Anda di halaman 1dari 11

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kebijakan Moda Transportasi Jarak Jauh

Nabila Farahdila1

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

nabilafa87@gmail.com

Abstrak

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar hukum kebijakan transportasi jarak jauh
untuk menanggulangi penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia serta mengetahui berbagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah terkait dengan mengatasi kolapsnya sektor transportasi jarak jauh. Peneliti
menggunakan metode yuridis normatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus, yaitu pendekatan
kasus pandemic Covid-19 yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan peraturan perundang-undangan yaitu pendekatan berbasis hukum dalam melakukan kajian
dan analisa. Pemerintah Indonesia dalam rangka untuk mencegah penularan penyebaran dan memutuskan
rantai virus corona telah menerbitkan berbagai aturan dan undang-undang tentang pencegahan dan
penyebaran virus corona. Berbagai upaya pencegahan dilakukan, termasuk Kementerian Perhubungan
(Kemenhub) secara resmi menerbitkan aturan untuk pengendalian transportasi saat wabah virus Corona
yang tertulis dalam Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian
Transportasi untuk mencegah Penyebaran Corona atau COVID-19. Untuk melaksanakan kebijakan moda
transportasi jarak jauh ini maka dibutuhkan ketegasan dan gabungan keamanan dari segala pihak.
Kebijakan ini juga wajib dibatasi dengan norma hukum seperti keputusan presiden agar tidak timbul
kesewenang-wenangan dari pemerintah. Pemahaman demikian penting agar negara dapat berjalan dengan
baik.

Abstract

The purpose of this research is to find out the legal basis of long-distance transportation policy to cope with
the spread of the Covid-19 outbreak in Indonesia as well as to find out the various efforts made by the
government in dealing with the collapse of the long-distance transportation sector. Researchers use the
normative juridical method. This research uses a case approach, namely the Covid-19 pandemic case
approach that occurred in Indonesia. This study uses a qualitative method with the statutory approach that
is a law-based approach in conducting studies and analysis. The Indonesian government in order to prevent
transmission of the spread and break the corona virus chain has issued various rules and laws regarding the
prevention and spread of the corona virus. Determined various preventive measures were carried out,
including the Ministry of Transportation (Kemenhub) officially issuing rules for transportation control when
the Corona virus outbreak written in Transportation Ministerial Regulation (Permen) No. 18 of 2020
concerning Transportation Control to prevent the Spread of Corona or COVID -19. To implement this long
distance transportation mode policy, it requires firm and combined security from all parties. This policy
must also be limited by legal norms such as a presidential decree to avoid arbitrariness by the government.
Understanding of this study is important so that the country can run well.

A. Pendahuluan
1. Latar belakang masalah

Seperti yang kita semua tahu bahwa masyarakat di dunia sekarang sedang dilanda oleh
pandemi virus corona. Virus corona ini berasal dari kota Wuhan yang terletak di negara
Tiongkok yang kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia. Penyebaran yang begitu
cepat ini disebabkan oleh adanya kegiatan perpindahan individu-individu dari satu negara
ke negara lain beserta interaksi yang dilakukannya atas dasar latar belakang
kepentingannya. Penyebaran virus corona ini mengakibatkan timbulnya penyakit
coronavirus disease 2019 atau biasa dikenal Covid-19 di berbagai negara-negara di belahan
dunia.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Covid-19 ini sudah


tergolong sebagai pandemic global sebagai wabah penyakit global karena pandemi
tersebut merupakan penyakit yang baru muncul ini telah menyebar di seluruh negara di
dunia tanpa adanya batas wilayah atau di luar kendali. 1 Lembaga kesehatan masyarakat
Amerika Serikat yaitu Centers for Disease Control and Prevention (CDC), juga menyatakan
penyakit akibat adanya virus sebagai pandemi jika virus itu dapat menginfeksi dan
menularkan orang dengan mudah dan penularannya dari individu ke individu lain
dengan cara yang cepat dan terus berlanjut hingga berbagai wilayah.

