Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke
otak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena
yang dapat sembuh sempurna,sembuh dengan cacat,atau kematian (Junaidi,2012).
Stroke (gangguan peredaran darah otak) merupakan salah satu masalh neurologis yang paling sering
dihadapi oleh dokter ahli penyakit dalam beberapa aspek terapi stroke (emboli,trombosis,perdarahan)
masih bersifat kontroversial. Bab ini mengetengahkan suatu dasar pendekatan dan garis besar modalitas
terapi terhadap penderita stroke yang telah diterima secara umum (Howard L.Weiner,2001).
Klasifikasi
a. Stroke iskemia
Iskemia terjadi akibat suplay darah ke jaringan otak berkurang, hal ini disebabkan karena obstruksi total
atau sebagian pembuluh otak darah otak. Hampir 80% pasien stroke merupakan stroke iskemik.
Penyebab stroke iskemia adalah karena trombosis,emboli dan hypoperfusi global. Trombosis merupakan
penyebab stroke yang paling sering, biasanya berkaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah
akibat aterosklerosis. Stroke karena emboli biasanya berasal dari suatu trombosis dalam jantung, juga
berasal dari plak aterosklerosis sinus karotikus atau arteri karotis interna. Pada stoke karena hypoperfusi
global biasanya disebabkan karena cardiac arrest dan embolis pulmonal.
b. Stroke hemoragik
Stroke yang terjadi karena perdarahan subarachnoid,mungkin disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak tertentu. biasanya terjadi pada saat pasien melakukan aktifitas atau saat aktif, namun juga
pada kondisi istirahat.
Merupakan gangguan neurologi fokal yang timbul secara tiba-tiba dan menghilang dalam beberapa
menit sampai beberapa jam. Gejala yang muncul akan hilang secara spontan dalam waktu kurang dari
24 jam.
Perkembangan stroke terjadi berlahan-lahan sampai akut, munculnya gejala makin memburuk. Proses
progesif beberapa jam sampai beberapa hari.
7. Manisfestasi klinis
Stroke adalah penyebab paling umum (Brunner,2002). Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat di
manifestasi klinis sebagai disartria, disfasia, afasia atau apraksia.Disartria, kesulitan bicara yang di
tunjukan dengan bicara yang sulit di mengerti di sebabkan oleh paralysis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.Disfasia atau afasia, bicara defektif atau kehilangan bicara yang terutama
ekspresif dan reseptif. Afasia ekspresi (afasia Broca’s) adalah ketidakmampuan untuk mengekspresikan
diri sendiri secara verbal. Afasia resptif (afasia wernicke’s) ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata
yang di bicarakan. Gabungan afasia ekspresif di sebut afasia global. Apraksia, ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang di pelajari sebelumnya seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan
berusaha untuk menyisir rambutnya namun tidak berhasil. Gangguan persepsi merupakan ketidak
mampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Disfungsi persepsi pada pasien stroke antara lain dapat
terjadi disfungsi persepsi visual,gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan kehilanagn kontrol volunteer terhadap gerakan motorik.
Disfungsi yang paling umum adalah hemiplegia,disamping ada hemiparesis.
Etiologi
Brunner & Suddart,(2002) menjelaskan stroke biasanya di akibatkan dari salah satu dari emapt kejadian :
a) Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher),Patofisiologi stroke
b) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang
lain),
d) Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak
atau ruang sekitar otak)
Serangan awal stroke umumnya berupa gangguan kesadaran,tidak sadar, bingung, sakit kepala, sulit
konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lain. Gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk lain
berupa perasaan ini tidur, sulit mengingat, penglihatan kabur, dan sebagainya (Junaidi,2012).
4. Patofisiologi
Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang dewasa.otak menerima 20% dari curah
jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakain oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap
harinya.otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan
terutama berasala dari metabolisme oksidasi glukosa.jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan
oksigen dan glukosa melalui aliran darah adalah konstan.metabolisme otak merupakan proses tetap dan
kontinu,tanpa ada masa istirahat (Sylvia. Price,1995).
