Anda di halaman 1dari 15

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM DESA ORGANIK

(Suatu Kasus pada Kelompok Tani Sugihtani, di Desa Ciheulang,


Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat)

RIZKI PANOSA*, ANNE CHARINA, RANI ANDRIANI,


MUHAMMAD ARIEF BUDIMAN
Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
*Email: rizkipanosa@gmail.com

ABSTRAK
Revolusi hijau yang dilakukan pada masa pemerintahan orde baru menyebabkan terjadinya degradasi
lahan dan kerusakan lingkungan. Salah satu solusi untuk menanganinya adalah dengan mengubah
sistem pertanian konvensional menjadi sistem pertanian organik. Untuk menangani permasalahan
tersebut, pada tahun 2016 pemerintah mengeluarkan suatu program yang bernama program “Desa
Organik”, salah satu tempat pelaksanaan dari program Desa Organik ini adalah di kelompok tani
Sugihtani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik petani di
kelompok tani Sugihtani, respon petani terhadap program Desa Organik dan hubungan antara
karakteristik dengan respon petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik petani
didominasi dengan usia produktif, status mata pencaharian utama, status kepemilikan lahan adalah
penggarap, tingkat pendidikan formal SD, luas lahan garapan yaitu lahan sempit, pengalaman
usahatani rendah dan pendapatan rendah. Respon petani terhadap program Desa Organik tergolong
positif dengan skor sebesar 2141. Berdasarkan analisis Rank Spearman, ditemukan bahwa luas lahan
dan pendapatan memiliki hubungan dengan respon petani. Sementara umur, status mata pencaharian,
status kepemilikan lahan, pendidikan dan pengalaman usahatani tidak memiliki hubungan dengan
respon petani.

Kata kunci: Respon, Karakteristik, Program Desa Organik

ABSTRACT
The green revolution of 'Orde Baru' government led to land degradation and environmental damage.
One of the solution to resolve those problems is to convert conventional farming systems into organic
farming systems. To handle these problems, in 2016 the government issued a program called
"Organic Village" program. One of the places of implementation of this Organic Village program is
in the Sugihtani farmer group. The result shows that farmer’s characteristic dominized with
productive age, main employment status, status of land ownership is rent land, formal education is
elementary school, small land corps area, low farming experience dan low income. According to the
analysis, the results showed that the response of farmers to the Organic Village program classified
positive with a score of 2141. According to the Rank Spearman analysis, found that land corps area
and income have significant relation to the farmers response. Meanwhile, the age, employment
status, status of land ownership, education level and farming experience have no relation with
farmers response.

Keywords: Response, Characteristic, Organic Village Program

PENDAHULUAN swasembada beras. Untuk dapat


Konsep revolusi hijau merupakan mewujudkannya, revolusi hijau
program nasional untuk meningkatkan menggunakan bibit unggul, pestisida dan
produksi pangan, sehingga dapat terwujud pupuk kimia untuk meningkatkan

183
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

produktivitas usahatani para petani. produksi padi belum sepenuhnya berhasil


Revolusi hijau ini tidak berlangsung lama, meningkatkan kesejahteraan petani.
hal ini diakibatkan oleh dampak negatif Pertanian organik merupakan solusi
yang muncul akibat dari penggunaan atas dampak negatif yang dihasilkan oleh
bahan-bahan kimia dalam proses pelaksanaan revolusi hijau. Pertanian
pertanian tersebut. Salah satu masalah organik bertujuan untuk: 1) menghasilkan
utama yang dihadapi dalam pertanian produk yang berkualitas dengan kuantitas
dengan sistem revolusi hijau ini adalah memadai, 2) membudidayakan tanaman
terjadinya proses degradasi lahan secara alami, 3) mendorong dan
pertanian secara terus menerus meningkatkan siklus hidup biologis dalam
(Kementerian Pertanian, 2016) ekosistem pertanian, 4) meningkatkan
Menurut Las (2009), revolusi hijau kesuburan tanah untuk jangka panjang, 5)
memang telah menghantarkan Indonesia menghindarkan seluruh bentuk cemaran
berswasembada beras dan mampu yang diakibatkan dari penerapan teknik
meningkatkan produksi padi nasional pertanian, 6) memelihara dan
hampir tiga kali lipat (289 persen). Dalam meningkatkan keragaman genetik dan 7)
dua dasawarsa terakhir disadari adanya mempertimbangkan dampak sosial dan
beberapa kelemahan dan dampak negatif ekologis (IFOAM, 2005).
dan revolusi hijau yang patut dikoreksi. Tabel 1 Luas Lahan Pertanian Organik di
Pertama, perhatian saat itu lebih terfokus Indonesia
Luas Lahan
dan terlalu menghandalkan lahan sawah Pertanian Persentase
Tahun
Organik (%)
irigasi sebagai media produksi padi,
(Ha)
sementara lahan suboptimal kurang 2013 76.013 0,19
mendapat perhatian. Kedua, intensifikasi 2012 62.127 0,16
2011 90.135 0,23
padi cenderung pada penggunaan input
2010 103.908 0,26
(agrokimia) tinggi yang menyebabkan 2009 83.478 0,21
rendahnya kelenturan Sistem Usaha Tani 2008 78.303 0,19
Sumber: FIBL, 2017
(SUT) padi. Ketiga, kelestarian sumber
daya (lahan dan lingkungan), kearifan dan Jika dilihat dari Tabel 1,