Pandemi Covid-19 yang dialami berbagai negara di belahan dunia tak terkecuali
Indonesia ini membuat Pemerintah “kalang kabut”.2 Istilah ini disebutkan karena
Indonesia tidak mempunyai mitigasi risiko pada saat sebelum terjadinya pandemi, yang
didalamnya menjamin ketersediaan data dan informasi, ketangguhan ekonomi, serta
infrastruktur kesehatan. Tertulis dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 1
ayat 6 (PP No 21 Tahun 2008) tentang penyelenggaraan penanggulangan Bencana) bahwa
mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.3

Berdasarkan sumbernya, bencana tergolong menjadi tiga, yaitu bencana alam,


bencana non alam, dan bencana sosial. Pandemi Covid-19 ini tergolong sebagai bencana
non alam. Ini akhirnya menyebabkan Pemerintah mengeluarkan sepaket kebijakan, baik
dalam bentuk tindakan maupun peraturan perundang-undangan untuk memitigasi risiko
akibat pandemi, termasuk mencegah perluasan Pandemi dan mengatasi dampak Pandemi
terhadap berbagai aspek kehidupan.

Pemerintah juga membutuhkan bantuan para relawan untuk menangani pandemic


Covid-19. Dengan tingginya resiko terpapar Covid-19 pada relawan, maka pemerintah
memberikan berbagai jaminan sosial pada relawan, seperti jaminan kesehatan, Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Kematian (JKm). Hal ini terkait dengan pentingnya
peran organisasi sosial dalam membantu mendaftarkan relawan mengingat sejumlah
regulasi seperti UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengamanatkan setiap
pekerja dan keluarganya berhak memperoleh jaminan sosial.4 Hal ini dapat di lihat dalam
Pasal 28H UUD NRI 1945 menyatakan bahwa:“Setiap orang berhak atas jaminan sosial
yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagaimana manusia yang
bermartabat”, Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjaminseluruh warga negara agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak.5

1
https://tirto.id/who-umumkan-corona-covid-19-sebagai-pandemi-eEvE, diakses pada 4 Juni 2020.
2
Purnamasari, Pemerintah Dinilai Kalang Kabut dalam Menghadapi Pandemi Covid-19,
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/09/19421111/pemerintah-dinilai-kalang-kabut-dalammenghadapi-
pandemi-covid-19 diakses pada 4 Juni 2020.
3
http://bpbd.karanganyarkab.go.id/?p=603#:~:text=adalah%20serangkaian%20upaya%20untuk
%20mengurangi,2008%20Tentang%20Penyelenggaraan%20Penanggulangan%20Bencana). diakses pada 4 Juni 2020.
4
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5eba667a2872b/pentingnya-jaminan-sosial-bagi-relawan-
penanganan-covid-19?page=2 diakses pada 4 Juni 2020.
5
Wiwid Afifah, 2016, Jaminan Sosial Bagi Pekerja Rumah Tangga, Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum, Hal. 54-69.
Berbagai negara di dunia terdapat pemberlakuan contract tracing yang ditetapkan
oleh pemerintah setempat sebagai upaya pemberhentian penyebaran virus corona tersebut.
Terdapat berbagai kebijakan ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi pandemic
Covid-19 ini. Salah satunya adalah kebijakan social distancing. Pada awalnya kebijakan
social distancing ditetapkan sebagai upaya pembatasan masyarakat untuk mengunjungi
berbagai tempat keramaian dan berbagai kerumunan lainnya seperti konser atau tempat
hiburan untuk menghindari kontak langsung dengan orang lain. Kemudian, pemerintah
mengubah istilah social distancing menjadi physical distancing.

Kegiatan mencegah dengan tujuan menghambat jumlah penderita virus corona di


Indonesia sudah dilaksanakan di seluruh daerah Indonesia. Diantaranya dengan
memberikan kebijakan membatasi aktifitas keluar rumah, kegiatan sekolah dirumahkan,
bekerja dari rumah (work from home), bahkan kegiatan beribadah pun dirumahkan.
Berbagai kebijakan yang sudah diambil oleh pemerintah ini diatas dasarkan oleh
pertimbangan-pertimbangan yang sudah dianalisa dengan maksimal tentunya.6

Pemerintah Indonesia dalam rangka untuk mencegah penularan penyebaran dan


memutuskan rantai virus corona telah menerbitkan berbagai aturan dan undang-undang
tentang pencegahan dan penyebaran virus corona. Misalnya Salinan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019. Surat Edaran yang diterbitkan oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia dengan SE HK.02.01/MENKES/202/2020 tentang Protokol Isolasi Diri
Sendiri dalam Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) ditetapkan di Jakarta pada
tanggal 16 Maret 2020.7

Berbagai upaya pencegahan dilakukan, termasuk Kementerian Perhubungan


(Kemenhub) secara resmi menerbitkan aturan untuk pengendalian transportasi saat wabah
virus Corona yang tertulis dalam Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan Nomor 18
Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi untuk mencegah Penyebaran Corona atau
COVID-19. Dalam aturan tersebut sepeda motor pribadi, ojek pangkalan dan ojek online
diperbolehkan untuk mengangkut penumpang saat pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), namun harus mengikuti protokol kesehatan. 8 Kebijakan yang
dibentuk akibat wabah virus corona ini dapat dilihat dengan adanya penutupan beberapa
akses jalan dalam waktu tertentu, pembatasan jumlah transportasi, pembatasan jam
operasional transportasi, yang tentunya kebijakan itu bertujuan agar dapat mengurangi
laju aktifitas masyarakat keluar rumah.9

Transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu tempat


ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara
umum transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan sesuatu (barang dan/atau
barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana 10 (Bowersox,
1981). Didukung dengan (Papacotas, 1987) yang mendefinisikan transportasi sebagai suatu
sistem yang terdiri dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem control yang
6
Nur Rohim Yunus, 2020, Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19,
Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 7 No. 3 (2020), pp.227-238.
7
Tasri, 2020, Hikmah Di Tengah Wabah Virus Corona Dalam Tinjauan Hukum Islam, Qiyas Vol. Vol. 5, No. 1
8
https://news.detik.com/berita/d-4973859/ini-isi-lengkap-permenhub-soal-pengendalian-transportasi-saat-pandemi-
corona
9
Nur Rohim Yunus, 2020, Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19,
Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 7 No. 3 (2020), pp.227-238.
10
Bowersox, C, 1981, Introduction toTransportation. New York: MacmillanPublishing Co, Inc.
memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu temapat ke tempat lain
secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia.11

Berdasarkan pernyataan (Nasution, 2004), permintaan angkutan diakibatkan oleh


beberapa hal berikut, yaitu kebutuhan manusia untuk berpergian dari tempat lain dengan
tujuan mengambil bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja, ke
sekolah, dan lain- lain dan kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau
dikonsumsi di tempat lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan transportasi merupakan
pemindahan, baik manusia maupun barang dari satu tempat ke tempat lainnya dalam
waktu tertentu dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia,
hewan, maupun mesin. Beberapa definisi dan tujuan transportasi menunjukkan
pergerakan manusia demi kepentingannya masing-masing. Hal ini memicu probabilitas
meningkatnya penyebaran wabah Covid-19 secara signifikan. Mengingat hal tersebut,
pemerintah tepat dalam membuat kebijakan transportasi jarak jauh untuk menanggulangi
penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia dan menimbulkan dampak terhadap penyebaran
Covid-19.

2. Rumusan masalah atau isu hukum

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa dasar hukum transportasi jarak jauh dalam penanggulang pandemic Covid-19?
2. Bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor kebijakan transportasi jarak
jauh?
3. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi kolapsnya sektor transportasi jarak
jauh?

3. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah yuridis normatif. Metode
ini adalah prosedur dalam pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan pemecahan
masalah dengan pengumpulan dan pengolahan bahan hukum. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kasus, yaitu pendekatan kasus pandemic Covid-19 yang terjadi
di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan peraturan
perundang-undangan yaitu pendekatan berbasis hukum dalam melakukan kajian dan
analisa.12 Diantaranya adalah peraturan perundang-undangan sebagai berikut: Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 17 ayat (3), Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19, Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun
2015 tentang Kementerian, Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan
Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, Peraturan Presiden
Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara, Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 110 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 122 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
11
Papacostas, 1987, Fundamentals of Transportation Enginering. Prantice Hall. USA.
12
Wiwik Afifah, 2018, Kebijakan Pemenuhan Hak Pendidikan Disabilitas Di Jawa Timur.
Pembatasan Sosial Berskala BesarDalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease (Covid-19).

