Anda di halaman 1dari 8

ESTIMASI EMISI (N2O) DARI TIMBULAN SAMPAH DI

KAMPUS 3 UPGRIS SEMARANG

Velma Nindita 1)
1)
Program Studi Arsitektur Universitas PGRI Semarang
Jln. Sidodadi Timur Nomor 24 - Dr. Cipto Semarang
Email: velmanindita@upgris.ac.id

ABSTRAK

Emisi karbon meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Meningkatnya aktivitas manusia
terutama dalam penghasil sampah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari menimbulkan efek
negatif terhadap atmosfer salah satunya meningkatnya Gas Rumah Kaca (GRK). Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya pemanasan global (global warming) seperti yang sedang terjadi saat
ini. Penelitian ini bertujuan Menghitung komposisi sampah menurut SNI 19-3964-1994, dan
menghitung potensi gas rumah kaca N2O dari setiap komposisi sampah. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, sampling secara acak sederhana disertai dengan
pengukuran menggunakan analisis secara deskriptitif kuantitatif. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa perhitungan komposisi sampah untuk sampah daun 3,58 x 10-3 Gg/tahun;
sampah ranting 3,6 x 10-4 Gg/tahun; sampah kertas 3,57 x 10-4 Gg/tahun; sampah plastik 2,02 x
10-4 Gg/tahun serta emisi N2O = 5,92x10-7 Gg/tahun (daun), N2O = 5,94x10-8 Gg/tahun
(ranting), N2O = 5,89x10-7 Gg/tahun (kertas), N2O = 3,33x10-8 Gg/tahun (plastik). Proses
pemisahan sampah dari sumbernya agar memudahkan proses pemilahan sampah harus dapat
dilakukan dan pengukuran terhadap timbulan sampah dan komposisi sampah secara kontinyu

Kata kunci: N2O, emisi, sampah.

PENDAHULUAN (N2O), Metana (CH4),


Sulfurheksafluorida (SF6),
Latar Belakang
Perfluorokarbon (PFCs) dan
Meningkatnya jumlah emisi gas Hidrofluorokarbon (HFCs).
rumah kaca di Indonesia terjadi
Pertambahan penduduk dan
karena adanya pengaruh dari semua
perubahan pola konsumsi masyarakat
kegiatan manusia tanpa disadari
menyebabkan bertambahnya volume,
maupun tidak terlebih di bidang
jenis, dan karakteristik sampah yang
transportasi, dengan dukungan dari
semakin beragam. (Tanod, Rengkung
sektor ekonomi, industri dan unsur
dan Tondobala, 2014). Pengelolaan
alam. Hal ini menunjukkan bahwa
sampah perkotaan pada umumnya
dari berbagai kegiatan yang dilakukan
menjalankan sistem pengumpulan dan
tersebut akan membawa dampak pada
pengangkutan dan bergantung pada
kondisi lingkungan. Dampak tersebut
pengelolaan di Tempat Pemrosesan
tidak lain adalah dihasilkannya
Akhir (TPA), terlebih sebagian besar
beberapa macam gas utama yang
daerah di Indonesia masih menganut
disebut dengan istilah gas rumah kaca
sistem open dumping sehingga
(BMKG, 2012). Menurut Konvensi
semakin lama TPA tersebut akan
PBB terdapat 6 jenis gas yang
semakin besar beban pengolahannya.
dikelompokkan sebagai gas rumah
Volume sampah terus membengkak
kaca (GRK) yang diantaranya ialah
karena penduduk bertambah,
Karbon Dioksida (CO2), Dinitroksida

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 1


sementara di lain sisi ketersediaan 2. Menghitung potensi gas rumah
lahan untuk TPA semakin terbatas kaca N2O dari setiap komposisi
(Bappenas, 2011). Pada tahun 2010, sampah.
penyumbang emisi terbesar Gas
Rumah Kaca (GRK) Propinsi Jawa TINJAUAN PUSTAKA
Tengah berasal dari sektor limbah Gas Rumah Kaca (GRK)
yaitu sebesar 61% (Bappenas, 2011).
Pengelolaan sampah organik yang Gas-gas yang tergolong sebagai
tidak tepat akan meningkatkan gas GRK adalah karbondioksida (CO2),
metan yang merupakan emisi gas metana (CH4), nitrogenoksida (N2O),
rumah kaca yang berkontribusi hidroflorokarbon (HFC),
terhadap pemanasan global dan perflorokarbon (PFC), dan
perubahan iklim. Dampak gas-gas sulfurheksaklorida (SF6). Keenam
rumah kaca terhadap pemanasan GRK tersebut adalah gas-gas
global sangat bervariasi, untuk jumlah berdasarkan Protokol Kyoto yang
konsentrasi yang sama tiap-tiap gas dianggap bertanggung jawab dalam
rumah kaca memberikan dampak peningkatan pemanasan global. Gas-
pemanasan global yang berbeda. gas tersebut memiliki potensi
(Sudarman, 2010). pemanasan global yang
diperhitungkan dalam potensi CO2
Kampus 3 Universitas PGRI atau dikenal sebagai Global Warming
Semarang merupakan kampus yang Potential (GWP). GWP merupakan
digunakan untuk kegiatan besaran efek radioaktif GRK apabila
laboratorium fakultas Teknik. dibandingkan dengan CO2. GWP
Terdapat banyak sekali sampah menunjukkan sekian ton CO2 setara
domestik khususnya sampah jenis dengan satu ton GRK lainnya. Metana
organik berasal dari reruntuhan daun (CH4) memiliki GWP 21 kali CO2,
pohon, dan sisanya berasal dari sedangkan nilai GWP untuk N2O,
aktivitas manusia. Penelitian ini HFC, PFC dan SF6 berturut-turut
dilakukan dengan mengestimasi adalah sebesar 310, 140-11.700,
berapa jumlah timbunan sampah dan 6500-9.200, dan 23.900 kali CO2.
menghitung perkiraan emisi gas
rumah kaca (N2O) dengan Dinitrogen oksida (N2O)
perhitungan menggnakan faktor emisi
dari IPCC 2006. Dinitrogen oksida memiliki
konsentrasi rata-rata yang terus
Rumusan Masalah meningkat dari tahun 1978 hingga
tahun 2010 pada angka 0,2 sampai
1. Berapa komposisi sampah 0,3% setiap tahunnya. Aktivitas yang
domestik di kampus 3 UPGRIS mendukung naiknya konsentrasi
2. Berapa potensi gas rumah kaca dinitrogen oksida di atmosfer antara
(N2O) yang dihasilkan di lain pemupukan tanah, penggunaan
kampus 3 UPGRIS lahan, pembakaran biomassa, serta
pembakaran bahan bakar fosil
Tujuan Penelitian (Artadi, 2013).
1. Menghitung komposisi sampah
Efek Rumah Kaca
menurut SNI 19-3964-1994
Efek rumah kaca yaitu efek
panas yang ditimbulkan dari

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 2


penyerapan pancaran radiasi sering dilakukan adalah berdasarkan
gelombang panjang matahari oleh gas komposisinya, misalnya dinyatakan
rumah kaca yang berada pada lapisan sebagai % berat atau % volume dari
atmosfer bawah dekat dengan kertas, kayu, kulit, karet, plastik,
permukaan bumi. Efek rumah kaca logam, kaca, kain, makanan, dan
dibutuhkan oleh bumi dalam keadaan sampah lain-lain (Damanhuri dan
normal untuk menjaga keseimbangan Padmi, 2004). Komposisi sampah
suhu bumi. Artinya dengan adanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
efek rumah kaca, suhu rata-rata sebagai berikut (Tchobanoglous,
permukaan bumi yang sedang tidak 1993): 1) Frekuensi pengumpulan.
terkena sinar matahari tidak terlalu Semakin sering sampah
rendah (KLH, 2012). dikumpulkan, semakin tinggi
tumpukan sampah terbentuk. Sampah
Faktor Emisi kertas dan sampah kering lainnya
Faktor Emisi Perhitungan emisi akan tetap bertambah, tetapi sampah
GRK digunakan faktor emisi, dimana organik akan berkurang karena
nantinya faktor emisi yang akan terdekomposisi. 2) Musim. Jenis
dikalikan dengan jumlah penggunaan sampah akan ditentukan oleh musim
bahan bakar sehingga akan buah-buahan yang sedang
didapatkan jumlah total emisi yang berlangsung. 3) Kondisi Ekonomi.
dikeluarkan. Persamaan perhitungan Kondisi ekonomi yang berbeda
jejak karbon adalah sebagai berikut : menghasilkan sampah dengan
Emisi = DA x FE dimana DA adalah komponen yang berbeda pula.
data dari aktivitas yang dikaji dan FE Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu
adalah faktor emisi dari aktivitas yang masyarakat, produksi sampah kering
dikaji. Menurut Peraturan Presiden seperti kertas, plastik, dan kaleng
Republik Indonesia No. 71 Tahun cenderung tinggi, sedangkan sampah
2011, Faktor emisi adalah besaran makanannya lebih rendah. Hal ini
emisi GRK yang dilepaskan ke disebabkan pola hidup masyarakat
atmosfer per satuan aktivitas tertentu. ekonomi tinggi yang lebih praktis dan
Faktor emisi ditentukan berdasarkan bersih. 4) Cuaca. Di daerah yang
penelitian dan sangat spesifik untuk kandungan airnya cukup tinggi,
setiap bahan atau produk. Oleh karena kelembaban sampahnya juga akan
belum ada faktor emisi yang spesifik cukup tinggi. 5) Kemasan produk.
untuk Indonesia, maka digunakan Bahan kebutuhan sehari-hari juga
faktor emisi yang sudah ditentukan akan mempengaruhi komposisi
oleh IPCC. sampah. Negara maju seperti
Amerika sering menggunakan kertas
Komposisi Sampah sebagai pengemas, sedangkan negara
berkembang seperti Indonesia banyak
Komposisi sampah merupakan menggunakan plastik sebagai
penggambaran dari masing-masing pengemas.
komponen yang terdapat pada
sampah dan distribusinya. Data ini METODE PENELITIAN
penting untuk mengevaluasi peralatan
yang diperlukan, sistem, pengolahan Menghitung Persentase Komposisi
sampah dan rencana manajemen Komposisi sampah dapat
persampahan suatu kota. dihitung dengan menggunakan
Pengelompokan sampah yang paling

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 3


rumus: % komposisi= (∏ berat CFi adalah Kadar karbon pada
komponen / berat sampel total) x sampah jenis i.
100%.
Persamaan di atas dapat pula
Perhitungan Bau Emisi Gas Rumah digunakan untuk menghitung fraksi
Kaca (GRK) fosil karbon dengan mengganti
komponen CFi dengan FCFi (fraksi
Pehitungan BAU emisi GRK
fosil karbon pada sampah jenis i),
menggunakan referensi dari Bappenas
Nilai CF dan FCF untuk masing-
yakni Pedoman Teknis Perhitungan
masing jenis sampah menurut IPCC,
Baseline Emisi GRK Sektor Sampah
2006 dapat dilihat pada tabel 1
yang mengadopsi dari standar
berikut:
perhitungan IPCC (Bappenas, 2016)
berupa kalkulator excel. Perhitungan Tabel 1.
BAU untuk mengetahui besarnya Nilai CF dan FCF setiap jenis sampah
emisi GRK yang dihasilkan tanpa
adanya kegiatan mitigasi/penurunan
emisi. Model perhitungan IPCC 2006
telah digunakan di banyak negara
berkembang Potensi emisi GRK yang
berasal dari pembakaran sampah
adalah N2O.

Perhitungan Emisi N2O Sumber : IPCC 2006


N2O = (IWi*EFi)/10-6 ………… (1) HASIL DAN PEMBAHASAN
Dimana: IWi adalah Jumlah Kampus 3 Universitas PGRI
sampah yang dibakar (Gg/tahun) Semarang merupakan kampus yang
sedangkan EFi adalah Fraksi emisi diperuntukkan bagi kegiatan
N2O, yaitu sebesar 150 g/ton (berat laboratorium mahasiswa Fakultas
kering) untuk pembakaran terbuka Teknik dan Pendidikan Biologi.
dan 10-6 adalah Faktor Kampus ini memiliki luas kurang
konversi kg ke Gg. lebih 2200 m2. Jumlah mahasiswa,
dosen, dan karyawan terdiri dari
Fraksi Kadar Karbon (Simbol CF) mahasiswa Teknik Mesin ± 250
dan Fraksi Fosil Karbon (Simbol orang, Teknik Sipil ± 80 orang,
FCF) Teknik Elektro ± 80 orang, Teknologi
Fraksi kadar karbon adalah nilai Pangan ± 40 orang, Dosen 30 orang,
kadar karbon dan fraksi fosil karbon karyawan 2 orang, dan petugas
diperoleh berdasarkan komposisi kebersihan 5 orang. Sampah yang
sampah yang dibakar, dan untuk berada di kampus 3 sepenuhnya tidak
menghitung nilai kadar karbon dapat dilakukan konsep pengelolaan
digunakan persamaan sebagai berikut: sampah, baik 3R maupun lainnya.
Sampah hanya terkumpul di halaman
F= ∑( WFi*CFi) ………… (2) pohon pinus dan langsung dibakar
tanpa ada pengolahan lebih lanjut.
Dimana: CF adalah Fraksi karbon
sampah. Sedangkan WFi adalah Perhitungan Berat Sampah
Fraksi komposisi sampah jenis I dan berdasarkan Komposisi

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 4


Untuk mengetahui karakteristik % Komposisi Sampah Ranting
komposisi sampah di kampus 3, maka
dilakukan pengukuran dan
pengambilan sampel dengan mengacu
pada SNI_19-2454-2002. Sampel
sampah yang telah diambil, ditimbang
berat dan diukur volume dengan
menggunakan bak ukur yang telah
disiapkan. Berdasarkan hasil analisa
perhitungan bahwa jumlah timbulan
sampah di kampus 3 Universitas
% Komposisi Sampah Kertas
PGRI Semarang selama 8 hari
berturut-turut dalam waktu 3 bulan
dalam selang waktu per bulan
terhitung tanggal 8-15 April 2019, 6-
13 Mei 2019, dan 17-24 Juni 2019,
kemudian dirata-rata untuk dijadikan
satu data selama 8 hari dalam 3 bulan,
kemudian didapatkan hasil
perhitungan sampah yang paling
banyak adalah sampah kategori daun
sebanyak 88%, komposisi sampah % Komposisi Sampah Plastik
ranting 4,5%, sampah kertas 4,45%,
dan sampah plastik 2,51%.

Perhitungan Komposisi Sampah


Perhitungsn komposisi sampah
dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

% Komposisi Sampah Daun


Perhitungan Potensi Gas Rumah
Kaca (N2O) berdasarkan Pedoman
Teknis GRK Sektor Pengelolaan
Limbah (BAPPENAS,2014)
Sampah Daun
Perhitungan Emisi N2O

N2O = (IWi*EFi)/10-6

IWi : Jumlah sampah yang dibakar


(Gg/tahun)
EFi : Fraksi emisi N2O, yaitu
sebesar 150 g/ton
(berat kering)
untuk pembakaran terbuka.

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 5


150 gr/ton dikonversi menjadi Gg N2O = (IWi*EFi)/10-6
1,65x10-4
1 ton : 0,000907 Gg IWi : Jumlah sampah yang dibakar
1gr : 1x10-9 Gg (Gg/tahun)
10-6 : Faktor konversi kg ke Gg EFi : Fraksi emisi N2O, yaitu
N2O = 3,58x10-3 * 1,65x10-4 sebesar 150 g/ton
N2O = 5,92x10-7 Gg/tahun. (berat kering)
untuk pembakaran terbuka.
Dari hasil perhitungan dapat 150 gr/ton dikonversi menjadi Gg
terlihat bahwa emisi N2O yang 1,65x10-4
dihasilkan dari sampah daun 1 ton : 0,000907 Gg
menghasilkan 5,92x10-7 Gg/tahun 1gr : 1x10-9 Gg
yang setara dengan 4,93x10-8 10-6 : Faktor konversi kg ke Gg
Gg/bulan. Pada perhitungan ini N2O = 3,57x10-3 * 1,65x10-4
seluruh sampah daun yang seharusnya N2O = 5,89x10-7 Gg/tahun
bisa diolah melalui proses
pengomposan namun tidak ada Dari hasil perhitungan dapat
pengolahan sama sekali dan langsung terlihat bahwa emisi N2O yang
dibakar pada pembakaran terbuka. dihasilkan dari sampah kertas
menghasilkan 5,89x10-7 Gg/tahun
Sampah Ranting yang setara dengan 4,91x10-8 Gg per
bulan. Jumlah emisi dari sampah daun
Perhitungan Emisi N2O dan sampah kertas hampir sama
N2O = (IWi*EFi)/10-6 setiap bulannya yang dihasilkan.
IWi : Jumlah sampah yang dibakar
(Gg/tahun) Sampah Plastik
EFi : Fraksi emisi N2O, yaitu
sebesar 150 g/ton Perhitungan Emisi N2O
(berat kering)
untuk pembakaran terbuka. N2O = (IWi*EFi)/10-6
150 gr/ton dikonversi menjadi Gg IWi : Jumlah sampah yang dibakar
1,65x10-4 (Gg/tahun)
1 ton : 0,000907 Gg EFi : Fraksi emisi N2O, yaitu
1gr : 1x10-9 Gg sebesar 150 g/ton
10-6 : Faktor konversi kg ke Gg (berat kering)
N2O = 3,6x10-4 * 1,65x10-4 untuk pembakaran terbuka.
N2O = 5,94x10-8 Gg/tahun 150 gr/ton dikonversi menjadi Gg
1,65x10-4
Dari hasil perhitungan dapat 1 ton : 0,000907 Gg
terlihat bahwa emisi N2O yang 1gr : 1x10-9 Gg
dihasilkan dari sampah ranting pun -6
10 : Faktor konversi kg ke Gg
juga tidak dilakukan pengolahan N2O = 2,02x10-4 * 1,65x10-4
lanjutan dan menghasilkan 5,94x10-8 N2O = 3,33x10-8 Gg/tahun
Gg/tahun yang setara dengan
-9
4,95x10 Gg per bulan. Dari hasil perhitungan dapat
terlihat bahwa emisi N2O yang
Sampah Kertas dihasilkan dari sampah plastik paling
sedikit jumlahnya karena komposisi
Perhitungan Emisi N2O sampah plastik juga tidak banyak.
Emisi N2O menghasilkan 3,33x10-8

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 6


Gg/tahun yang setara dengan Bappenas. 2011. Pedoman
-9
2,775x10 Gg per bulan. Pelaksanaan Rencana Aksi
Penurunan Emisi Gas Rumah
PENUTUP Kaca. Jakarta: BAPPENAS.
Simpulan Bappenas. 2014. Pedoman Teknis
Dari hasil penelitian yang Perhitungan Baseline Emisi
dilakukan di kampus 3 Universitas Gas Rumah Kaca Sektor
PGRI Semarang dapat disimpulkan Pengelolaan Limbah. Badan
sebagai berikut: Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) Deputi
1. Komposisi sampah untuk Bidang Sumber Daya Alam dan
sampah daun 3,58 x 10-3 Lingkungan Hidup. Jakarta.
Gg/tahun; sampah ranting 3,6 x
10-4 Gg/tahun; sampah kertas BMKG (Badan Meteorologi
3,57 x 10-4 Gg/tahun; sampah Klimatologi dan Geofisika).
plastik 2,02 x 10-4 Gg/tahun. 2012. Buku Informasi
Perubahan Iklim dan Kualitas
2. Sampah daun : Estimasi emisi Udara Di Indonesia. Jakarta :
N2O 5,92x10-7 Gg/tahun BMKG.
3. Sampah ranting : Estimasi emisi Damanhuri dan Padmi, (2004). Diktat
N2O 25,94x10-8 Gg/tahun Pengelolaan Sampah. Teknik
4. Sampah kertas : Estimasi emisi Lingkungan Institut Teknologi
N2O 5,89x10-7 Gg/tahun Bandung (ITB): Bandung.
5. Sampah plastik : Estimasi emisi IPCC 2006. Guidelines for National
N2O 3,33x10-8 Gg/tahun Greenhouse Gas Inventories.
Prepared by the National
6. Rata-rata, 98% dari total Greenhouse Gas Inventories
sampah di kampus 3 Programme. Tokyo: IGES.
Universitas PGRI bersifat
organik, namun belum Kementerian Lingkungan Hidup.
dilakukan proses 3R. 2012. Pedoman
Penyelenggaraan Inventarisasi
Saran Gas Rumah Kaca Nasional.
Buku II – Volume 1 Metodologi
Sebaiknya dilakukan proses
Perhitungan Tingkat Emisi Gas
pemisahan sampah dari sumbernya
Rumah Kaca Kegiatan
agar memudahkan proses pemilahan
Pengadaan dan Penggunaan
sampah untuk selanjutnya dilakukan
Energi. Jakarta: Kementerian
pengolahan sampah dan dilakukan
Lingkungan Hidup dan
pengukuran terhadap timbulan
Kehutanan Republik Indonesia.
sampah dan komposisi sampah secara
kontinyu. SNI 19-3964-1994. 1994. Metode
Pengambilan dan Pengukuran
DAFTAR PUSTAKA Contoh Timbulan dan
Artadi, F. 2013. Studi Jejak Karbon komposisi Sampah Perkotaan.
dari Aktivitas di Kampus Bandung: Departemen
Fakultas Teknik Universitas Pekerjaan Umum.
Indonesia. Depok: UI Press

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 7


Sudarman. 2010. Meminimalkan Mei 2010, ISSN 1693-3745.
Daya Dukung Sampah Semarang: Universitas Negeri
Terhadap Pemanasan Global. Semarang.
Jurnal Profesional,Vol. 8, No. 1,

Bangun Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019 8

Anda mungkin juga menyukai