sumber daya lokal kurang mendapat perkembangan lahan pertanian organik di

perhatian. Keempat, upaya peningkatan Indonesia semakin tahun semakin


meningkat, hanya pada tahun 2013

184
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

mengalami penurunan. Hal ini tentu sasaran yaitu 200 desa pertanian organik.
menjadi potensi yang sangat baik untuk Pelaksanaan program ini adalah berupa
pertanian di Indonesia, karena pertanian pemberian bantuan input terhadap
organik dianggap menjadi salah satu kelompok tani sasaran. Selain itu juga
solusi dari penurunan kualitas lahan yang diberi bantuan berupa penyuluhan
ada di Indonesia. Terus meningkatnya luas mengenai sistem usahatani organik oleh
lahan pertanian organik menandakan pemerintah. Diharapkan dengan adanya
bahwa pertanian organik sudah mulai program tersebut petani dapat
diterima oleh petani yang ada di menggunakan sistem pertanian organik,
Indonesia. sehingga meningkatkan kualitas dan
Persentase lahan pertanian organik kuantitas produk yang dihasilkan oleh
yang ada di Indonesia masih sangat kecil petani.
bahkan tidak mencapai 0,3 persen atau Salah satu tempat yang menjadi
hanya kurang dari 1/300 dari seluruh lahan sasaran program Desa Organik adalah di
pertanian yang ada di Indonesia. Jumlah kelompok tani Sugihtani, Desa Ciheulang,
itu tentu sangat kurang jika pertanian Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung.
organik dirasa sebagai solusi dari Dipilihnya kelompok tani Sugihtani
permasalahan degradasi dan kerusakan sebagai kelompok penerima manfaat
lahan yang terjadi di Indonesia. Perlu dikarenakan kelompok tani Sugihtani
adanya peningkatan agar pertanian sebelum dilaksanakannya program Desa
organik dapat berkembang di Indonesia. Organik sudah mulai menerapkan sistem
Tetapi salah satu hal yang positif adalah pertanian organik. Selain adanya bantuan
semakin meningkatnya persentase lahan input dari pemerintah, kelompok tani
pertanian organik yang ada di Indonesia. Sugihtani juga akan mendapatkan bantuan
Mengingat pentingnya pelaksanaan berupa penyuluhan mengenai sistem
pertanian yang ramah lingkungan, pertanian organik. Dipilihnya kelompok
pemerintah mencanangkan program tani Sugihtani sebagai tempat penelitian
pengembangan desa pertanian organik. dikarenakan kelompok tani Sugihtani
Pada tahun 2016, Kementerian Pertanian adalah salah satu kelompok yang baru
membuat program “Desa Organik”, menyelesaikan program Desa Organik,
program ini merupakan program sehingga petani masih dapat mengingat
pengembangan desa yang memiliki pelaksanaan program dan dapat menjawab

185
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

pertanyaan mengenai program Desa penelitian Lailani (2011) dan Budianto


Organik dengan sangat baik. (2016), menyatakan bahwa terdapat
Pelaksanaan program Desa Organik hubungan yang erat antara karakteristik
masih dapat dikatakan belum maksimal. petani dengan respon petani. Umur,
Hal ini dilihat dari belum jelasnya pendidikan, luas lahan dan karakteristik
bagaimana pelaksanaan program di petani lainnya akan berpengaruh terhadap
kelompok tani penerima manfaat dan hasil dari respon petani terhadap program
siapa saja yang mendapatkan program Desa Organik. Petani di kelompok tani
tersebut. Kelompok tani penerima Sugihtani sebagian besar pendapatan
manfaat masih banyak yang belum rendah. Selain itu sebagian besar petani
mengetahui akan program tersebut, hal ini hanya memiliki luas lahan yang sempit.
menyebabkan petani tidak mengikuti Hal ini tentu akan berpengaruh kepada
seluruh rangkaian dari program desa respon petani terhadap program Desa
organik. Selain itu sebagian besar anggota Organik.
kelompok tani yang masih melakukan Dilihat dari permasalahan di atas,
usahatani konvensional padahal sudah maka penting untuk dilihat bagaimana
terdapat beberapa program organik yang respon petani terhadap program desa
sudah terlaksana, termasuk program Desa organik. Dari respon tersebut, dapat
Organik. dilihat bagaimana pelaksanaan program
Respon petani terhadap program desa organik menurut petani sebagai
Desa Organik akan menunjukkan penerima manfaat terbesar dari program
bagaimana pelaksanaan program Desa tersebut. Selain itu dilihat juga bagaimana
Organik di kelompok tani Sugihtani. Jika karakteristik dari petani, karena
respon petani positif terhadap program karakteristik tersebut akan berpengaruh
Desa Organik, maka dapat disimpulkan terhadap respon yang dihasilkan oleh
bahwa pelaksanaan program Desa petani.
Organik sudah dapat terlaksana dengan
baik. Namun jika respon petani negatif, METODE PENELITIAN
maka pelaksanaan program Desa Organik Objek penelitian dalam penelitian
dapat dikatakan belum berhasil. ini adalah karakteristik petani, respon
Karakteristik petani akan sangat petani terhadap program desa organik dan
berpengaruh kepada respon petani. Sesuai hubungan antara karakteristik petani