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif karena jaringan yang lunak maupun karena fungsinya
yang sangat vital. Untuk melindungi otak ada dua mekanisme tubuh yang berperan yaitu mekanisme
anastomisis dan mekanisme autoregulasi. Mekanisme anastomosis berhubungan dengan
9. Komplikasi
- Hipertensi / hipotensi
- Kejang
- Kontraktur
- Trombosis vena
- Malnutrisi
- Aspirasi
Penatalaksanaan
a. Kendalikan hipertensi
c. Perdarahan intraserebral
- Obati penyebabnya
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
1. CT-scan
2. Foto thorax
b. Pemeriksaan laboratorium
1. Fungsi lumbal
1. Pengkajian
Menurut Doengoes (2000) data fokus pada pasien stroke hemoragik adalah :
a. Wawancara
1) Data subyektif
Pernyataan pasie apakah merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan
2) Data obyektif
b. Data fokus
1) Aktivitas
2) Sirkulasi
DO : Perubahan tekanan darah (hipertensi arterial, nadi : frekuensi dapat bervariasi karena adanya
ketidakstabilan fungsi jantung / kondisi jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat vasomotor)
3) Integritas Ego
4) Eliminasi
DS : -
5) Makanan/cairan
DO : Muntah proyektil
6) Neurosensori
7) Nyeri/kenyamanan
DS : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri karotis terkena)
8) Interaksi sosial
Diagnosa keperawatan
PERUBAHAN PERFUSI JAR SEREBRAL B.D. INTERUPSI ALIRAN DARAH, HEMORAGI, VASOSPASME
SEREBRAL, EDEMA SEREBRAL
KERUSAKAN MOBILITAS FISIK B.D. HEMIPARESIS, KEHILANGAN KESEIMBANGAN & KOORDINASI
KURANG PERAWATAN DIRI (HIGIENE, TOILETING, BERPINDAH, MAKAN) B.D. ADANYA GEJALA SISA
STROKE
2. Fokus intervensi
a. Pengertian
Perubahan perfusi jaringan merupakan suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan
untuk memelihara jaringan pada tingkat kapiler (Nanda, 2007). Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan (Nanda,2012).
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang
dapat mengganggu kesehatan (Nanda,2012).
Diagnosa Keperawatan
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau interpretasi,
kerusakan sirkulasi verbal.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Intervensi
Kriteria Hasil:
o Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi ditunjukkan penurunan
skala nyeri. Skala = 2
Intervensi:
1) Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik
nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi
yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
2) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
3) Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
Kriteria hasil:
o Tekanan perfusi serebral >60mmHg, tekanan intrakranial <15mmHg, tekanan arteri rata-rata 80-
100mmHg
o RR 16-20x/menit
Intervensi:
1) Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat
dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
2) Pantau tanda vital tiap 4 jam.
R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilangan autoregulasi
dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena
yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
4) Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.
R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan
TIK.
6) Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai
lainnya.
R/ Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri
ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.
7) Kolaborasi:
Kriteria Hasil :
http://rikardbaek.blogspot.com/2016/10/asuhan-keperawatan-tumor-otak.html?m=1
Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari setelah
bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak teratur
beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval semakin
pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya
waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring, dan
berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive
structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan
pada tumor otak yang terletak di daerah lobus oksipitalis.
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif
adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini
bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
3. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma
dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus
parietal dan temporal.
4. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging tumor
dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan
untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta,
penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
Penyebab edema papil ini biasanya terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menekan jalan
aliran likuor sehingga mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrocephallus
5. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga
mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah
yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intrakranial.
6. Vertigo
7. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang sifatnya
lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum atau
general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia
dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.
1. Lobus frontal
· Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
2. Lobus parietal
· Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan
gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
· Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau
halusinasi
· Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
· Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan
serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala,
penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
· Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
· Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
· Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-
anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
· Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan papil udem
· Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya
merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
2..2.1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, usia, status, agama, alamat, pekerjaan, dan identitas penanggung jawab.
· Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit
klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan tumor otak.
· Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan,
kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan
peran.
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4
(Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
v Pernafasan B1 (breathing)
Sesak napas : ya
Batuk : tidak
v Kardiovaskular B2 (blooding)
Akral : hangat
Nadi : Bradikardi
v Persyarafan B3 (brain)
Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
Gangguan neurologi:
1. Afasia: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-
kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
2. Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflex
tendon.
3. GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi
koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6 tergantung responnya
yaitu :
(4) : Spontan
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.
Misalnya “aduh…, bapak…”)
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
v Perkemihan B4 (bladder)
1. Kebersihan : bersih
3. Uretra : normal
3. Mulut : bersih
4. Mukosa : lembap
v Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Intervensi:
( 0-4 )
2) Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R/ Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3) Bantu untuk melakukan rentang gerak
4) Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R/ Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala, keterlibatan pasien dalam
perencanaan dan keberhasilan.
Dx 4: Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek afasia pada ekspresi atau interpretasi,
kerusakan sirkulasi verbal
Tujuan: Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan
Kriteria Hasil :
1) Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mangalami kesulitan
berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien
dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
R/ : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan tidak menyadari
bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
R/ Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi yang lebih
banyak pada satu waktu tertentu.
Dx 5: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Kriteria Hasil:
o Nutrisi klien terpenuhi
Intervensi:
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai
perubahan perilaku yang tepat.
Intervensi:
R/ Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat menghilangkan ketegangan dari
tubuh dengan sangat berarti.
2.2.4. Implementasi
Sesuai intervensi
2.2.5. Evaluasi
Sesuai tujuan
Miningitis