Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Contoh Penelitian
Pengendalian Hama dan Penyakit Benih

Perlakuan Benih Padi Yang Disimpan Dengan Pestisida Nabati Sereh


Wangi Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophilus oryzae L.)

Dosen : Dr. Ir. Suharjono, MP.

Dibuat oleh :

Kelompok 1 Golongan A

Anggota ;

1. Moh. Helmi Aziz (A41170114)

2. Siti Dwi Novitasari (A41170124)

3. M. Yoga Islamiaji (A41170137)

4. Divanda Rifka R. F. (A41170408)

5. Khayan Atmawijaya (A41170426)

6. Ainur Rizqi (A41170495)

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang
Hama merupakan binatang perusak tanaman budidaya yang berguna untuk
kesejahteraan manusia. Tanaman yang dirusak meliputi tanaman pangan, hortikultura, dan
tanaman perkebunan.Sementara itu, binatang yang merusak atau hama, missalnya belalang
katu, walang sangit, keong mas, kutu putih, kumbang daun, kepik penghisap buah, kumbang
badak, Helopelti ssp, dan Hypothenemus hampeii (Agus, 2008).
Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap
parapetani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi
pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman sehingga tanaman
akan layu dan bahkan mati. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis –
jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala
serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman
menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah / tindakan
pengendalian (Surahman, 2007).

1.2 Tujuan
Mengetahui jenis hama penting pada tanaman pangan (padi, kedelai, jagung),
Mengetahui gejala kerusakan, bioekologi dan cara pengendalian hama tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)

2.1.1 Klasifikasi
Sistematika atau klasifikasi kumbang biji adalah sebagai berikut yaitu kingdom
animalia, fillum arthropoda, class insecta, ordo coleopteran, famili clorideae,
genus Callosobruchus, dan species (Callosobruchus chinensis)
2.1.2  Ciri morfologi
        Ciri morfologi kumbang biji (Callosobruchus chinensis) memiliki sepasang mata,
antena, thoraks, kaki, kepala, tanduk, sayap, abdomen dan ofipositor.  Dan memiliki tubuh
yang agak pendek di banding hama gudang yang lainnya (Nonadita, 2008).
2.1.3  Gejala serangan
        Gejala serangan Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) yang ditimbulkan pada biji
kacang hijau adalah pada butir-butir buah yang terserang berlubang-lubang dan
mengeluarkan butiran-butiran yang sangat kecil dan kadang juga biji yang terserang termakan
hingga tinggal sebagian (Anonim, 2007).
2.1.4  Pengendalian
        Pengendalian Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) adalah biasanya digunakan
dengan cara Fumigasi PH3, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap UV .  Pemanasan
ruangan/ heating, Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan
tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau
juga biji saga. Dan juga menjaga kebersihan gudang Menjagasuhudankelembabangudang,
Kemasankedapudara, Menurunkantingkatkadar air,  Mencegah kutu datang, dan
Meningkatkan derajat sosoh (Hanny, 2002).
2.2  Kumbang kopra (Necrobia rufipes)

2.2.1  Sistematika
Sistematika atau klasifikasi kumbang kopra (Necrobia rufipes)  adalah
sebagai berikut yaitu kingdom  animalia,  fillum  arthropoda, class insecta,ordo coleopteran
,famili,     genus      Necrobia, dan  species   (Necrobia rufipes) (Ruswandi, 2004).
2.2.2  Ciri morfologi
        Ciri morfologi Kumbang kopra (Necrobia rufipes) adalah memiiki sepasang mata,
antena, thoraks,  tanduk kaki, kepala, tanduk, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan memiliki
bentuk tubuh lebih panjang dan lebih besar dari hama gudang lainnya Dewasa: 4 - 5
mm.  Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan mengkilap.  Bagian
permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-merahan terang
atau oranye.  Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna coklat tua
atau hitam (Nonadita, 2008).
2.2.3  Gejala serangan
        Gejala   serangan   yang  diakibatkan oleh kumbang kopra (Necrobia rufipes) Adalah
pada bagian pinggir kopra yang terserang terlihat goresan – goresan bekas gigitannya,
sehingga kopra   menjadi   berkurang   sedikit   demi sedikit(Anonim, 2007).
2.2.4  Pengendalian
        Pengendalian Kumbang kopra (Necrobia rufipes) adalah biasanya digunakan dengan
cara Fumigasi PH3, Pemanasan ruangan/ heating, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap
UV.  Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-
tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji
saga.  Dan juga menjaga kebersihan gudang Menjagasuhudankelembabangudang,
Kemasankedapudara, Menurunkantingkatkadar air,  Mencegah kutu datang, dan
Meningkatkan derajat sosoh (Hanny, 2002).
2.3  Kumbang beras (Sitophilus oryzae)
2.3.1  Sistematika
        Sistematika atau klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae)  adalah sebagai Berikut
yaitu   Kingdom  Animalia,  Fillum Arthropoda, Class Insecta,Ordo Coleopteran ,Famili
Cucrlionidae ,Genus Sitophilus, dan Species Sitophilus oryzae  (Anonim, 2009).
2.3.2  Ciri morfologi
Ciri morfologi dari kumbang beras (Sitophilus oryzae) adalah  memiliki  mata, antena,
thoraks,  tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor.  Dan memiliki bentuk tubuh
kecil dan memanjang.   Larva biasanya bersembunyi di dalam padi- padian dan biji lainnya
tempat ia menjadi kepompong Tidak berkaki Dewasa panjang 2-3mm.  Lekukan melingkar di
rongga dada Bintik kemerahan pada erytra dan rostrum/moncong (Nonadita, 2008).
2.3.3  Gejala serangan
        Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang beras (Sitophilus oryzae)  adalah pada
butir-butir beras yang terserang akan terdapat goresan pada bagian-bagian samping
beras.  Dan apabila tahap serangannya sudah lama maka butir-butir beras akan menjadi
hancur (Anonim, 2009).        
2.3.4  Pengendalian
        Pengendalian Kumbang beras (Sitophilus oryzae)  adalah biasanya digunakan dengan
cara Fumigasi PH3, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap UV.  Pemanasan ruangan/
heating, Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-
tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji
saga.  Dan juga menjaga kebersihan gudang Menjagasuhudankelembabangudang,
Kemasankedapudara, Menurunkantingkatkadar air,  Mencegah kutu datang, dan
Meningkatkan derajat sosoh (Hanny, 2002).
2.4  Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)

2.4.1  Sistematika
        Sistematik kumbang jagung (Sitophilus zeamays) adalah sebagai berikut yaitu kingdom
animalia, fillum arthropoda, class insecta, ordo coleoptera, famili cucrlionidae, genus
sitophilus, dan species (Sitophilus zeamays) (Grandos, 2000).
2.4.2  Ciri morfologi
Ciri morfologi dari kumbang jagung (Sitophilus zeamays) adalah memiliki sepasang
mata, antena, thoraks,  tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan memiliki
bentuk tubuh kecil dan memanjang Dewasa hingga 4mm.  Kumbang dewasa berwarna coklat
kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang
dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan (Nonadita, 2008).
2.4.3  Gejala serangan
        Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang jagung (Sitophilus zeamays) adalah
pada bagian butir jagung yang terserang berlubang pada bagian zat tepungnya (amilumnya).
2.4.4  Pengendalian
        Pengendalian Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) adalah biasanya digunakan dengan
cara Fumigasi PH3, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap UV .  Pemanasan ruangan /
heating, Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman –
tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji
saga.  Dan juga menjaga kebersihan gudang Menjaga suhu dan kelembaban gudang,
Kemasan kedap udara, Menurunkan tingkat kadar air,  Mencegah kutu datang, dan
Meningkatkan derajat sosoh  (Hanny, 2002).
2.5  Kumbang tepung (Tribolium sp.)

2.5.1  Sistematika
        Sistematika atau klasifikasi kumbang tepung (Tribolium sp.) adalah sebagai berikut
yaitu kingdom animalia, filum arthropoda, class insecta, ordo coleoptera, famili
Tenebrionidae, genus Tribolium, dan species (Tribolium sp.) (Anonim, 2009).
2.5.2  Ciri morfologi
Ciri morfologi dari kumbang tepung (Tribolium sp.) adalah memiliki sepasang mata,
antena, thoraks,  tanduk, kaki, kepala, sayap, abdomen dan ofipositor. Dan memiliki bentuk
tubuh kecil dan memanjang. Dewasa  panjang 0,5 mm. 4 pasang kaki. Putih atau coklat
pudar. Bergerak lambat. Larva - 6 kaki dan panjangnya 0,5 mm. Berwarna putih. Melewati
dua tahap, tahap anak berkaki 8 (Nonadita, 2008).
2.5.3  Gejala serangan
        Gejala serangan yang diakibatkan oleh kumbang tepung (Tribolium  sp.)  adalah pada
tepung yang sudah terserang dalam waktu lama tepung akan menjadi menggumpal dan
berwarna agak kekuning-kuningan (Ruswandi, 2004).
2.5.4        Pengendalian
Pengendalian Kumbang tepung (Tribolium sp.)  adalah biasanya digunakan dengan cara
Fumigasi PH3, Pemanasan ruangan/ heating, Pemasangan Beetle Trap, dan Perangkap
UV .   Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-
tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji
saga.  Dan juga menjaga kebersihan gudang Menjagasuhudankelembabangudang,
Kemasankedapudara, Menurunkantingkatkadar air,  Mencegah kutu datang, dan
Meningkatkan derajat sosoh (Hanny, 2002)
2.6 Penelitian Perlakuan Benih Padi Yang Disimpan Dengan Pestisida Nabati Sereh
Wangi Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophilus oryzae L.)

Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan didalam gedung terbuka ataupun


tertutup tetap akan memperoleh gangguan berupa hama, tetapi gangguan hama terhadap
bahan-bahan yang ada digudang tertutup biasanya lebih sedikit jika dibandingkan dengan
bahan yang disimpan digudang terbuka. Cara pengendalian dan pemberantasan hama yang
ada digudang tertutup lebih mudah dan lebih meyakinkan jika dibandingkan dengan
bahan-bahan yang masih ada digudang terbuka (Anggara, 2011).

Menurut Yasin (2009), terdapat sekitar 20 jenis serangga yang terdapat pada bahan
pangan yang disimpan di gudang, namun hanya sebagian yang penting. Beberapa serangga
seperti kupu-kupu gabah (Sitotroga cerealella), kumbang beras (Sitophylus oryzae), dan
kumbang jagung (Sitophylus zeamays) sudah dapat menyerang padi atau jagung di lapang
untuk kemudian berkembang biak di gudang. Sitophylus oryzae merupakan salah satu
hama penting dalam gudang. Selama perkembangan dari telur sampai imago dapat
menurunkan produksi sampai 20% dalam waktu 5 minggu (Pracaya, 2011). Faktor yang
menentukan derajat kesrusakan beras oleh Sitophylus oryzae dalam masa penyimpanan
antara lain oleh pengaruh populasi, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras.

Kumbang bubuk beras Sitophylus oryzae atau Calandra oryzae, merupakan hama
utama pada beras yang disimpan. Serangannya ditandai dengan butir beras berlubang-
lubang atau menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat hama ini beras dapat
kehilangan berat hingga 23% setelah disimpan beberapa bulan (Heri dan Asih, 1995).
Secara alami kecenderungan hama dalam memilih makanan banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, faktor tersebut antara lain jenis dan kerusakan bahan simpan, nilai
gizinya, kadar airnya, warna, dan tingkat kekerasan kulit (Anggara, 2011).

Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan pengendalian hama Sitophylus oryzae.
Cara yang banyak digunakan adalah menggunakan insektisida kimia sintetik. Penggunaan
insektisida kimia sintetik cukup efektif, tetapi menimbulkan permasalahan berupa residu
pada padi dan beras. Tentunya hal ini sangat berbahaya karena residu tersebut bersifat
karsiogenik.

Salah satu alternatif pengendalian Sitophylus oryzae yang efektif dan efisien serta
tidak menimbulkan efek samping terhadap bahan simpanan benih padi dan beras selama
penyimpangan adalah dengan menggunakan biopestisida yaitu pestisida nabati.
Penggunaan pestisida nabati berbahan tanaman atsiri mulai dikembangkan karena
diketahui cukup efektif dalam mengendalikan beberapa organisem pengganggu tanaman
(OPT). Minyak atsiri dari tanaman rempah dan obat (TRO) diketahui mengandung

Salah satu pestisida nabati yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama bubuk
padi (Sitophylus oryzae) adalah tanaman sereh wangi. Menurut hasil penelitian Wiratno
dkk (2011), minyak sereh wangi dapat menyebabkan mortalitas Dasymus hewettti (hama
pengisap bunga lada) sebesar 47% pada konsentrasi 2,5% dan gabungan minyak sereh
wangi dan lengkuas (1:1) pada konsentrasi 2,5% mampu menyebabkan mortalitas sebesar
82%. Selanjutnya menurut Sastrahamidjojo (2004), minyak sereh wangi mengandung 3
komponen utama yaitu sitronelol dan geraniol. Kandungan utama minyak atsiri dari sereh
wangi terdiri dari komponen sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%,
geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol,
kadinen, vanilin, limonen, dan kamfen.

Sehubungan dengan kandungan minyak atsiri dari tanaman sereh wangi dapat
digunakan untuk mengendalikan hama tanaman, maka perlu dikaji lagi potensi konsentrasi
ekstrak sereh wangi untuk mengendalikan hama bubuk padi (Sitophylus oryzae) pada
benih padi yang disimpan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan dari pestisida nabati bubuk sereh wangi sebagai seedtreatment
pada benih padi yang disimpan terhadap hama bubu padi Sitophylus oryzae.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan


Acak Kelompok (RAK). Faktor perlakuan yang diujikan adalah bubuk sereh wangi yang
terdiri dari 3 taraf, yaitu bubuk sereh wangi 2,5 gr/100 gr benih padi (S1), bubuk sereh
wangi 5 gr/100 gr benih padi (S2), bubuk sereh wangi 7,5 gr/100 gr benih padi (S3).
Perlakuan ini diulang sebanyak 5 kali, dengan demikian terdapat 15 satuan perlakuan.
Setiap satuan perlakuan terdiri atas 20 ekor serangga uji, dengan demikian jumlah
serangga uji Sitophylus oryzae yang digunakan sebanyak 300 ekor.

2.6.7 Metode Pelaksanaan Penelitian


1. Pembiakan Masal Hama Sitophylus oryzae L.

Untuk mendapatkan jumlah imago (serangga dewasa) hama Sitophylus oryzae L. sesuai
kebutuhan maka pengambilan imago jantan dan betina diambil pada beras yang
berada di gudang beras (bulog) atau toko sembako yang kemudian dipelihara dengan
cara imago Sitophylus oryzae L. dimasukkan kedalam botol selai atau kotak plastik
yang didalamnya telah disediakan beras sebagai pakan dari serangga hama ini.
Setelah hama berkembang biak dalam wadah pemeliharaan, selanjutnya digunakan
sebagai serangga uji untuk penelitian. Proses pembiakan masal hama ini
dilaksanakan selama 3 minggu.

2. Pengambilan Tanaman Sereh Wangi untuk Pestisida Nabati


Untuk mendapatkan bubuk sereh wangi yang akan digunakan sebagai pestisida,
diawali dengan pengambilan tanaman sereh wangi dari lapangan sebanyak 500 gram
kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada tanaman tersebut.
Selanjutnya tanaman sereh wangi dikering anginkan selama satu minggu untuk
mendapatkan bobot kering yang kosntan. Setelah masa pengeringan, kemudian tanaman
sereh wangi dapat digunakan.

3. Pembuatan Pestisida Bubuk Tanaman Sereh Wangi


Tanaman sereh wangi yang telah dikering anginkan selanjutnya dipotong-
potong hingga berukuran kecil, kemudian digiling sampai halus dan diayak untuk
mendapatkan serbuk atau bubuk. Selanjutnya ditimbang sesuai konsentrasi perlakuan
yang akan diujikan, dan kemudian dimasukkan kedalam wadah satuan perlakuan (botol
selai atau kotak plastik) dan dibiarkan semalam.

4. Pengujian Pestisida Bubuk Tanaman Sereh Wangi


Benih padi sebagai pakan hama Sitophylus oryzae ditimbang sebanyak 100
gram, kemudian dimasukkan kedalam botol selai atau kotak plastik yang didalamnya
telah tersedia bubuk sereh wangi sesuai dengan perlakuan yang diujikan. Bubuk sereh
wangi dan benih padi yang terdapat dalam setiap satuan perlakuan selanjutnya
ditambahkan air sebanyak 20 ml, kemudian diaduk sampai rata (homogen). Selanjutnya
hama bubuk padi Sitophylus oryzae dimasukkan sebanyak 20 ekor untuk setuap
perlakuan dengan membandingkan sex ratio yang jantan dan betina dengan
perbandingan 3:1, kemudian disimpan untuk tujuan pengamatan.

Variabel Pengamatan
1. Persentase Mortalitas Hama Bubuk Padi
Pengamatan terhadap persentase mortalitas hama bubuk padi dilaksanakan
pada hari ke 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 setelah aplikasi (HSA). Persentase mortalitas
hama bubuk padi dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Natawigena (2007).

Dimana :P = Persentase mortalitas

n = Jumlah individu yang mati

N = Jumlah individu yang digunakan

2. Persentase Kehilangan Berat Benih Padi


Perhitungan persentase kehilangan berat benih padi dari berat awal akibat serangan
hama bubuk padi dilakukan pada 30 hari setelah aplikasi (HSA) bubuk sereh wangi
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Martono (2009).

Dimana : BB = Berat benih yang hilang

BBA = Berat benih awal

BAB = Berat akhir benih

Analisis Data

Hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman


(ANOVA), jika terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap satuan uji maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada tingkat kepercayaan 5%.

Penggunaan pestisida sintesis menimbulkan masalah residu kimia pada hahan


tanaman, Akhir-akhir ini, pengendalian hama pada bahan pangan dalam penyimpanan
beralih pada penggunaan bahan botani karena secara ekologis sangat cocok dan secara
ekonomipun pengembangan sebagai bahan pengendalian serangga akan mudah diperoleh
dan mudah terdegradasi sehingga tidak menimbulkan dampak residu pada bahan pangan
dalam penyimpanan. Efektif tidaknya suatu insecktisida botani dapat dilahat berdasarkan
banyaknya populasi hama yang hidup ataupun yang mati setelah perlakuan, ataupun
bcrdasarkan kemampuan konsentrasi insektisida botani untuk mematikan hama uji sebesar
50%. Menurut Kardinan (2013), efikasi adalah kemanjuran atau kemantapan daya bunuh
insektisida nabati atau insektisida botani dalam membunuh jasad sasaran tertentu.

BAB III
KESIMPULAN
      Sebagian besar hama gudang merupakan ordo coleopteran (serangga). hama pasca panen
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi.
Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai
hama gudang yang dapat merugikan. Sedangkan cara untuk mengatasinya dapat melalui cara
kimia, biologi, dan mekanik. Selain itu Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.        Hama gudang adalah serangga hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan
hasil-hasil panen. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan
Coleoptera.
2.        Pada umumnya morfologi Hama Kumbang terdiri dari Caput, Antena, Alat    mulut,
Mata mejemuk, Thorax, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Abdomen
dan Sayap.
3.        Pengendalian hama gudang secara umum yaitu dengan menjemur melakukan serta
fumigasi terhadap bahan pangan yang akan di simpan dalam gudang.
4. penelitain penggunaan pestisida daun sirih dalam penyimpanan merupakan salah satu
metode penggunaan pestisida nabati dalam mengendalikan hama gudang pada benih
padi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, A.W. 2011. Hama Gudang Penyimpanan Padi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Puslitbangtan. Jawa Barat.

Cremlyn, R.J.W. 1991. Agrochemicals Preparation and Mode of Action. New York:
John Wiley and Sons New York, p: 54-55.
Kardinan, A. 2010. Pestisida Nabati, Ramuan, dan Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.
Oka, I.N. 2003. Penggunaan, Permasalahan, serta Prospek Pestisida Nabati dalam
Pengendalian Hama Terpadu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka
Pemanfaatan Insektisida Nabati. Balittro Bogor.

Pracaya. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Prasetyo. 2011. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, H.R. 2007. Usaha Tani Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Surtikanti. 2010. Pengendalian Kumbang Bubuk Sitophilus zeamays dengan
Mengunakan Senyawa Kimia Botanik. Jurnal Litbang Pertanian, 23(4):123-128.

Wiratno, Siswanto, Luluk, dan Suriati, S. 2011. Efektivitas Beberapa Jenis Tanaman
Obat dan Aromatik sebagai Insektisida Nabati untuk Mengendalikan Diconocoris
hewetti Dist. Bul. Littro. 22 (2): 198-204.

Yasin, M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan
Faktor Fisikokimia yang Mempengaruhinya. Prosiding Seminar Nasional Serealia
2009. ISBN: 978-979-8940-27-9. Balai Tanaman Serealia.

Anda mungkin juga menyukai