186
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

dengan respon petani. Tempat penelitian Data primer adalah data yang penulis
berlokasi di kelompok tani Sugihtani di langsung dapatkan dari responden yaitu
desa Ciheulang, Kecamatan Ciparay, para petani di kelompok tani Sugihtani
Kabupaten Bandung. Tempat penelitian desa Ciheulang. Data sekunder adalah
dipilih dengan pertimbangan bahwa data yang penulis dapatkan dari lembaga-
kelompok tani Sugihtani adalah salah satu lembaga tertentu atau sumber-sumber
kelompok tani yang telah melaksanakan pustaka lainnya, seperti : buku, jurnal,
program Desa Organik dan dapat skripsi, tesis dan lain-lain. Teknik
dievaluasi pelaksanaannya. pengumpulan data dan informasi terbagi
Desain penelitian ini menggunakan ke dalam tiga cara, yaitu wawancara,
desain deskriptif kuantitatif. Menurut observasi, serta kuisioner.
Sugiyono (2012), penelitian kuantitatif Analisis data dalam penelitian ini
merupakan suatu penelitian untuk dilakukan dengan 2 alat analisis, yaitu
mengangkat fakta, variabel, ataupun analisis deskriptif dan Spearman Rank.
fenomena-fenomena kemudian Analisis deskriptif digunakan untuk
ditampilkan apa adanya pada waktu menggambarkan kondisi karakteristik
sekarang. Penelitian deskriptif yaitu petani di kelompok tani Sugihtani desa
metode yang berfungsi untuk Ciheulang. Sedangkan alat analisis
mendeskripsikan atau memberi gambaran Spearman Rank digunakan untuk melihat
terhadap objek yang diteliti melalui data hubungan antara karakteristik petani
atau sampel yang telah terkumpul dengan respon petani terhadap program
sebagaimana adanya, tanpa melakukan Desa Organik di kelompok tani Sugihtani
analisis dan membuat kesimpulan yang desa Ciheulang. Untuk melihat respon
berlaku untuk umum (Sugiyono, 2012). petani terhadap program Desa Organik,
Penelitian ini menggunakan teknik digunakan alat bantu skala Likert untuk
penelitian survei. Metode survei menentukan skor dari respon yang
digunakan untuk mendapatkan data dari diberikan oleh petani.
tempat tertentu yang alamiah (bukan
buatan) dengan mengedarkan kuesioner
dan wawancara terstruktur (Sugiyono,
2012). Jenis data yang dikumpulkan
terdiri atas data primer dan data sekunder.

187
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Status Mata Pencaharian


Karakteristik Petani Sebagian besar petani di kelompok
1. Umur tani Sugihtani bertani sebagai mata
Sebanyak 11 orang petani memiliki pencaharian utama, yaitu sebesar 75%
umur sekitar 54 sampai 65 tahun atau atau sebanyak 24 orang. Hal ini sesuai
sebesar 34,4 persen dari seluruh dengan banyaknya penduduk Desa
responden yang diteliti. Kemudian Ciheulang yang bermata pencaharian
sebanyak 10 orang lainnya memiliki umur sebagai petani. Petani yang bertani
sekitar 66 sampai 76 tahun atau sebesar sebagai mata pencaharian sampingan
31,25 persen. Sebanyak 5 orang petani berjumlah 8 orang atau 25% dari jumlah
berumur sekitar 30 sampai 41 tahun dan 6 petani yang diteliti.
orang petani berumur sekitar 42 sampai 53 Tabel 3 Status Mata Pencaharian Petani
tahun. Status Mata Jumlah Persentase
Pencaharian (Orang) (%)
Utama 24 75
Tabel 2 Umur Petani
Sampingan 8 25
Jumlah Persentase
Kategori Umur
(Orang) (%)
30-41 tahun 5 15,625 3. Status Kepemilikan Lahan
42-53 tahun 6 18,75
54-65 tahun 11 34,375 Kepemilikan lahan petani yang ada
66-76 tahun 10 31,25
di kelompok tani Sugihtani didominasi
Berdasarkan BPS (2017)
oleh petani penggarap, yaitu sebesar
pengelompokan umur di Indonesia dibagi
68,75% atau sebanyak 22 orang. Petani
ke dalam tiga kategori yaitu belum
yang memiliki lahan sendiri berjumlah 10
produktif (0-14 tahun), produktif (15-64
orang atau sebesar 31,25% dari seluruh
tahun) dan tidak produktif (di atas 65
petani yang diteliti. Banyaknya jumlah
tahun). Jika digolongkan berdasarkan
penggarap dapat menyebabkan
pengelompokan BPS, umur petani yang
terhambatnya pelaksanaan program Desa
ada di kelompok tani Sugihtani
Organik dikarenakan lahan yang
didominasi oleh petani yang berumur
diusahakan bukan milik petani sehingga
produktif yaitu sebesar 68,75% atau
petani tidak berani untuk mengubah
sebanyak 22 orang. Sedangkan sebanyak
sistem usahataninya menjadi usahatani
10 orang (31,25%) termasuk ke dalam
organik.
kategori tidak produktif.

