Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

ALAT MESIN PENGOLAHAN BENIH


MESIN DRYER BENIH PANGAN DAN HORTIKULTURA

Dosen:
1. Ir. Moch. Bintoro, MP
Teknisi:
1. Prayitno SP
2. Alviyan Tono Arif, S.ST

Disusun Oleh:

Moh. Helmi Aziz A41170114

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar penduduk Indonesia masih menggunakan cara yang sederhana
dalam proses pengeringan. Proses pengeringan ini menjadi bagian yang penting dalam
pengolahan produk pertanian atau makanan dan dapat memberikan manfaat lain yang
penting selain melindungi pangan yang mudah rusak. Proses pengeringan ini
menimbulkan masalah yang sering menjadi kendala para mitra maupun petani dalam hal
peningkatan produksi bahan karena masih mengandalkan sinar matahari. Dasar dari
proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan sehingga dapat mengurangi
kadar air dan memperkecil volume pangan, bahan tersebut lebih aman disimpan, mudah
ditransportasikan dan memudahkan penanganan selanjutnya sehingga biaya
pengangkutan dan penyimpanan dapat terkendali. Proses pengeringan dapat berlangsung
kurang lebih selama 3 sampai 4 hari dan itu tergantung dengan cuaca. Pengeringan
secara sederhana ini memiliki kelemahan yaitu rendahnya mutu dan kebersihan produk,
konsumsi waktu pengeringan yang tergantung dengan cuaca secara tidak langsung bisa
menurunkan kualitas bahan.pengeringan dengan menggunakan sinar matahari di bedakan
menjadi dua yaitu pengeringan dalam jangka waktu yang panjang denga suhu yang
rendah atau pengeringandalam jangka waktu singkat dengan suhu yang tinggi. Pada
pengeringan dengan suhu yang rendah dapat menurunan kualitas produk karena adanya
mikrobiologis akibat sumber energy yang banyak terkandung dalam bahan pertanian
yaitu karbohidrat dan protein. Kedua hal ini dapat memicu tumbuhnya mikroba dan
mempercepat pertumbuhan jamur sehingga akan cepat busuk, begitu pula dengan suhu
yang tinggi akan merusak kandungan yang terdapat dalam bahan secara fisik maupun
kimia. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan alat pengering seperti pengering rak,
pengering konveyor, pengering fluidized bed, spray dryer dan drum dryer. Banyak nya
jenis alat yang tersedia memerlukan pengetahuan untuk menggunakan alat secara tepat
guna.sekarang ini teknologi pada pascapanen di Indonesia telah mengalami kemajuan
untuk memberikan mutu yang baik bagi industri pengolahan hasil pertanian. Oleh karena
itu Teknik pengolahan pangan cukup beragam alatnya untuk mengeringkan bahan setelah
pascapanen tanpa lagi mengandalkan sinar matahari bila cuaca tidak mendukung.
1.2 Tujuan
Tujuan alat mesi pengering pad adalah sebagais berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana cara kinerja alat mesin pengering

2. Para petani Indonesia yang mengeringkan benih pangan atau benih horti di saat
musim hujan maupun musim kemarau, sehingga dapat menghasilkan benihyang
berkualitas tinggi
BAB 2. ISI
2.1 Metodologi
2.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 4 November 2019, pukul
13.00-15.00 WIB. Pelaksanaan praktikum di Pabrik Pengolahan Benih Politeknik Negeri
Jember.
2.1.2 Alat dan Bahan
Alat : 1. Alat mesin pengering benih
2. alat tulis dan kamera
2.1.1 Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mendengarkan penjelasan dari teknisi mengenai mesin dryer benih pangan dan
hortikultura
3. Mencatat hasil penjelasan teknisi
4. Memotret setiap bagian mesin yang telah dijelaskan
5. Membuat laporan resmi

2.2 Bagian Alat dan Fungsi


2.2.1 Bad Dryer
No Gambar Nama Fungsi

1. Tuas Untuk menghidupkan mesin atau


penghidup sklar untuk menggerakan mesin
mesin

2. Bak pengering Sebagai Tempat atau wadah


benih yang akan dikeringkan
3. Gas Berfungsi untuk bahan bakar api
yang dibuat untuk mengeringkan
benih

4. Mesin blower Berfungsi sebagai pengehembus


panas yang di buat untuk
mengeringan

5. Pengatur suhu Untuk mengatur suhu yang


digunakan untuk mengeringkan
padi.

