Anda di halaman 1dari 105

ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CWB


(Crop Water Balance) DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT,
JAWA BARAT

Oleh :
SUPRIYANTO
F14102020

2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CWB
(Crop Water Balance) DI PERKEBUNAN PT. CONDONG GARUT,
JAWA BARAT

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
SUPRIYANTO
F14102020

Dilahirkan pada tanggal 24 Mei 1984 di Pati


Tanggal lulus: 11 September 2007

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS.


NIP. 130 358 746

Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Pertanian

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS.


NIP. 131 671 603

2
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Supriyanto, dilahirkan di Pati


pada tanggal 24 Mei 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara dari pasangan Bapak Sulewi dan Ibu Suwarti.
Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan pendidikan di
SDN 02 Tanjungsekar. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di SLTPN 01 Pucakwangi dan lulus pada tahun
1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 01 Tayu-
Pati dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian
Bogor) di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama studi penulis aktif pada beberapa organisasi, antara lain Badan
Eksekutif Mahasiswa Fateta (BEM-F) sebagai staf departemen Kesejahteraan
Mahasiswa periode 2005-2006. Aktif di Ikatan Kelurga Mahasiswa Pati (IKMP)
periode 2002-2005. Penulis juga pernah menjadi koordinator asisten mata kuliah
Mekanika Fluida periode 2005-2006. Penulis telah melakukan Praktek Lapangan
di Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Seluna Kudus, Kab. Kudus
dengan judul “Mempelajari Pengelolaan Sumber Daya Air di waduk Kedung
Ombo Purwodadi Jawa Tengah”.

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Sholawat dan Salam saya haturkan kepada beliau Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul “Analisis Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq.) dengan Menggunakan Program CWB (Crop Water Balance) di Perkebunan
PT. Condong Garut, Jawa Barat”.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini telah banyak
pihak yang membantu penulis sehingga dengan segala kerendahan hati penulis
ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
2. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT dan Ir. Meiske Widyarti, M. Eng
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran
kepada penulis.
3. Kedua orang tuaku tercinta (Sulewi dan Suwarti) atas segala limpahan
kasih sayang dan bantuan secara moril maupun materiil.
4. Paman, Kakak dan adik-adik, teman-temanku tercinta (L.Jam, Kak
Sutaryono, Baqiyus, Mbak Suparni, Mas Yasir, Huda, Kak Hasan,) atas
yang telah memberikan semangat dan motivasi pada penulis.
5. PT. Condong Garut yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
6. Pak Jajang, Pak Ade, Pak Suryaman, Pak Rudi, Pak Sucipto Pak, Toni,
Staf PT. Condong Garut, Ibu Mila, Pak Budi, beserta Staf Balitklimat
Bogor, Pak Udin, Pak Tris dan Pak Arif yang telah banyak membantu
dalam kelancaran penelitian ini.
7. Angga dan Hendri selaku teman seperjuangan dalam melaksanakan
penelitian.
8. Rofian dan Ratih yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsinya.
9. Rekan-rekan TTA dan teman-teman TEP 40 lainnya.

4
10. Amri, Anne, dan Yakuza Crew (Momon, Topan, Dedi, Yudi, Ali) yang
tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.
11. Sahabat-sahabatku: Bagus, Giyo, Man_Ragilo, Teguh dan Azmi.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga
karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, September 2007

Penulis

5
Supriyanto. F14102020. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Program CWB (Crop Water Balance) Di
Perkebunan PT. Condong Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Sukandi
Sukartaatmadja, MS.

RINGKASAN

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia


dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit,
baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya memiliki peluang bisnis yang
besar dan dapat menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan
masyarakat serta sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan
negara produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Tanaman
kelapa sawit berbuah sepanjang tahun namun terdapat bulan-bulan dimana terjadi
panen puncak dan panen rendah. Variasi produksi tanaman kelapa sawit sangat
dipengaruhi oleh faktor iklim. Faktor-faktor lainnya juga turut mempengaruhi
seperti tanah, komposisi, umur tanaman, bahan tanaman dan manajemen. Dari
beberapa faktor di atas, air juga merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan air sangat
dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah air irigasi yang diberikan dan
kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sedikit maupun berlebihan dapat
berakibat buruk bagi tanaman. Tanaman sangat peka terhadap kekurangan air, hal
ini dapat mengakibatkan pengurangan dalam pembentukan dan perluasan daun.
Jika hal tersebut terjadi, maka fotosintesis tanaman akan terganggu dan terjadinya
penurunan produktivitas tanaman.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi kebutuhan
air tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di perkebunan PT. Condong
Garut dengan menggunakan program Crop Water Balance (CWB) dan
menentukan masa tanam yang terbaik tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan program Crop
Water Balance (CWB).
Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan Juli 2007 di
perkebunan PT. Condong Garut. Penelitian dilakukan menggunakan program
CWB (Crop Water Balance) dengan data input tanah, iklim dan tanaman (kelapa
sawit). Pengambilan data tanah dari perkebunan, data iklim dari stasiun
klimatologi Lapan Pameungpeuk dan data tanaman berasal dari literatur. Data
input yang didapat kemudian dipakai untuk menjalankan program CWB melalui
software WARM yang ada di Balitklimat Bogor. Output dari program ini
merupakan informasi tentang kebutuhan air/irigasi dan masa tanam yang terbaik
beserta grafiknya.
Berdasarkan analisis tanah yang dilakukan dari lima afdeling yang
ditanami tanaman kelapa sawit (afdeling Condong, Tarisi, Cibogo, Gunung Sulah
dan Gataga) dapat diketahui bahwa untuk afdeling Cibogo, Gataga, dan Tarisi
termasuk dalam tekstur tanah Silty Clay. Sedangkan untuk afdeling Condong
termasuk dalam tekstur tanah Silt Clay Loam, dan afdeling Gunung Sulah
termasuk tekstur tanah Silt. Berdasarkan data iklim (1997-2006) yang didapat
curah hujan untuk daerah Pameungpeuk mempunyai rata-rata 1461.5 mm/tahun.

6
Analisis yang dilakukan hanya pada tahun-tahun tertentu yaitu pada tahun dengan
curah hujan sedang (1999), tahun dengan curah hujan tinggi (2005) dan tahun
dengan curah hujan rendah (2002), serta dilakukan pada afdeling yang
mempunyai tekstur tanah berbeda, yaitu afdeling Condong dengan tekstur tanah
Silt Clay Loam, afdeling Tarisi dengan tekstur tanah Silt Clay, dan afdeling
Gunung Sulah dengan tekstur tanah Silt. Masa tanam yang terbaik ditentukan
dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM yang bernilai 1
atau mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan air pada
tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan %RLY
merupakan persentase kehilangan hasil dengan batas maksimum 20%.
Hasil dari simulasi program CWB tahun 1999 untuk afdeling Condong,
Tarisi, dan Gunung Sulah didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 dan 11
Juni, serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 172,000 liter
air/ha/hari; 120,000 liter air/ha/hari dan 160,000 liter/ha/hari. Sedangkan tahun
2002 untuk afdeling Condong , Tarisi didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal
21 Juni, dan untuk afdeling Gunung Sulah masa tanam terbaiknya tanggal 11 juni,
serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 152,000 liter
air/ha/hari; 160,000 liter air/ha/hari dan 176,000 liter/ha/hari. Hasil dari simulasi
program CWB tahun 2005 untuk afdeling Condong , Tarisi, dan Gunung Sulah
didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 Mei, 11 Mei, dan 1 Mei, untuk
afdeling Condong tidak diperlukan tambahan air irigasi. Sedangkan untuk
afdeling Tarisi dan Gunung Sulah masing-masing sebesar 40,000 liter air/ha/hari,
dan 84,000 liter/ha/hari. Kebutuhan air tanaman yang ditanam di tahun 2005
relatif kecil. Hal ini disebabkan karena tingginya curah hujan di tahun 2005.
Topografi di wilayah perkebunan kelapa sawit cenderung tidak teratur
sehingga sulit untuk diterapkannya sistem irigasi yang efisien yaitu irigasi tetes.
Irigasi diberikan hanya pada pembibitannya saja, sedangkan untuk tanaman yang
sudah dipindah ke lapangan kebutuhan airnya hanya mengandalkan curah hujan
daerah setempat.
Produksi tanaman kelapa sawit di perkebunan PT. Condong tiap tahun
bervariasi tergantung dari kondisi tahun tersebut. Untuk tahun 2002 produksi
tandan yang dihasilkan sangat optimal dan mencapai 97% dari perkiraan,
sedangkan untuk tahun 2005 produksi tandan kurang sesuai dengan yang
diharapkan yaitu hanya 72% dari yang diprediksikan. Jumlah curah hujan setahun
dapat berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kemarau panjang bisa
menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga pada 19-21 bulan berikutnya
(abortus bunga) dan keguguran buah pada 5-6 bulan berikutnya. Keadaan iklim
juga besar pengaruhnya terhadap kelancaran panen dan banyaknya produksi yang
diperoleh. Hal ini berkaitan dengan proses pengangkutan hasil panen ke pabrik.
Ketika hujan, proses pemanenan atau pengangkutan hasil panen otomatis akan
tertunda.

7
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. i


I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
A. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ............................. 5
1. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit .................................................... 7
2. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit .................................................. 9
B. Program CWB dan WARM .............................................................. 15
1. Program CWB .............................................................................. 15
2. Program WARM .......................................................................... 16
C. Kebutuhan Air Tanaman .................................................................. 18
1. Neraca Air .................................................................................... 18
2. Indeks Kecukupan Air .................................................................. 20
3. Kehilangan Hasil Relatif Tanaman ............................................... 21
4. Hubungan Indeks Kecukupan Air dengan
Kehilangan Hasil Relatif ............................................................... 21
III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 23
A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 23
B. Alat dan Bahan ................................................................................ 23
C. Data dan Informasi yang Diperlukan ................................................ 23
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 24
E. Metode Analisis Data ....................................................................... 24
1. Database Jenis Tanaman ............................................................... 24
2. Database Tanah ............................................................................ 25
F. Tahapan Kerja Penelitian Secara Umum ........................................... 29
IV. KEADAAN UMUM PERKEBUNAN CONDONG ............................... 30
A. Kondisi Lapangan PT. Condong Garut ............................................. 30
B. Sejarah Berdirinya PT. Condong Garut ............................................. 30
C. Administrasi Wilayah ....................................................................... 32
1. KondisiTopografi Afdeling ........................................................... 32
2. Kondisi Tanah .............................................................................. 32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 34
A. Data Analisis Tanah dan Data Iklim ................................................. 34
B. Waktu Tanam Terbaik dan Analisis Kebutuhan Air
Berdasarkan dari Program CWB ....................................................... 38
C. Kesesuaian Sistem Irigasi untuk Daerah
Perkebunan PT. Condong Garut ....................................................... 55
D. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air ................................................ 57
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 62
A. Kesimpulan ...................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................ 63
VII. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 64
VIII. LAMPIRAN ........................................................................................ 66

8
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Perkebunan kelapa sawit ............................................................. 8


Gambar 2. Areal pembibitan kelapa sawit .................................................... 11
Gambar 3. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan
di afdeling Condong .................................................................... 12
Gambar 4. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan
di afdeling Cibogo ...................................................................... 13
Gambar 5. Metode alur pikir WARM ........................................................... 27
Gambar 6. Metode alur pikir CWB ............................................................. 28
Gambar 7. Sampel tanah yang akan diuji pF ................................................. 35
Gambar 8. Pengambilan sampel tanah .......................................................... 36
Gambar 9. Grafik total curah hujan .............................................................. 36
Gambar 10. Metode input data WARM ........................................................ 39
Gambar 11. Metode simulasi WARM .......................................................... 40
Gambar 12. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999
afdeling Condong ..................................................................... 41
Gambar 13. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999
afdeling Tarisi ............................................................................ 43
Gambar 14. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999
afdeling G. Sulah ....................................................................... 44
Gambar 15. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002
afdeling Condong ....................................................................... 46
Gambar 16. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002
afdeling Tarisi ............................................................................ 48
Gambar 17. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002
afdeling G. Sulah ....................................................................... 49
Gambar 18. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005
afdeling Condong ....................................................................... 51
Gambar 19. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005
afdeling Tarisi ............................................................................ 52
Gambar 20. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005
afdeling G. Sulah ....................................................................... 54
Gambar 21. Areal perkebunan dengan kontur yang tidak teratur ................... 57
Gambar 22. Tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan ...................... 58

9
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Parameter karakteristik tanaman ..................................................... 25


Tabel 2. Parameter database fisik tanah ........................................................ 26
Tabel 3. Kadar air di lima afdeling kelapa sawit ........................................... 34
Tabel 4. Kapasitas lapang dan titik layu permanen ....................................... 35
Tabel 5. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999
afdeling Condong............................................................................. 42
Tabel 6. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999
afdeling Tarisi ................................................................................. 43
Tabel 7. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999
afdeling G. Sulah ............................................................................ 45
Tabel 8. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002
afdeling Condong............................................................................ 47
Tabel 9. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002
afdeling Tarisi ................................................................................. 48
Tabel 10. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Juni 2002
afdeling G.Sulah ............................................................................ 50
Tabel 11. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005
afdeling Condong .......................................................................... 52
Tabel 12. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Mei 2005
afdeling Tarisi ............................................................................... 53
Tabel 13. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005
afdeling G. Sulah .......................................................................... 54
Tabel 14. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2002 .............................. 59
Tabel 15. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2005 .............................. 60
Tabel 16. Pengaruh curah hujan terhadap persentase potensi produksi .......... 61

10
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta perkebunan PT. Condong Garut ......................................... 66


Lampiran 2. Peta tanah perkebunan PT. Condong Garut ............................... 67
Lampiran 3. Peta batas afdeling perkebunan PT. Condong Garut .................. 68
Lampiran 4. Peta kerja perkebunan PT. Condong Garut ............................... 70
Lampiran 5. Tabel taksasi dan realisasi produksi kelapa sawit ...................... 71
Lampiran 6. Tabel tekstur tanah .................................................................... 74
Lampiran 7. Tabel data hasil análisis tanah .................................................. 75
Lampiran 8. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Februari 2007 ................. 76
Lampiran 9. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Maret 2007 ..................... 77
Lampiran 10. Keadaan produksi kelapa sawit bulan April 2007 .................... 78
Lampiran 11. Keadaan luas areal dan jumlah pohon
kelapa sawit bulan April 2007 ................................................. 79
Lampiran 12. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong
1 Juni 1999 .............................................................................. 80
Lampiran 13. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong
21 Juni 2002 ............................................................................ 81
Lampiran 14. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong
1 Mei 2005 ............................................................................. 82
Lampiran 15. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi
1 Juni 1999 .............................................................................. 83
Lampiran 16. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi
21 Juni 2002 ............................................................................ 84
Lampiran 17. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi
11 Mei 2005 ........................................................................... 85
Lampiran 18. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah
1 Juni 1999 .............................................................................. 86
Lampiran 19. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah
11 Juni 2002 ............................................................................ 87
Lampiran 20. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah
1 Mei 2005 ............................................................................. 88
Lampiran 21. Tabel data iklim harian Januari-April tahun 2007 ................... 89
Lampiran 22. Struktur organisasi perkebunan PT. Condong Garut ............... 92

11
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di


Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas
kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya memiliki
peluang bisnis yang besar dan dapat menciptakan kesempatan kerja yang
mengarah pada kesejahteraan masyarakat serta sebagai sumber perolehan
devisa negara (Fauzi et al., 2002). Kebutuhan dalam negeri akan minyak
nabati cukup besar dan akan terus meningkat, sebagai akibat kenaikan jumlah
penduduk. Sementara itu konsumsi minyak nabati per kapita per tahun di
Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan di negara tetangga.
Konsumsi rata-rata minyak dan lemak per kapita di Indonesia hanya 10.9
kg/tahun, jika dibandingkan dengan Filipina (12.3 kg/tahun) atau Malaysia
(16.8 kg/tahun) (Moll, 1987).

Malaysia dan Indonesia tetap merupakan negara pengekspor utama


dengan peluang peningkatan ekspor masing-masing sekitar 3.2% dan 6.5% per
tahun. Dari sudut alokasi pangsa pasar, Indonesia diperkirakan masih
menguasai pasar untuk negara-negara di beberapa Eropa Barat seperti Inggris,
Italia, Belanda, dan Jerman. Malaysia lebih banyak menguasai pasar China
(1.8 juta ton), India (1.7 juta ton), EU (1.5 juta ton), Pakistan (1.1 juta ton),
Mesir (0.5 juta ton), dan Jepang (0.4 juta ton).

Seperti kebanyakan harga produk primer pertanian, harga CPO relatif


sulit untuk diprediksi dengan akurasi yang tinggi. Harga cenderung fluktuatif
dengan dinamika yang perubahan yang relatif sangat cepat. Dengan kesulitan
tersebut, maka proyeksi harga yang dilakukan lebih pada menduga kisaran
harga untuk periode 2000-2005. Jika tidak ada shock dalam perdagangan dan
produksi, maka harga CPO di pasar internasional pada periode tersebut
diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan situasi harga tahun 2001
yang dengan rata-rata sekitar US$ 265/ton. Di samping itu, mulai menurunnya
stok pada periode menjelang 2005 juga mendukung perkiraan tersebut.

12
Secara umum, ada dua sumber permintaan (peluang pasar) untuk CPO
Indonesia yaitu konsumsi domestik dan ekspor. Setelah sebelumnya
meningkat dengan laju sekitar 8% per tahun, peluang konsumsi CPO di dalam
negeri diperkirakan akan meningkat dengan laju antara 6% pada tahap awal
dan menurun menjadi sekitar 4% pada akhir dekade mendatang (Gambar 1).
Untuk periode 2000-2005, konsumsi domestik diperkirakan meningkat dengan
laju 5%-6% per tahun. Selanjutnya, untuk periode 2005-2010, laju
peningkatan konsumsi diperkirakan adalah 3%-5% per tahun. Dengan laju
pertumbuhan tersebut, maka konsumsi domestik pada tahun 2005 dan 2010
masing-masing adalah 3.92 juta ton dan 4.58 juta ton.

