DIABETES MELITUS
Pembimbing:
dr. Ahmad Yani
Oleh :
Azri Nursiddiq 114170007
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2
mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya
berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di
kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat. Etiologi DM Tipe 2
merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas.
Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan
terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat,
serta kurang gerak badan.1
1. Diet
2. Olah Raga
Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Saat ini ada dokter olah raga yang dapat
dimintakan nasihatnya untuk mengatur jenis dan porsi olah raga yang
sesuai untuk penderita diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat,
olah raga ringan asal dilakukan secara teratur akan sangat bagus
pengaruhnya bagi kesehatan. Olahraga yang disarankan adalah yang
bersifat CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive,
Endurance Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-
85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang
disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan
lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama
total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan
diakhiri pendinginan antara 5-10 menit. Olah raga akan
memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin
dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa.2
1. Golongan Sulfonilurea
2. Golongan Meglitinida
3. Golongan Tiazolidindion
Obat ini efektif bagi penderita dengan diet tinggi karbohidrat dan
kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl. Obat ini hanya
mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan tidak
mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Obat-obat inhibitor α-
glukosidase dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk
kombinasi dengan obat hipoglikemik lainnya. Obat ini umumnya
diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap sampai
150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk memberikannya bersama suap pertama
setiap kali makan.4,5
Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak
flatus dan kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan
berlangsung lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa
darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah
setelah itu. Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau
dengan insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi
dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula
pasir. Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan
dinaikkan secara bertahap, serta dianjurkan untuk memberikannya
bersama suap pertama setiap kali makan.
5. Insulin
Insulin adalah suatu hormon polipeptida diproduksi oleh kelenjar
pankreas yang berfungsi mengatur metabolisme karohidrat. Insulin
menyebabkan sel pada otot menyerap glukosa dari sirkulasi darah melalui
transpor gluokosa dan menyimpannya sebagai glikogen di dalam hati dan
otot sebagai sumber energi. 6,7
Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan respons individu, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah harian. Terapi insulin ini diperlukan pada keadaan, seperti :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 5 jenis, yakni:
a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Rapid acting insulin adalah jenis insulin yang bekerja sangat cepat
yang dikonsumsi sebelum atau sesudah makan dan dapat digunakan
bersamaan dengan insulin kerja lambat (longer acting). Rapid acting
insulin merupakan satu-satunya insulin diergunakan secara intra vena
dengan onset kerja dari insulin kerja cepat yaitu sekitar 15 menit – 30
menit dengan puncaknya pada 30 menit sampai 90 menit dan mampu
berkerja selama 1-5 jam. Contoh insulin kerja cepat adalah Actrapid,
Humulin R, Reguler Insulin (Crystal Zinc Insulin)