6. Mesin Untuk mengatur kinerja dari bad


pengerak dryer

7. timer Untuk mengetur berapa lama


waktu yang digunakan untuk
pengeringan padi.
8. Lampu Berfungsi untuk mengetahui
indikator pakah mesin tersebut telah
berperasi ataupun tidak.

9. Output Sebagai tempat keluarnya benih


yang sudah dikeringkan
menggunkan bad dryer

2.2.2 Mesin Dryer Benih Hort

No Gambar Nama Fungsi


1. Operator Sebagai pengatur kinerja mesin
mesin dyer dan penhisup mesin

2. Wadah Sebagai Tempat atau wadah


benih yang akan dikeringkan

3. blower Berfungsi untuk keluarnya


hembusan panas yang digunakan
untuk mengeringkn benih
4. Roda pengerak Berfungsi sebagai memutar
wadah benih pengering

5. termometer Untuk melihat suhu pana pada


mesin dryer

6. Timer dan Timer sebagai pengatur


pengatur rotasi
lamanya mesin menyala

Pengatur rotasi untuk mengatur


berapa banyak tempat benih
berputar atau berotasi selama
waktu yang telah ditentukan
hingga benih mencapai kadar
air yang diinginkan

2.3 Cara Kerja Alat


2.3.1 Mesin Dryer Benih Pangan
1. Mengecek bahan bakar (gas elpigi)
2. Mengatur timer dan pengatur suhu untuk mencapai kadar air benih yang
diinginkan
3. Menyalakan tuas penghidup mesin
4. Menyalakan kedua indikator untuk mengetahui pemanas dan mesin menyala
5. Memasukkan benih pangan ke dalam box dryer
6. Karena mesin ini tidak memiliki rotasi, maka sewaktu-waktu benih harus
dibalik agar kering secara merata
7. Setelah mesin mati secara otomatis, berarti telah mencapai waktu yang telah
diinginkan
8. Mengeluarkan benih dari lubang keluar benih yang terdapat di samping box
dryer
9. Benih siap untuk dikemas

2.3.2 Mesin Dryer Benih Hortikultura


1. Memasukkan benih ke dalam tempat benih
2. Menutup rapat tempat benih dan meletakkannya kembali pada tempat rotasi
3. Menutup mesin dryer
4. Mengatur lamanya mesin menyala dan perputaran tempat benih
5. Menyalakan mesin dan menunggu hingga mesin berhenti secara otomatis
6. Setelah mesin berhenti, ambil benih yang telah kering dan mencapai kadar air
yang telah diinginkan
7. Benih siap untuk dikemas

2.4 Pembahasan

Proses pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang
relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Tujuan dari pengeringan adalah
menurunkan kadar air bahan sehingga bahan menjadi lebih awet, mengecilkan volume bahan
sehingga memudahkan dan menghemat biaya pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan.
Proses pengeringan dapat bekerja dengan melalui tiga tahap yaitu konveksi, konduksi dan
radiasi, dimana pada proses konduksi dan radiasi tetap berlangsung walaupun jumlah
waktunya relative sedikit. Prinsip pengeringan pada umumnya melibatkan antara dua
kejadian yaitu panas harus diberikan pada bahan, dan air harus dikeluarkan dari bahan.
Antara kedua kejadian tersebut melibatkan 2 proses yaitu proses pindah panas dengan pindah
massa yang terjadi secara bersamaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan dapat
digolongkan menjadi dua yaitu : faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang
dikeringkan atau disebut faktor internal (ukuran bahan, kadar air awal dari bahan dan tekanan
parsial di dalam bahan) dan faktor yang berhubungan dengan udara pengering atau disebut
sebagai faktor eksternal (suhu, kelembaban dan kecepatan volumetrik aliran udara
pengering).