188
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

Tabel 4 Status Kepemilikan Lahan Tabel 6 Luas Kepemilikan Lahan Petani


Status Kepemilikan Jumlah Persentase Luas Kepemilikan Jumlah Persentase
Lahan (Orang) (%) Lahan (Orang) (%)
Pemilik Lahan 10 31,25 0,1-0,54 hektar 13 40,625
Penggarap 22 68,75 0,55-0,99 hektar 11 34,375
1-1,49 hektar 6 18,75
4. Pendidikan Formal 1,50-2 hektar 2 6,25

Petani di kelompok tani Sugihtani


Berdasarkan pengelompokan luas
mayoritas berpendidikan sekolah dasar
lahan menurut Soekartawi (2002), luas
dengan persentase sebesar 75% atau
lahan dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu
sebanyak 24 orang. Kemudian sebanyak 2
sempit (< 0,5 ha), sedang (0,5–0,8 ha) dan
orang berpendidikan SMP, 4 orang
luas (>0,8 ha). Berdasarkan
berpendidikan SMA dan hanya 2 orang
pengelompokan tersebut mayoritas petani
yang berpendidikan terakhir sebagai
yang ada di kelompok tani Sugihtani
sarjana. Semakin tinggi pendidikan petani
memiliki luas lahan yang sempit yaitu
maka akan semakin mudah untuk
sebanyak 13 orang, kemudian sebanyak
menerima inovasi pada kegiatan
10 orang memiliki lahan yang luas dan
usahatani.
sebanyak 9 orang memiliki luas lahan
Tabel 5 Pendidikan Formal Petani
Jumlah Persentase
yang sedang.
Pendidikan Formal
(Orang) (%) 6. Pengalaman Usahatani
SD 24 75
SMP 2 6,25 Sebanyak 10 orang petani yang ada
SMA 4 12,5
Sarjana 2 6,25 di kelompok tani Sugihtani memiliki
pengalaman bertani yang cukup rendah,
5. Luas Kepemilikan Lahan yaitu sekitar 3 sampai 15 tahun atau
Mayoritas petani di kelompok tani sebesar 31,25 persen dari seluruh
Sugihtani memiliki lahan yang cukup responden yang diteliti. Kemudian
sempit, yaitu sebanyak 13 orang petani sebanyak 6 orang petani memiliki
memiliki lahan seluas 0,1 sampai 0,54 pengalaman bertani sekitar 16 sampai 28
hektar. Kemudian terdapat 11 orang petani tahun. Sebanyak 10 orang petani memiliki
yang memiliki lahan seluas 0,55 sampai pengalaman bertani sekitar 29 sampai 41
0,99 hektar. Sebanyak 6 orang petani tahun. Terdapat 6 orang lainnya memiliki
memiliki lahan seluas 1 sampai 1,49 pengalaman yang cukup tinggi, yaitu
hektar dan 2 orang petani lainnya sekitar 42 sampai 55 tahun.
memiliki lahan seluas 1,5 sampai 2 hektar.

189
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

Tabel 7 Pengalaman Bertani Petani Respon Petani Terhadap Program Desa


Pengalaman Jumlah Persentase
Bertani (Orang) (%) Organik
3-15 tahun 10 31,25
16-28 tahun 6 18,75 1. Respon Kognitif
29-41 tahun 10 31,25
Respon kognitif pada penelitian ini
42-55 tahun 6 18,75
melihat bagaimana pengetahuan petani
7. Pendapatan
mengenai pelaksanaan program Desa
Pendapatan usahatani petani
Organik. Terdapat 11 pertanyaan yang
kelompok tani Sugihtani didominasi oleh
diterima oleh petani sebagai respoden,
petani yang memiliki pendapatan sangat
mulai dari sosialisasi program Desa
rendah yaitu dibawah 6 juta rupiah per
Organik sampai dengan penyuluhan
tanamnya, yaitu sebanyak 16 orang.
penanganan panen dan pasca panen.
Sebanyak 7 orang memiliki pendapatan
Setiap respon yang diberikan akan diberi
sekitar 9 sampai 12 juta rupiah per
skor, respon “tidak mengetahui” diberi
tanamnya dan terdapat 6 orang petani
skor 1, “kurang mengetahui” diberi skor 2,
yang memiliki pendapatan sekitar 6
“mengetahui” diberi skor 3 dan “sangat
sampai 9 juta rupiah per tanamnya.
mengetahui” diberi skor 4. Berikut
Kemudian sebanyak 3 orang petani
merupakan respon kognitif responden
memiliki pendapatan yang sangat tinggi,
terhadap program Desa Organik :
yaitu lebih dari 12 juta rupiah.
Tabel 9 Respon Kognitif Petani
Tabel 8 Pendapatan Usahatani Petani NO. RESPON KOGNITIF
Pendapatan Jumlah Persentase PERTANYAAN TM KM M SM
Usahatani (Orang) (%) 1 5 1 24 2
< Rp. 6.000.000 16 50 2 4 2 18 8
Rp. 6.000.000 – Rp.
6 18,75 3 1 1 19 11
9.000.000
Rp. 9.000.000 – Rp. 4 3 12 11 6
7 21,875
12.000.000 5 1 0 24 7
> Rp. 12.000.000 3 9,375 6 3 2 23 4
7 6 2 19 5
Berdasarkan penggolongan 8 4 3 22 3
9 2 1 27 2
pendapatan dari BPS (2014), mayoritas
10 2 2 26 2
pendapatan usahatani petani berada pada 11 5 3 22 2
golongan rendah (pendapatan rata-rata 1,5 JUMLAH 36 29 235 52
JUMLAH SKOR 36 58 705 208
juta per bulan) yaitu 16 orang yang
TOTAL KESELURUHAN 1007
memiliki pendapatan kurang dari 6 juta Keterangan :
TM : Tidak Mengetahui
rupiah per tanamnya. KM : Kurang Mengetahui

190
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

M : Mengetahui “tidak puas” diberi skor 1, “kurang puas”


SM : Sangat Mengetahui
1. Sosialisasi diberi skor 2, “puas” diberi skor 3 dan
2. Bantuan Alsintan
3. Bantuan Pupuk “sangat puas” diberi skor 4. Berikut
4. Bantuan Benih adalah hasil respon afektif responden
5. Bantuan Pestisida
6. Penyuluhan Penanaman terhadap program Desa Organik :
7. Penyuluhan Pembuatan Pupuk
8. Penyuluhan Pengaplikasian Pupuk Tabel 10 Respon Afektif Petani
9. Penyuluhan Pengendalian OPT NO. RESPON AFEKTIF
10. Penyuluhan Pemeliharaan Tanaman PERTANYAAN TP KP P SP
11. Penyuluhan Penanganan Panen dan Pasca 1 4 2 25 1
Panen 2 3 2 12 15
3 1 0 19 12
Dari hasil penelitian yang telah
4 5 9 16 2
dilaksanakan, secara keseluruhan 5 1 0 17 14
responden sudah mengetahui mengenai 6 3 2 18 9

pelaksanaan program desa organik di 7 5 2 23 2


8 4 2 21 5
kelompok tani Sugihtani Desa Ciheulang. 9 1 2 25 4
Hal ini dapat dilihat dari total skor 10 1 2 24 5

keseluruhan yang berjumlah 1007, yang 11 5 2 19 6


JUMLAH 33 25 219 75
jika dimasukkan kedalam garis kontinum
JUMLAH SKOR 33 50 657 300
maka akan berada pada wilayah TOTAL KESELURUHAN 1040
Keterangan :
“mengetahui” dan rentang positif.
TP : Tidak Puas
KP : Kurang Puas
TM KM M SM
P : Puas
SP : Sangat Puas
1. Sosialisasi
2. Bantuan Alsintan
352 616 880 1144 1408 3. Bantuan Pupuk
1007
4. Bantuan Benih
5. Bantuan Pestisida
2. Respon Afektif 6. Penyuluhan Penanaman
Respon afektif pada penelitian ini 7. Penyuluhan Pembuatan Pupuk
8. Penyuluhan Pengaplikasian Pupuk
membahas mengenai sikap petani 9. Penyuluhan Pengendalian OPT
10. Penyuluhan Pemeliharaan Tanaman
terhadap pelaksanaan program Desa 11. Penyuluhan Penanganan Panen dan Pasca
Organik yang telah dilaksanakan di Panen

kelompok tani Sugihtani Desa Ciheulang. Dilihat dari Tabel 10, dapat dilihat
Sama seperti respon kognitif, responden bahwa secara keseluruhan responden
diberikan 11 pertanyaan. Setiap respon merasa puas terhadap pelaksanaan
yang diberikan akan diberi skor, respon program Desa Organik. Total skor

191
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

keseluruhan yang mencapai 1040 dimana 20 orang petani masuk ke dalam


menunjukkan bahwa pelaksanaan klasifikasi respon “sesuai”, 6 orang petani
program Desa Organik dapat dilaksanakan masuk ke dalam klasifikasi respon “sangat
dengan baik. sesuai”, 4 orang petani masuk ke dalam
TM KM M SM klasifikasi “kurang sesuai” dan hanya 2
orang yang masuk ke dalam klasifikasi
respon “tidak sesuai”. Kedua orang yang
352 616 880 1144 1408
1047 memberikan respon negatif tersebut sesuai

3. Respon Konatif dengan hasil dari respon kognitif dan

Respon konatif pada penelitian ini afektif sebelumnya, di mana mereka juga

adalah mengukur penarapan pola memberikan respon negatif.

usahatani organik petani sesudah program TM KM M SM

Desa Organik. Penerapan pola usahatani


petani diukur dengan cara menghitung 32 56 80 104 128
persentase kesesuaian usahatani petani 94

dengan prosedur organik SNI 6729:2016, 4. Respon Keseluruhan


pada saat sesudah program Desa Organik. Respon keseluruhan pada penelitian

Tabel 11 Respon Konatif Petani ini menghitung seluruh pertanyaan yang


RESPON KONATIF diajukan kepada responden mengenai
PERTANYAAN
TS KS S SS
Kesesuaian pola program Desa Organik. Pertanyaan
usahatani dengan 2 4 20 6
SNI 6729:2016 tersebut baik itu dari respon kognitif,
JUMLAH 2 4 20 6
afektif maupun konatif. Berikut adalah
JUMLAH SKOR 2 8 60 24
94 hasil dari respon keseluruhan responden
TOTAL KESELURUHAN
Keterangan : terhadap program Desa Organik :
TS : Tidak Sesuai
KS : Kurang Sesuai Tabel 12 Respon Keseluruhan Petani
S : Sesuai RESPON
SS : Sangat Sesuai PERTANYAAN KESELURUHAN
SBR BR BA SBA
Dari hasil penelitian, dapat dilihat Respon Kognitif 36 29 235 52
Respon Afektif 33 25 219 75
bahwa hampir seluruh petani sudah bisa
Respon Konatif 2 4 20 6
melaksanakan usahatani organik dengan JUMLAH 69 56 484 127
baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil respon JUMLAH SKOR 69 112 1452 508
TOTAL KESELURUHAN 2141
konatif petani yang tergolong positif,

192
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

Keterangan : 2. Jika nilai Signifikansi (Sig 2-tailed) >


SBR : Sangat Buruk
BR : Buruk 0,05, maka terima H0 (Tidak ada
BA : Baik
SBA : Sangat Baik hubungan)

Dilihat dari Tabel 12, responden 1. Hubungan Antara Karakteristik


menilai bahwa pelaksanaan program Desa Petani Dengan Respon Kognitif
Organik di kelompok tani Sugihtani sudah Hubungan yang diteliti adalah
berhasil. Hal ini terlihat dari total skor hubungan antara karakteristik petani
keseluruhan yang mencapai 2141, yang (umur, pendidikan, pengalaman usahatani,
jika dimasukkan kedalam garis kontimun luas lahan dan pendapatan petani) dengan
maka akan berada pada rentang positif. pengetahuan petani mengenai program
TM KM M SM Desa Organik. Hasil analisis uji korelasi
antara hubungan karakteristik petani
dengan respon kognitif petani dapat
736 1288 1840 2392 2944
2141 dilihat pada tabel 13.
Hubungan Antara Karakteristik Petani Tabel 13 Hubungan Karakteristik Petani Dengan
Respon Kognitif
Dengan Respon Petani
Koefisien
Karakeristik Signifikansi
Karakteristik yang akan dianalisis Korelasi
Umur 0,398 0,155
hubungannya pada penelitian ini adalah :
Status Mata
0,619 0,091
umur, status mata pencaharian, status Pencaharian
Status
kepemilikan lahan, pendidikan, Kepemilikan 0,275 -0,199
Lahan
pengalaman usahatani, luas lahan dan Pendidikan 0,883 0,027
Pengalaman
pendapatan petani. Hubungan 0,876
Usahatani -0,029
karakteristik dianalisis dengan Luas Lahan 0,017 0,418
Pendapatan 0,005 0,481
menggunakan Spearman Rank dengan
bantuan program aplikasi IBM SPSS Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa
(Statistical Package For Social Science) luas lahan dan pendapatan memiliki
Version 24.0. Kaidah pengambilan hubungan nyata dengan respon kognitif
keputusan pada taraf nyata 5% adalah: petani. Nilai signifikansi karakteristik luas
1. Jika nilai Signifikansi (Sig 2-tailed) < lahan berada di bawah 0,05 yaitu sebesar
0,05, maka tolak H0 (Terdapat 0,017, nilai signifikansi karakteristik
hubungan) pendapatan juga berada di bawah 0,05

193
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

yaitu sebesar 0,005. Sementara untuk Dari hasil analisis dapat dilihat
karakteristik yang lainnya tidak terdapat bahwa sama seperti pada respon kognitif,
hubungan yang nyata dengan respon karakteristik luas lahan dan pendapatan
kognitif. Hal ini terlihat dari nilai merupakan karakteristik yang memiliki
signifikansi yang berada di atas 0,05. Hal hubungan nyata dengan respon afektif
ini menunjukkan bahwa umur, status mata petani. Hal ini dibuktikan dari nilai
pencaharian, status kepemilikan lahan, signifikansi yang berada di bawah 0,05,
pendidikan dan pengalaman usahatani yaitu sebesar 0,008 untuk karakteristik
yang lebih baik tidak dapat menjamin luas lahan dan 0,004 untuk karakteristik
pengetahuan petani terhadap program pendapatan.
Desa Organik akan menjadi lebih baik. Umur, status mata pencaharian,
2. Hubungan Antara Karakteristik status kepemilikan lahan, pendidikan dan
Petani Dengan Respon Afektif pengalaman usahatani tidak memiliki
Hubungan yang diteliti adalah hubungan dengan respon afektif petani.
hubungan antara karakteristik petani Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi
(umur, pendidikan, pengalaman usahatani, yang berada di atas 0,05. Pengalaman
luas lahan dan pendapatan petani) dengan usahatani menjadi karakteristik yang
sikap petani terhadap pelaksanaan paling tidak berpengaruh, dilihat pada
program Desa Organik. Hasil analisis uji nilai signifikansinya yang tinggi dan nilai
korelasi antara hubungan karakteristik koefisien korelasi yang hampir berada di
petani dengan respon afektif petani dapat angka 0. Hal ini menunjukkan bahwa
dilihat pada tabel 14. tingginya pengalaman petani tidak

Tabel 14 Hubungan Antara Karakteristik Petani berpengaruh terhadap sikap petani


Dengan Respon Afektif
terhadap program Desa Organik.
Koefisien
Karakteristik Signifikansi
Korelasi 3. Hubungan Antara Karakteristik
Umur 0,524 0,117
Status Mata Petani Dengan Respon Konatif
0,399 0,154
Pencaharian Hubungan yang diteliti adalah
Status
Kepemilikan 0,079 -0,316 hubungan antara karakteristik petani
Lahan
Pendidikan 0,379 0,161 (umur, pendidikan, pengalaman usahatani,
Pengalaman
0,951 0,011 luas lahan dan pendapatan petani) dengan
Usahatani
Luas Lahan 0,008 0,459 penerapan pola usahatani organik oleh
Pendapatan 0,004 0,49
petani. Hasil analisis uji korelasi antara

194
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

hubungan karakteristik petani dengan antusias dalam menerapkan usahatani


respon konatif petani dapat dilihat pada organik.
tabel 15. Pendidikan dan status kepemilikan

Tabel 15 Hubungan Karakteristik Petani Dengan lahan juga tidak berpengaruh terhadap
Respon Konatif
penerapan pola usahatani organik petani.
Koefisien
Karakteristik Signifikansi Petani yang memiliki pendidikan rendah
Korelasi

Umur 0,453 -0,137 juga dapat menerapkan pola usahatani


Status Mata organik dengan baik dan petani yang
0,048 0,353
Pencaharian
Status berstatus sebagai penggarap juga dapat
Kepemilikan 0,287 -0,194
Lahan menerapkan pola usahatani organik
Pendidikan 1 0
dengan baik.
Pengalaman
0,176
Usahatani 0,335 4. Hubungan Antara Karakteristik
Luas Lahan 0 0,592
Petani Dengan Respon Keseluruhan
Pendapatan 0,01 0,451
Hubungan yang diteliti adalah
hubungan antara karakteristik petani
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa
(umur, pendidikan, pengalaman usahatani,
karakteristik status mata pencaharian, luas
luas lahan dan pendapatan petani) dengan
lahan dan pendapatan memiliki hubungan
respon keseluruhan petani terhadap
nyata dengan respon konatif. Nilai
program Desa Organik. Berikut adalah
signifikansi dari karakteristik-
hasil analisis uji korelasi antara hubungan
karakteristik tersebut berada di bawah
karakteristik dengan respon keseluruhan :
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara status mata Tabel 16 Hubungan Karakteristik Petani Dengan
Respon Keseluruhan
pencaharian, luas lahan dan pendapatan Koefisien
Karakteristik Signifikansi
Korelasi
dengan penerapan pola usahatani organik
Umur 0,3 0,189
petani. Status Mata
0,528 0,116
Pencaharian
Umur dan pengalaman usahatani Status
Kepemilikan 0,226 -0,220
tidak memiliki hubungan yang nyata Lahan
dengan respon konatif petani. Petani yang Pendidikan 0,984 -0,004
Pengalaman
1 0
berumur lebih tua juga baik dalam Usahatani
Luas Lahan 0,007 0,464
menerapkan pola usahatani organik. Pendapatan 0,002 0,517
Petani yang memiliki pengalaman
usahatani yang rendah juga sangat

195
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

Dari hasil analisis, dapat dilihat adalah termasuk pada golongan


bahwa luas lahan dan pendapatan rendah.
memiliki hubungan nyata dengan respon 2. Respon petani terhadap program Desa
keseluruhan petani. Hal ini dibuktikan dari Organik di kelompok tani Sugihtani
nilai signifikansi yang berada di bawah tergolong positif, dengan skor 2141
0,05 sehingga keputusan yang diambil dan berada pada wilayah “baik”.
adalah tolak H0 (terdapat hubungan yang Petani sudah dapat mengetahui
nyata). Karakteristik petani yang lainnya mengenai pelaksanaan program Desa
tidak memiliki hubungan nyata dengan Organik dengan cukup baik, karena itu
respon keseluruhan, hal ini dikarenakan respon kognitif petani tergolong pada
nilai signifikansinya yang berada di atas respon positif. Total skor yang
0,05. Pengalaman usahatani merupakan dihasilkan dari respon kognitif adalah
karakteristik yang sama sekali tidak sebesar 1007 dan berada pada wilayah
memiliki hubungan dengan respon “mengetahui”. Petani merasa puas
keseluruhan, dilihat dari nilai signifikansi dengan pelaksanaan program Desa
yang bernilai 1 dan koefisien korelasi Organik, karena itu respon afektif
yang bernilai 0. petani terhadap program Desa Organik
tergolong pada respon positif. Hasil
KESIMPULAN respon tersebut berada pada wilayah
1. Umur yang dimiliki oleh petani “puas” dengan skor sebesar 1040.
mayoritas termasuk umur produktif. Petani sudah dapat menerapkan
Sebagian besar petani bertani sebagai usahatani organik dengan baik, hal ini
mata pencaharian utama. Mayoritas dilihat dari respon konatif petani yang
petani tidak memiliki lahannya sendiri, tergolong positif dengan skor sebesar
namun hanya sebagai penggarap. 94.
Pendidikan yang dimiliki oleh 3. Terdapat hubungan nyata yang positif
sebagian besar petani adalah SD. Luas antara luas lahan dan pendapatan
lahan yang dimiliki oleh petani dengan respon petani terhadap
mayoritasnya adalah lahan berukuran program Desa Organik. Terdapat juga
sempit. Sebagian besar petani hubungan nyata yang positif antara
memiliki pengalaman bertani yang luas lahan dan pendapatan dengan
rendah. Mayoritas pendapatan petani pengetahuan petani mengenai program

196
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 6, Nomor 1, Januari 2019: 183-197

Desa Organik. Terdapat juga FiBL. 2017. Data on organic agriculture


2011-2015. The Organic-World.net
hubungan nyata yang positif antara
website mainained by the Research
luas lahan dan pendapatan dengan Institute of Organic Agriculture
(FiBL), Frick, Switzerland. Data
sikap penilaian petani terhadap
available at http://www.organic-
program Desa Organik. Terdapat world.net/statistics/
IFOAM. 2005. Prinsip-Prinsip Pertanian
hubungan antara status mata
Organik. In: IFOAM General
pencaharian, luas lahan dan Asembly.
Lailani, Nur. 2011. Respon Petani
pendapatan dengan penerapan pola
terhadap Program Peningkatan
usahatani organik petani. Infrastruktur Pedesaan di
Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang. Skripsi : Universitas
DAFTAR PUSTAKA Sebelas Maret.
Las, I. 2009. Revolusi Hijau Lestari untuk
Budianto, Hilman, Sumaryo Gitosaputro,
Ketahanan Pangan ke Depan.
dan Begem Viantimala. 2016.
Tabloid Sinat Tani, 14, 1-5.
Respon Anggota Kelompok Tani
Soekartawi, A. S., Dillon, J. L., &
Terhadap Program Pengembangan
Hardaker, J. B. 2002. Prinsip Dasar
Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
Ekonomi Pertanian. Rajagrafindo
di Kecamatan Kebun Tebu
Persada, Jakarta.
Kabupaten Lampung Barat. Jurnal
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Ilmu-Ilmu Agribisnis, 4(2).
Kuantitatif Kualitatif dan RND.
Direktorat Jenderal Pangan Kementerian
Bandung : Alfabeta.
Pertanian. 2016. Pengembangan
Desa Pertanian Organik Padi
Tahun 2016.

197

Anda mungkin juga menyukai