 80.46 0 6.2 0
Decrease of yield (%) 9.65 64.37 0 3.1 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 63.45 41.47 389.17 261 0
Transp. Deficit (%) 54.78 84.67 0 10.54 0
Decrease of yield (%) 10.96 67.73 0 5.27 0
93
Lampiran 13. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 21 Juni 2002.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
Jun 21, 2002
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt Clay Loam
Nama File Parameter : sawit_Condong02.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
94
Lampiran 14. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 1 Mei 2005.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
May 01, 2005
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt Clay Loam
Nama File Parameter : sawit_Condong05.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 338.9 274.8 1469.2 355.5 0
Eto (mm) 166 272.1 446.2 339.6 0
Crop Transp. (mm) 129.35 241.57 395.41 300.61 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 136.66 186.42 45.51 135.19 0
Actual crop Transp. (mm) 126.59 241.52 395.41 300.61 0
Transp. Deficit (%) 2.13 0.02 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.43 0.02 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 102.5 139.81 34.13 101.4 0
Actual crop Transp. (mm) 120.35 224.87 395.41 299.51 0
Transp. Deficit (%) 6.96 6.91 0 0.37 0
Decrease of yield (%) 1.39 5.53 0 0.18 0
Water management : 50.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 68.33 93.21 22.75 67.6 0
Actual crop Transp. (mm) 103.59 190.14 395.41 294.32 0
Transp. Deficit (%) 19.92 21.29 0 2.09 0
Decrease of yield (%) 3.98 17.03 0 1.05 0
Water management : 25.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 34.17 46.6 11.38 33.8 0
Actual crop Transp. (mm) 89.26 153.34 394.03 278.79 0
Transp. Deficit (%) 30.99 36.52 0.35 7.26 0
Decrease of yield (%) 6.2 29.22 0.35 3.63 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 78.83 142.22 390.1 257.12 0
Transp. Deficit (%) 39.05 41.13 1.34 14.47 0
Decrease of yield (%) 7.81 32.9 1.34 7.23 0
95
Lampiran 15. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 1 Juni 1999.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
Jun 01, 1999
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : sc
Nama File Parameter : sawit_Tarisi99.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 81 124.6 962.8 467.3 0
Eto (mm) 161.7 300.1 454.6 322.4 0
Crop Transp. (mm) 140.32 270.41 389.17 291.75 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 157.33 344.66 0 56.71 0
Actual crop Transp. (mm) 137.7 270.41 389.17 291.75 0
Transp. Deficit (%) 1.87 0 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.37 0 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 118 258.49 0 42.53 0
Actual crop Transp. (mm) 129.52 203.41 389.17 291.23 0
Transp. Deficit (%) 7.7 24.78 0 0.18 0
Decrease of yield (%) 1.54 19.82 0 0.09 0
Water management : 50.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 78.66 172.33 0 28.35 0
Actual crop Transp. (mm) 105.32 120.08 389.17 287.8 0
Transp. Deficit (%) 24.94 55.6 0 1.35 0
Decrease of yield (%) 4.99 44.48 0 0.68 0
Water management : 25.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 39.33 86.16 0 14.18 0
Actual crop Transp. (mm) 85.98 56.73 389.17 281.92 0
Transp. Deficit (%) 38.72 79.02 0 3.37 0
Decrease of yield (%) 7.74 63.22 0 1.68 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 75.72 48.67 389.17 273.75 0
Transp. Deficit (%) 46.04 82 0 6.17 0
Decrease of yield (%) 9.21 65.6 0 3.08 0
96
Lampiran 16. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 21 Juni 2002.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 21, 2002
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : sc
Nama File Parameter : sawit_Tarisi02.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
97
Lampiran 17. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 11 Mei 2005.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
May 11, 2005
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : sc
Nama File Parameter : Sawit_Tarisi05.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
98
Lampiran 18. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 1 Juni 1999.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 01, 1999
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt
Nama File Parameter : sawit_G.Sulah99.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 81 124.6 962.8 467.3 0
Eto (mm) 161.7 300.1 454.6 322.4 0
Crop Transp. (mm) 140.32 270.41 389.17 291.75 0
Water management : 100.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 195.45 338 34.42 133.97 0
Actual crop Transp. (mm) 137.27 270.41 389.17 291.75 0
Transp. Deficit (%) 2.17 0 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.43 0 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 146.59 253.5 25.82 100.48 0
Actual crop Transp. (mm) 114.75 187.79 389.17 289.78 0
Transp. Deficit (%) 18.23 30.56 0 0.68 0
Decrease of yield (%) 3.65 24.44 0 0.34 0
Water management : 50.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 97.73 169 17.21 66.99 0
Actual crop Transp. (mm) 81.33 99.92 389.17 278.51 0
Transp. Deficit (%) 42.04 63.05 0 4.54 0
Decrease of yield (%) 8.41 50.44 0 2.27 0
Water management : 25.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 48.86 84.5 8.61 33.49 0
Actual crop Transp. (mm) 58.88 47.94 389.17 261.49 0
Transp. Deficit (%) 58.04 82.27 0 10.37 0
Decrease of yield (%) 11.61 65.82 0 5.19 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 49.06 35.89 389.17 243.61 0
Transp. Deficit (%) 65.04 86.73 0 16.5 0
Decrease of yield (%) 13.01 69.38 0 8.25 0
99
Lampiran 19. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 11 Juni 2002.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 11, 2002
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt
Nama File Parameter : sawit_G.Sulah02.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 0 9.3 534.15 215.1 0
Eto (mm) 165.6 305.5 453.5 316.3 0
Crop Transp. (mm) 140.31 269.21 376.28 261.59 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 203.62 374.92 131.99 134.97 0
Actual crop Transp. (mm) 136.75 269.15 376.28 261.59 0
Transp. Deficit (%) 2.54 0.02 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.51 0.02 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 152.71 281.19 98.99 101.23 0
Actual crop Transp. (mm) 105.61 176.87 371.46 258.6 0
Transp. Deficit (%) 24.73 34.3 1.28 1.14 0
Decrease of yield (%) 4.95 27.44 1.28 0.57 0
Water management : 50.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 101.81 187.46 65.99 67.48 0
Actual crop Transp. (mm) 63.22 81.5 368.42 245.99 0
Transp. Deficit (%) 54.95 69.72 2.09 5.96 0
Decrease of yield (%) 10.99 55.78 2.09 2.98 0
Water management : 25.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 50.9 93.73 33 33.74 0
Actual crop Transp. (mm) 42.64 25.34 360.51 220.3 0
Transp. Deficit (%) 69.61 90.59 4.19 15.78 0
Decrease of yield (%) 13.92 72.47 4.19 7.89 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 36.86 11.21 346.99 189.97 0
Transp. Deficit (%) 73.73 95.84 7.79 27.38 0
Decrease of yield (%) 14.75 76.67 7.79 13.69 0
100
Lampiran 20. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 1 Mei 2005.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : May 01,
2005
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt
Nama File Parameter : sawit_G.Sulah05.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 338.9 274.8 1469.2 355.5 0
Eto (mm) 166 272.1 446.2 339.6 0
Crop Transp. (mm) 129.35 241.57 395.41 300.61 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 156.75 240.99 68.72 173.15 0
Actual crop Transp. (mm) 126.74 241.51 395.41 300.61 0
Transp. Deficit (%) 2.02 0.03 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.4 0.02 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 117.56 180.74 51.54 129.86 0
Actual crop Transp. (mm) 115.63 215.81 394.39 295.21 0
Transp. Deficit (%) 10.6 10.66 0.26 1.8 0
Decrease of yield (%) 2.12 8.53 0.26 0.9 0