Alat dan mesin yang digunakan dalam pra penen dan pasca panen sangat membantu di
dalam proses pertanian mulai dari pengolahan tanah sampai pada produksi pertanian. Dengan
bertambahnya alat dan mesin yang canggih dapat meningkatkan produksi pertanian untuk
kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. Hal ini di pengaruhi oleh bertambahnya
jumlah penduduk di dunia, sehingga peningkatan produksi terutama tanaman pangan
mendorong para ahli untuk membuat alat yang modern,agar dapat mencukupi kebutuhan
hidup manusia (Siahan,2001).

Menurut hukum Thermodinamika II dinyatakan bahwa perpindahan energi panas


berlangsung jika terdapat perbedaan temperatur (Holman,1995). Panas akan mengalir dari
benda yang bertemperatur tinggi kepada benda yang bertemperatur rendah. Panas yang
dibutuhkan untuk menaikan temperatur suatu benda dan dapat diukur disebut panas sensibel.
Panas sensibel ini merupakan teori dasar dari mesin pengering padi sederhana. Perpindahan
panas yang terjadi dapat melalui berbagai cara, yaitu: secara konduksi, secara konveksi dan
secara radiasi (Jordan and Priester, 1985). Perpindahan secara konduksi yaitu perpindahan
panas diantara molekul-molekul dari suatu benda yang saling bersinggungan. Perpindahan
panas secara konduksi terjadi antara bulir - bulir padi yang dipanaskan sehingga akan terjadi
pemerataan panas pada permukaan padi. Perpindahan secara konveksi yaitu perpindahan
panas melalui media gas atau cairan. Perpindahan panas secara radiasi yaitu perpindahan
panas melalui sinar atau gelombang suara. Panas radiasi dengan mudah dapat diserap oleh
benda/materi yang berwarna gelap, sedangkan untuk benda berwarna terang sebagian akan
dipantulkan kembali.

Berdasarkan teori di atas, perpindahan panas dalam mesin pengering digunakan


dua prinsip yaitu perpindahan secara konduksi dan konveksi (Holman,1995). Perpindahan
secara konduksi terjadi diantara bulir- bulir padi yang telah mendapatkan panas akan
berpindah melalui gesekan atau bersinggungan dengan bulir yang masih belum mendapat
panas. Akibat dari perpindahan panas tersebut maka akan terjadi perpindahan panas ke setiap
bulir padi sehingga akan terjadi pemerataan panas.Salah satu proses yang menetukan mutu
benih pasca panen hingga siap dipasarkan adalah proses pembersihan. Karena pada tahapan
ini komponen yang tidak menguntungkan sepert kotoran benih, debu, benih tidak bernas dan
lain lain akan dipisahkan dengan bantuan blower. Pada cleaner untuk benih berukuran kecil,
dilengkapi dengan vibrator yang dapat menggerakkan screen, sehingga benih dapat terseleksi.
Tujuan dari mesin ini adalah untuk meningkatkan kualitas benih.
Disamping berdasarkan pertimbangan – pertimbangan ekonomi, pemilihan alat pengering
ditentukan oleh faktor – faktor berikut :
1. Kondisi bahan yang dikeringkan (bahan padat, yang dapat mengalir, pasta, suspensi)
2. Sifat – sifat bahan yang akan dikeringkan (misalnya apakah menimbulkan bahaya
kebakaran, kemungkinan terbakar, ketahanan panas, kepekaan terhadap pukulan, bahya
ledakan debu, sifat oksidasi).
3. Jenis cairan yang terkandung dalam bahan yang dikeringkan (air, pelarut organik, dapat
terbakar, beracun)
4. Kuantitas bahan yang dikeringkan
5. Operasi kontinyu atau tidak kontinyu.

