LP Defisit Perawatan Diri
LP Defisit Perawatan Diri
Oleh :
ANDRIAN KURNIAWAN
NIM : P.1905001
A. MASALAH UTAMA
Perawatan diri adalah salah satu kemmpuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan /
melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi
kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu, beragam
faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
4. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya danlingkungan
termasuk perawatan diri
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri
5. Faktor presipitasi
Merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah,
lemas yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2013) faktor- faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya: dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygiene
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
shampo dan alat mandi semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
menderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seorang mengunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun , shampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
Data obyektif
1) Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis
2) Badan bau
3) Kulit kotor
b. Isolasi Sosial
Data subyektif
1) Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bias
2) Merasa tidak tahu apa-apa, bodoh
3) Mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data obyektif
1) Klien terlihat lebih suka sendiri
2) Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan
3) Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup
4) Apatis, ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang
5) Aktivitas menurun
6) Menolak berhubungan
7) Kurang memperhatikan kebersihan
Data obyektif
1) Rambut kotor, acak – acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawatt
C. POHON MASALAH
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Isolasi Sosial
3. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
F. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa 1:
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan
Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikankebersihan diri
Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi:
1. Berikan salam setiap berinteraksi.
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawatberkenalan.
3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6. Buat kontrak interaksi yang jelas.
7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8. Penuhi kebutuhan dasar klien.
Diagnosa 2:
Isolasi sosial
Tujuan
Umum :Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Khusus :Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
Diagnosa 3
Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
Tujuan
Umum :Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Khusus :
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi :
1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2. Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Rasmun S. (2014). Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan.Jakarta : CV Sagung Seto