Permasalahan pupuk hampir selalu muncul setiap tahun di negeri ini. Permasalahan
tersebut antara lain adalah kelangkaan pupuk dimusim tanam dan harga pupuk yang
cenderung meningkat. Tanpa disadari bahwa penggunaan pupuk kimia secara intensif dapat
menyebabkan kesuburan tanah dan bahan organik tanah semakin menurun. Kesuburan
tanah di lahan kita dapat dipertahankan dengan memanfaatkan limbah pertanian yang ada
disekitar kita khususnya jerami padi yang merupakan potensi bahan lokal yang dapat diolah
menjadi pupuk organik dan kompos. Pada saat panen limbah ini sangat berlimpah dan
belum dimanfaatkan secara optimal.
Prosedur Pengomposan
1. Membuat lubang pada tanah berukuran 1,5 m x 1 m x 1 m (panjang x lebar x dalam).
2. Menumpuk jerami pada lubang per lapisan dengan ketebalan lapisan ± 20 cm dan
sebanyak 1 ton per lubang.
3. Membasahi tiap lapisan jerami dengan air (± 10 L).
4. Menuangkan mikroba dekomposer secara merata di atas permukaan jerami dengan
dosis 1 L/ton jerami.
5. Menutup bagian jerami yang muncul dipermukaan dengan plastik warna gelap.
Hasil Pengomposan
Proses pengomposan jerami yang berlangsung baik yang dicirikan oleh fase-
fase progresif degradasi jerami. Fase termofilik (peningkatan suhu tinggi, >40 oC) yang
merupakan fase penting dalam proses perombakan bahan organik terjadi berulang
setelah pembalikan kompos yang selanjutnya diikuti masa stabilisasi. Panas yang
dihasilkan selama fase termofilik mampu membunuh mikroba patogen dan benih
gulma (rumput pengganggu).
Hingga minggu ke-4, tekstur kompos akan lunak meskipun beberapa bagian
agak kasar dengan warna coklat tua. Selain itu, bahan kompos jerami kemungkinan
akan ditumbuhi hifa jamur berwarna putih sejak minggu pertama masa pembalikan
kompos. Perbedaan sifat biofisik yang menonjol dicirikan oleh aroma kompos yang
berganti-ganti dari aroma alkohol (fermentasi) sampai aroma amonia dan tengik.
Aroma amonia atau tengik ini pada minggu ke-5 berkurang dan berganti dengan
aroma alkohol.