Jika pengeringan dilakukan pada suhu yang tinggi sehingga bahan yang masih basah
langsung kontak dengan suhu yang tinggi, maka dapat terjadi case hardening.Case hardening
adalah suatu keadaan di mana bagian luar bahan (di permukaan) sudah kering sedangkan di
bagian dalamnya masih basah. Hal ini disebabkan suhu yang tinggi di awal pengeringan akan
menguapkan air yang ada di permukaan bahan secara cepat sehinggapermukaan bahan
menjadi kering dan keras dan menghambat penguapan selanjutnya dari air yang terdapat di
bagian dalam bahan tersebut. Case hardening juga dapat disebabkan oleh adanya perubahan-
perubahan kimia tertentu misalnya terjadinya penggumpalan protein pada permukaan bahan
karena adanya panas, atau terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan
terbentuk bahan yang masif dan keras pada permukaan bahan. Terjadinya Case hardening
mengakibatkan proses pengeringan selanjutnya menjadi lambat atau terhambat sama sekali,
mikroorganisme yang terdapat di bagian dalam bahan yang masih basah dapat berkembang
biak sehingga menimbulkan kebusukan. Penggunaan suhu pengeringan yang tidak terlalu
tinggi atau pelaksanaan proses pengeringan awal yang tidak terlalu cepat dapat mencegah
terjadinya Case hardening.
Pengaruh pengeringan terhadap bahan makanan yang dikeringkan mempunyai nilai
gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan segarnya selama pengeringan juga dapat
terjadi perubahan warna, tekstur, aroma, dan lain-lain, biasanya untuk mengurangi hal
tersebut dilakukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang akan dikeringkan.
Bahan yang telah dikeringkan mengandung senyawa-senyawa seperti protein,
karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi, akan tetapi lain halnya
untuk vitamin-vitamin dan zat warna pada umumnya akan menjadi rusak atau berkurang.
Perubahan warna seperti menjadi coklat, perubahan warna tersebut terjadi karena reaksi-
reaksi browning, non enzimatik yang paling sering terjadi reaksi antara asam organic dengan
gula pereduksi, reaksi antara asam-asam amino dengan gula pereduksi, reaksi ini dapat
menurunkan nilai gizi protein yang terkandung didalamnya.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan yaitu penggunaan panas,
jika pengeringan dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi maka bahan akan menyebabkan
case hardening yaitu dimana keadaan bahan dibagian luar sudah kering tapi dibagian dalam
masih basah, hal ini terjadi karena pengunaan suhu yang terlalu tinggi sehingga permukaan
bahan menjadi cepat kering dan mengeras, sehingga akan menghambat
pengeringan/penguapan dibagian tengah bahan karena terhalang oleh bagian luar bahan yang
sudah keras, case hardening juga bias terjadi karena adanya perubahan-perubahan kimia
tertentu misalnya terjadi pengumpalan protein dipermukaan bahan karena panas atau
terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang masif (keras),
pada bahan case hardening dibagian dalam bahan mikroba masih dapat tumbuh dan
berkembang biak sehingga bahan dapat menjadi busuk, untuk mencegah case hardening
adalah dengan mengunakan suhu yang tidak terlalu panas atau mengunakan tahapan-tahapan
dalam pengunaan suhu panas, misalnya memberikan pemanasan awal dengan suhu rendah.
BAB 3. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Jadi seed dryer merupakan mesin pengering benih yang berfungsi sebagai
mengeringkan benih pangan ataupun benih horti untuk mengurangi kadar air dalam benih
sesuia standart ista yang digunakan, serta mesin pengering yang dpat diatur suhu dan waktu
pengeringannya sesuai standart yang didentutkan.

3.1 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan praktikum harus memperhatikan proses penjelasan
cara menjalannkan alat yang dijalaskan oleh teknisi sehingga pada saat mau menjalankan
mesin tidak terjadi kerusakan ataupun kecelakaan dan praktikum dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Ilham, Fajri. 2014. Pengeringan Bahan Pangan. http://www.teknologi-


pertanian.com/2014/11/pengeringan-bahan-pangan.html. Diakses 09 Oktober 2015.
NN. 2010. Teori Pengawetan Pangan Dengan
Pengeringan. http://polisafaris.blogspot.co.id/2010/05/teori-pengawetan-pangan-
pengeringan.html. Diakses 09 Oktober 2015.
Tambunan, Armansyah.H, dan Lamhot P.Manulu. Mekanisme Pengerigan Beku Produk
Pertanian, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.2, No.3, (Juni 2000), hal. 66-74 Humas-
BPPT/ANY.
Tindaon, Westryan. 2013.
Pengeringan. http://westryantindaon.blogspot.co.id/2013/07/pengeringan.html. Diakses 09
Oktober 2015.
Winarno,F.G ,Srikandi fardiaz, dan Dedi Fardia(1980). Pengantar Teknologi Pertanian. PT.
Gramedia. Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai