Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus yang
tersebar luas di rumah-rumah dan tempat umum diseluruh wilayah Indonesia, kecuali yang
ketinggiannya lebih 1000 meter di atas permukan laut.
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan
karena semakin baiknya transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku
masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vector nyamuk hampir diseluruh
pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah dengue antara lain faktor host, lingkungan,
perilaku hidup bersih dan sehat serta faktor virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan dan
respon imun; faktor lingkungan yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah
hujan, angin, kelembapan, musim); kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat
istiadat).
DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial
maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam
keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup. Dampak ekonomi
langsung yang dirasakan pada penderita DBD adalah biaya pengobatan, sedangkan yang tidak
langsung adalah kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain
untuk pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita. Penyakit ini
terutama menyerang anak yang ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat
mengakibatkan kematian serta menimbulkan wabah.
Sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, jumlah kasus
DBD maupun luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Sedangkan Berdasarkan data dari
Dinas kesehatan Kabupaten Cirebon angka kejadian kasus DBD yang terjadi di Pangenan
desa Astana Mukti pada bulan Juli tahun 2020 ditemukan sebanyak 1 kasus dengan
Dengue syok syndrom. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian tentang pengaruh Pendidikan Kesehatan dalam upaya Peningkatan

1
pengetahuan dan perilaku pencegahan Demam Berdarah Dengue masyarakat desa Astana
mukti.
Upaya pencegahan penyakit ini telah dilakukan antara lain dengan pemutusan
rantai nyamuk penularnya dengan cara penaburan larvasida, fogging focus serta
pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih
aman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam pengendalian
vektor DBD lebih menitikberatkan pada program ini, walaupun cara ini sangat tergantung
pada peran serta masyarakat.
Pemahaman penyakit DBD dan penanggulangannya masih kurang, yang tampak
pada masih dibebankannya masalah DBD dan tanggung jawabnya pada sektor kesehatan,
padahal DBD sebenarnya harus menjadi tanggung jawab semua pihak karena erat
kaitannya dengan kebersihan dan perilaku manusia. Penanggulangan penyakit DBD lebih
banyak terkait dengan peran serta masyarakat.
Pada wilayah Astana mukti, pernah dilakukan kegiatan Jumantik (juru pemantau
jentik). Padahal jumantik merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat agar
ada solusi untuk menekan populasi jentik Aedes aegypti, karena jumantik bertugas
melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan terus menurus. Namun, sempat tidak
dilakukan karena peran masyarakat sangatlah penting disini untuk membatu membrantas
vector pada trias epidemiologi.
Bentuk peran serta masyarakat lain yang diharapkan dapat meningkatkan ABJ
(Angka Bebas Jentik) adalah dengan mengikutsertakan bidan desa dan ketua Rukun
tetangga (RT) sebagai supervisor pelaksanaan PSN. Ketua RT diharapkan mampu
memotivasi warganya untuk mengamati keberadaan jentik di rumah masing-masing,
kemudian menuliskan hasilnya ke form jentik dan menyerahkan form tersebut kepada
kepala desa yang nantinya akan berkoordinasi bersama dengan bidan desa setempat.
Peran serta aktif dari pemilik rumah, diharapkan mampu meningkatkan ABJ di
lingkungan masing-masing. Pada penelitian ini, sebelum dan sesudah jumantik dan ketua
RT melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, akan dilakukan pengamatan
jentik untuk mengetahui ABJ di masing-masing desa.

1.2 Rumusan Masalah


2
“Apakah terdapat penurunan angka kejadian DBD sebelum dan sesudah pelatihan
jumantik di wilayah kerja Puskesmas Pangenan daerah desa Astana Mukti? “

I.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta Kader-kader dan


masyarakat dalam pelaksanaan program PSN-DBD, dengan memberikan penyuluhan
DBD dan pelatihan jumantik untuk membantu menurunkan angka kejadian DBD di
wilayah kerja Puskesmas Pangenan daerah desa Astana Mukti.

1.3.2 Tujuan Khusus

- Membentuk kerjasama dan koordinasi yang baik pihak puskesmas dengan pihak
masyarakat sekitar.
- Mengetahui tingkat pengetahuan Kader sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan DBD.
- Mengetahui kepatuhan Masyarakat dalam mengisi lembar jumantik.

I.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Aplikatif

1. Bagi Puskesmas Kecamatan Pangenan, penelitian ini diharapkan dapat membantu


menurunkan angka kejadian DBD.
2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan dalam mengambil kebijakan ke depan sehingga perlu
adanya suatu usaha untuk melanjutkan program dan memberi perhatian lebih
terhadap pencegahan dan angka kejadian DBD.

1.4. 2 Manfaat bagi peneliti

- Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian


- Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat dan instansi terkait
3
- Mengembangkan minat dan kemampuan untuk meneliti
- Meningkatkan peran serta dalam aktivitas msyarakat wilayah Pangenan desa
Astana Mukti Kabupaten Cirebon.

1.5 Bahan dan Cara


Untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas DBD di Kecamatan
Pangenan, Kabupaten Cirebon, kami melakukan berbagai kegiatan diantaranya:

1. Pelatihan Jumantik kepada Kader-kader di desa Astanamukti, Kecamatan


Pangenan, Kabupaten Cirebon pelatihan ini dilaksanakan mulai tanggal 19
Agustus 2020 sampai 1 September 2020 dengan berkoordinasi dengan pihak desa.
Mengingat jam gigitan nyamuk menurut informasi dari Departemen Kesehatan
bahwa nyamuk menggigit di jam pagi sekitar pukul 08.00-10.00 dan sore pukul
15.00-17.00, perlu melakukan pengawasan jentik-jentik nyamuk dan
pemberantasan sarang nyamuk di rumah. Pada acara ini kami memaparkan
pengetahuan dasar tentang penyakit DBD (gejala, pencegahan dan pertolongan
pertama) dan materi pelatihan jumantik pada Kader-Kader, agar mampu
melaksanakan pemeriksaan jentik 2 hari dalam seminggu di rumah yang akan
dilakukan intervensi, rumah tetangga sebelah kanan dan tetangga sebelah kiri,
menuliskan laporan serta mengumpulkan laporan dalam seminggu.
2. Membuat media informatif berupa slide presentasi yang berisi tentang peringatan
dan bahaya DBD serta pencegahan dan pertolongan pertama.

Hasil dari pelatihan juru pemantau jentik yang telah dilaksanakan, kami membuat
semacam laporan penelitian, guna mengevaluasi jalannya program tersebut. Penelitian ini
dilakukan di desa Astana Mukti

1.6 Lokasi Penelitian


Puskesmas Pangenan di balai desa Astana Mukti.

Kegiatan survei jentik diadakan 1 kali dalam seminggu yaitu pada hari Kamis.
Pada hari kamis dilakukan pemeriksaan jumantik di rumah kader serta 1 rumah tetangga

4
di sebelah kanan rumah kader. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi
experimental, dengan melakukan intervensi (pelatihan) dipantau hasilnya melalui
penurunan angka penyebaran nyamuk.
Tim peneliti menghubungi pihak desa dan menemui kepala desa serta kader-kader
yang akan diberikan penyuluhan dan pelatihan. Peneliti meminta izin untuk melakukan
penyuluhan serta.

5
6

Anda mungkin juga menyukai