Selain mengandalkan pasar domestik, pasar ekspor merupakan pasar


utama CPO Indonesia. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat
dengan laju antara 7-8% per tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di
pasar internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO Indonesia juga
sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya tingkat pajak
ekspor. (http://www.ipard.com/art_perkebun/0030504wrs.asp)

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan
karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan
dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut
diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah, bahkan tanpa kolesterol
(Sastrosayono, 2003).

Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar kedua di


dunia setelah Malaysia. Pada tahun 2003 luas areal kelapa sawit adalah 5.2
juta ha dengan total produksi sebesar 10.4 juta ton dan volume ekspor sebesar
7.0 juta ton dalam bentuk CPO (Crude Palm Oil) (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2006 dalam Purba, 2007). Jumlah tersebut cukup besar sebagai
sumber pendapatan negara, mengingat tingginya harga kelapa sawit di pasaran
internasional saat ini, selain itu sumber daya alam yang mendukung dan
sarana produksi yang tersedia dapat meningkatkan pendapatan pekebun di
beberapa daerah (Lubis, 1994). Hal tersebut dapat memotivasi perkebunan-
perkebunan kelapa sawit untuk terus meningkatkan produksinya.

13
Menurut Hermawan (1997 dalam Purba, 2007), minyak kelapa sawit
untuk produk kosmetik memberikan keuntungan karena produk kosmetik
tersebut akan bebas dari senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik yang
berbahaya bagi kulit manusia. Minyak kelapa sawit juga mengandung
komponen minor yang sangat diperlukan kulit seperti betakaroten dan alpha
tokoferol. Produk kosmetik dari bahan baku minyak kelapa sawit secara alami
cukup stabil dan tidak menimbulkan hidrogenase.

Untuk memenuhi kebutuhan akan kelapa sawit, maka dilakukan suatu


usaha untuk meningkatkan produksi minyak sawit yaitu dengan meningkatkan
pengolahan di pabrik, memperluas areal pertanaman dan memperbaiki sistem
budidaya yang biasa dilakukan. Tanaman kelapa sawit berbuah sepanjang
tahun namun terdapat bulan-bulan dimana terjadi panen puncak dan panen
rendah. Variasi produksi tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh faktor
iklim. Faktor-faktor lainnya juga turut mempengaruhi seperti tanah, komposisi
umur tanaman, bahan tanaman dan manajemen (Lubis, 1992).

Dari beberapa faktor di atas, air juga merupakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh tehadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Ketersediaan
air sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, jumlah air irigasi yang
diberikan, dan kapasitas tanah dalam menahan air. Air yang sedikit maupun
berlebihan dapat berakibat buruk bagi tanaman (Ismantika, 1998).
Menurut Sheriff (1992), tanaman sangat peka terhadap kekurangan air,
hal ini dapat mengakibatkan pengurangan dalam pembentukan dan perluasan
daun. Jika hal tersebut terjadi, maka fotosintesis tanaman akan terganggu dan
terjadinya penurunan produktivitas tanaman. Ketersediaan air juga sangat
berpengaruh kegiatan pemupukan karena air berperan sabagai zat pelarut yang
melarutkan unsur hara sehingga dapat diserap oleh tanaman. Defisit air lebih
dari 200 mm/tahun akan mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
terganggu yang berlangsung 2-3 tahun ke depan.

14
B. Tujuan

1. Memperoleh informasi kebutuhan air tanaman kelapa sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan
program Crop Water Balance (CWB).

2. Menentukan masa tanam yang terbaik tanaman kelapa sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) di perkebunan PT. Condong Garut dengan menggunakan
program Crop Water Balance (CWB).

15
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk kelas


monocotyledone, ordo Palmaes, famili palmaceae, genus Elaeis, dan spesies
Elaeis guineensis. Menurut Lubis (1992). Tanaman kelapa sawit diperkirakan
berasal dari Guina, pantai barat Afrika. Tanaman ini memiliki nama latin
Elaeis guineensis Jacq. dengan taksonomi sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyta
Sub-divisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Monocotyledone
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Sub-famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, kelapa sawit
dibedakan dalam beberapa varietas diantaranya Dura, Pisifera, Tenera,
Macrocarya dan Diwikka-wikka. Perbedaan ketebalan tempurung dan daging
buah pada tiga varietas pertama, yaitu Dura memiliki tempurung tebal (2-
8mm) dengan daging buah yang relatif tipis (35%-50% terhadap daging buah),
Pisifera memiliki tempurung yang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada
tempurungnya, tetapi memiliki daging buah yang tebal atau lebih tebal dari
daging buah Dura dan Tenera memiliki tempurung yang tipis (0.5-4mm)
dengan daging buah yang sangat tebal (60-96% terhadap buah); sedangkan
berdasarkan warna kulit buah, kelapa sawit dibedakan dalam beberapa varietas
diantaranya Nigrescens, Virescens dan Albescens (Fauzi et al.,2002).

Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat


karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer yang
tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah, akar
sekunder, tersier, dan kuarter yang tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah

16
bahkan akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang
banyak mengandung zat hara. Akar tersier dan kuarter merupakan bagian
perakaran paling dekat dengan permukaan tanah. Kedua jenis akar tersebut
banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar
(caliptra). Bulu-bulu akar tersebut paling banyak ditemukan pada jarak 2-2.5
m dari pangkal batang dan sebagian besar berada di luar piringan. Pada bagian
tersebut tanahnya akan lebih remah dan lembab sehingga merupakan lokasi
yang paling sesuai untuk penyebaran pupuk (Fauzi et al.,2002).

Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang dapat hidup sampai


ratusan tahun, sehingga keberadaannya di lapang dapat dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama (Komalaningtyas, Ikhwan dan Asmono, 2000 dalam
Marliani 2006). Sastrosayono (2003) menambahkan bahwa tanaman sawit
secara alamiah bisa mencapai umur 100 tahun. Akan tetapi, tanaman kelapa
sawit yang ditanam di perkebunan harus diremajakan sebelum mencapai umur
100 tahun, karena produksi buahnya sudah menurun. Umur ekonomis tanaman
kelapa sawit adalah 25-35 tahun.

Batang kelapa sawit tidak berkambium karena termasuk tanaman


monokotil dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit berbentuk
silinder dengan diameter 20-75 cm. tanaman yang masih muda, batangnya
tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertumbuhan tinggi batang
terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45
cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15-18 m,
sedangkan yang di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tergantung
pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat (fauzi et al., 2002).

Kelapa sawit mirip daun kelapa, yaitu membentuk susunan daun


majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu
pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5-9 m. Jumlah anak daun di
setiap pelepah pada batang dirumuskan dengan rumus daun (phyllotaxys) 3/8,
pada setiap 3 putaran terdapat 8 daun. Letak daun kesembilan berada di garis
lurus dari daun pertama. Di bagian pangkal pelepah daun terdapat duri-duri

17
yang sangat tajam. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit dapat mengeluarkan
20-24 lembar daun (Sastrosayono, 2003).

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya


bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-
masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan
bunga betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun.
Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, dapat dibedakan
antara bunga jantan dan bunga betina, yaitu dengan melihat bentuknya. Bunga
jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing
dan garis tengah bunga kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat
dengan ujung rata dan garis tengah lebih besar (fauzi et al., 2002).

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah saat berumur 18 bulan setelah


tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan persentase limbah (Lumpur)
banyak. Buah kelapa sawit menempel di karangan yang disebut tandah buah.
Dalam satu tandan terdiri atas puluhan sampai ribuan buah. Tandan buah akan
mencapai pertumbuhan maksimal pada umur 4.5-5 bulan. Pada umur tersebut
sudah mulai dibentuk zat-zat minyak yang disusun dalam sel-sel pengisi di
sela-sela sabut buah. Persamaan dengan pembentukan minyak, warna kulit
buah akan berubah dari ungu menjadi oranye merah. Perubahan warna kulit
buah yang terjadi saat turun hujan menyebabkan buah-buah tersebut akan
terlepas dari tandannya (rontok). Berdasarkan buah-buah yang berjatuhan
tersebut dapat ditentukan kriteria tingkat kemasakan buah (Sastrosayono,
2003).

1. Ekologi tanaman kelapa sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah
di sekitar Lintang utara-Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m di atas
permukaan laut (dpl). Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi
karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu,
intensitas, kualitas dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama
penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7
jam/hari (fauzi et al., 2002). Curah hujan optimum yang diperlukan

18
tanaman kelapa sawit rata-rata 1800-4000 mm/tahun dengan distribusi
merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan.

Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa
sawit juga memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-28 C. kelembaban
optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6
km/jam sangat baik membantu proses penyerbukan. Tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti Podsolik, Latosol,
Hidromorfik kelabu, Alluvial atau Regosol. Akan tetapi, kemampuan
produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama.
Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat fisik dan sifat
kimia tanah. Sifat fisik tanah yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit
adalah tanahnya gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang
dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas.
Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60 persen, debu 10-40
persen, liat 20-50 persen. Sedangkan sifat kimia tanah yang diperlukan
diantaranya adalah pH optimum tanah antara 5.0-5.5 (fauzi et al.,2002).
Berikut gambar areal perkebunan kelapa sawit yang tumbuh di daerah
perkebunan PT. Condong Garut.

Gambar 1. Perkebunan kelapa sawit.

19
2. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

a. Penyediaan benih

Penyediaan benih dilakukan oleh balai-balai penelitian kelapa


sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian
Perkebunan Medan (RISPA). Dalam penyediaan benih ini balai-balai
penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin
dengan pohon induk tipe Delidura dan pohon bapak tipe Pisifera
terpilih.
Syarat-syarat pohon induk yang baik adalah :
 Pertumbuhan vegetatifnya lambat.
 Produksi tinggi.
 Persentase buah per tandan sekitar 60-70 %.
 Kadar minyak dalam daging buah  60 % dan kadar minyak per
tandan sekitar 27 %.
 Bentuk pohonnya baik dan sudut pelepahnya tidak sempit.
 Tumbuh subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit.
b. Pengecambahan benih
Hartley (1970) dalam http:elearning.unej.ac.ad, menyebutkan
beberapa cara pengecambahan benih, antara lain cara kering.
Pengecambahan cara kering, urutan pekerjaannya sbb :
1. Pengupasan buah. Buah dikupas untuk memperoleh benih yang
terlepas dari sabutnya. Pengupasan buah kelapa sawit dapat
menggunakan mesin pengupas.
2. Perendaman benih. Benih direndam dalam ember berisi air bersih
selama 5 hari dan setiap hari air harus diganti dengan air yang baru.
3. Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di
tempat teduh selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal
satu lapis biji saja. Kadar air dalam biji harus diusahakan agar tetap
sebesar 17 %.
4. Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran
panjang 65 cm yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih.
Kantong plastik ditutup rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan

20
merekatnya. Simpanlah kantong-kantong plastik tersebut dalam
peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam ruang
pengecambahan yang suhunya 39 0C.
5. Benih diperiksa setiap 3 hari sekali (2 kali per minggu) dengan
membuka kantong plastiknya dan semprotlah dengan air (gunakan
hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang
diperlukan yaitu antara 21 – 22 % untuk benih Dura dan 28 – 30 %
untuk Tenera. Contoh benih dapat diambil untuk diperiksa
kelembabannya.
6. Bila telah ada benih yang berkecambah, segera semaikan pada
pesemaian perkecambahan.
7. Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang
pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan
air harus diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari
benih akan mengeluarkan tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari
kemudian sebagian besar benih telah berkecambah dan siap
dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun
nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di
atas sebaiknya tidak digunakan untuk bibit.

c. Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit dengan benih yang telah


dikecambahkan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu :
1. Cara dua tahap (prenursery dan nursery)
2. Cara satu tahap (langsung ke nursery)
Melalui cara 1 atau 2, bibit baru siap dipindahkan ke lapangan
(kebun) apabila telah berumur 11 – 12 bulan. Pelaksanaan pembibitan
hendaknya di areal harus datar dan rata, dekat dengan sumber air dan
letaknya sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang akan ditanami
agar mudah diawasi.

Sebelum dilakukan pemindahan bibit ke lapangan sebaiknya


lahan pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam

21
gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman (misalnya tersedia
springkle irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan dan parit-parit
drainase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan.
Berikut merupakan gambar areal pembibitan kelapa sawit.

Gambar 2. Areal pembibitan kelapa sawit.

d. Pemindahan bibit ke lapangan

Pemindahan bibit ke lapangan dilakukan apabila bibit telah


berumur 8 bulan dapat dipindahkan ke areal / lapangan pertanaman,
tetapi umumnya bibit dipindah ke lapang pada umur 10 – 14 bulan.
Pemindahan bibit ke lapangan harus diusahakan agar bibit tidak rusak
dan polybagnya tidak pecah.
Tanaman kelapa sawit sering ditanam pada areal / lahan :
 Bekas hutan (bukaan baru, new planting)
 Bekas perkebunan karet atau lainnya ( konversi)
 Bekas tanaman kelapa sawit (bukaan ulangan, replanting)
Cara menanam bibit yang ada pada polybag sbb.:
 Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing
lubang tanam yang sudah dibuat.
 Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar
kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.

22
 Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan
menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock
Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
 Buatlah keratin vertikal pada sisi polybag dan lepaskan polybag
dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
 Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan
memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan
padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
 Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan
tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai
ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang
air.
 Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
 Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.
Bibit dari polybag biasanya langsung ditanam di samping pohon kelapa
sawit yang sudah tidak produktif lagi, seperti pada gambar berikut :

Gambar 3. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan di afdeling Condong.

23
Gambar 4. Penanaman bibit dari polybag ke lapangan di afdeling Cibogo.

e. Pemeliharaan dan Pemangkasan Daun

Pemeliharaan yang dilakukan antara lain dengan melakukan


penyulaman pada tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Bibit
yang dipakai untuk menyulam harus seumur dengan tanaman yang
disulam. Selain penyulaman juga dilakukan penanaman tanaman
penutup tanah (tanaman kacangan, Legume Cover Crop atau LCC) pada
areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki
sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi dan
mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma.
Jenis-jenis tanaman kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit
adalah Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan
Pueraria javanica. Pemeliharaan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah pembuatan piringan yang
bertujuan untuk mempermudah penyemprotan pestisida dan
pengendalian gulma disekitar tanaman.

Pemupukan merupakan salah satu pemeliharaan yang paling


penting untuk memperoleh hasil yang terbaik. Jenis pupuk yang
diberikan adalah pupuk N,P,K,Mg dan B (Urea, TSP, Kcl, Kiserit dan
Borax). Dosis pupuk yang digunakan tergantung dari umur tanaman dan

24
juga disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian untuk TBM (Tanaman
Belum Menghasilkan). Untuk tanaman yang belum menghasilkan, yang
berumur 0 – 3 tahun, dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah
sebagai berikut :
Urea : 0,40 – 0,60 kg
TSP : 0,25 – 0,30 kg
KCl : 0,20 – 0,50 kg
Kiserit : 0,10 – 0,20 kg
Borax : 0,02 – 0,05 kg
Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada awal musim
hujan (September – Oktober), untuk pemupukan yang pertama dan pada
akhir musim hujan (Maret – April) untuk pemupukan yang kedua.
Pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang
bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon dan memudahkan
panenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur / tingkat
pertumbuhan tanaman.

Macam-macam pemangkasan antara lain : Pemangkasan pasir,


yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16
– 20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan
buah-buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis
linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.

 Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada


umur 20 – 28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai
persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua
(yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga
buah-buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada
pemangkasan pasir.

 Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan


setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun
songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun
sejumlah 28 – 54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus

25
sependek mungkin (mepet), agar tidak mengganggu dalam
pelaksanaan panenan. (http://elearning.unej.ac.ad)

B. Program CWB dan WARM

Program ini dibuat oleh CIRAD, Perancis pada tahun 2001. Program
ini digunakan untuk mendukung penyusunan data kebutuhan air tanaman.
Oleh karena itu, program ini dapat pula dicoba dipergunakan untuk penelitian
kebutuhan air tanaman sawit yang akan dilakukan di perkebunan Condong
Garut. Kekeringan pada lahan tadah hujan akan memberikan dampak pada
penurunan produksi dan bahkan kegagalan panen.

Pada tingkat pengambilan kebijakan perlu disusun strategi antisipasi


untuk mengatasi masalah ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menyediakan informasi mengenai pengaruh iklim terhadap
pertanaman setempat (bersifat lokal) baik untuk: 1) mengetahui kondisi
pertanaman yang ada (monitoring/evaluasi), 2) menentukan waktu tanam
terbaik (prediksi/evaluasi) dan 3) menentukan dosis (volume dan interval)
irigasi suplementer yang perlu diaplikasikan.

Untuk membantu proses tersebut diperlukan suatu sistem informasi


agroklimat dengan memadukan unsur iklim, tanaman dan tanah dengan
pengembangannya. Untuk monitoring dan perencanaan pertanaman perpaduan
yang ada diharapkan dapat dijadikan alat bantu penyusunan skenario
pengaturan waktu tanam dan irigasi sehingga dapat disusun perencanaan usaha
tani dengan hasil yang diharapkan.