Water management : 50.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 78.37 120.5 34.36 86.57 0
Actual crop Transp. (mm) 91.64 174.63 391.22 281.91 0
Transp. Deficit (%) 29.15 27.71 1.06 6.22 0
Decrease of yield (%) 5.83 22.17 1.06 3.11 0
Water management : 25.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 39.19 60.25 17.18 43.29 0
Actual crop Transp. (mm) 75.23 137.43 386.66 259.44 0
Transp. Deficit (%) 41.84 43.11 2.21 13.7 0
Decrease of yield (%) 8.37 34.49 2.21 6.85 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 63.68 125.01 381.08 229.15 0
Transp. Deficit (%) 50.77 48.25 3.63 23.77 0
Decrease of yield (%) 10.15 38.6 3.63 11.89 0
101
Lampiran 21. Tabel data iklim harian Januari-April tahun 2007.
Kec. Angin Curah Hujan
Tanggal Kelembaban (m/dt) (mm) Eto
1/1/2007 83 4 1.5 3.7
1/2/2007 75 4 0 3.7
1/3/2007 88 3 0 3.7
1/4/2007 91 4 5 3.7
1/5/2007 93 13 7 3.5
1/6/2007 92 11 0 3.5
1/7/2007 97 6 0 3.4
1/8/2007 84 4 0 3.8
1/9/2007 83 3 0 3.8
1/10/2007 87 7 0 3.8
1/11/2007 83 2 0 3.8
1/12/2007 81 4 0 3.8
1/13/2007 81 2 0 3.8
1/14/2007 83 4 0 3.8
1/15/2007 78 3 0 3.8
1/16/2007 81 6 0 3.8
1/17/2007 83 8 2.5 3.9
1/18/2007 79 4 1.5 3.8
1/19/2007 86 3 0 3.7
1/20/2007 86 6 0 3.7
1/21/2007 76 6 1 3.8
1/22/2007 83 6 0 3.7
1/23/2007 84 8 2.5 3.7
1/24/2007 87 2 88 3.8
1/25/2007 85 2 0 3.8
1/26/2007 88 4 0 3.8
1/27/2007 82 2 0 3.9
1/28/2007 75 5 0 3.8
1/29/2007 81 6 7.5 3.9
1/30/2007 82 2 0 3.8
1/31/2007 86 2 0 3.7
2/1/2007 96 1.3 0 3.8
2/2/2007 92 1.3 0 3.8
2/3/2007 85 3.1 0 3.9
2/4/2007 89 1.5 4 4
2/5/2007 90 3.7 1 4
2/6/2007 92 3.3 0 3.9
2/7/2007 97 3 3.5 3.9
2/8/2007 92 3.7 0 3.8
2/9/2007 97 1.2 2.5 3.9
2/10/2007 95 1.2 11.5 3.8
102
Lampiran 21. Lanjutan
Kec. Angin Curah Hujan
Tanggal Kelembaban (m/dt) (mm) Eto
2/11/2007 98 1.7 4 3.8
2/12/2007 93 1.1 40 3.8
2/13/2007 98 4.2 2.5 4
2/14/2007 92 3.9 0 3.8
2/15/2007 91 1.3 0 3.9
2/16/2007 97 3.8 2.5 4
2/17/2007 89 4.3 0 3.9
2/18/2007 90 1.1 0 3.9
2/19/2007 93 3.6 1 3.9
2/20/2007 97 1.5 37.5 3.9
2/21/2007 94 1.9 0 3.9
2/22/2007 95 1.3 37 3.8
2/23/2007 92 3.6 2 3.8
2/24/2007 92 3.6 9 3.9
2/25/2007 92 1.5 0 3.9
2/26/2007 90 2.5 0 3.8
2/27/2007 93 3.3 0 3.9
2/28/2007 97 1.3 2 3.8
3/1/2007 92 2.2 0 3.8
3/2/2007 92 1 0 3.8
3/3/2007 95 3 0 3.9
3/4/2007 97 3 0 3.8
3/5/2007 89 3 3 3.9
3/6/2007 93 3.7 19 3.7
3/7/2007 92 1.5 0 3.9
3/8/2007 97 3.9 11 3.8
3/9/2007 93 3.7 0 3.6
3/10/2007 88 2.9 0 3.9
3/11/2007 84 4.3 0 3.9
3/12/2007 86 5.6 0 3.8
3/13/2007 92 1.5 26 3.9
3/14/2007 95 1.1 0 3.8
3/15/2007 89 3.3 37.8 3.8
3/16/2007 94 1.5 0 3.8
3/17/2007 92 3.4 10 3.8
3/18/2007 94 1.5 0 3.7
3/19/2007 89 3 0 3.7
3/20/2007 86 1.7 0 3.8
3/21/2007 87 3.2 0 3.7
3/22/2007 92 4.4 4 3.7
3/23/2007 89 2.6 4.5 3.8
103
Lampiran 21. Lanjutan
Kec. Angin Curah Hujan
Tanggal Kelembaban (m/dt) (mm) Eto
3/24/2007 95 3.4 0 3.8
3/25/2007 90 4.1 0 3.8
3/26/2007 92 1.3 2.5 3.7
3/27/2007 95 2 1 3.8
3/28/2007 92 1 0 3.6
3/29/2007 95 3.3 1 3.6
3/30/2007 94 2 15 3.7
3/31/2007 92 2 6 3.5
4/1/2007 92 2 1.5 3.7
4/2/2007 94 1.7 1.6 3.8
4/3/2007 96 3.8 1.6 3.6
4/4/2007 93 3.8 15 3.5
4/5/2007 98 3.9 2 3.8
4/6/2007 90 3.8 0 3.6
4/7/2007 95 3.6 8 3.6
4/8/2007 92 1.3 0 3.5
4/9/2007 90 3.1 0 3.5
4/10/2007 89 3.8 10 3.5
4/11/2007 98 3.9 32.5 3.5
4/12/2007 98 3.7 2 3.5
4/13/2007 98 3.2 3 3.6
4/14/2007 92 1.7 3 3.5
4/15/2007 95 3 0 3.5
4/16/2007 95 4 0 3.5
4/17/2007 95 3 0 3.5
4/18/2007 92 4.7 0 3.4
4/19/2007 92 3.2 0 3.4
4/20/2007 92 3.7 0 3.4
4/21/2007 97 6.5 1 3.3
4/22/2007 92 1.2 0 3.4
4/23/2007 88 5.4 0 3.4
4/24/2007 95 6.7 2 3.4
4/25/2007 90 8.1 0 3.4
4/26/2007 97 3.7 27 3.3
4/27/2007 97 1.1 0 3.2
4/28/2007 97 3.2 30 3.3
4/29/2007 95 3.5 0 3.3
4/30/2007 90 1.2 0 3.3
104
Lampiran. 22
STRUKTUR ORGANISASI PERKEBUNAN PT CONDONG GARUT
DIREKSI
SPI BIDANG
TANAMAN
PABRIK
TEKNIK
QC & LAB
DIVISI
PRODUKSI BANGUNAN
PLH
ANEKA UMUIM
PEMASARAN
TANAMAN SEKRETARIAT KEUANGAN
AFDELING PABRIK
AFDELING PABRIK BENGKEL
G. SULAH PRODUKSI KARET
BOKOR NILAN
KEUANGAN
PERSONALIA
TANAMAN
GATAGA NILAM TRANSPOR
CIREJENG
MAINTENANCE PEMBUKUAN
105