Nabila Farahdila1
nabilafa87@gmail.com
Abstrak
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dasar hukum kebijakan transportasi jarak jauh
untuk menanggulangi penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia serta mengetahui berbagai upaya yang
dilakukan oleh pemerintah terkait dengan mengatasi kolapsnya sektor transportasi jarak jauh. Peneliti
menggunakan metode yuridis normatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus, yaitu pendekatan
kasus pandemic Covid-19 yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan peraturan perundang-undangan yaitu pendekatan berbasis hukum dalam melakukan kajian
dan analisa. Pemerintah Indonesia dalam rangka untuk mencegah penularan penyebaran dan memutuskan
rantai virus corona telah menerbitkan berbagai aturan dan undang-undang tentang pencegahan dan
penyebaran virus corona. Berbagai upaya pencegahan dilakukan, termasuk Kementerian Perhubungan
(Kemenhub) secara resmi menerbitkan aturan untuk pengendalian transportasi saat wabah virus Corona
yang tertulis dalam Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian
Transportasi untuk mencegah Penyebaran Corona atau COVID-19. Untuk melaksanakan kebijakan moda
transportasi jarak jauh ini maka dibutuhkan ketegasan dan gabungan keamanan dari segala pihak.
Kebijakan ini juga wajib dibatasi dengan norma hukum seperti keputusan presiden agar tidak timbul
kesewenang-wenangan dari pemerintah. Pemahaman demikian penting agar negara dapat berjalan dengan
baik.
Abstract
The purpose of this research is to find out the legal basis of long-distance transportation policy to cope with
the spread of the Covid-19 outbreak in Indonesia as well as to find out the various efforts made by the
government in dealing with the collapse of the long-distance transportation sector. Researchers use the
normative juridical method. This research uses a case approach, namely the Covid-19 pandemic case
approach that occurred in Indonesia. This study uses a qualitative method with the statutory approach that
is a law-based approach in conducting studies and analysis. The Indonesian government in order to prevent
transmission of the spread and break the corona virus chain has issued various rules and laws regarding the
prevention and spread of the corona virus. Determined various preventive measures were carried out,
including the Ministry of Transportation (Kemenhub) officially issuing rules for transportation control when
the Corona virus outbreak written in Transportation Ministerial Regulation (Permen) No. 18 of 2020
concerning Transportation Control to prevent the Spread of Corona or COVID -19. To implement this long
distance transportation mode policy, it requires firm and combined security from all parties. This policy
must also be limited by legal norms such as a presidential decree to avoid arbitrariness by the government.
Understanding of this study is important so that the country can run well.
A. Pendahuluan
1. Latar belakang masalah
Seperti yang kita semua tahu bahwa masyarakat di dunia sekarang sedang dilanda oleh
pandemi virus corona. Virus corona ini berasal dari kota Wuhan yang terletak di negara
Tiongkok yang kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia. Penyebaran yang begitu
cepat ini disebabkan oleh adanya kegiatan perpindahan individu-individu dari satu negara
ke negara lain beserta interaksi yang dilakukannya atas dasar latar belakang
kepentingannya. Penyebaran virus corona ini mengakibatkan timbulnya penyakit
coronavirus disease 2019 atau biasa dikenal Covid-19 di berbagai negara-negara di belahan
dunia.
Pandemi Covid-19 yang dialami berbagai negara di belahan dunia tak terkecuali
Indonesia ini membuat Pemerintah “kalang kabut”.2 Istilah ini disebutkan karena
Indonesia tidak mempunyai mitigasi risiko pada saat sebelum terjadinya pandemi, yang
didalamnya menjamin ketersediaan data dan informasi, ketangguhan ekonomi, serta
infrastruktur kesehatan. Tertulis dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 1
ayat 6 (PP No 21 Tahun 2008) tentang penyelenggaraan penanggulangan Bencana) bahwa
mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.3
1
https://tirto.id/who-umumkan-corona-covid-19-sebagai-pandemi-eEvE, diakses pada 4 Juni 2020.
2
Purnamasari, Pemerintah Dinilai Kalang Kabut dalam Menghadapi Pandemi Covid-19,
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/09/19421111/pemerintah-dinilai-kalang-kabut-dalammenghadapi-
pandemi-covid-19 diakses pada 4 Juni 2020.
3
http://bpbd.karanganyarkab.go.id/?p=603#:~:text=adalah%20serangkaian%20upaya%20untuk
%20mengurangi,2008%20Tentang%20Penyelenggaraan%20Penanggulangan%20Bencana). diakses pada 4 Juni 2020.
4
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5eba667a2872b/pentingnya-jaminan-sosial-bagi-relawan-
penanganan-covid-19?page=2 diakses pada 4 Juni 2020.
5
Wiwid Afifah, 2016, Jaminan Sosial Bagi Pekerja Rumah Tangga, Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu Hukum, Hal. 54-69.
Berbagai negara di dunia terdapat pemberlakuan contract tracing yang ditetapkan
oleh pemerintah setempat sebagai upaya pemberhentian penyebaran virus corona tersebut.
Terdapat berbagai kebijakan ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatasi pandemic
Covid-19 ini. Salah satunya adalah kebijakan social distancing. Pada awalnya kebijakan
social distancing ditetapkan sebagai upaya pembatasan masyarakat untuk mengunjungi
berbagai tempat keramaian dan berbagai kerumunan lainnya seperti konser atau tempat
hiburan untuk menghindari kontak langsung dengan orang lain. Kemudian, pemerintah
mengubah istilah social distancing menjadi physical distancing.
1. Apa dasar hukum transportasi jarak jauh dalam penanggulang pandemic Covid-19?
2. Bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor kebijakan transportasi jarak
jauh?
3. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi kolapsnya sektor transportasi jarak
jauh?
3. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah yuridis normatif. Metode
ini adalah prosedur dalam pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan pemecahan
masalah dengan pengumpulan dan pengolahan bahan hukum. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kasus, yaitu pendekatan kasus pandemic Covid-19 yang terjadi
di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan peraturan
perundang-undangan yaitu pendekatan berbasis hukum dalam melakukan kajian dan
analisa.12 Diantaranya adalah peraturan perundang-undangan sebagai berikut: Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 17 ayat (3), Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19, Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun
2015 tentang Kementerian, Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan
Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, Peraturan Presiden
Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara, Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 110 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 122 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
11
Papacostas, 1987, Fundamentals of Transportation Enginering. Prantice Hall. USA.
12
Wiwik Afifah, 2018, Kebijakan Pemenuhan Hak Pendidikan Disabilitas Di Jawa Timur.
Pembatasan Sosial Berskala BesarDalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease (Covid-19).
B. Pembahasan
1. Dasar Hukum Moda Transportasi Jarak Jauh
Kebijakan mengenai pengendalian moda transportasi jarak jauh saat wabah Covid-19
yang tertulis dalam Peraturan Menteri (Permen) Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020
tentang Pengendalian Transportasi untuk mencegah Penyebaran Corona atau COVID-19
berdasarkan pertimbangan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia yang sudah dinyatakan oleh Presiden republik
Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 mengenai Percepatan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9) serta
menempatkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19). Kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan penyebaran wabah Covid-19 dengan
cara membatasi moda transportasi yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 mengenai Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besan
dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19). Atas dasar
berbagai pertimbangan tersebut, maka kebijakan pengendalian transportasi jarak jauh ini
perlu ditetapkan sehubung dengan pencegahan penyebaran corona virus disease 2019
(COVID-19) yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan tentang Pengendalian
Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19).13
Dasar hukum dari kebijakan pengendalian moda transportasi jarak jauh saat wabah
Covid-19 yang tertulis pada Peraturan Menteri Perhubungan tentang Pengendalian
Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 17 yang
berbunyi sebagai berikut: ayat (1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara, (2)
Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, (3) Setiap menteri
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, (4) Pembentukan, pengubahan, dan
pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. Dengan adanya ketentuan
bahwa setiap pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara harus
berdasarkan undang-undang yang mengaturnya ini, sama sekali tidak mengurangi apalagi
menghilangkan hak Presiden dalam menyusun kementerian negara yang akan
membantunya dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Sebaliknya, ketentuan
mengenai harus berdasarkan undang-undang yang mengaturnya tersebut, justru
dimaksudkan untuk memudahkan Presiden dalam menyusun Kementerian Negara. Para
menteri merupakan pemimpin pemerintahan dalam masing-masing bidang yang
ditekuninya.14 Menteri-menteri itulah yang sesungguhnya ialah yang menjalani
pemerintahan setiap harinya. Oleh karena itu, para menteri hendak melakukan kerja sama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Dalam kasus ini, para
Menteri membantu presiden dalam urusan pencegahan penyebaran wabah Covid-19.
13
https://news.detik.com/berita/d-4973859/ini-isi-lengkap-permenhub-soal-pengendalian-transportasi-saat-pandemi-
corona/2 diakses pada 5 Juni 2020.
14
Arliman, 2015, Wakil Menteri Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia
Sebagai pemimpin departemen, menteri mengetahui segala seluk beluk hal yang
berkaitan dengan lingkungan pekerjaannya. Sehubungan dengan itu, Menteri mempunyai
pengaruh besar terhadap Presiden dalam kinerjanya terhadap negara mengenai
departemennya.15 Undang-undang tersebut melakukan pendekatan melalui urusan-urusan
pemerintahan yang harus dijalankan Presiden secara menyeluruh dalam rangka
pencapaian tujuan negara. Oleh karena itu, kinerja Menteri dalam penanganan penyebaran
wabah Covid-19 ini sangat diperlukan. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang
melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara Pasal 5 ayat (1) menyelenggarakan
fungsi: a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; b. pengelolaan
barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas
pelaksanaan tugas di bidangnya; dan d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke
daerah.
15
H.F. Abraham Amos, 2005, Sistem Ketatanegaraan Indonesia (Dari ORLA, ORBA,
Sampai Reformasi), Telaah Sosiologis Yuridis dan Yuridis Pragmatis Krisis Jati Diri Hukum Tata
Negara Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo Persada, hal. 204.
16
http://dephub.go.id/ppid/kementerian/56 diakses pada 5 Juni 2020.
17
Luthfia Ayu Azanella, 2020, Apa Arti Transmisi Lokal Covid-19?,
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/29/185633365/apa-arti-transmisi-lokal-covid-19 diakses pada 5 Juni
2020.
Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan dan peningkatan pelayanan transportasi
yang terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi berdasarkan
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) pasal 13 menyatakan bahwa Pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar meliputi: a. peliburan sekolah dan tempat kerja; b. pembatasan kegiatan
keagamaan; c. pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum; d. pembatasan kegiatan
sosial dan budaya; e. pembatasan moda transportasi; dan f. pembatasan kegiatan lainnya
khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan. Berasarkan Pedoman Pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) tersebut, maka Peraturan Menteri Perhubungan Tentang
Pengendalian Transportasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) ditetapkan.
Secara luas, pelaksanaan Kebijakan Transportasi Jarak Jauh yang diatur dalam
Peraturan Menteri Perhubungan Tentang Pengendalian Transportasi Dalam Rangka
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) ini akan memiliki dampak
tertentu seperti Spesifikasi rincian program, yakni bagaimana dan di mana lembaga atau
organisasi harus menjalankan program, dan bagaimana hukum atau program ditafsirkan.
Selain alokasi sumberdaya yakni bagaimana anggaran didistribusikan, personil yang akan
melaksanakan program dan organisasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program
dan keputusan, yakni bagaimana keputusan akan dilakukan. 18 Salah satu bisnis yang
paling terkena dampak ialah sektor transportasi nasional dan seluruh moda transportasi.
Berdasarkan rapat yang diadakan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang
Perhubungan dengan para pelaku usaha transportasi yang berada di bawah
naungannya. dapat disimpulkan bahwa dampak kebijakan transportasi jarak jauh pada
pandemi Covid-19 ini sangat memberatkan di banyak aspek pada bisnis transportasi .
Kebijakan ini diteruskan dengan sosialisasi masif kepada masyarakat untuk bekerja dari
rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah, serta melakukan penutupan
lokasi wisata. Hal ini mengakibatkan adanya batasan pergerakan masyarakat di luar
rumah. Sehingga segala kebutuhan manusia terkait dengan penggunaan transportasi
tidak dapat dilakukan. Para pelaku usaha dapat mengerti maksud dan tujuan dari
kebijakan tersebut. Tetapi, hal ini berdampak pada terjadinya penurunan omzet
angkutan jalan sejak dua bulan lalu. Kadin Indonesia Bidang Perhubungan mencatat
penurunan omzet angkutan barang telah mencapai 25 persen hingga 50 persen.
Sedangkan penurunan pada angkutan penumpang telah mencapai 75 persen hingga 100
persen pada seluruh moda, baik moda angkutan antarkota maupun angkutan perkotaan
non-PSO. Bahkan kemerosotan omzet untuk angkutan pariwisata telah mencapai 100
persen. Terjadinya penurunan omzet ini diprediksi akan terus berlanjut semakin parah
hingga enam bulan ke depan. Hal ini berkaitan dengan perpanjangan masa darurat
pandemi Covid-19 hingga 29 Mei 2020. 19 Apabila keadaan ini tetap berlangsung dan
18
Jann, W., & Wegrich, K. 2007. Theories of the Policy Cycle. In F. Fischer, G. J. Miller, & M. S. Sidney, Handbook of
Public Policy Analysis Theory, Politics, and Methods (pp. 43- 62). New York: CRC Press Taylor & Francis Group
19
https://www.beritasatu.com/ekonomi/619131-pandemi-covid19-memukul-bisnis-di-sektor-transportasi diakses
pada 5 Juni 2020.
iklim bisnis tidak dapat normal pada setahun ke depan, maka diprediksi akan banyak
pelaku usaha angkutan jalan yang akan gulung tikar. Di moda transportasi udara,
penurunan tersebut sudah terjadi sejak awal 2020. Hal ini diawali dengan rute ke
Tiongkok yang ditutup. Setelah itu dilanjutkan dengan rute ke Saudi Arabia dan Korea
Selatan (Korsel) yang ditutup, selain itu kegiatan bepergian yang ditiadakan dan
traveling telah menurunkan pendapatan operator maskapai antara 20 persen hingga 50
persen.
Selain itu pemerintah juga mendorong stimulus Fiskal dalam rangka Penanganan
Covid-19, antara lain; Pertama, relaksasi Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21).
Relaksasi diberikan melalui skema PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar
100% atas penghasilan dari pekerja dengan besaran sampai dengan Rp200 juta pada sektor
industri pengolahan (termasuk Kemudahan Impor Tujuan Ekspor/KITE dan Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor–Industri Kecil dan Menengah/KITE IKM).
Kedua, relaksasi Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor (PPh Pasal 22 Impor). Relaksasi
diberikan melalui skema pembebasan PPh Pasal 22 Impor kepada 19 sektor tertentu, Wajib
Pajak KITE, dan Wajib Pajak KITE IKM. Pembebasan PPh Pasal 22 Impor diberikan selama
6 bulan terhitung mulai bulan April hingga September 2020 dengan total perkiraan
pembebasan sebesar Rp8,15 triliun. Kebijakan ini ditempuh sebagai upaya memberikan
ruang cashflow bagi industri sebagai kompensasi switching cost (biaya sehubungan
perubahan negara asal impor).
Ketiga, relaksasi Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25). Relaksasi diberikan
melalui skema pengurangan PPh Pasal 25 sebesar 30% kepada 19 sektor tertentu, Wajib
Pajak KITE, dan Wajib Pajak KITE-IKM selama 6 bulan terhitung mulai bulan April hingga
September 2020 dengan total perkiraan pengurangan sebesar Rp4,2 triliun. Sebagaimana
halnya relaksasi PPh Pasal 22 Impor, melalui kebijakan ini diharapkan industri
memperoleh ruang cashflow sebagai kompensasi switching cost (biaya sehubungan
perubahan negara asal impor dan negara tujuan ekspor). Selain itu, dengan upaya
mengubah negara tujuan ekspor, diharapkan akan terjadi peningkatan ekspor.
20
https://theconversation.com/merumuskan-kebijakan-transportasi-yang-tepat-di-masa-pandemi-covid-19-di-
indonesia-133915 diakses pada 5 Juni 2020.
Keempat, relaksasi restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Relaksasi diberikan
melalui restitusi PPN dipercepat (pengembalian pendahuluan) bagi 19 sektor tertentu, WP
KITE, dan WP KITE-IKM. Restitusi PPN dipercepat diberikan selama 6 bulan, terhitung
mulai bulan April hingga September 2020 dengan total perkiraan besaran restitusi sebesar
Rp1,97 triliun. Tidak ada batasan nilai restitusi PPN khusus bagi para eksportir, sementara
bagi para non-eksportir besaran nilai restitusi PPN ditetapkan paling banyak Rp5 miliar.
Dengan adanya percepatan restitusi, Wajib Pajak dapat lebih optimal menjaga
likuiditasnya.
C. Penutup
Daftar Pustaka
21
https://pasardana.id/news/2020/3/13/pemerintah-umumkan-stimulus-ekonomi-kedua-untuk-menangani-dampak-
covid-19/ diakses pada 5 Juni 2020.
Papacostas. 1987. Fundamentals of Transportation Enginering. Prantice Hall. USA.
Tasri, 2020, Hikmah Di Tengah Wabah Virus Corona Dalam Tinjauan Hukum Islam, Qiyas Vol. Vol. 5,
No. 1
Wiwid Afifah, 2016, Jaminan Sosial Bagi Pekerja Rumah Tangga, Mimbar Keadilan, Jurnal Ilmu
Hukum, Hal. 54-69.