1. Program CWB

Program CWB-ETo (Crop Water Balance) merupakan suatu


penyederhanaan sistem yang teratur antara unsur iklim (curah hujan dan
evapotranspirasi), tanah, tanaman, dan produksi kedalam bentuk makro
software excel. Tujuan dari program ini adalah
a) Menghitung indeks kecukupan air tanaman pangan setiap skenario
tanggal tanam

26
b) Menghitung persentase kehilangan hasil tanaman pangan setiap
skenario tanggal tanam
c) Menentukan saat tanam berdasarkan indeks kecukupan air dan
persentase kehilangan hasil.

Akan tetapi, dalam penggunaannya program ini kurang praktis dan


rumit karena melalui beberapa tahapan yang panjang dimana sistem
informasi iklim, tanaman, dan tanah diinput ke MS-Acces, sementara
untuk memprediksi hasil dan karakteristik kendala air kita harus berpindah
ke dalam format excel.
Data masukan yang digunakan dalam analisis dikelompokkan menjadi 3
bagian, yaitu :
a) Data iklim harian, yang meliputi curah hujan, suhu udara maksimum,
suhu udara minimum, suhu udara rata-rata dan evapotranspirasi (ETo).
b) Data tanaman, yang meliputi tanggal tanam, umur tanaman, umur pada
setiap fase pertumbuhan tanaman (initial, crop development, mid season
dan late), umur pada setiap fase fenologi (instalation, vegetative stage,
flowering, yield formation dan ripening), ketinggian tanaman
maksimum, kedalaman akar maksimum, koefisien toleransi tanaman
terhadap cekaman air dan koefisen tanaman (Kc) pada setiap fase.
c) Data tanah, yang meliputi kadar air kapasitas lapang, kadar air titik layu
permanen, total air tersedia dan total evaporasi.

2. Program WARM

Untuk menyederhanakan proses pada program CWB (Water and


Agroclimate Management Program) yang kurang praktis dan
pengembangan output, maka dilakukan kegiatan redesain buletin
agroklimat sehingga dihasilkan software yang lebih mudah digunakan
(user friendly) dan memiliki manfaat yang lebih luas. Software program
ini dibuat dengan cara memodifikasi program CWB oleh Balitklimat.
Tujuan dari program ini adalah menduga pengaruh iklim terhadap berbagai
tanaman. Dalam program WARM dapat dilakukan skenario penentuan
tanggal tanam terbaik dan skenario penentuan irigasi. Skenario irigasi

27
(volume dan interval irigasi) ditentukan dengan menggunakan batasan
seperti : irigasi diberikan pada saat tidak terjadi hujan, irigasi diberikan
pada saat transpirasi aktual tanaman lebih rendah dari transpirasi
potensialnya sehingga mengakibatkan potensi kehilangan hasil melebihi
batas toleransi (5%-20%).

WARM dibangun dari kelompok database yang memuat informasi


data iklim, tanah dan tanaman (merupakan data input) yang terintegrasi
dalam program neraca air tanaman. Parameter masukan yang digunakan
pada program ini adalah database ikim, database tanaman, database pola
tanam dan database kondisi tanah. Sedangkan keluarannya berupa
perencanaan waktu tanam dan penentuan volume serta interval irigasi.

Kelebihan yang dimiliki oleh program WARM antara lain :


 Lebih mudah di-update dan di-maintain
 Mempunyai data koleksi Balitklimat (74 stasiun) yang telah
terintegrasi dengan Database Iklim Nasional – Balitklimat secara
spasial dan temporal
 Pengoperasian WARM yang user friendly karena didukung konsep
WIZARD (tuntunan per langkah)
 Mempunyai simulasi pemberian air suplementer berdasarkan skenario:
 Interval tetap
 Kehilangan hasil per hari
 Persentase kebutuhan irigasi
Selain kelebihan yang dimilikinya, program WARM juga masih
memiliki beberapa kekurangan seperti :
 Beberapa istilah dan singkatan yang digunakan dalam pengoperasian
WARM masih dalam bahasa inggris sehingga memerlukan pengetahuan
lanjut mengenai CWB (Crop Water Balance) versi Cirad, Prancis
(tersedia dalam Panduan WARM format doc)
 Algoritma Simulasi Hujan masih menggunakan pendekatan rata-rata
(mean) dan peluang kemungkinan hujan secara manual
 Tidak didukung sistem operasi dibawah Windows XP Home
 Tidak mendukung tanaman yang berusia lebih dari 365 hari

28
 Tidak mentolerir data iklim kosong
Program ini merupakan penyempurnaan dari program neraca air
yang sudah ada dengan penambahan beberapa model, yaitu penentuan
waktu tanam dan pemberian irigasi optimal. Perangkat lunak ini
diharapkan lebih mudah digunakan dan luaran yang dihasilkan lebih
bermanfaat untuk perencanaan pertanian.

C. Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) adalah besarnya


jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk berproduksi atau secara umum
menunjukkan jumlah total evaporasi dari bahan yang digunakan oleh tanaman.
Kebutuhan air tanaman biasa disebut evapotranspirasi. Menurut Doorenbos
dan Pruit (1977), kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang
dibutuhkan untuk mengimbangi evapotranspirasi tanaman sehat (Etc) yang
tumbuh pada suatu lahan yang luas, kondisi air tanah dan kesuburan tanah
tidak dalam keadaan terbatas serta dapat mencapai produksi potensial pada
lingkungan pertumbuhannya.

Besarnya kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor


yang mencakup iklim, tanah, teknik budidaya, dan irigasi yang digunakan.
Kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi oleh fase pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Umumnya pada fase vegetatif tanaman memerlukan
air dalam jumlah yang besar. Kekurangan air pada periode tertentu akan
mengurangi hasil, yaitu pada awal pertumbuhan akan mengurangi hasil
sampai 50%, awal fase pembungaan akan mengurangi hasil 25%.

Pada dasarnya kebutuhan air tanaman dapat dihitung dengan metode


pengukuran langsung atau dengan metode pendugaan. Metode pengukuran
langsung menggunakan panci evaporasi dan lysimeter yang didasari pada
prinsip neraca air.

1. Neraca Air

Neraca air (water balance) mudah berubah baik menurut ruang


maupun waktu, karena mengikuti siklus hidrologi. Menurut Sastrodarsono

29
dan Takeda (1983), neraca air merupakan penjelasan hubungan aliran
masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow) dari proses sirkulasi untuk suatu
periode tertentu di suatu daerah.
Neraca air tanaman dapat dituliskan sebagai berikut:
P  I  D  Ro  E  T  S

Keterangan:

P : Curah hujan E : Evaporasi

I : Irigasi T : Transpirasi

D : Drainase S : Cadangan air dalam tanah

Ro : Runoff

a) Evapotranspirasi Potensial (ETp)

ETp merupakan konsep yang dikembangkan oleh Penman yang


membatasi laju penguapan terbesar dari suatu komunitas tanaman. Ada
tiga hal utama dari konsep ini, yaitu : tajuk tanaman menutupi tanah
secara sempurna, air tanah cukup, dan tanaman cukup pendek. Ketiga
batasan tersebut pada prinsipnya adalah untuk memaksimalkan laju
evapotranspirasi, sehingga hanya ada satu nilai evapotranspirasi
potensial untuk kondisi cuaca tertentu yang hanya ditentukan oleh
unsur-unsur cuaca. ETp menggambarkan laju maksimum kehilangan air
suatu pertanaman yang ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan
penutupan tajuk tanaman pendek yang rapat dengan penyediaan air
yang cukup.

b) Evapotranspirasi Aktual (ETa)

Berdasarkan keadaan air tanah, dikenal dua istilah yaitu ETp


dan ETa. ETp adalah evapotranspirasi yang terjadi pada keadaan
kapasitas lapang, sedangkan ETa terjadi pada saat keadaan air tanah
sebenarnya. Besarnya ETa tidak selalu lebih rendah dari ETp. Besarnya
nilai ETa dipengaruhi oleh keadaan permukaan evaporasi dan
ketersediaan air.

30
c) Evapotranspirasi Maksimum (ETmax)

Evapotranspirasi maksimum (Etmax) adalah evapotranspirasi


maksimal yang dilakukan oleh tanaman yang dapat diartikan juga
sebagai evapotranspirasi tanaman (ETc). Menurut Doorenbos dan Pruit
(1977), untuk menduga evapotranspirasi maksimal tanaman ada
beberapa tahap, yaitu :
 Menentukan evapotranspirasi acuan (ETo)
 Menentukan koefisien tanaman (Kc)
 Menghitung evapotranspirasi tanaman (Etmax atau ETc)
 Menjelaskan adanya pengaruh iklim lokal

Untuk mengetahui besarnya nilai Etmax diperlukan nilai


koefisien tanaman (Kc), dimana nilai Kc menunjukan nilai karakteristik
dari suatu tanaman dalam menentukan besarnya kebutuhan air. Kc juga
merupakan fungsi dari tahap-tahap fenologi taanaman yang nilainya
beragam diantara tiap-tiap kelompok tanaman dan tahap
perkembangannya. Koefisien tanaman (Kc), menujukkan hubungan
antara ETo dan ETmax, sementara itu nilai ETo dapat didekati dengan
nilai ETp.

Doorenbos, J. and Pruit, W. O. (1977) menghitung


evapotranspirasi maksimal/tanaman berdasarkan fungsi dari
evapotranspirasi acuan dengan parameter karakteristik tanamannya,
yang digambarkan dengan persamaan berikut:
ETcrop = Kc x ETo
Dimana :
ETcrop : Evapotranspirasi tanaman
Kc : Koefisien Tanaman ETo : Evapotranspirasi acuan

2. Indeks Kecukupan Air

Indeks kecukupan air merupakan salah satu parameter untuk


mengetahui tingkat kebutuhan air oleh tanaman. Nilai tersebut
dicerminkan oleh rasio antara ETa dan ETmax. Indeks kecukupan air

31
dapat digunakan sebagai evaluasi apakah sistem suatu tanaman yang ada
sudah efisien dalam memanfaatkan air.

Ada dua konsep yang melatarbelakangi analisis ETa/ETmax, yaitu


(a) hubungan antara tanaman dan air yang merupakan fungsi linear pada
umumnya relevan digunakan untuk menduga penurunan hasil tanaman
ketika tanaman mengalami strees air yang diakibatkan oleh cekaman air.
(b) kekurangan air (cekaman air) yang terjadi pada fase kritis tanaman
akan mengakibatkan penurunan hasil yang lebih besar dibandingkan jika
terjadi pada fase lainnya.

3. Kehilangan Hasil Relatif Tanaman

Kehilangan hasil disebabkan oleh cekaman air yang sangat


ditentukan oleh tingkat intensitas cekaman air. kekurangan air pada fase
vegetatif tidak berakibat langsung terhadap penurunan hasil, tetapi hanya
menurunkan pertumbuhan sumber asimilasi seperti pada daun dan batang.
Sedangkan kekurangan air pada fase pembungaan dapat berdampak
langsung terhadap penurunan hasil.

Perhitungan nisbah ETa secara runut waktu dalam suatu hamparan


memungkinkan untuk dapat mempresentasikan keragaman spasial dan
temporal indeks kecukupan air di suatu wilayah. Untuk menekan resiko
terjadinya kekeringan dan penurunan hasil tanaman, maka upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mengantisipasi terjadinya cekaman air
pada fase kritis melalui penyusunan masa tanam.

4. Hubungan Indeks Kecukupan Air dengan Kehilangan Hasil Relatif

Prediksi hasil tanaman kaitannya dengan defisit air. Untuk


memprediksi potensi penurunan hasil pada tanaman akibat kekurangan air
telah dibuat satu model linier fungsi produksi tanaman yang telah disusun
oleh FAO (Doorenbos dan Kassam, FAO vol. 33, 1987).
1  Ya / Ym  Ky  1  Etci .ETc 
Dimana :
Ya : Produksi tanaman actual (t/ha)

32
Ym : Produksi tanaman maksimum yang diharapkan
Etc i : Evapotranspirasi tanaman actual (mm/hari)
Etc : Evapotranspirasi potensial (pada kondisi standar dimana tidak ada
stres air) (mm/hari)
Ky : Faktor respon produksi (-)

Ky adalah faktor yang mendeskripsikan penurunan produksi relatif


sehubungan dengan penurunan Etc yang diakibatkan oleh kondisi defisit
air. Nilai Ky untuk setiap tanaman adalah berbeda dan bervariasi selama
masa pertumbuhannya. Pada umumnya penurunan produksi akibat defisit
air selama fase vegetatif dan pemasakan relatif kecil, sementara itu selama
fase pembungaan dan pembentukan hasil nilai Ky lebih besar.

33
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Condong Garut Jawa Barat.


Waktu pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan April sampai Juli
2007.

B. Alat Dan Bahan

Dalam pelaksanaan penelitian, peralatan dan bahan yang akan


digunakan untuk menunjang kegiatan antara lain : buku-buku literatur yang
menunjang kegiatan penelitian, GPS, kamera foto yang digunakan untuk
mendokumentasikan objek-objek yang diperlukan pada penyajian laporan,
perangkat lunak (software) MS Excel dan Crop Water Balance
Evapotranspiration (CWB-Eto) yang dikeluarkan oleh CIRAD Perancis tahun
2001, program Arc view.

C. Data dan Informasi Yang Diperlukan

Jenis data yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini , antara lain :
i. Data iklim harian, yang meliputi : curah hujan, suhu udara maksimum, suhu
udara minimum, suhu udara rata-rata, kecepatan angin rata-rata, dan
evapotranspirasi potensial (perhitungan FAO Penman-Monteith).
ii. Data agronomi (primer dan sekunder) antara lain : umur tanaman initial, fase
vegetatif, waktu pembungaan, waktu pengisian buah, waktu pemasakan biji,
waktu panen, ketinggian maksimum tanaman, kedalaman akar tanaman
maksimum, koefisien toleransi tanaman terhadap cekaman air (diasumsikan
50%) dan koefisien tanaman pada tiap fase.
iii. Data primer tanah, antara lain : kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu
permanen, total air tersedia (TAW), total evaporasi (TEW), dan readly
evaporative water (REW).
iv. Data penunjang, meliputi : Peta Perkebunan PT. Condong, Peta Tanah
Perkebunan PT. Condong, Garut Jawa Barat.

34
D. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk kegiatan penelitian tugas akhir


dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :
1. Pengamatan langsung (observation)
Dalam metode ini dilakukan pencatatan sekaligus penyimpulan sementara
terhadap suatu objek yang diamati.
2. Wawancara (interview)
Metode ini yaitu dengan mengadakan wawancara langsung (facing
interview) dengan pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan
informasi terhadap data-data yang dibutuhkan.
3. Pendokumentasian (documentation)
Metode ini yaitu dengan mengadakan pencatatan ulang terhadap data-data
yang sebelumnya telah diambil melalui metode wawancara maupun metode
pengamatan langsung, sekaligus pengambilan data visual (gambar) yang
dapat menunjang dalam penyajian laporan.
4. Studi pustaka (library research), yaitu dengan mempelajari buku-buku,
buletin-buletin, ataupun karya ilmiah yang berkaitan dengan judul dan data
sekunder yang dibutuhkan.

E. Metode Analisis Data

Program CWB-Eto merupakan suatu penyederhanaan sistem (model)


yang teratur antara unsur iklim (curah hujan dan evapotranspirasi), tanah,
tanaman, dan produksi (hasil tanaman) ke dalam bentuk makro dalam software
excel.

1. Database Jenis Tanaman

Database tanaman memuat parameter karakteristik tanaman tertentu


yang menggambarkan satu siklus pertumbuhan tanaman dari awal fase
pertumbuhan (inisial) sampai dengan pemasakan (panen). Adapun fase
pertumbuhan yang diukur meliputi kondisi perakaran, tinggi tanaman dan
durasi tanaman per fase (contoh : padi memerlukan waktu 10 hari dari fase
inisial ke fase vegetatif). Data-data tersebut akan mempengaruhi besarnya

35
volume air yang ditranspirasikan melalui tanaman, dan volume air yang
dapat diambil dari tanaman. Data-data tanaman yang dikumpulkan dalam
database tanaman disajikan dalam Tabel 1.

Pada program yang dibuat, data tanaman mengacu pada referensi


tanaman yang telah diobservasi FAO. Data tersebut perlu divalidasi untuk
wilayah setempat. Data berbagai jenis tanaman hasil observasi FAO,
disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Parameter karakteristik tanaman.


No. Simbol Keterangan Satuan
1 NBD Lama pertumbuhan fase – fase fisiologis Hari
2 Kc Koefisien tanamn
3 SWS Kepekatan terhadap cekaman air dalam
hubungannya dengan fase fisiologis
4 Zrootmax Kedalaman perakaran maksimum m
5 Hmax Tinggi tanaman maksimum m
Sumber : Buletin Agroklimat, 2001.

2. Database Tanah

Database tanah memuat informasi kondisi fisik tanah yang


menggambarkan ketersedian air tanah. Data fisik tanah yang terdapat
dalam database tanah disajikan pada Tabel 2.

36
Tabel 2. Parameter database fisik tanah.
No. Simbol Keterangan Satuan
1 Jenis Jenis tanah -
2 Soil Kedalaman maksimum tanah / solum m
max
3 FC Kandungan air tanah pada kapasitas lapang m3/m3
4 WP Kandungan air tanah pada titik layu permanen m3/m3
5 Zevap Kedalaman maksimum air yang tanah yang m
bisa terevaporasi
6 Rewper Kedalaman air tanah yang bisa m3/m3
ditranspirasikan tanaman
Sumber : Buletin Agroklimat, 2001.