B. Pembahasan
1. Dasar Hukum Moda Transportasi Jarak Jauh

Kebijakan mengenai pengendalian moda transportasi jarak jauh saat wabah Covid-19
yang tertulis dalam Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020
tentang Pengendalian Transportasi untuk mencegah Penyebaran Corona atau COVID-19
berdasarkan pertimbangan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia yang sudah dinyatakan oleh Presiden republik
Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 mengenai Percepatan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9) serta
menempatkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19). Kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan penyebaran wabah Covid-19 dengan
cara membatasi moda transportasi yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 mengenai Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besan
dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19). Atas dasar
berbagai pertimbangan tersebut, maka kebijakan pengendalian transportasi jarak jauh ini
perlu ditetapkan sehubung dengan pencegahan penyebaran corona virus disease 2019
(COVID-19) yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan tentang Pengendalian
Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19).13

Dasar hukum dari kebijakan pengendalian moda transportasi jarak jauh saat wabah
Covid-19 yang tertulis pada Peraturan Menteri Perhubungan tentang Pengendalian
Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 17 yang
berbunyi sebagai berikut: ayat (1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara, (2)
Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, (3) Setiap menteri
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, (4) Pembentukan, pengubahan, dan
pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. Dengan adanya ketentuan
bahwa setiap pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara harus
berdasarkan undang-undang yang mengaturnya ini, sama sekali tidak mengurangi apalagi
menghilangkan hak Presiden dalam menyusun kementerian negara yang akan
membantunya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Sebaliknya, ketentuan
mengenai harus berdasarkan undang-undang yang mengaturnya tersebut, justru
dimaksudkan untuk memudahkan Presiden dalam menyusun Kementerian Negara. Para
menteri merupakan pemimpin pemerintahan dalam masing-masing bidang yang
ditekuninya.14 Menteri-menteri itulah yang sesungguhnya ialah yang menjalani
pemerintahan setiap harinya. Oleh karena itu, para menteri hendak melakukan kerja sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Dalam kasus ini, para
Menteri membantu presiden dalam urusan pencegahan penyebaran wabah Covid-19.

13
https://news.detik.com/berita/d-4973859/ini-isi-lengkap-permenhub-soal-pengendalian-transportasi-saat-pandemi-
corona/2 diakses pada 5 Juni 2020.
14
Arliman, 2015, Wakil Menteri Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
Sebagai pemimpin departemen, menteri mengetahui segala seluk beluk hal yang
berkaitan dengan lingkungan pekerjaannya. Sehubungan dengan itu, Menteri mempunyai
pengaruh besar terhadap Presiden dalam kinerjanya terhadap negara mengenai
departemennya.15 Undang-undang tersebut melakukan pendekatan melalui urusan-urusan
pemerintahan yang harus dijalankan Presiden secara menyeluruh dalam rangka
pencapaian tujuan negara. Oleh karena itu, kinerja Menteri dalam penanganan penyebaran
wabah Covid-19 ini sangat diperlukan. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang
melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara Pasal 5 ayat (1) menyelenggarakan
fungsi: a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b. pengelolaan
barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas
pelaksanaan tugas di bidangnya; dan d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke
daerah.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 Tentang


Kementerian Perhubungan pasal 2 yang menyatakan bahwa tugas Kementerian
Perhubungan adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang transportasi
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Sebagaimana
dengan tugas Menteri Perhubungan Republik Indonesia mengenai memberikan bantuan
pada Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintah di bidang
perhubungan, Menteri Perhubungan Republik Indonesia bertanggung jawab dalam bidang
perhubungan di tengah pandemic Covid-19 ini. 16 Hal ini dikarenakan penyebaran infeksi
virus corona ini paling berpotensi akibat adanya transmisi lokal. Transmisi local dapat
didefinisikan sebagai kasus infeksi yang terjadi antar masyarakat serta hanya masyarakat
yang terlibat. Infeksi Covid-19 sudah tersebar di tengah masyarakat lokal itu sendiri,
sehingga kemungkinan seseorang dapat terinfeksi virus tersebut tanpa harus bepergian ke
luar wilayah atau bertemu dengan orang asing dari luar wilayahnya. 17 Melihat fakta
mengenai transmisi local terebut, Menteri Perhubungan Republik Indonesia berdasarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Kementerian
Perhubungan pasal 3 berfungsi untuk melakukan perumusan kebijakan nasional,
kebijakan, pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang perhubungan untuk mengurangi
transmisi local tersebut.

Kebijakan ini juga sehubungan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 21 Tahun 2020 pasal 4 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Wrus Disease 2019 (Covid-19) yang disetujui oleh Menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang menyatakan
peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2015 Tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Dan Bekasi pasal 4 yang berfungsi mengkoordinasi dan sinkronisasi
penyusunan rencana umum dan rencana program kegiatan Kementerian/Lembaga dan

15
H.F. Abraham Amos, 2005, Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Dari ORLA, ORBA,
Sampai Reformasi), Telaah Sosiologis Yuridis dan Yuridis Pragmatis Krisis Jati Diri Hukum Tata
Negara Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo Persada, hal. 204.
16
http://dephub.go.id/ppid/kementerian/56 diakses pada 5 Juni 2020.
17
Luthfia Ayu Azanella, 2020, Apa Arti Transmisi Lokal Covid-19?,
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/29/185633365/apa-arti-transmisi-lokal-covid-19 diakses pada 5 Juni
2020.
Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan dan peningkatan pelayanan transportasi
yang terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi berdasarkan
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) pasal 13 menyatakan bahwa Pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar meliputi: a. peliburan sekolah dan tempat kerja; b. pembatasan kegiatan
keagamaan; c. pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum; d. pembatasan kegiatan
sosial dan budaya; e. pembatasan moda transportasi; dan f. pembatasan kegiatan lainnya
khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan. Berasarkan Pedoman Pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) tersebut, maka Peraturan Menteri Perhubungan Tentang
Pengendalian Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) ditetapkan.

2. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Sektor Kebijakan Transportasi Jarak Jauh

Secara luas, pelaksanaan Kebijakan Transportasi Jarak Jauh yang diatur dalam
Peraturan Menteri Perhubungan Tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) ini akan memiliki dampak
tertentu seperti Spesifikasi rincian program, yakni bagaimana dan di mana lembaga atau
organisasi harus menjalankan program, dan bagaimana hukum atau program ditafsirkan.
Selain alokasi sumberdaya yakni bagaimana anggaran didistribusikan, personil yang akan
melaksanakan program dan organisasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program
dan keputusan, yakni bagaimana keputusan akan dilakukan. 18 Salah satu bisnis yang
paling terkena dampak ialah sektor transportasi nasional dan seluruh moda transportasi.
Berdasarkan rapat yang diadakan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang
Perhubungan dengan para pelaku usaha transportasi yang berada di bawah
naungannya. dapat disimpulkan bahwa dampak kebijakan transportasi jarak jauh pada
pandemi Covid-19 ini sangat memberatkan di banyak aspek pada bisnis transportasi .
Kebijakan ini diteruskan dengan sosialisasi masif kepada masyarakat untuk bekerja dari
rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah, serta melakukan penutupan
lokasi wisata. Hal ini mengakibatkan adanya batasan pergerakan masyarakat di luar
rumah. Sehingga segala kebutuhan manusia terkait dengan penggunaan transportasi
tidak dapat dilakukan. Para pelaku usaha dapat mengerti maksud dan tujuan dari
kebijakan tersebut. Tetapi, hal ini berdampak pada terjadinya penurunan omzet
angkutan jalan sejak dua bulan lalu. Kadin Indonesia Bidang Perhubungan mencatat
penurunan omzet angkutan barang telah mencapai 25 persen hingga 50 persen.
Sedangkan penurunan pada angkutan penumpang telah mencapai 75 persen hingga 100
persen pada seluruh moda, baik moda angkutan antarkota maupun angkutan perkotaan
non-PSO. Bahkan kemerosotan omzet untuk angkutan pariwisata telah mencapai 100
persen. Terjadinya penurunan omzet ini diprediksi akan terus berlanjut semakin parah
hingga enam bulan ke depan. Hal ini berkaitan dengan perpanjangan masa darurat
pandemi Covid-19 hingga 29 Mei 2020. 19 Apabila keadaan ini tetap berlangsung dan
18
Jann, W., & Wegrich, K. 2007. Theories of the Policy Cycle. In F. Fischer, G. J. Miller, & M. S. Sidney, Handbook of
Public Policy Analysis Theory, Politics, and Methods (pp. 43- 62). New York: CRC Press Taylor & Francis Group
19
https://www.beritasatu.com/ekonomi/619131-pandemi-covid19-memukul-bisnis-di-sektor-transportasi diakses
pada 5 Juni 2020.
iklim bisnis tidak dapat normal pada setahun ke depan, maka diprediksi akan banyak
pelaku usaha angkutan jalan yang akan gulung tikar. Di moda transportasi udara,
penurunan tersebut sudah terjadi sejak awal 2020. Hal ini diawali dengan rute ke
Tiongkok yang ditutup. Setelah itu dilanjutkan dengan rute ke Saudi Arabia dan Korea
Selatan (Korsel) yang ditutup, selain itu kegiatan bepergian yang ditiadakan dan
traveling telah menurunkan pendapatan operator maskapai antara 20 persen hingga 50
persen.

Selain itu, karyawan dalam industry penerbangan juga mengalami tekanan


dalam dampak perumahan. Pandemi Covid-19 ini juga berdampak pada cash flow
perusahaan moda transportasi laut. Kondisi keuangan perusahaan moda transportasi
laut akan mengalami negative cash flow. Kinerja moda transportasi laut per Maret 2020
mengalami penurunan sekitar 15 persen dan diperkirakan keadaan ini akan terus
berlanjut hingga beberapa bulan ke depan dikarenakan terjadi penurunan distribusi.
Pada sisi lain, account receivable atau catatan piutang perusahaan moda transportasi
laut juga mengalami peningkatan dikarenakan pengguna jasa angkutan laut yang tidak
bisa melakukan pembayaran hutangnya. Dampak positif yang dirasakan dari kebijakan
transportasi jarak jauh ini adalah polusi udara akan menurun. Hal ini dikarenakan asap
kendaraan membuat lapisan ozon semakin menipis dan cerobong asap membuat udara
semakin kotor. WHO menyatakan bahwa orang yang berkediaman di daerah dengan
polusi udara yang tinggi, maka probabilitas terinfeksi covid-19 juga tinggi. Secara tidak
langsung wabah virus corona menyebabkan penurunan polusi udara.

3. Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Kolapsnya Sektor Transportasi Jarak Jauh

Oleh karena penyebaran wabah Covid-19 sangat dipengaruhi oleh moblitas


masyarakat, maka kebijakan transportasi merupakan strategi pemerintahyang harus
diambil. Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi kolapsnya sektor transportasi jarak
jauh adalah dengan membuat kebijakan transportasi yang akan diterapkan pemerintah
daerah terkait dengan pencegahan penularan wabah Covid-19 adalah dengan melakukan
pembatasan pelayanan angkutan umum di Jakarta. Walaupun kebijakan transportasi ini
diprotes oleh banyak pihak karena malah memicu terjadinya perkumpulan penumpang di
beberapa halte dan stasiun sehingga meningkatkan risiko penularan Covid-19, kebijakan
ini tetap diberlakukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan hukum. Pada dasarnya,
pergerakan atau mobilitas manusia merupakan kegiatan turunan (sekunder) yang dipicu
oleh kegiatan-kegiatan primer tersebut. Moda transportasi terutama angkutan penumpang
memang memiliki potensi untuk menjadi sumber penularan Covid-19. Pengurangan
frekuensi pelayanan angkutan umum seperti yang coba dilakukan pemerintah daerah
Jakarta merupakan salah contoh kebijakan konvensional yang biasa dilakukan di sektor
transportasi untuk menghadapi pandemi dengan tujuan mengurangi mobilitas atau arus
pergerakan manusia. Penerapan kebijakan yang efektif sebaiknya berfokus pada peniadaan
kegiatan-kegiatan primer yang memiliki potensi untuk menimbulkan perjalanan dan
bukan pembatasan perjalanan itu sendiri. Berkaitan dengan pembatasan pada angkutan
umum penumpang dalam kota, pemberlakuan batasan pelayanan seperti melakukan
pengurangan frekuensi layanan kereta atau bus yang mungkin diadakan di saat ekstrem
hanya bisa dilaksanakan apabila dan hanya jika saja penerapan pola kegiatan jarak jauh
telah berjalan dengan optimal.20 Upaya yang dilakukan pemerintah saat ini juga hanya
dapat menunda saat tercapainya puncak pandemi dan tidak akan bisa memberhentikan
atau mengurangi pandemi Covid-19 secara signifikan. Dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pasal 5 ayat 1, ditetapkan bahwa calon penumpang
harus menggunakan masker dan mempersiapkan alat kesehatan yang dibutuhkan, tertib
dan menjaga jarak fisik (physical distancing), patuh terhadap prosedur yang diarahkan oleh
petugas. Selain itu, mengutamakan untuk melakukan pendaftaran diri secara daring atau
online check in untuk penumpang transportasi yang menggunakan sistem pendaftaran
secara daring online check in. Selain itu, sarana transportasi harus disterilkan dengan cara
melakukan penyemprotan disinfektan, menerapkan jaga jarak fisik (physical distancing) di
setiap sarana transportasi, dan peralatan pengecekan kesehatan harus tersedia. Kemudian
seluruh individu sarana transportasi harus dinyatakan sehat secara pasti oleh instansi
kesehatan atau dokter yang berwenang, menyediakan cadangan personil sarana
transportasi untuk perjalanan jarak jauh, dan menyediakan peralatan kesehatan bagi
personil sarana transportasi paling sedikit berupa masker, sarung tangan, dan penyanitasi
tangan (hand sanitizer), mengadakan pemeriksaan suhu tubuh penumpang berdasarkan
dengan protokol kesehatan dan apabila saat pemeriksaan suhu tubuh menunjukkan angka
di atas 38°C (tiga puluh delapan derajat Celcius), maka penumpang tidak diperbolehkan
untuk diangkut dan dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa kesehatan lebih lanjut.
Selain itu tersedianya posko kesehatan yang dilengkapi dengan tenaga medis di prasarana
transportasi dan berkoordinasi dengan Rumah Sakit Rujukan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) terdekat.

Selain itu pemerintah juga mendorong stimulus Fiskal dalam rangka Penanganan
Covid-19, antara lain; Pertama, relaksasi Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21).
Relaksasi diberikan melalui skema PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar
100% atas penghasilan dari pekerja dengan besaran sampai dengan Rp200 juta pada sektor
industri pengolahan (termasuk Kemudahan Impor Tujuan Ekspor/KITE dan Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor–Industri Kecil dan Menengah/KITE IKM).

Kedua, relaksasi Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor (PPh Pasal 22 Impor). Relaksasi
diberikan melalui skema pembebasan PPh Pasal 22 Impor kepada 19 sektor tertentu, Wajib
Pajak KITE, dan Wajib Pajak KITE IKM. Pembebasan PPh Pasal 22 Impor diberikan selama
6 bulan terhitung mulai bulan April hingga September 2020 dengan total perkiraan
pembebasan sebesar Rp8,15 triliun. Kebijakan ini ditempuh sebagai upaya memberikan
ruang cashflow bagi industri sebagai kompensasi switching cost (biaya sehubungan
perubahan negara asal impor).

Ketiga, relaksasi Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25). Relaksasi diberikan
melalui skema pengurangan PPh Pasal 25 sebesar 30% kepada 19 sektor tertentu, Wajib
Pajak KITE, dan Wajib Pajak KITE-IKM selama 6 bulan terhitung mulai bulan April hingga
September 2020 dengan total perkiraan pengurangan sebesar Rp4,2 triliun. Sebagaimana
halnya relaksasi PPh Pasal 22 Impor, melalui kebijakan ini diharapkan industri
memperoleh ruang cashflow sebagai kompensasi switching cost (biaya sehubungan
perubahan negara asal impor dan negara tujuan ekspor). Selain itu, dengan upaya
mengubah negara tujuan ekspor, diharapkan akan terjadi peningkatan ekspor.

20
https://theconversation.com/merumuskan-kebijakan-transportasi-yang-tepat-di-masa-pandemi-covid-19-di-
indonesia-133915 diakses pada 5 Juni 2020.
Keempat, relaksasi restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Relaksasi diberikan
melalui restitusi PPN dipercepat (pengembalian pendahuluan) bagi 19 sektor tertentu, WP
KITE, dan WP KITE-IKM. Restitusi PPN dipercepat diberikan selama 6 bulan, terhitung
mulai bulan April hingga September 2020 dengan total perkiraan besaran restitusi sebesar
Rp1,97 triliun. Tidak ada batasan nilai restitusi PPN khusus bagi para eksportir, sementara
bagi para non-eksportir besaran nilai restitusi PPN ditetapkan paling banyak Rp5 miliar.
Dengan adanya percepatan restitusi, Wajib Pajak dapat lebih optimal menjaga
likuiditasnya.