Water and Agroclimate Resource Management (WARM) adalah salah


satu perangkat lunak yang berfungsi sebagai alat bantu yang dapat
mempermudah pengguna untuk mengetahui kondisi pertanian dengan
melibatkan tiga faktor yaitu iklim tanah dan air. Tahapan dari program
WARM adalah dengan mengekstrak data iklim, sistem pertanaman, jenis
tanaman dan tekstur tanah. Kemudian data tersebut menjadi input program
neraca air tanaman yang dikembangkan untuk evaluasi sistem pertanaman,
penentuan skenario pemberian irigasi dan untuk penentuan waktu tanam
terbaik. Berikut merupakan diagram alir tahapan program WARM yang
disajikan dalam Gambar 5.

37
Mulai

Database
Iklim, Sistem pertanaman
Jenis tanaman, Kondisi tanah

Perhitungan Neraca
air tanaman

Hasil monitoring dan


evaluasi tanaman
Pilihan

Analisis
Perencanaan waktu tanam Penentuan volume dan stasiun iklim
interval irigasi
No Yes
Mulai Mulai
Selesai
AnalisisJenis
Pilihan frequensi Pilih Jenis
Pilihan Jenis
tanaman,
tanaman
CH, ETP, tanaman tanaman
CH, ETP, Irigasi

Neraca air Neraca air


(run setahun) (run setahun)

Waktu tanam terbaik Volume dan interval


Irrigasi

Jenis tanaman lain Jenis tanaman lain


Y/N Y/N
No No
Yes Yes
Selesai Selesai

Gambar 5. Metode alur pikir WARM.

38
Alur pikir dalam melakukan analisis dengan menggunakan program CWB-
ETo adalah seperti pada Gambar 6. Sedangkan tahapan kerja penggunaan program
CWB adalah sebagai berikut :
a) penentuan pola tanam untuk tanaman kelapa sawit dan tanah
berdasarkan penyebaran pola wilayah hujan di Pameungpeuk, Garut.
b) Analisis nisbah ETa/Etmax
c) Analisis indeks kecukupan air berdasarkan nisbah ETa/Etmax
d) Analisis kehilangan hasil relatif tanaman (Relatif Loss Yield/RLY)

TAW = KAKL - KATLP

MAW = TAW x kedalaman akar = SWC

Jika ada CH Jika tidak ada CH

SWCi = SWC + CH SWCi =SWC

SWC/MAW

Jika < 0 Jika = 1

SWC
Ks  Ks = 1
(1  p) * MAW

ETM = ETo x Kc ETR = ETM x Ks Loop s/d 1 siklus


tanaman

SWCi+1 = SWCi - ETR

 ETR
perfase.fe nologi
 ETM

Potensi kehilangan hasil


ditentukan dengan metode
Doorenbos, 1979

Gambar 6. Metode alur pikir CWB.

39
Keterangan :
TAW = Kandungan air tanah (Kapasitas Lapang – Titik Layu Permanen)
SWC = Kandungan air tanah, bisa mengalami penambahan jika ada hujan
ataupun irigasi
ETo = Evapotranspirasi potensial
ETR = Evapotranspirasi aktual
Kc = Koefisien tanaman
MAW= Jumlah air maksimum yang dapat dimanfaatkan tanaman
Ks = Koefisien stress tanaman terhadap air (faktor reduksi transpirasi)
yang besarnya antara 0-1 dan tergantung pada ketersediaan air
P = Batas toleransi kandungan air tanah, pada saat tanaman mulai
mengalami reduksi transpirasi.
A = Satu siklus tanaman
B = Fase fenologi

F. Tahapan Kerja Penelitian Secara Umum


Secara umum pelaksanaan penelitian tugas akhir ini yang berlokasi di PT.
Condong Garut Jawa Barat, dan dilaksanakan dengan : (a) membuat perijinan
pada direktur perkebunanan untuk melaksanakan kegiatan penelitian tugas akhir
pada lokasi, (b) mencari informasi yang dalam mengenai tanaman kelapa sawit,
(c) pengambilan sampel tanah dibeberapa afdeling, (d) analisis sampel tanah di
laboratorium mekanika tanah dan ilmu tanah Faperta, (e) mengolah data dan (f)
menyusun tugas akhir.

40
IV. KEADAAN UMUM PERKEBUNAN CONDONG

A. Kondisi lapangan PT. Condong Garut


PT. Perkebunan Condong Garut merupakan salah satu pengolahan
yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit, pengolahan karet, namun
sekarang ditambah lagi pengolahan nilam dan jarak pagar yang baru
dikembangkan pada tahun 2005. Dalam upaya mempermudah serta
memperlancar tugas dan tanggung jawab PT. Perkebunan Condong Garut
telah membuat struktur organisasi. Hal ini dimaksudkan sebagaimana telah
dikatakan oleh Hadi Boedianto, agar tenaga dapat bekerja secara harmonis dan
efisien. (Hadi Boedianto, 1984 dalam Putri S, 2006)
PT. Perkebunan Condong Garut dalam pengoperasian pengolahan
mengolah 2 komoditi yaitu : komoditi kelapa sawit yang terletak di Cipaten,
desa Cigadog Kecamatan Cikelet kabupaten Garut. Sedangkan pengolahan
karet terdapat di dua lokasi pabrik yaitu : pengolahan karet Cimari dan
pengolahan karet di Cikadondong. Namun saat ini sedang dilakukan
pengembangan jarak dan nilam sehingga ada 4 komoditi yang ada sekarang.
Kantor pusat terletak di Cimari desa Cigadog kecamatan Cikelet kabupaten
Garut.
Letak PT. Perkebunan Condong Garut terletak pada ketinggian 200 m
diatas permukaan laut dengan letak tanaman kelapa sawit, jarak pagar, nilam
dan karet yang berbukit-bukit dan terletak di sebelah selatan kota Garut.

B. Sejarah Berdirinya PT. Perkebunan Condong Garut


Awalnya perkebunan Condong adalah milik perusahaan swasta Inggris
yang berkedudukan di London, sedangkan yang mengurusnya adalah
N.V.J.WATTY. yang berkedudukan di Jakarta.
Sejak tahun 1900 telah dibuka, namun secara resmi akte pendiriannya
adalah tahun 1910. Tanaman pokoknya adalah karet. Pada penjajahan Jepang
perkebunan ini dikuasai oleh Jepang. Namun setelah Jepang angkat kaki dari
bumi Indonesia maka PT. Condong Garut kembali ke pemiliknya yaitu
inggris, meskipun pelaksana-pelaksananya adalah orang-orang Belanda. PT.
Condong Garut mengalami reorganisasi yaitu :

41
 September 1963 : perkebunan ini dibawah pengawasan pemerintah karena
Republik Indonesia bertentangan dengan pemerintah Inggris akibat
beerdirinya Negara kerajaan Malaysia yang dianggap Negara buatan
inggris.
 April 1964 : akibat konfrontasi dengan Malaysia, semua perusahaan
Inggris dinasionalisasikan, perkebunan Condong masuk P.P Dwikora V.
 Mei 1968 : sebagai tindak lanjut pemulihan dengan inggris maka semua
perusahaan inggris dikembalikan lagi. Perkebunan Condong dikembalikan
lagi ke pemiliknya yang baru (NV TELOREJO UNITED PLANTATIONS
LTD) dikuasakan kepada perusahaan swasta nasional yaitu PT. Air Murni.
 Juli 1969 : terjadi persengketaan antara NV Telogorejo sebagai pemilik
dengan PT Air Murni sebagai pemegang kuasa, saling memperebutkan
Perkebunan Condong.
 April 1970 : untuk melerai persengketaan keduanya, maka oleh
pemerintah diambil alih perkebunan ini. Kemudian menunjuk PT
Perkebunan XII untuk menguasai dan mengusahakan Perkebunan
Condong.
 Maret 1972 : perkebunan diserahkan kembali kepada pemiliknya yang
dalam hal ini pemilik yang baru yaitu PT Condong Garut. Persengketaan
antara PT Air Murni dengan pemilik (PT Condong Garut) diselesaikan
melalui pengadilan. PT Condong Garut dibawah Pimpinan Halim Sutanto.
 Mei 1975 : PT Condong Garut mengalami perubahan kepemilikannya
yaitu dibawah PT REJOSARI BUMI dan YANITA INDONESIA.
 September 1991 : PT Condong Garut mengalami perubahan kepemilikan
lagi yaitu dibawah PT PANCA PERMATA HARAPAN.
 Tahun 1972 merupakan hari jadi PT Condong Garut, hingga saat ini tahun
2007 menjadi perkebunan milik swasta.

42
C. Administrasi Wilayah

1. Kondisi Topografi afdeling


Perkebunan Condong terletak di kota Garut bagian selatan propinsi
Jawa Barat, adapun luas total perkebunan ini adalah sekitar 7000 Ha,
dengan kondisi topografi curam dan bergelomba1212ng. Terdapat empat
komoditas yang ada dalam perkebunan Condong Garut ini yaitu kelapa
sawit, karet, nilam dan tanaman jarak pagar. Di dalam besarnya luasan
perkebunan ini, maka luasan tersebut dibagi-bagi lagi menjadi beberapa
bagian kebun atau yang biasa disebut afdeling. Tanaman kelapa sawit
terdapat di lima afdeling yaitu :
1. Afdeling Cibogo, dengan luas areal sebesar 586.42 ha
2. Afdeling Condong, dengan luas areal sebesar 781.10 ha
3. Afdeling Gataga, dengan luas areal sebesar 648.88 ha
4. Afdeling Gunung Sulah, dengan luas areal sebesar 841.03 ha
5. Afdeling Tarisi, dengan luas areal sebesar 627.77 ha
Mengenai luas areal, jumlah tanaman dan hasil produksi kelapa sawit dapat
dilihat dalam lampiran 4 s/d 7.

2. Kondisi Tanah
Tanah di daerah perkebunan Condong Garut terbentuk dari bahan
induk Volkan intermedier dengan bentuk wilayah termasuk berombak
sampai bergelombang, tekstur tanah halus dan drainase sedang, tingkat
curah hujan rata-rata setiap tahunnya sekitar 2000 mm/tahun.

Tanah terdiri dari 3 fase yaitu cair, gas dan padat. Fase cair adalah
air tanah yang mengisi sebagian atau seluruh dari ruangan kosong diantara
partikel padat. Salah satu peran tanah dalam lingkungan adalah sebagai
tempat penyimpanan air yang berhubungan dengan kation, anion,
pelapukan bahan organik dan jasad mikro. Air tanah dijumpai dalam pori-
pori mikro atau sebagai selaput di sekeliling partikel-partikel tanah. Air
yang tidak tertahan akan mengisi pori-pori makro dan kemudian meresap
ke bawah karena adanya gaya gravitasi. Pengambilan contoh tanah
dilakukan pada kelima afdeling : Pengambilan contoh tanah sangat

43
menentukan kebenaran hasil analisis di laboratorium. untuk keperluan
macam-macam analisis di laboratorium diperlukan contoh tanah tidak
terganggu (tanah utuh) digunakan untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
seperti kerapatan isi, distribusi ruang pori, permeabilitas dan kurva pF.
Contoh tanah agregat terganggu utuh juga digunakan untuk penetapan sifat-
sifat fisik tanah seperti kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu
permanen.

44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Analisis Tanah dan Data Iklim

Terdapat lima afdeling yang ditanami tanaman kelapa sawit yaitu:


afdeling Condong, Cibogo, Tarisi, Gunung Sulah, dan afdeling Gataga.
Kelima afdeling tersebut mempunyai tekstur tanah yang berbeda-beda
sekaligus kadar air yang berbeda pula. Hasil uji yang dilakukan terhadap
sampel tanah dari kelima afdeling didapat kadar air yang dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Kadar air di lima afdeling kelapa sawit.


berat Berat
tanah tanah KA
kod kedalama berat basah+rin kering+rin rata-
lokasi
e n ring g g kadar air rata
(gr) (gr) (gr) (%) (%)
L7 Condong 0-20 40.18 105.55 91.934 26.30908 40.5
F8 20-40 40.247 131.23 99.041 54.74878 3
K36 Tarisi 0-20 37.236 119.19 95.888 39.72925 40.1
K32 20-40 37.087 110.28 89.154 40.57464 5
K24 Cibogo 0-20 37.065 119.19 96.46 38.26921 41.3
L30 20-40 40.281 122.55 97.241 44.43294 5
K25 Gn. Sulah 0-20 37.138 107.99 91.41 30.54982 31.8
K10 20-40 36.935 113.40 94.387 33.09371 2
K26 Gataga 0-20 37.076 122.13 99.449 36.36349 34.1
F27 20-40 37.506 118.56 98.93 31.95819 6

Berdasarkan Tabel 3. diatas diketahui bahwa nilai kadar air untuk


kelima afdeling yang ditanami kelapa sawit adalah berkisar antara 31 - 40%.
Nilai tersebut dapat dikategorikan sebagai nilai normal tanah jenis liat dan
bertekstur halus dan agak berpasir.

Selain perhitungan kadar air juga dilakukan pengujian terhadap


kapasitas lapang dan titik layu permanen yang terdapat di tiap-tiap afdeling.
Nilai yang didapatkan merupakan bagian dari data tanah yang diperlukan
untuk input program WARM. Pengujian dilakukan di laboratorium Mekanika
Fisika Tanah (Dept. Teknik Pertanian) dan laboratorium Ilmu Tanah (Faperta).

45
Untuk mendapatkan nilai kapasitas lapang (pF 2.54) dan titik layu
permanen (pF 4.2) dilakukan pengujian dengan alat pF meter. Seperti
ditunjukkan oleh gambar berikut :

Gambar 7. Sampel tanah yang akan diuji pF.

Berikut merupakan tabel kadar air sekaligus kapasitas lapang dan titik
layu permanen.

Tabel 4. Kapasitas lapang dan titik layu permanen.


Kapasitas Lapang Titik Layu Permanen
lokasi kedalaman(cm) Kadar air Kadar air rata- kadar air kadar air rata-
(%) rata(%) (%) rata (%)
0-20 40.02 26.80
Condong 37.30 25.89
20-40 34.58 24.98
0-20 39.87 27.33
Tarisi 40.98 27.50
20-40 42.09 27.66
0-20 39.63 28.45
Cibogo 43.99 32.43
20-40 48.34 36.42
Gn. 0-20 35.34 26.27
35.08 26.72
Sulah 20-40 34.81 27.17
0-20 40.48 27.87
Gataga 39.13 28.66
20-40 37.78 29.45

Berdasarkan Tabel 4. nilai kapasitas lapang dan titik layu permanen


hasil uji laboratorium untuk kelima afdeling tersebut maka akan didapatkan

46
jumlah ketersediaan air untuk tanaman yaitu dengan mencari selisih kapasitas
lapang dan titik layu permanen.

Sampel tanah diambil dengan menggunakan ring sampel ukuran 5 cm,


dengan kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm. Tanah yang diambil dan dianalisis
merupakan tanah yang tidak terganggu. Berikut gambar pengambilan sampel
tanah yang dilakukan di salah satu afdeling.

Gambar 8. Pengambilan sampel tanah.

Tekstur tanah untuk afdeling Cibogo, Gataga, dan Tarisi termasuk


dalam tekstur tanah Silty Clay. Sedangkan untuk afdeling Condong termasuk
dalam tekstur tanah Silt Clay Loam, dan untuk tekstur tanah di afdeling
Gunung Sulah termasuk tekstur tanah Silt.

47
Data iklim yang digunakan untuk input program diambil dari stasiun
klimatologi terdekat dengan lokasi PT. Condong yaitu stasiun klimatologi
Lapan Pameungpeuk. Data iklim yang diambil meliputi data kecepatan angin,
curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara mulai Januari 1997 - April
2007. Berikut merupakan tabel curah hujan rata-rata tahunan.

Gambar 9. Grafik total curah hujan tahunan.


Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi bila curah hujan lebih dari
2000 mm/tahun dan dikatakan rendah bila kurang dari 1000 mm/tahun. Akan
tetapi, tempat yang satu dengan tempat yang lain curah hujannya tidak sama
(http://mysimplebiz.info/tutorial/isi/geografi3.htm). Berdasarkan grafik total
curah hujan tahunan dapat diketahui bahwa tahun dengan curah hujan tinggi
terjadi pada tahun 2000, 2001 dan 2005. Sedangkan tahun 1997, 2002, 2003,
2004 dan 2006 termasuk dalam tahun dengan curah hujan yang rendah.
Sedangkan tahun 1998, 1999 termasuk dalam tahun dengan curah hujan
sedang. Mulai dari tahun 1997 - 2006 didapatkan rata-rata curah hujan untuk
wilayah Pameungpeuk sebesar 1461.5 mm/tahun. Dengan curah hujan tersebut
tanaman kelapa sawit seharusnya kurang optimal dalam pertumbuhannya.
Fauzi et al (2002) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit membutuhkan
curah hujan antara 1800 - 4000 mm/tahun. Akan tetapi dalam kenyataannya
tanaman kelapa sawit di PT. Condong dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Hal ini disebabkan karena faktor pendukung lain misalnya keadaan
tekstur tanahnya, teknik budidaya yang baik dan juga terdapatnya sumber

48
mata air dari pegunungan dan sungai Cimari yang terdapat di sekitar
perkebunan PT. Condong sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi.

Data iklim (Januari-April 2007) yang terdiri dari kecepatan angin,


kelembaban, dan curah hujan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 20.

B. Waktu Tanam Terbaik dan Analisis Kebutuhan Air Berdasarkan dari


Program CWB

Waktu tanam yang terbaik perlu diperhatikan untuk mendapatkan


pertumbuhan yang optimal dari tanaman kelapa sawit. Dengan menggunakan
program CWB yang dijalakan dengan software WARM dapat diketahui kapan
masa tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada
tahun-tahun tertentu mengingat perbedaan curah hujan yang terjadi.

49
 Metode input data WARM

Gambar 10. Metode input data WARM.

50
 Metode pada saat melakukan simulasi dengan program WARM

Gambar 11. Metode Simulasi WARM.

Analisis yang dilakukan hanya pada tahun-tahun tertentu yaitu pada


tahun dengan curah hujan sedang (1999), tahun dengan curah hujan tinggi
(2005) dan tahun dengan curah hujan rendah (2002), serta dilakukan pada
afdeling yang mempunyai tekstur tanah berbeda, yaitu afdeling Condong
dengan tekstur tanah Silt Clay Loam, afdeling Tarisi dengan tekstur tanah Silt
Clay, dan afdeling Gunung Sulah dengan tekstur tanah Silt.

1. Simulasi tahun 1999 dengan program CWB

Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Condong


tahun dengan curah hujan sedang (1999) didapatkan masa tanam terbaik
tanaman kelapa sawit yaitu pada tanggal 1 Juni dan 11 Juni dengan

51
kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut
merupakan grafik hasil simulasinya.

Gambar 12. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling Condong.

Berdasarkan Gambar 12. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik


yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang bernilai 1 atau mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan
nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan
hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil dengan
batas maksimum 20%. Dengan demikian dapat ditentukan tanggal tanam
yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada tahun 1999. Dari grafik di
atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam 1 Juni dan 11 Juni
merupakan yang terbaik untuk tanggal tanam tanaman kelapa sawit di tahun
1999. Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam
1 Juni 1999.

52
Tabel 5. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling Condong.

Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe


Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp.
(mm) 63.45 41.47 389.17 261 0
Transp. Deficit
(%) 54.78 84.67 0 10.54 0
Decrease of yield
(%) 10.96 67.73 0 5.27 0

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit


apabila ditanam pada tanggal 1 Juni 1999, maka tambahan air irigasi sangat
dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan
tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 67.73%. Besarnya
persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan
air irigasi sebesar 100% dari total kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan
selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 368.27 mm (lihat Lampiran 12), atau
4.3 mm/hari atau 4.3 liter/m2/hari. Pemberian air dilakukan secara curah
(penyiraman) pada areal perakaran tanaman dengan diameter 4 dan 5 m
(http://balitklimat.litbang.deptan.go.id) Apabila setiap pohon kelapa sawit
mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan
untuk satu pohon adalah 17.2 liter air/m2/hari, atau 172,000 liter air/ha/hari.
Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai
hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air
irigasi tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi
sebesar 0% (lihat Lampiran 12).
Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Tarisi tahun
dengan curah hujan sedang (1999) didapatkan masa tanam terbaik tanaman
kelapa sawit yaitu pada tanggal 1 Juni dan 11 Juni dengan kebutuhan air
tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik
hasil simulasinya.

53
Gambar 13. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling Tarisi.

Berdasarkan Gambar 13. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik


yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang bernilai 1 atau mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan
nilai kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan
hasil, sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan
demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman
kelapa sawit pada tahun 1999. Dari grafik di atas maka dapat diketahui
bahwa tanggal tanam 1 Juni dan 11 Juni merupakan yang terbaik untuk
tanaman kelapa sawit di tahun 1999. Berikut merupakan Tabel 6. analisis
kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Juni 1999.

Tabel 6. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling Tarisi.
Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe
Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 75.72 48.67 389.17 273.75 0
Transp. Deficit (%) 46.04 82 0 6.17 0
Decrease of yield (%) 9.21 65.6 0 3.08 0

54
Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit
apabila ditanam pada tanggal 1 Juni 1999, maka tambahan air irigasi sangat
dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan
tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 65.6%. Besarnya
persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan
air irigasi sebesar 75% dari total kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan
selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 258.49 mm, atau 3 mm/hari atau 3
liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air
dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah
12 liter air/m2/hari, atau 120,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut
diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah
tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi 3 liter/m2/hari
tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan dari 65.6% menjadi
19.82% (lihat Lampiran 15).

Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Gunung


Sulah tahun dengan curah hujan sedang (1999) didapatkan masa tanam
terbaik tanaman kelapa sawit yaitu pada tanggal 1 Juni dan 11 Juni dengan
kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah hujan saja. Berikut
merupakan grafik hasil simulasinya.

Gambar 14. Grafik masa tanam terbaik tahun 1999 afdeling G. Sulah.

55
Berdasarkan Gambar 14. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik
yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 1999. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
1 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 1999.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Juni
1999.

Tabel 7. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Juni 1999 afdeling G. Sulah.

Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe


Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 49.06 35.89 389.17 243.61 0
Transp. Deficit (%) 65.04 86.73 0 16.5 0
Decrease of yield (%) 13.01 69.38 0 8.25 0

Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit


apabila ditanam pada tanggal 1 Juni 1999, maka tambahan air irigasi sangat
dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan
tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 69.38%. Besarnya
persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan
air irigasi sebesar 100% dari total kebutuhannya. Jumlah air yang diberikan
selama fase vegetatif (85 hari) sebesar 338 mm, atau 4 mm/hari atau 4
liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air
dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah
16 liter air/m2/hari, atau 160,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut
diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah
tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi 3 liter/m2/hari
tersebut kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan dari 69.38% menjadi
0% (lihat Lampiran 18).

56
2. Simulasi tahun 2002 dengan program CWB

Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Condong


tahun dengan curah hujan rendah (2002) didapatkan masa tanam terbaik
pada tanggal 21 Juni dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari
curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.

Gambar 15. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling Condong.

Berdasarkan Gambar 15. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik


untuk tanaman kelapa sawit apabila ditanam pada tahun kering (tahun
2002) yaitu dengan cara mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai
ETR/ETM yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai
kecukupan air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil,
sedangkan %RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan
demikian dapat ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman
kelapa sawit pada tahun 2002. Dari grafik di atas maka dapat diketahui
bahwa tanggal tanam 21 Juni merupakan masa tanam yang terbaik untuk
tanaman kelapa sawit di tahun 2002. Berikut merupakan tabel analisis
kebutuhan air untuk tanggal tanam 21 Juni 2002.

57
Tabel 8. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002 afdeling Condong

Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe


Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 60.46 30.81 357.71 200.44 0
Transp. Deficit (%) 57.4 88.75 4.99 20.84 0
Decrease of yield (%) 11.48 71 4.99 10.42 0

Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit


apabila ditanam pada tanggal 21 Juni 2002, maka tambahan air irigasi
sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak
diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 71.00%.
Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan
tambahan air irigasi sebesar 100%. Jumlah air yang diberikan selama fase
vegetatif (85 hari) sebesar 324.39 mm, atau 3.8 mm/hari atau 3.8
liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air
dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah
15.2 liter air/m2/hari, atau 152,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut
diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah
tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut
kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi sebesar 0.03% (lihat
Lampiran 13).

Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Tarisi tahun


dengan curah hujan rendah (2002) didapatkan masa tanam terbaik pada
tanggal 21 Juni untuk semua afdeling dengan kebutuhan air tanaman hanya
berasal dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.

58
Gambar 16. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling Tarisi.

Berdasarkan Gambar 16. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik


yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 2002. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
21 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2002.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 21 Juni
2002.

Tabel 9. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 21 Juni 2002 afdeling Tarisi.
Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe
Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp.
(mm) 71.49 37.26 356.97 211.22 0
Transp. Deficit (%) 49.64 86.4 5.19 16.58 0
Decrease of yield (%) 9.93 69.12 5.19 8.29 0

59
Berdasarkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit
apabila ditanam pada tanggal 21 Juni 2002, maka tambahan air irigasi
sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak
diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 69.12%.
Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan
tambahan air irigasi sebesar 100%. Jumlah air yang diberikan selama fase
vegetatif (85 hari) sebesar 341.08 mm, atau 4 mm/hari atau 4 liter/m2/hari.
Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2x2
m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 16 liter air/m 2/hari,
atau 160,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari,
mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke
lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan
hasil dari 69.12% dapat ditekan menjadi sebesar 0% (lihat Lampiran 16).
Simulasi menggunakan program CWB untuk Gunung Sulah tahun
dengan curah hujan rendah (2002) didapatkan masa tanam terbaik pada
tanggal 11 Juni dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah
hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.

Gambar 17. Grafik masa tanam terbaik tahun 2002 afdeling G. Sulah.

60
Berdasarkan Gambar 17. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik
yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 2002. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
11 Juni merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2002.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 11 Juni
2002.

Tabel 10. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Juni 2002 afdeling G. sulah.

Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe


Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 36.86 11.21 346.99 189.97 0
Transp. Deficit (%) 73.73 95.84 7.79 27.38 0
Decrease of yield (%) 14.75 76.67 7.79 13.69 0

Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit


apabila ditanam pada tanggal 11 Juni 2002, maka tambahan air irigasi
sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak
diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 76.67%.
Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan
tambahan air irigasi sebesar 100%. Jumlah air yang diberikan selama fase
vegetatif (85 hari) sebesar 374.92 mm, atau 4.4 mm/hari atau 4.4
liter/m2/hari. Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air
dengan radius 2 x 2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah
17.6 liter air/m2/hari, atau 176,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut
diberikan selama 85 hari, mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah
tanaman dipindah ke lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut
kemungkinan penurunan hasil dapat ditekan menjadi sebesar 0.02% (lihat
Lampiran 19).

61
3. Simulasi tahun 2005 dengan program CWB
Simulasi menggunakan program CWB untuk afdeling Condong
tahun dengan curah hujan tinggi (2005) didapatkan masa tanam terbaik
pada tanggal 1 Mei dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah
hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.

Gambar 18. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling Condong.

Berdasarkan Gambar 18. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik


yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 2005. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
1 Mei merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2005.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Mei
2005.

62
Tabel 11. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005 afdeling Condong.

Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe


Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 78.83 142.22 390.1 257.12 0
Transp. Deficit (%) 39.05 41.13 1.34 14.47 0
Decrease of yield (%) 7.81 32.9 1.34 7.23 0

Berdasarkan Tabel 11. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit


apabila ditanam pada tanggal 1 Mei tahun 2005 dengan kebutuhan airnya
cukup dari air hujan saja. Mulai fase instalasi sampai fase pembentukan
hasil hanya mengalami penurunan hasil yang relatif kecil. Jadi tambahan air
irigasi tidak diperlukan lagi (Lampiran 14).
Simulasi menggunakan program CWB untuk afeling Tarisi tahun
dengan curah hujan tinggi (2005) didapatkan masa tanam terbaik pada
tanggal 11 Mei tahun 2005 dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal
dari curah hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.

Gambar 19. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdelng Tarisi.

Berdasarkan Gambar 19. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik


yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM

63
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 2005. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
11 Mei merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2005.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 11 Mei
2005.

Tabel 12. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 11 Mei 2005 afdeling Tarisi.

Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe


Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 91.7 165.24 395.99 271.62 0
Transp. Deficit (%) 29.04 33.83 0.25 7.77 0
Decrease of yield (%) 5.81 27.06 0.25 3.88 0

Berdasarkan Tabel 12. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit


apabila ditanam pada tanggal 11 Mei 2005, maka tambahan air irigasi
sangat dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak
diberikan tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 27.06%.
Besarnya persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan
tambahan air irigasi sebesar 50%. Jumlah air yang diberikan selama fase
vegetatif (85 hari) sebesar 87.46 mm, atau 1 mm/hari atau 1 liter/m2/hari.
Apabila setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x
2 m maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 4 liter air/m 2/hari,
atau 40,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari,
mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke
lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan
hasil dapat ditekan menjadi sebesar 12.13% (lihat Lampiran 17).
Simulasi menggunakan program CWB untuk Gunung Sulah tahun
dengan curah hujan tinggi (2005) didapatkan masa tanam terbaik pada

64
tanggal 1 Mei dengan kebutuhan air tanaman hanya berasal dari curah
hujan saja. Berikut merupakan grafik hasil simulasinya.

Gambar 20. Grafik masa tanam terbaik tahun 2005 afdeling G. Sulah.

Berdasarkan Gambar 20. dapat ditentukan masa tanam yang terbaik


yaitu dengan mencari %RLY terkecil dan menetapkan nilai ETR/ETM
yang mendekati angka 1. Dimana ETR/ETM merupakan nilai kecukupan
air pada tanaman yang berhubungan dengan kehilangan hasil, sedangkan
%RLY merupakan persentase kehilangan hasil. Dengan demikian dapat
ditentukan tanggal tanam yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit pada
tahun 2005. Dari grafik di atas maka dapat diketahui bahwa tanggal tanam
1 Mei merupakan yang terbaik untuk tanaman kelapa sawit di tahun 2005.
Berikut merupakan tabel analisis kebutuhan air untuk tanggal tanam 1 Mei
2005.
Tabel 13. Analisis kebutuhan air tanggal tanam 1 Mei 2005 G. Sulah.

Fase Instalation Vegetative Flowering Yield Ripe


Phenologic stage length
(days) 55 85 120 90 0
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 63.68 125.01 381.08 229.15 0
Transp. Deficit (%) 50.77 48.25 3.63 23.77 0
Decrease of yield (%) 10.15 38.6 3.63 11.89 0

65
Berdasarkan Tabel 13. dapat diketahui bahwa tanaman kelapa sawit
apabila ditanam pada tanggal 1 Mei 2005, maka tambahan air irigasi sangat
dibutuhkan pada fase vegetatif. Apabila pada fase tersebut tidak diberikan
tambahan air maka akan terjadi penurunan hasil sebesar 38.6%. Besarnya
persentase penurunan hasil dapat dikurangi dengan memberikan tambahan
air irigasi sebesar 75%. Jumlah air yang diberikan selama fase vegetatif (85
hari) sebesar 180.74 mm, atau 2.1 mm/hari atau 2.1 liter/m2/hari. Apabila
setiap pohon kelapa sawit mampu menyerap air dengan radius 2 x 2 m
maka air yang dibutuhkan untuk satu pohon adalah 8.4 liter air/m2/hari,
atau 84,000 liter air/ha/hari. Jumlah air tersebut diberikan selama 85 hari,
mulai dari hari ke-56 sampai hari ke-140 setelah tanaman dipindah ke
lapangan. Dengan pemberian air irigasi tersebut kemungkinan penurunan
hasil dapat ditekan menjadi sebesar 8.53% (lihat Lampiran 20).

C. Kesesuaian Sistem Irigasi untuk Perkebunan Kelapa Sawit

Tidak semua lahan sesuai untuk irigasi. Dalam memilih lahan yang
sesuai untuk irigasi, penelitian mendalam harus dilakukan terhadap tanah.
Sifat-sifat tanah yang menentukan adalah:
 Tekstur tanah sampai kedalaman beberapa kaki,
 Ada tidaknya lapisan impermeabel atau kerikil dalam kedalaman 1.5
hingga 1.8 meter,
 Akumulasi garam-garam terlarut yang meracun,
 Kemiringan dan kerataan permukaan tanah, dan
 Perilaku tanah setelah diirigasikan.
Permukaan tanah harus rata karena kalau tidak, biaya perataan
(leveling) sangat tinggi. Lereng yang seragam dengan kemiringan 3.1 m
hingga 6.2 meter setiap mil atau sekitar 0.2% hinga 0.4% dapat dipergunakan,
meskipun lereng yang lebih tajam dengan kemiringan >23% dapat
dipergunakan juga. Lahan yang teriris oleh lembah-lembah yang curam
sebaiknya dihindarkan (Hakim et al, 1986).
Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metoda pemberian air
irigasi adalah distribusi musiman hujan, kemiringan lahan dan bentuk
permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah lapisan
bawah. Metoda pemberian air irigasi dapat dikelompokkan kedalam (a) irigasi

66
permukaan, (b) irigasi lapisan bawah (permukaan), (c) sprinkler, (d) drip atau
trickle.
Irigasi permukaan mengalirkan airnya melalui saluran kedalam lahan
yang dibatasi oleh galengan, baik secara merata menggenangi permukaan atau
melalui selokan-selokan diantara guludan. Penggenangan ke seluruh
permukaan lahan umumnya untuk tanaman padi, padang rumput dan
sejenisnya, sedangkan irigasi selokan (furrow) umumnya untuk tanaman yang
ditanam berlarikan dalam guludan seperti kentang, gula bit, ketela rambat,
jagung, tanaman buah-buahan dan sejenisnya. Saluran utama biasanya
memotong di tengah-tengah lahan pertanian, sedangkan untuk memasukkan
air ke petakan dapat dilakukan dengan pintu air (untuk cara penggenangan)
atau melalui tabung siphon (untuk irigasi selokan).
Irigasi lapisan bawah merupakan cara pemberian air irigasi melalui
pergerakan air ke atas dalam profil tanah dari aliran air yang berbeda beberapa
puluh centimeter di bawah permukaan tanah.
Irigasi curah sangat sesuai bagi daerah yang tanahnya mempunyai laju
infiltrasi yang tinggi dan topografi wilayahnya tidak mungkin untuk diratakan,
sehingga tidak menguntungkan bila diterapkan irigasi permukaan. Dengan
irigasi curah, banyaknya air yang ditambahkan dapat dengan mudah dikontrol.
Irigasi curah memungkinkan pengubahan total lingkungan pertumbuhan
melalui pembasahan tanah dan tajuk tanaman. Akan tetapi, apabila diterapkan
di perkebunan kelapa sawit kurang cocok mengingat tinggi tanaman yang
mencapai 18 meter dan jarak tanaman yang cukup lebar yaitu 9 x 9 meter.
Sehingga banyak memerlukan biaya untuk pemasangan maupun
perawatannya.
Irigasi tetes (drip) merupakan cara pemberian air dengan jalan
meneteskannya melalui pipa-pipa disekitar tanaman atau sepanjang larikan
tanaman. Disini hanya sebagian dari daerah perakaran yang terbasahi, tetapi
hampir seluruh air yang ditambahkan dapat diserap dengan cepat oleh akar
pada keadaan kelembaban tanah yang rendah. Jadi keuntungan cara ini adalah
penggunaan air irigasi yang sangat efisien. Cara ini juga sangat adaptif pada
daerah berlereng curam dimana cara irigasi lain tidak dapat diterapkan.

67
Areal perkebunan kelapa sawit yang berada di PT. Condong Garut
mempunyai kontur yang tidak beraturan, berikut gambar daerah perkebunan
kelapa sawit di perkebunan PT. Condong Garut :

Gambar 21. Areal perkebunan dengan kontur yang tidak teratur.

Irigasi yang paling sesuai untuk kondisi daerah perkebunan PT.


Condong berdasarkan keadaan lapangan adalah sistem irigasi tetes. Akan
tetapi sistem irigasi tersebut sulit diterapkan disana mengingat luasnya areal
perkebunan (kelapa sawit) dan tingginya biaya operasional untuk menerapkan
sistem irigasi tersebut. Sistem pemberian air yang diberikan di PT. Condong
hanya dilakukan untuk pembibitan tanaman kelapa sawit yaitu dengan cara
menyemprotkan air melalui selang. Akan tetapi seharusnya pemberian air
irigasi yang efisien adalah dengan irigasi tetes supaya bibit dapat tumbuh
dengan optimal. Sedangkan untuk tanaman yang sudah dipindahkan ke
lapangan tidak diberikan tambahan air irigasi, melainkan kebutuhan air
tanaman hanya dicukupi dengan air yang berasal dari curah hujan saja.

D. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air

Islami dan Utomo (1995), menyatakan jika ketersediaan air dalam


tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, maka tingkat hasil
tanaman akan ditentukan oleh ketersediaan hara dan adanya serangan
hama/penyakit. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil

68
tanaman adalah temperatur dan radiasi yang diterima selama pertumbuhan
tanaman. Secara umum temperatur menentukan kecepatan perkembangan
tanaman dan sebagai akibatnya akan mempengaruhi lama periode
pertumbuhan tanaman. Sedangkan radiasi menentukan pertumbuhan dan hasil
tanaman karena radiasi merupakan sumber energi bagi tanaman. Dalam hal ini
tanaman kelapa sawit tumbuh optimal pada temperatur 24 - 28 0C dan lama
penyinaran matahari sebanyak 5-7 jam/hari.
Perkebunan PT. Condong Garut mempunyai temperatur antara 20 -
300C, dengan temperatur tersebut tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan
baik. Dengan curah hujan tahunan yang tidak terlalu kecil nilainya (1461.5
mm/tahun) maka tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Berikut merupakan gambar tanaman kelapa sawit yang sudah berbuah.

Gambar 22. Tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan.

Produksi kelapa sawit yang dihasilkan oleh beberapa afdeling di PT.


Condong Garut hasilnya cukup optimal, walaupun curah hujan tahunan kurang
dari yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Berikut
merupakan Tabel produksi tanaman kelapa sawit tahun 2002 dan tahun 2005,
dengan estimasi produksi didapatkan dari nilai rata-rata produksi tanaman
kelapa sawit tiap 5 tahunan di perkebunan PT. Condong Garut dari tahun-
tahun sebelumnya.

69
Tabel 14. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2002.
TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

TAHUN 2002
Estimasi
BULAN (Kg) Realisasi
Hari
kerja Produksi selisih +/- Tandan BTR
Januari 937,800 3032 721,720 -216,080 45,148 16
Februari 571,100 2,858 691,700 120,600 45,260 15
Maret 527,500 2,939 722,860 195,360 48,089 15
April 790,500 3,199 961,460 170,960 70,067 14
Mei 1,039,200 3,084 1,518,010 478,810 88,599 17
Juni 1,256,800 2,799 1,642,140 385,340 92,508 18
Juli 1,316,200 294 253,680 -1,062,520 66,340 4
Agustus 1,491,700 2,672 2,324,390 832,690 66,340 35
September 1,719,400 3,175 1,773,270 53,870 131,340 14
Oktober 1,936,460 3,297 1,473,400 -463,060 112,868 13
November 1,595,200 2,650 1,083,240 -511,960 81,355 13
Desember 1,214,100 2,349 802,350 -411,750 66,340 12

Jumlah 14,395,960 32,348 13,968,220 -427,740 914,254 186


% 97 3
Sumber : PT. Codong Garut.

Berdasarkan Tabel 14. dapat diketahui bahwa pada tahun 2002 dengan
curah hujan rendah hasil produksi tanaman kelapa sawit sangat optimal, mencapai
97% produk yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena tahun sebelumnya (2001)
merupakan tahun dengan curah hujan tinggi (Gambar 9) sehingga proses
pembentukan hasilnya (tandan buah) menjadi maksimal. Selain itu, faktor
budidaya juga berpengaruh besar terhadap produksi tanaman kelapa sawit.

70
Tabel 15. Taksasi dan produksi kelapa sawit tahun 2005.
TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT
TAHUN 2005
Estimasi
BULAN (Kg) Realisasi
Hari
kerja Produksi selisih +/- Tandan BTR
Januari 1,326,280 3170 1,266,451 -59,829 91,187 14
Februari 1,035,080 3,011 985,240 -49,840 70,698 14
Maret 1,089,570 3,214 932,350 -157,220 66,407 14
April 1,043,980 3,228 982,481 -61,499 76,917 13
Mei 1,279,500 2,932 970,800 -308,700 78,881 12
Juni 1,114,300 2,774 810,270 -304,030 60,970 13
Juli 879,790 2,384 566,100 -313,690 42,483 13
Agustus 1,397,990 2,814 619,030 -778,960 42,084 15
September 1,874,310 2,576 793,740 -1,080,570 49,252 15
Oktober 1,977,680 3,614 1,293,380 -684,300 77,439 17
November 1,586,170 3,226 1,192,340 -393,830 72,495 16
Desember 1,715,350 4,080 1,392,840 -322,510 80,054 17

Jumlah 16,320,000 37,023 11,805,022 -4,514,978 808,867 173


% 72 28
Sumber : PT. Condong Garut

Berdasarkan Tabel 15. dapat diketahui bahwa pada tahun 2005 dengan
curah hujan yang tinggi hasil produksi tanaman kelapa sawit kurang optimal dan
mengalami penurunan hasil sebesar 28%. Hal ini disebabkan karena minimnya
curah hujan ditahun sebelumnya (Gambar 9), sehingga proses pembentukan
hasilnya menjadi terhambat. Akan tetapi, faktor lain seperti teknik budidaya juga
sangat mentukan hasil panen dari tanaman kelapa sawit.
Menurut Sunarko (2007) potensi produksi tanaman kelapa sawit
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jenis atau varietas kelapa sawit, umur
tananam, pemeliharaan tanaman, keadan iklim, serangan hama dan penyakit, serta
jenis tanah atau kelas kesesuaian lahan.
Kaitannya dengan program CWB maka iklim merupakan salah satu input
yang berpengaruh terhadap hasil outputnya, yang merupakan suatu solusi dari
suatu permasalahan yang ada di lapangan. Jumlah curah hujan setahun dapat
berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kemarau panjang bisa

71
menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga pada 19 - 21 bulan berikutnya
(abortus bunga) dan keguguran buah pada 5 - 6 bulan berikutnya. Keadaan iklim
juga besar pengaruhnya terhadap kelancaran panen dan banyaknya produksi yang
diperoleh. Hal ini berkaitan dengan proses pengangkutan hasil panen ke pabrik.
Ketika hujan, proses pemanenan atau pengangkutan hasil panen otomatis akan
tertunda.

Tabel 16. Pengaruh curah hujan terhadap persentase potensi produksi.


Curah hujan setahun (mm) Potensi produksi (%)
>2500 100
2500-2000 80
<1500 60-70
Sumber : Sunarko (2007)

72
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Perkebunan PT. Condong Garut, maka dapat


disimpulkan :
1. Kadar air tanah PT. Condong Garut untuk afdeling yang ditanami tanaman
kelapa sawit berkisar antara 35 - 43%.
2. Hasil dari simulasi program CWB tahun 1999 untuk afdeling Condong,
Tarisi, dan Gunung Sulah didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1
dan 11 Juni, serta kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing
sebesar 172,000 liter air/ha/hari; 120,000 liter air/ha/hari dan 160,000
liter/ha/hari.
3. Hasil dari simulasi program CWB tahun 2002 untuk afdeling Condong,
Tarisi didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 21 Juni, dan untuk
afdeling Gunung Sulah masa tanam terbaiknya tanggal 11 juni, serta
kebutuhan irigasi yang diperlukan masing-masing sebesar 152,000 liter
air/ha/hari; 160,000 liter air/ha/hari dan 176,000 liter/ha/hari.
4. Hasil dari simulasi program CWB tahun 2005 untuk afdeling Condong,
Tarisi, didapatkan masa tanam terbaik pada tanggal 1 Mei, dan Gunung
Sulah masa tanam terbaiknya tanggal 11 Mei, serta kebutuhan air untuk
afdeling Condong tidak diperlukan tambahan air irigasi. Sedangkan untuk
afdeling Tarisi dan Gunung Sulah masing-masing sebesar 40,000 liter
air/ha/hari, dan 84,000 liter/ha/hari.
5. Masa tanam terbaik untuk tanaman kelapa sawit terdapat pada bulan Mei
dan Juni untuk tahun normal, kering maupun tahun basah di wilayah PT.
Condong Garut.

73
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di Perkebunan PT. Condong Garut, maka saran


yang diberikan adalah :
1. Dalam menjalankan program CWB data agronomi (input) harus
diperhatikan supaya hasil outputnya lebih akurat.
2. Hasil keluaran (output) dari program CWB sangat membantu para
pengguna di bidang pertanian sehingga akan lebih baik apabila
dipublikasikan sebagai bentuk rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi
irigasi.
3. Keadaan topografi wilayah harus diperhatikan untuk mempermudah
perancangan sistem irigasi yang tepat di wilayah Perkebunan PT. Condong
Garut.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem irigasi di wilayah
perkebunan PT. Condong Garut.

74
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G Richard, L.S. Pereira, D Raes and M. Smith. 1998. Crop


Evapotranspiration, Guidelines for Computing Crop Water Requirements.
FAO No. 56.

Doorenbos, J and Kassam, A. H. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation


and Drainage Paper 33. FAO, Rome.

Doreenbos, J. and Pruit, W. O. 1977. Guidelines for Predicting Crop Water


Requirements. FAO The United Nation. No. 24

Fauzi, et al., 2002. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Jakarta. 168 hal.

Hakim, et al., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.


488 hal.

http://balitklimat.litbang.deptan.go.id [29 Agustus 2007].

http://elearning.unej.ac.ad [8 Juli 2007].

http://mysimplebiz.info/tutorial/isi/geografi3.htm [12 September 2007].

http://www.ipard.com/art_perkebun/0030504wrs.asp [12 September 2007].

Islami, T dan Utomo, H. W. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang.

Ismantika, N. 1998. Pengaruh Frekuensi Pemberian Air dan Dosis Pemupukan


Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi. Skripsi. Jurusan Budidaya
Pertanian, Faperta, IPB. Bogor.

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit Di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan


Marihat. Bandar Kuala, Pematang Siantar-Sumatera Utara. 435 hal.

Lubis, A. U. 1994. Pengantar Manajemen Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 142 hal.

Marliani, A. 2006. Pengaruh Dosis dan Kerapatan Aplikasi Pupuk Daun Super
Sawit Terhadap Perkembangan Reproduksi dan Hasil Tanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Program Studi Agronomi, Faperta, IPB.
Bogor.

Moll, H. A. J. 1987. The Economic of Oil Palm. Wageningan,.288P.

Purba, S. B. 2007. Pengelolaan Air Pada Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.


Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta, IPB, Bogor.

75
Putri, S. E. 2006. Analisis Kebutuhan Air Tanaman Jarak Pagar dengan
Menggunakan Program CWB(Crop Water Balance) Sebagai Aplikasi
Teknologi di Perkebunan PT. Condong Garut-Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Teknik Pertanian, Fateta, IPB. Bogor.

Sastrodarsono, S dan Takeda, K. 1983. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya


Paramitha. Jakarta.

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65


hal.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.


Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.

76
Lampiran 1. Peta perkebunan PT. Condong Garut.

77
Lampiran 2. Peta tanah perkebunan PT. Condong Garut.

78
Lampiran 2. Lanjutan (keterangan peta)

79
Lampiran 3. Peta batas afdeling perkebunan PT. Condong Garut.

80
Lampiran 4. Peta kerja perkebunan PT. Condong Garut.

81
Lampiran 5. Tabel taksasi dan realisasi produksi kelapa sawit

TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

TAHUN 2001

Estimasi
BULAN (Kg) Realisasi

Hari
kerja Produksi selisih +/- Tandan BTR

Januari 1,020,300 4189 1,766,370 746,070 115,422 15

Februari 767,000 2,587 841,720 74,720 56,588 15

Maret 795,000 3,353 1,113,490 318,490 75,811 15

April 906,100 2,504 720,790 -185,310 54,850 13

Mei 748,000 2,411 813,570 65,570 58,517 14

Juni 723,800 2,143 741,120 17,320 59,530 12

Juli 1,156,600 2,850 895,420 -261,180 51,903 17

Agustus 1,368,300 2,584 990,360 -377,940 54,053 18

September 1,574,300 2,831 1,366,770 -207,530 141,354 10

Oktober 1,678,400 2,750 1,412,770 -265,630 85,636 16

November 1,835,700 3,675 1,294,390 -541,310 78,858 16

Desember 1,510,500 3,221 857,740 -652,760 55,231 16

Jumlah 14,084,000 35,098 12,814,510 -1,269,490 887,753 14

% 91 9 177

82
Lampiran 5. Lanjutan

TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

TAHUN 2003

Estimasi
BULAN Realisasi
(Kg)

Hari selisih
Produksi Tandan BTR
kerja +/-

Januari 1,014,500 2835 737,320 -277,180 63,672 12

Februari 880,000 2,238 443,610 -436,390 43,564 10

Maret 571,680 2,144 431,420 -140,260 44,994 10

April 601,400 1,736 399,730 -201,670 37,528 11

Mei 445,630 1,738 460,210 14,580 36,326 13

Juni 350,900 1,748 436,100 85,200 29,671 15

Juli 326,460 1,234 284,800 -41,660 17,348 16

Agustus 479,860 1,717 574,190 94,330 35,764 16

September 677,950 2,307 1,295,870 617,920 83,925 15

Oktober 1,219,000 3,084 2,011,240 792,240 139,840 14

November 1,245,000 2,243 1,311,970 66,970 90,198 15

Desember 1,234,400 2,873 1,396,010 161,610 93,344 15

Jumlah 9,046,780 25,897 9,782,470 735,690 716,174 162

% 108 8

83
Lampiran 5. Lanjutan.

TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

TAHUN 2004

Estimasi
BULAN Realisasi
(Kg)

Hari
Produksi selisih +/- Tandan BTR
kerja

Januari 948,800 2784 1,160,560 211,760 84,989 14

Februari 817,800 2,486 838,000 20,200 57,354 15

Maret 787,100 3,002 841,520 54,420 77,344 11

April 635,200 2,869 740,030 104,830 70,084 11

Mei 671,100 2,456 685,380 14,280 65,529 10

Juni 641,400 2,494 549,590 -91,810 50,769 11

Juli 443,100 2,108 432,330 -10,770 31,918 14

Agustus 860,500 1,495 797,980 -62,520 57,576 14

September 1,294,600 2,572 1,445,720 151,120 99,069 15

Oktober 1,327,500 3,071 1,893,850 566,350 126,782 15

November 954,500 2,463 1,531,940 577,440 99,825 15

Desember 1,037,400 3,452 1,642,790 605,390 113,381 14

Jumlah 10,419,000 31,252 12,559,690 2,140,690 934,620 13

% 121 21 159

84
Lampiran 5. Lanjutan

TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

TAHUN 2006

BULAN Estimasi (Kg) Realisasi

Hari kerja Produksi selisih +/- Tandan BTR

Januari 1,412,450 3961 1,429,190 16,740 64,859 22

Februari 1,768,650 3,785 1,979,498 210,848 136,335 15

Maret 2,197,800 4,218 2,740,702 542,902 185,380 15

April 1,610,250 2,792 2,381,040 770,790 165,931 14

Mei 1,294,300 2,863 2,492,090 1,197,790 173,191 14

Juni 1,045,950 2,738 2,144,170 1,098,220 147,101 15

Juli 1,069,750 2,726 1,754,690 684,940 196,880 15

Agustus 1,060,300 2,706 1,776,490 716,190 98,905 18

September 1,521,950 2,828 1,515,150 -6,800 87,988 17

Oktober 1,597,650 2,283 966,690 -630,960 60,636 16

November 1,572,050 3,007 1,821,530 249,480 101,032 18

Desember 1,848,900 2,470 1,409,740 -439,160 77,855 18

Jumlah 18,000,000 36,377 22,410,980 4,410,980 1,496,093 197

% 125 25

85
Lampiran 5. Lanjutan

TAKSASI DAN REALISASI PRODUKSI KELAPA SAWIT

TAHUN 2007

BULAN Estimasi (Kg) Realisasi

Hari kerja Produksi selisih +/- Tandan BTR

Januari 2,028,219 2890 1,566,450 -461,769 127,015 12

Februari 1,684,037 2,958 1,442,050 -241,987 112,557 13

Maret 1,696,456

April 1,594,404

Mei 1,398,807

Juni 1,361,227

Juli 1,236,084

Agustus 1,256,859

September 1,414,922

Oktober 1,959,216

November 2,351,440

Desember 2,160,639

Jumlah 20,142,310 5,848 3,008,500 -703,756 239,572 25

% 15 85

86
Lampiran 6. Tabel tekstur tanah.

Maksimum
Tekstur kedalaman
tanah tanah (m) FC WP ZEAP REWPER

0.0
Sand 2 7 0.17 0.02 0.07 2 7 6 12

0.3
Clay 2 2 0.4 0.2 0.24 8 12 22 29

Silt clay 2 0.3 0.42 0.17 0.29 8 12 22 28

Loam 2 0.2 0.3 0.07 0.17 8 10 16 22

0.1
Sandy loam 2 8 0.28 0.06 0.16 6 10 15 20

0.2
Silt loam 2 2 0.36 0.09 0.21 8 11 18 25

Loamy 0.1
sand 2 1 0.19 0.03 0.1 4 8 9 14

Silt clay
loam 2 0.3 0.37 0.17 0.24 8 12 22 28

0.2
Silt 2 8 0.36 0.12 0.22 8 11 22 26

Sumber : Allen et. al (1998)

87
Lampiran 7. Tabel data hasil analisis tanah.
berat
sample berat Volume KA
kode lokasi kedalaman tanah + sample padatan Volume Volume Volume berat KA basis basis
berat ring ring tanah + air udara padatan air berat air padatan porositas basah kering kejenuhan
(gr) (gr) (gr) (ml) (ml) (ml) (ml) (gr) (gr) (%) (%) (%)
L7 Condong 0-20 40.18 115.55 75.37 31.87 68.13 26.36 5.51 5.51 69.86 73.64 7.31 7.88 7.48
F8 20-40 40.247 131.23 90.98 45.73 54.27 27.43 18.30 18.30 72.68 72.57 20.12 25.18 25.22
K36 Tarisi 0-20 37.236 119.19 81.95 42.50 57.50 23.91 18.59 18.59 63.37 76.09 22.68 29.34 24.43
K32 20-40 37.087 110.28 73.19 36.27 63.73 22.38 13.89 13.89 59.30 77.62 18.98 23.43 17.90
K3 Cirenjeng 0-20 36.826 125.00 88.17 45.34 54.66 25.96 19.38 19.38 68.79 74.04 21.98 28.17 26.18
K22 20-40 37.022 117.92 80.90 43.90 56.10 22.42 21.48 21.48 59.42 77.58 26.55 36.14 27.68
K24 Cibogo 0-20 37.065 119.19 82.13 40.24 59.76 25.38 14.86 14.86 67.27 74.62 18.09 22.08 19.91
L30 20-40 40.281 122.55 82.27 40.51 59.49 25.31 15.20 15.20 67.07 74.69 18.48 22.67 20.35
Bokor 1
L4 (karet) 0-20 39.812 120.09 80.28 39.43 60.57 24.76 14.67 14.67 65.60 75.24 18.28 22.37 19.50
K11 20-40 37.026 118.12 81.09 48.71 51.29 19.63 29.08 29.08 52.01 80.37 35.86 55.92 36.19
Bokor 1
F9 (jarak) 0-20 40.216 117.19 76.97 36.26 63.74 24.68 11.58 11.58 65.39 75.32 15.05 17.72 15.38
G6 20-40 40.304 93.12 52.82 39.80 60.20 7.89 31.91 31.91 20.90 92.11 60.42 152.65 34.64
F23 Bokor 2 0-20 37.589 111.36 73.77 35.15 64.85 23.41 11.74 11.74 62.03 76.59 15.92 18.93 15.33
F3 20-40 37.513 115.53 78.02 46.96 53.04 18.82 28.14 28.14 49.88 81.18 36.07 56.41 34.66
K25 Gn. Sulah 0-20 37.138 107.99 70.85 32.63 67.37 23.16 9.47 9.47 61.39 76.84 13.36 15.42 12.32
K10 20-40 36.935 113.40 76.47 36.41 63.59 24.28 12.13 12.13 64.33 75.72 15.87 18.86 16.02
K26 Gataga 0-20 37.076 122.13 85.05 41.87 58.13 26.17 15.70 15.70 69.36 73.83 18.46 22.63 21.26
F27 20-40 37.506 118.56 81.05 37.04 62.96 26.68 10.36 10.36 70.69 73.32 12.79 14.66 14.14

88
Lampiran 8. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Februari 2007.

s/d Bulan Lalu Bulan ini s/d Bulan ini


Tahun
Afdeling Hari Hari
tanam Tandan TBS Tandan TBS Hari Kerja Tandan TBS
Kerja Kerja
1. G. Sulah 1976/77 284 10,478 166,080 282 7,241 117,280 566 17,719 283,360
1996/97 253 18,657 270,230 240 22,685 311,960 493 41,342 582,190
1998/99 421 33,893 321,890 463 33,395 387,460 884 67,288 709,350
jumlah 958 63,028 758,200 985 63,321 816,700 1,943 126,349 1,574,900
2. Gataga 1976/77 484 14,640 195,152 500 10,181 133,168 984 24,821 328,320
1977/78 227 8,184 109,318 246 4,246 55,562 473 12,430 164,880
2003/04 4 866 1,040 5 292 860 9 1,158 1,900
jumlah 715 23,690 305,510 751 14,719 189,590 1,466 38,409 495,100
3. Tarisi 1976/77 58 1,624 27,310 70 1,294 20,140 128 2,918 47,450
1977/78 140 3,994 67,210 208 3,848 59,970 348 7,842 127,180
1993/94 115 5,169 107,400 172 6,350 132,200 287 11,519 239,600
2003/04 55 5,582 11,170 40 2,622 4,500 95 8,204 15,670
jumlah 368 16,369 213,090 490 14,114 216,810 858 30,483 429,900
4. Cibogo 1977/78 90 1,513 28,290 87 1,524 27,700 177 3,037 55,990
1979/80 110 2,467 44,730 101 2,096 35,200 211 4,563 79,930
1980/81 408 7,932 159,710 324 5,909 102,880 732 13,841 262,590
1994/95 16 311 6,850 15 468 9,410 31 779 16,260
2003/04 31 2,350 4,920 29 1,566 3,180 60 3,916 8,100
jumlah 655 14,573 244,500 556 11,563 178,370 1,211 26,136 422,870
5. Condong 1977/78 5 133 2,580 4 130 2,730 9 263 5,310
1978/79 31 599 11,760 23 384 8,080 54 983 19,840
1989/90 153 8,623 30,810 149 8,326 29,770 307 16,949 60,580
2000/01
jumlah 189 9,355 45,150 176 8,840 40,580 370 18,195 85,730
jumlah seluruhnya 2,885 127,015 1,566,450 2,958 112,557 1,442,050 5,848 239,572 3,008,500

89
Lampiran 9. Keadaan produksi kelapa sawit bulan Marat 2007.

s/d Bulan Lalu Bulan ini s/d Bulan ini


Tahun
Afdeling Hari
tanam Hari Kerja Tandan TBS Hari Kerja Tandan TBS Tandan TBS
Kerja
1. G. Sulah 1976/77 566 17,719 283,360 312 8,467 140,420 878 26,186 423,780
1996/97 473 41,342 582,190 296 27,545 401,540 769 68,887 983,730
1998/99 884 67,288 709,350 418 42,237 496,700 1,302 109,525 1,206,050
jumlah 1,923 126,349 1,574,900 1,026 78,249 1,038,660 2,949 204,598 2,613,560
2. Gataga 1976/77 984 24,821 328,320 512 10,048 126,404 1,496 34,869 454,724
1977/78 473 12,430 164,880 205 6,053 76,156 678 18,483 241,036
2003/04 9 1,158 1,900 3 334 400 12 1,492 2,300
jumlah 1,466 38,409 495,100 720 16,435 202,960 2,186 54,844 698,060
3. Tarisi 1976/77 128 2,918 47,450 70 1,400 21,170 190 4,318 68,620
1977/78 348 7,842 127,180 154 3,048 46,100 502 10,890 173,280
1993/94 287 11,519 239,600 210 9,276 191,910 497 20,795 431,510
2003/04 95 8,204 15,670 86 6,464 10,000 181 14,668 25,670
jumlah 858 30,483 429,900 520 20,188 269,180 1,370 50,671 699,080
1977/78 177 3,037 55,990 116 1,817 30,900 293 4,854 86,890
4. Cibogo
1979/80 711 4,563 79,930 78 1,474 15,520 289 6,037 95,450
1980/81 732 13,841 262,590 342 5,342 90,420 1,074 19,183 353,010
1994/95 31 779 16,260 8 355 7,100 39 1,134 23,360
2003/04 60 3,936 9,100 51 3,562 6,130 111 7,478 14,230
jumlah 1,711 26,156 423,870 595 12,550 150,070 1,806 38,686 572,940
5. Condong 1977/78 9 263 5,310 4 175 5,070 13 438 10,380
1978/79 54 983 19,840 19 494 14,790 73 1,477 34,630
1989/90 307 16,949 60,580 219 11,556 37,210 526 28,505 97,790
2000/01
jumlah 370 18,195 85,730 242 12,225 57,070 612 30,420 132,420
jumlah seluruhnya 6,328 239,592 3,009,500 3,103 139,647 1,717,940 8,923 379,219 4,716,060

90
Lampiran 10. Keadaan produksi kelapa sawit bulan April 2007.

Tahun s/d Bulan Lalu Bulan ini s/d Bulan ini


tanam Hari
Tandan TBS Tandan TBS Hari Kerja Tandan TBS
Afdeling Kerja Hari Kerja
1. G. Sulah 1976/77 878 26,186 423,780 246 3,783 59,220 1,124 29969 483,000
1996/97 769 68,887 983,730 355 29,448 413,250 1,124 98335 1,396,980
1998/99 1,302 109,525 1,206,050 355 34,339 420,010 1,657 143864 1,626,060
jumlah 2,949 204,598 2,613,560 956 67,570 892,480 3,905 272,168 3,506,040
2. Gataga 1976/77 1,496 34,869 454,724 394 7,648 102,190 1,890 42517 557,414
1977/78 678 18,483 241,036 156 3,162 41,000 834 21645 282,036
2003/04 12 1,492 2,300 2 150 150 14 1642 2,450
jumlah 2,186 54,844 698,060 552 10,960 143,340 2,738 65,804 841,900
3. Tarisi 1976/77 198 4,318 68,620 78 1,123 15,350 276 5,451 83,980
1977/78 502 10,890 173,280 197 2,148 29,390 699 13,038 202,670
1993/94 497 20,795 431,510 211 10,029 198,420 708 30,824 629,930
2003/04 181 14,668 25,670 42 2,337 3,320 223 17,005 28,990
jumlah 1,378 50,671 699,080 528 15,637 246,480 1,906 66,318 945,570
4. Cibogo 1977/78 293 4,854 86,890 167 2,043 29,540 460 6897 116,430
1979/80 289 6,037 95,450 238 2,449 46,330 527 8486 141,780
1980/81 1,074 19,183 353,010 111 1,942 25,410 1,185 21125 378,420
1994/95 39 1,134 23,360 46 995 18,660 85 2129 42,020
2003/04 111 7,478 14,230 17 730 1,300 128 8,208 15,530
jumlah 1,806 38,686 572,940 579 8,159 121,240 2,385 46,845 694,180
5. Condong 1977/78 13 438 10,380 6 216 4,870 19 654 15,250
1978/79 73 1,477 34,630 15 398 9,470 88 1875 44,100
1989/90 526 28,505 97,790 201 6,330 24,240 727 34835 122,030
2000/01
jumlah 612 30,420 142,800 222 6,944 38,580 834 37,364 181,380
jumlah seluruhnya 8,931 379,219 4,726,440 2,837 109,270 1,442,120 11,768 488,499 6,169,070

91
Lampiran 11. Keadaan luas areal dan jumlah pohon kelapa sawit bulan April 2007.

Jarak Luas Jumlah tanaman(pohon) Luas Jumlah tanaman menghasilkan (pohon)


Afdeling Tahun tanam
Tanam Areal(ha) Areal(ha)
Bulan lalu Mati Bulan ini Bulan lalu Mati Bulan ini
1. G. Sulah 1976/77 9x9 203.51 21,643 21,643 203.51 21,643 21643
1996/97 9x9 258.97 34,082 348 33,734 258.97 34,082 348 33734
1998/99 9x9 378.55 48,989 405 48,584 378.55 48,989 405 48584
jumlah 841.03 104,714 753 103,961 841.03 104,714 753 103961
2. Gataga 1976/77 9x9 510.07 50,471 1,200 49,271 510.07 50,471 1200 49271
1977/78 9x9 131.48 9,239 9,239 131.48 9,239 9239
2003/04 7.33 945 945 7.33 945 945
jumlah 648.88 60,655 1,200 59,455 648.88 60,655 1200 59455
3. Tarisi 1976/77 9x9 65.43 5,812 5,812 65.43 5,812 5,812
1977/78 9x9 161.40 12,573 12,673 161.40 12,573 12,673
1993/94 9.24x9 142.96 15,488 15,488 142.96 15,488 15,488
2003/04 257.98 30,049 146 30,638 257.98 30,049 146 30,638
jumlah 627.77 63,922 146 64,611 627.77 63,922 146 64,611
4. Cibogo 1977/78 9x9 48.64 3,088 3,088 48.64 3,088 3,088
1979/80 9x9 112.99 10,258 10,258 112.99 10,258 10,258
1980/81 9x9 321.23 33,175 33,175 321.23 33,175 33,175
1994/95 9x9 20.00 2,150 2,150 20.00 2,150 2,150
2003/04 48.24 5,617 5,617 48.24 5,617 5,617
2006/2007 230.00 26,891 183 26,708 -
jumlah 781.10 81,179 183 80,996 551.10 54,288 - 54,288
5. Condong 1977/78 9x9 3.00 425 425 3.00 425 425
1989/90 9x9 34.63 4,330 4,330 34.63 4,330 4,330
2000/01 9x9 202.34 22,872 22,872 202.34 22,872 22,872
2004/05 9.31 971 971
2006/07 337.14 34,179 38,758
jumlah 586.42 62,777 - 67,356 239.97 27,627 - 27,627

92
Lampiran 12. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 1 Juni 1999.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
Jun 01, 1999
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt Clay Loam
Nama File Parameter : sawit_Condong99.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 81 124.6 962.8 467.3 0
Eto (mm) 161.7 300.1 454.6 322.4 0
Crop Transp. (mm) 140.32 270.41 389.17 291.75 0
Water management : 100.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 164.09 368.27 0 91.15 0
Actual crop Transp. (mm) 137.72 270.4 389.17 291.75 0
Transp. Deficit (%) 1.86 0.01 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.37 0 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 123.07 276.2 0 68.37 0
Actual crop Transp. (mm) 122.47 194.5 389.17 290.33 0
Transp. Deficit (%) 12.72 28.07 0 0.49 0
Decrease of yield (%) 2.54 22.46 0 0.24 0
Water management : 50.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 82.04 184.14 0 45.58 0
Actual crop Transp. (mm) 94.29 110.81 389.17 285.08 0
Transp. Deficit (%) 32.8 59.02 0 2.29 0
Decrease of yield (%) 6.56 47.22 0 1.14 0
Water management : 25.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 41.02 92.07 0 22.79 0
Actual crop Transp. (mm) 72.63 52.83 389.17 273.66 0
Transp. Deficit (%) 48.24 80.46 0 6.2 0
Decrease of yield (%) 9.65 64.37 0 3.1 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 63.45 41.47 389.17 261 0
Transp. Deficit (%) 54.78 84.67 0 10.54 0
Decrease of yield (%) 10.96 67.73 0 5.27 0

93
Lampiran 13. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 21 Juni 2002.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
Jun 21, 2002
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt Clay Loam
Nama File Parameter : sawit_Condong02.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350

Instl. Veg. Flow. Yield Ripe


Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 0 49.5 507.95 201.1 0
Eto (mm) 166.9 311.5 454 307.3 0
Crop Transp. (mm) 141.94 273.91 376.5 253.21 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 207.08 324.39 90.75 89.29 0
Actual crop Transp. (mm) 139.13 273.81 376.5 253.21 0
Transp. Deficit (%) 1.98 0.04 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.4 0.03 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 155.31 243.29 68.06 66.97 0
Actual crop Transp. (mm) 116.5 189.23 370.83 250.8 0
Transp. Deficit (%) 17.92 30.91 1.51 0.95 0
Decrease of yield (%) 3.58 24.73 1.51 0.48 0
Water management : 50.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 103.54 162.19 45.37 44.65 0
Actual crop Transp. (mm) 83.93 99.69 366.45 237.03 0
Transp. Deficit (%) 40.87 63.6 2.67 6.39 0
Decrease of yield (%) 8.17 50.88 2.67 3.2 0
Water management : 25.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 51.77 81.1 22.69 22.32 0
Actual crop Transp. (mm) 67.64 38.99 362.51 219.4 0
Transp. Deficit (%) 52.35 85.76 3.72 13.35 0
Decrease of yield (%) 10.47 68.61 3.72 6.68 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 60.46 30.81 357.71 200.44 0
Transp. Deficit (%) 57.4 88.75 4.99 20.84 0
Decrease of yield (%) 11.48 71 4.99 10.42 0

94
Lampiran 14. Hasil simulasi program CWB afdeling Condong 1 Mei 2005.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
May 01, 2005
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt Clay Loam
Nama File Parameter : sawit_Condong05.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 338.9 274.8 1469.2 355.5 0
Eto (mm) 166 272.1 446.2 339.6 0
Crop Transp. (mm) 129.35 241.57 395.41 300.61 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 136.66 186.42 45.51 135.19 0
Actual crop Transp. (mm) 126.59 241.52 395.41 300.61 0
Transp. Deficit (%) 2.13 0.02 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.43 0.02 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 102.5 139.81 34.13 101.4 0
Actual crop Transp. (mm) 120.35 224.87 395.41 299.51 0
Transp. Deficit (%) 6.96 6.91 0 0.37 0
Decrease of yield (%) 1.39 5.53 0 0.18 0
Water management : 50.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 68.33 93.21 22.75 67.6 0
Actual crop Transp. (mm) 103.59 190.14 395.41 294.32 0
Transp. Deficit (%) 19.92 21.29 0 2.09 0
Decrease of yield (%) 3.98 17.03 0 1.05 0
Water management : 25.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 34.17 46.6 11.38 33.8 0
Actual crop Transp. (mm) 89.26 153.34 394.03 278.79 0
Transp. Deficit (%) 30.99 36.52 0.35 7.26 0
Decrease of yield (%) 6.2 29.22 0.35 3.63 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 78.83 142.22 390.1 257.12 0
Transp. Deficit (%) 39.05 41.13 1.34 14.47 0
Decrease of yield (%) 7.81 32.9 1.34 7.23 0

95
Lampiran 15. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 1 Juni 1999.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
Jun 01, 1999
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : sc
Nama File Parameter : sawit_Tarisi99.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 81 124.6 962.8 467.3 0
Eto (mm) 161.7 300.1 454.6 322.4 0
Crop Transp. (mm) 140.32 270.41 389.17 291.75 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 157.33 344.66 0 56.71 0
Actual crop Transp. (mm) 137.7 270.41 389.17 291.75 0
Transp. Deficit (%) 1.87 0 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.37 0 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 118 258.49 0 42.53 0
Actual crop Transp. (mm) 129.52 203.41 389.17 291.23 0
Transp. Deficit (%) 7.7 24.78 0 0.18 0
Decrease of yield (%) 1.54 19.82 0 0.09 0
Water management : 50.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 78.66 172.33 0 28.35 0
Actual crop Transp. (mm) 105.32 120.08 389.17 287.8 0
Transp. Deficit (%) 24.94 55.6 0 1.35 0
Decrease of yield (%) 4.99 44.48 0 0.68 0
Water management : 25.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 39.33 86.16 0 14.18 0
Actual crop Transp. (mm) 85.98 56.73 389.17 281.92 0
Transp. Deficit (%) 38.72 79.02 0 3.37 0
Decrease of yield (%) 7.74 63.22 0 1.68 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 75.72 48.67 389.17 273.75 0
Transp. Deficit (%) 46.04 82 0 6.17 0
Decrease of yield (%) 9.21 65.6 0 3.08 0

96
Lampiran 16. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 21 Juni 2002.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 21, 2002
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : sc
Nama File Parameter : sawit_Tarisi02.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350

Instl. Veg. Flow. Yield Ripe


Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 0 49.5 507.95 201.1 0
Eto (mm) 166.9 311.5 454 307.3 0
Crop Transp. (mm) 141.94 273.91 376.5 253.21 0
Water management : 100.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 200.29 341.08 57.77 112.76 0
Actual crop Transp. (mm) 139.22 273.91 376.5 253.21 0
Transp. Deficit (%) 1.92 0 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.38 0 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 150.21 255.81 43.33 84.57 0
Actual crop Transp. (mm) 122.69 199.49 372.84 253.21 0
Transp. Deficit (%) 13.57 27.17 0.97 0 0
Decrease of yield (%) 2.71 21.73 0.97 0 0
Water management : 50.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 100.14 170.54 28.89 56.38 0
Actual crop Transp. (mm) 94.59 108.65 365.17 251.77 0
Transp. Deficit (%) 33.36 60.33 3.01 0.57 0
Decrease of yield (%) 6.67 48.27 3.01 0.28 0
Water management : 25.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 50.07 85.27 14.44 28.19 0
Actual crop Transp. (mm) 79.38 45.2 358.84 234.61 0
Transp. Deficit (%) 44.07 83.5 4.69 7.35 0
Decrease of yield (%) 8.81 66.8 4.69 3.67 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 71.49 37.26 356.97 211.22 0
Transp. Deficit (%) 49.64 86.4 5.19 16.58 0
Decrease of yield (%) 9.93 69.12 5.19 8.29 0

97
Lampiran 17. Hasil simulasi program CWB afdeling Tarisi 11 Mei 2005.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal :
May 11, 2005
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : sc
Nama File Parameter : Sawit_Tarisi05.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350

Instl. Veg. Flow. Yield Ripe


Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 367.9 496.2 1216.2 361 0
Eto (mm) 163.3 279.5 447.5 335.3 0
Crop Transp. (mm) 129.22 249.72 396.97 294.49 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 128.62 174.93 59.12 114.74 0
Actual crop Transp. (mm) 126.79 249.71 396.97 294.49 0
Transp. Deficit (%) 1.89 0 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.38 0 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 96.47 131.2 44.34 86.06 0
Actual crop Transp. (mm) 124.67 240.03 396.97 294.34 0
Transp. Deficit (%) 3.53 3.88 0 0.05 0
Decrease of yield (%) 0.71 3.1 0 0.02 0
Water management : 50.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 64.31 87.46 29.56 57.37 0
Actual crop Transp. (mm) 115.71 211.86 396.97 291.31 0
Transp. Deficit (%) 10.46 15.16 0 1.08 0
Decrease of yield (%) 2.09 12.13 0 0.54 0
Water management : 25.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 32.16 43.73 14.78 28.69 0
Actual crop Transp. (mm) 102.88 178.29 396.97 284.14 0
Transp. Deficit (%) 20.39 28.6 0 3.51 0
Decrease of yield (%) 4.08 22.88 0 1.76 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 91.7 165.24 395.99 271.62 0
Transp. Deficit (%) 29.04 33.83 0.25 7.77 0
Decrease of yield (%) 5.81 27.06 0.25 3.88 0

98
Lampiran 18. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 1 Juni 1999.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 01, 1999
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt
Nama File Parameter : sawit_G.Sulah99.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 81 124.6 962.8 467.3 0
Eto (mm) 161.7 300.1 454.6 322.4 0
Crop Transp. (mm) 140.32 270.41 389.17 291.75 0
Water management : 100.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 195.45 338 34.42 133.97 0
Actual crop Transp. (mm) 137.27 270.41 389.17 291.75 0
Transp. Deficit (%) 2.17 0 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.43 0 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 146.59 253.5 25.82 100.48 0
Actual crop Transp. (mm) 114.75 187.79 389.17 289.78 0
Transp. Deficit (%) 18.23 30.56 0 0.68 0
Decrease of yield (%) 3.65 24.44 0 0.34 0
Water management : 50.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 97.73 169 17.21 66.99 0
Actual crop Transp. (mm) 81.33 99.92 389.17 278.51 0
Transp. Deficit (%) 42.04 63.05 0 4.54 0
Decrease of yield (%) 8.41 50.44 0 2.27 0
Water management : 25.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 48.86 84.5 8.61 33.49 0
Actual crop Transp. (mm) 58.88 47.94 389.17 261.49 0
Transp. Deficit (%) 58.04 82.27 0 10.37 0
Decrease of yield (%) 11.61 65.82 0 5.19 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 49.06 35.89 389.17 243.61 0
Transp. Deficit (%) 65.04 86.73 0 16.5 0
Decrease of yield (%) 13.01 69.38 0 8.25 0

99
Lampiran 19. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 11 Juni 2002.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : Jun 11, 2002
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt
Nama File Parameter : sawit_G.Sulah02.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 0 9.3 534.15 215.1 0
Eto (mm) 165.6 305.5 453.5 316.3 0
Crop Transp. (mm) 140.31 269.21 376.28 261.59 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 203.62 374.92 131.99 134.97 0
Actual crop Transp. (mm) 136.75 269.15 376.28 261.59 0
Transp. Deficit (%) 2.54 0.02 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.51 0.02 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 152.71 281.19 98.99 101.23 0
Actual crop Transp. (mm) 105.61 176.87 371.46 258.6 0
Transp. Deficit (%) 24.73 34.3 1.28 1.14 0
Decrease of yield (%) 4.95 27.44 1.28 0.57 0
Water management : 50.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 101.81 187.46 65.99 67.48 0
Actual crop Transp. (mm) 63.22 81.5 368.42 245.99 0
Transp. Deficit (%) 54.95 69.72 2.09 5.96 0
Decrease of yield (%) 10.99 55.78 2.09 2.98 0
Water management : 25.00% of crop water requirement
Applied irrigation (mm) 50.9 93.73 33 33.74 0
Actual crop Transp. (mm) 42.64 25.34 360.51 220.3 0
Transp. Deficit (%) 69.61 90.59 4.19 15.78 0
Decrease of yield (%) 13.92 72.47 4.19 7.89 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 36.86 11.21 346.99 189.97 0
Transp. Deficit (%) 73.73 95.84 7.79 27.38 0
Decrease of yield (%) 14.75 76.67 7.79 13.69 0

100
Lampiran 20. Hasil simulasi program CWB afdeling G. Sulah 1 Mei 2005.
Hasil Perhitungan Hujan Nyata Tanggal : May 01,
2005
Nama Stasiun : Lapan Pameungpek
Nama Tanah : Silt
Nama File Parameter : sawit_G.Sulah05.txt
Nama Tanaman 1 : Kelapa sawit 350
Instl. Veg. Flow. Yield Ripe
Phenologic stage length (days) 55 85 120 90 0
Time elapsed (days) 55 85 120 90 0
Rainfall (mm) 338.9 274.8 1469.2 355.5 0
Eto (mm) 166 272.1 446.2 339.6 0
Crop Transp. (mm) 129.35 241.57 395.41 300.61 0
Water management : 100.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 156.75 240.99 68.72 173.15 0
Actual crop Transp. (mm) 126.74 241.51 395.41 300.61 0
Transp. Deficit (%) 2.02 0.03 0 0 0
Decrease of yield (%) 0.4 0.02 0 0 0
Water management : 75.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 117.56 180.74 51.54 129.86 0
Actual crop Transp. (mm) 115.63 215.81 394.39 295.21 0
Transp. Deficit (%) 10.6 10.66 0.26 1.8 0
Decrease of yield (%) 2.12 8.53 0.26 0.9 0
Water management : 50.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 78.37 120.5 34.36 86.57 0
Actual crop Transp. (mm) 91.64 174.63 391.22 281.91 0
Transp. Deficit (%) 29.15 27.71 1.06 6.22 0
Decrease of yield (%) 5.83 22.17 1.06 3.11 0
Water management : 25.00% of crop water
requirement
Applied irrigation (mm) 39.19 60.25 17.18 43.29 0
Actual crop Transp. (mm) 75.23 137.43 386.66 259.44 0
Transp. Deficit (%) 41.84 43.11 2.21 13.7 0
Decrease of yield (%) 8.37 34.49 2.21 6.85 0
Water management : Without Irrigation
Applied irrigation (mm) 0 0 0 0 0
Actual crop Transp. (mm) 63.68 125.01 381.08 229.15 0
Transp. Deficit (%) 50.77 48.25 3.63 23.77 0
Decrease of yield (%) 10.15 38.6 3.63 11.89 0

101
Lampiran 21. Tabel data iklim harian Januari-April tahun 2007.
Kec. Angin Curah Hujan
Tanggal Kelembaban (m/dt) (mm) Eto
1/1/2007 83 4 1.5 3.7
1/2/2007 75 4 0 3.7
1/3/2007 88 3 0 3.7
1/4/2007 91 4 5 3.7
1/5/2007 93 13 7 3.5
1/6/2007 92 11 0 3.5
1/7/2007 97 6 0 3.4
1/8/2007 84 4 0 3.8
1/9/2007 83 3 0 3.8
1/10/2007 87 7 0 3.8
1/11/2007 83 2 0 3.8
1/12/2007 81 4 0 3.8
1/13/2007 81 2 0 3.8
1/14/2007 83 4 0 3.8
1/15/2007 78 3 0 3.8
1/16/2007 81 6 0 3.8
1/17/2007 83 8 2.5 3.9
1/18/2007 79 4 1.5 3.8
1/19/2007 86 3 0 3.7
1/20/2007 86 6 0 3.7
1/21/2007 76 6 1 3.8
1/22/2007 83 6 0 3.7
1/23/2007 84 8 2.5 3.7
1/24/2007 87 2 88 3.8
1/25/2007 85 2 0 3.8
1/26/2007 88 4 0 3.8
1/27/2007 82 2 0 3.9
1/28/2007 75 5 0 3.8
1/29/2007 81 6 7.5 3.9
1/30/2007 82 2 0 3.8
1/31/2007 86 2 0 3.7
2/1/2007 96 1.3 0 3.8
2/2/2007 92 1.3 0 3.8
2/3/2007 85 3.1 0 3.9
2/4/2007 89 1.5 4 4
2/5/2007 90 3.7 1 4
2/6/2007 92 3.3 0 3.9
2/7/2007 97 3 3.5 3.9
2/8/2007 92 3.7 0 3.8
2/9/2007 97 1.2 2.5 3.9
2/10/2007 95 1.2 11.5 3.8

102
Lampiran 21. Lanjutan
Kec. Angin Curah Hujan
Tanggal Kelembaban (m/dt) (mm) Eto
2/11/2007 98 1.7 4 3.8
2/12/2007 93 1.1 40 3.8
2/13/2007 98 4.2 2.5 4
2/14/2007 92 3.9 0 3.8
2/15/2007 91 1.3 0 3.9
2/16/2007 97 3.8 2.5 4
2/17/2007 89 4.3 0 3.9
2/18/2007 90 1.1 0 3.9
2/19/2007 93 3.6 1 3.9
2/20/2007 97 1.5 37.5 3.9
2/21/2007 94 1.9 0 3.9
2/22/2007 95 1.3 37 3.8
2/23/2007 92 3.6 2 3.8
2/24/2007 92 3.6 9 3.9
2/25/2007 92 1.5 0 3.9
2/26/2007 90 2.5 0 3.8
2/27/2007 93 3.3 0 3.9
2/28/2007 97 1.3 2 3.8
3/1/2007 92 2.2 0 3.8
3/2/2007 92 1 0 3.8
3/3/2007 95 3 0 3.9
3/4/2007 97 3 0 3.8
3/5/2007 89 3 3 3.9
3/6/2007 93 3.7 19 3.7
3/7/2007 92 1.5 0 3.9
3/8/2007 97 3.9 11 3.8
3/9/2007 93 3.7 0 3.6
3/10/2007 88 2.9 0 3.9
3/11/2007 84 4.3 0 3.9
3/12/2007 86 5.6 0 3.8
3/13/2007 92 1.5 26 3.9
3/14/2007 95 1.1 0 3.8
3/15/2007 89 3.3 37.8 3.8
3/16/2007 94 1.5 0 3.8
3/17/2007 92 3.4 10 3.8
3/18/2007 94 1.5 0 3.7
3/19/2007 89 3 0 3.7
3/20/2007 86 1.7 0 3.8
3/21/2007 87 3.2 0 3.7
3/22/2007 92 4.4 4 3.7
3/23/2007 89 2.6 4.5 3.8

103
Lampiran 21. Lanjutan
Kec. Angin Curah Hujan
Tanggal Kelembaban (m/dt) (mm) Eto
3/24/2007 95 3.4 0 3.8
3/25/2007 90 4.1 0 3.8
3/26/2007 92 1.3 2.5 3.7
3/27/2007 95 2 1 3.8
3/28/2007 92 1 0 3.6
3/29/2007 95 3.3 1 3.6
3/30/2007 94 2 15 3.7
3/31/2007 92 2 6 3.5
4/1/2007 92 2 1.5 3.7
4/2/2007 94 1.7 1.6 3.8
4/3/2007 96 3.8 1.6 3.6
4/4/2007 93 3.8 15 3.5
4/5/2007 98 3.9 2 3.8
4/6/2007 90 3.8 0 3.6
4/7/2007 95 3.6 8 3.6
4/8/2007 92 1.3 0 3.5
4/9/2007 90 3.1 0 3.5
4/10/2007 89 3.8 10 3.5
4/11/2007 98 3.9 32.5 3.5
4/12/2007 98 3.7 2 3.5
4/13/2007 98 3.2 3 3.6
4/14/2007 92 1.7 3 3.5
4/15/2007 95 3 0 3.5
4/16/2007 95 4 0 3.5
4/17/2007 95 3 0 3.5
4/18/2007 92 4.7 0 3.4
4/19/2007 92 3.2 0 3.4
4/20/2007 92 3.7 0 3.4
4/21/2007 97 6.5 1 3.3
4/22/2007 92 1.2 0 3.4
4/23/2007 88 5.4 0 3.4
4/24/2007 95 6.7 2 3.4
4/25/2007 90 8.1 0 3.4
4/26/2007 97 3.7 27 3.3
4/27/2007 97 1.1 0 3.2
4/28/2007 97 3.2 30 3.3
4/29/2007 95 3.5 0 3.3
4/30/2007 90 1.2 0 3.3

104
Lampiran. 22
STRUKTUR ORGANISASI PERKEBUNAN PT CONDONG GARUT

DIREKSI

R&D SPI & PLH

SPI BIDANG
TANAMAN

PABRIK

TEKNIK

QC & LAB
DIVISI
PRODUKSI BANGUNAN

PLH

TANAMAN TANAMAN PABRIK TEKNIK


SAWIT KARET SAWIT

ANEKA UMUIM
PEMASARAN
TANAMAN SEKRETARIAT KEUANGAN
AFDELING PABRIK
AFDELING PABRIK BENGKEL
G. SULAH PRODUKSI KARET
BOKOR NILAN
KEUANGAN
PERSONALIA
TANAMAN
GATAGA NILAM TRANSPOR
CIREJENG
MAINTENANCE PEMBUKUAN

TARISI JARAK BANGUNAN UMUM & RT PAJAK


CKKODONG
REBOISASI PENGADAAN

105

Anda mungkin juga menyukai