Sedangkan, stimulus Non-Fiskal dalam rangka Penanganan COVID-19 guna


melengkapi paket kebijakan stimulus fiskal yang telah disampaikan, Pemerintah juga telah
menyiapkan paket kebijakan non-fiskal yang bertujuan untuk lebih memberikan dorongan
terhadap kegiatan ekspor-impor.21

C. Penutup

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pengendalian


moda transportasi jarak jauh saat wabah Covid-19 yang tertulis pada Peraturan Menteri
Perhubungan tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) diatasdasari oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 17, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2015 Tentang Kementerian Perhubungan pasal 2, dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 pasal 4 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Wrus Disease 2019 (Covid-19). Kebijakan ini
berdampak pada kemerosotan penghasilan di sektor transportasi jarak jauh. Berbagai upaya
pemerintah dilakukan dalam mengatasi kolapsnya sektor transportasi jarak jauh dengan
mendorong stimulus fiscal dan non-fiskal. Saran dari penulis adalah pemerintah lebih
mempertegas kebijakan yang telah disusun sedemikian rupa dengan menambahkan sanski
yang jelas atas pelanggaran yang dilakukan.

Daftar Pustaka

Arliman. 2015 Wakil Menteri Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia.


Bowersox, C. 1981. Introduction to Transportation. New York: MacmillanPublishing Co, Inc.
H.F. Abraham Amos, 2005, Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Dari ORLA, ORBA, Sampai
Reformasi), Telaah Sosiologis Yuridis dan Yuridis Pragmatis Krisis Jati Diri Hukum TataNegara
Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo Persada, hal. 204.
Jann, W., & Wegrich, K. (2007). Theories of the Policy Cycle. In F. Fischer, G. J. Miller, & M. S.
Sidney, Handbook of Public Policy Analysis Theory, Politics, and Methods (pp. 43- 62). New York:
CRC Press Taylor & Francis Group
Nur Rohim Yunus, 2020, Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona
Virus Covid-19, Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 7 No. 3
(2020), pp.227-238.

21
https://pasardana.id/news/2020/3/13/pemerintah-umumkan-stimulus-ekonomi-kedua-untuk-menangani-dampak-
covid-19/ diakses pada 5 Juni 2020.
Papacostas. 1987. Fundamentals of Transportation Enginering. Prantice Hall. USA.
Tasri, 2020, Hikmah Di Tengah Wabah Virus Corona Dalam Tinjauan Hukum Islam, Qiyas Vol. Vol. 5,
No. 1

Wiwid Afifah, 2016, Jaminan Sosial Bagi Pekerja Rumah Tangga, Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu
Hukum, Hal. 54-69.

Luthfia Ayu Azanella, 2020, Apa Arti Transmisi Lokal Covid-19?,


https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/29/185633365/apa-arti-transmisi-lokal-covid-19
diakses pada 5 Juni 2020.
Purnamasari, Pemerintah Dinilai Kalang Kabut dalam Menghadapi Pandemi Covid-19,
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/09/19421111/pemerintah-dinilai-kalang-kabut-
dalammenghadapipandemi-covid-19 diakses pada 4 Juni 2020.
https://news.detik.com/berita/d-4973859/ini-isi-lengkap-permenhub-soal-pengendalian-
transportasi-saat-pandemi-corona/2 diakses pada 5 Juni 2020.

http://dephub.go.id/ppid/kementerian/56 diakses pada 5 Juni 2020.


https://www.beritasatu.com/ekonomi/619131-pandemi-covid19-memukul-bisnis-di-sektor-
transportasi diakses pada 5 Juni 2020.
https://tirto.id/who-umumkan-corona-covid-19-sebagai-pandemi-eEvE, diakses pada 4 Juni 2020.
http://bpbd.karanganyarkab.go.id/?p=603#:~:text=adalah%20serangkaian%20upaya%20untuk
%20mengurangi,2008%20Tentang%20Penyelenggaraan%20Penanggulangan%20Bencana). diakses
pada 4 Juni 2020.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5eba667a2872b/pentingnya-jaminan-sosial-bagi-
relawan-penanganan-covid-19?page=2 diakses pada 4 Juni 2020.
https://theconversation.com/merumuskan-kebijakan-transportasi-yang-tepat-di-masa-pandemi-
covid-19-di-indonesia-133915 diakses pada 5 Juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai