PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi merupakan ilmu sains yang memiliki kajian yang luas dan terdiri dari
berbagai macam konsep di alam. Belajar biologi berkaitan erat dengan pembelajaran
secara sistematis, sehingga pada pembelajaran biologi tidak hanya pembelajarn dengan
pengumpulan mengenai konsep, fakta maupun prinsip saja, melainkan suatu proses
observasi dan penemuan.
Menurut Hamid hamdani, Proses pembelajaran perlu direncanakan agar
pelaksanaanya berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Setiap
perencanaan selalu berkenaan dengan pemikiran segala sesuatu yang akan dilakukan. Isi
perencanaan adalah mengatur dan menetapkan unsur-unsur pemebelajaran, seperti tujuan,
bahan atau isi, metode, alat dan sumber, serta penilaian. Melaksanakan proses belajar
mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. (2013:188-189).
Dalam kegitan ini, pendidik perlu dituntut untuk mampu meninkatkan keaktifan peserta
didik, menentukan metode yang tepat sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru
harus mengambil keptusan atas dasar penilaian yang tepat.
Proses pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga perlu
dilakukan praktikum di luar kelas yang tujuanya untuk menguji teori-teori yang telah
dipelajari. Namun terakadang sarana prasarana dan keterbatasan waktu membuat
praktikum tidak dilaksanakan dan kurang efektif untuk dilakukan. Pembelajaran biologi
terutama pembelajaran mata kuliah biologi umum merupakan pembelajaran yang
membutuhkan praktikum yang bertujuan untuk mengembangkaan keterampilan dalam
melakukan eksperimen. Praktikum biologi umum merupakan praktikum yang indentik
dengan pengamatan makhluk hidup dengan menggunakan alat dan bahan yang mudah
didapatkan di lingkungan sekitar.
Menurut Maya Ektryana Waluyo Pelaksanaan praktikum tentunya membutuhkan
panduan praktikum. Pentingnya panduan praktikum antara lain bisa menjadi sumber
belajar penunjang pembelajaran saat eksperimen., dapat meningkatkan ketertarikan
peserta didik dalam kegiatan praktikum, peserta didik mengetahui cara kerja untuk
melakukan praktikum dan peserta didik mampu mengetahui sistematika dalam
pembuatan laporan praktikum (2014:678). Dengan adanya panduan praktikum
diharapkan dapat mempermudah peserta didik dalam melakukan pengamatan.
Pada kegiatan proses pembelajaran masa kini, peserta didik dituntut untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga peserta didik dapat mengeksplorasi
pengetahuanya. Hal ini sesuai dengan pendekatan scientific approach. Menurut Rusman
(2015), pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada peserta didik secara luas untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi
materi yang dipelajari, di samping itu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh
pendidik. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah untuk
mengembangkan karakter peserta didik. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan
berpikir peserta didik sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapinya dan memiliki hasil belajar yang tinggi. Menurut Hosnan
(2014) pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada
siswa; 2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum
atau prinsip; 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dan; 4)
Dapat mengembangkan karakter siswa. Menurut Hosnan (2014) Prinsip pendekatan
Saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah Pembelajaran berpusat pada siswa,
Pembelajaran membentuk students self concept, Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, Pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa, Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar
siswa dan motivasi mengajar guru, Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi, Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan
prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Pembelajaran di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang Prodi
Pendidikan Biologi telah menggunakan pendekatan pembelajaran scientific approach
terutama pada mata kuliah biologi umum. Praktikum bertujuan selain termasuk dalam
salah satu pengaplikasian pendekatan scientific approach, juga mampu mengambangkan
keterampilan mahasiswa dalam melakukan pengamatan atau observasi. Akan tetapi
berdasarkan hasil wawancara dari mahasiswa prodi pendidikan biologi sejumlah 15 orang
dan dosen pengampu mata kuliah biologi umum. Pada pembelajaran mata kuliah biologi
umum, kurang efektif dilaksanakan dikarenakan keterbatasan alat dan bahan untuk
praktikum dan tidak adanya panduan praktikum sebagai petunjuk untuk melakukan
praktikum dan penyusunan laporan praktikum.
Berdasarkan permasalahan dan hasil wawancara diatas, maka diperlukan panduan
praktikum untuk membantu mlahasiswa dalam melakukan praktikum meskipun alat dan
bahan tidak memadai. Pada penelitian ini penulis memilih modul praktikum berbasis
scientific approach yang diharapkan utnuk kedepanya dapat membantu mahasiswa dalam
meningkatkan keterampilan praktikum mahasiswa, membantu pendidik untuk
meningjatkan prmahaman mahasiswa dengan terhadap materi fungi dengan keterbatasan
sumber, alat dan bahan praktikum, serta dapat meningkatan kemampuan berpikir
mahasiswa terutama pada materi fungi melalui latihan soal yang terdapat di daalam
modul praktikum ebrbasis scientific approach materi fungi ini.
Materi fungi lebih sulit dimengerti oleh mahasiswa dibandingkan dengan materi
lainya pada mata kuliah biologi umum. Karena untuk mempelajari dan melakukan
praktium pada materi ini memerlukan berbagai alat dan bahan yang salah satunya terdiri
dari jamur dengan berbagai jenis. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi dalam proses
pembelajaran dan praktikum pada materi ini agar pembelajaran dan praktikum bisa
dilakukan meskipun dengan keterbatasan alat dan bahan praktikum. Hal ini dapat
terwujud dengan menampilkan gambar-gambar, panduan praktikum serta latihan soal dari
berbagai spesies jamur yang disajikan di dalam modul praktikum berbasis scientific
approach ini.
Pembelajaran di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang prodi biologi
mata kuliah biologi umum materi fungi telah menerapkan pendekatan scientific approach
dalam kegiatan pembelajaranya. Hanya saja dikarenakan keterbatasan alat dan bahan
praktikum dan pendidik belum bisa mengumpulkan berbagai spesies jamur agar
mahasiswa dapat mengamati langsung berbagai macam spesiess jamur, sehingga belum
bisa malakukan kegiatan praktikum. Dengan adanya berbagai macam permasalahan
tersebut, penulis memandang perlu melakukan penelitian “Pengembangan Modul
Praktikum Berbasis Scientific Approach Materi Fungi di Universitas KH. Abdul Wahab
Hasbullah Jombang”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelayakan modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi di
Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berdasarkan validasi ahli materi?
2. Bagaimana kelayakan modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi di
Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berdasarkan validasi ahli media?
3. Bagaimana respon mahasiswa terhadap modul praktikum berbasis scientific approach
materi fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang yang akan
dikembangkan?
C. Tujuan Pengembangan
1. Mendeskripsikan kelayakan modul praktikum berbasis scientific approach materi
fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berdasarkan validasi ahli
materi.
2. Mendiskripsikan kelayakan modul praktikum berbasis scientific approach materi
fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berdasarkan validasi ahli
media.
3. Mendiskripsikan respon mahasiswa terhadap modul praktikum berbasis scientific
approach materi fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang yang
akan dikembangkan.
E. Pentingnya Pengembangan
Hasil dari pengembangan modul praktikum berbasis scientific approach diharapkan dapat
memberikan manfaat secara teoritis dan praktis
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapakan dapat mampu menambah wawasan dan
pengembangan media untuk membantu dalam kegiatan praktikum bagi
kampus terutama prodi pendidikan biologi.
b. Modul ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
c. Bermanfaat sebagai panduan praktikum dan pengetahuan umum dengan
manfaat dan metode pendekatan yang berbeda.
2. Manfaat Praktis
a. Dosen Pengampu
1) Dapat membantu dosen pengampu dalam kegiatan praktikum
dengan megatasi terbatasnya alat dan bahan praktikum kepada
mahasiswa mengenai materi fungi.
2) Sebagai panduan praktikum bagi dosen pengampu dalam kegiatan
praktikum mata kuliah biologi umum.
b. Mahasiswa
1) Dapat membantu memudahkan mahasiswa untuk memahami materi
fungi.
2) Sebagai panduan praktikum materi fungi.
c. Kampus
1) Modul praktikum yang dikembangkan memberikan inspirasi untuk
mengembangkan modul praktikum berbasis scientific approach materi
khamir khususnya mata kuliah biologi umum.
2) Modul yang dikembangkan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembangan praktikum
selanjutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik
tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar,7 seperti buku teks, handout, lembar kerja siswa,
modul dan lain sebagainya. Istilah lain menyebutkan bahwa bahan ajar merupakan
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.(Kurniawati, Ika : 2015)
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain
secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya, sedangkan
menurut Lestari (2013:1)
Andi Prastowo (2014) dalam bukunya yang berjudul Panduan Kreatif Membuat
Bahan Ajar Inovatif disebutkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik
informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaah implementasi
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
adalah alat pembelajaran berisi metode, materi dan batasan-batasan yang disusun
secara sistematis dan digunakan dalam proses pembelajaran.
Andri Praswoto (2014) Jenis-jenis Bahan Ajar Bahan ajar menurut bentuknya
dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan
ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif. 1) Bahan ajar cetak merupakan
sejumlah bahan ajar yang berbentuk kertas untuk keperluan pembelajaran atau untuk
menyampaikan sebuah informasi. Misalnya buku, modul, handout, lembar kerja
siswa, brosur, foto atau gambar, dan lain-lain. 2) Bahan ajar dengar atau program
audio merupakan sistem pembelajaran yang menggunakan sinyal radio secara
langsung, yang mana dapat dimainkan atau didengarkan oleh seseorang atau
sekelompok orang. Mislanya kaset, radio, compact disk audio. 3) Bahan ajar pandang
dengar (audiovisual) merupakan kombinasi sinyal audio dengan gambar bergerak
secara sekuensial. Misalnya film, video compact disk. 4) Bahan ajar interaktif yakni
kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video)
yang kemudian dimanipulasi oleh penggunanya atau diberi perlakuan untuk
mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Misalnya
compact disk interactive.
Modul merupakan bahan ajar berbentuk cetak yang digunakan dalam proses
pembelajaran sebagai media dan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, agar peserta
didik lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan oleh
pendidik.
Prastowo (2013) menyebutkan bahwa modul merupakan sebuah bahan ajar yang
disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang dapat dengan mudah
dipahami oleh siswa serta dapat dipelajari secara mandiri tanpa membutuhkan
fasilitator dan modul juga dapat digunakan sesuai dengan kecepatan belajar siswa.
Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar mereka
dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik (Andi
Prastowo, 2012: 106).
Daryanto (2013: 1), modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas
secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar
dengan terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai materi
belajar, dan evaluasi.
Praktikum merupakan pembelajaran yang terstruktur da terjadwal yang
memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan pengelaman secara nyata. Dalam
rangka meningkatkan pemahaman siswa tentanng teori atau agar siswa menguasai
keterampilan tertentu yang berkaitan dengan suatu pengetahuan atau suatu mata
pelajaran. Praktikum pengajaran memiliki tujuan untuk mendapat kesempatan dalam
menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang didapat dalam teori
sehingga tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Hasmiati, 2017: 5). Praktikum
merupakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan
untuk menguji dan mengaplikasikan teori dengan menggunakan fasilitas laboratorium
maupun di luar laboratorium (Khamidah & Aprilia, 2014).
Djamarah dalam (Ariningsih, Nawawi, & Hartono, 2014) juga menjelaskan
bahwa dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian melalui proses
praktikum pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan bertahan lebih lama dengan
melakukan percobaan sendiri dari pada pengetahuan yang didapatkan dari buku mau
pun informasi yang diberikan oleh orang lain.
Zahara T. (2015) modul praktikum adalah salah satu bahan ajar yang berfungsi
sebagai sarana pembelajran yang mencakup kegiatan-kegiatan praktikum yang
disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu tanpa atau dengan bantuan
guru.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa modul praktikum
adalah seperangkat bahan ajar yang digunakan sebgai alat bantu saat kegiatan
praktikum atau kegiatan peserta didik dalam mebgaplikasikan teori yang diajarkan
oleh pendidik baik di dalam atau di luar laboratorium yang disusub secara sitematis.
2. Fungsi, tujuan, dan kegunaan modul
Prastowo (2015:107) Modul memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri
tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.
2. Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai bahan ajar yang harus
mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh
peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka.
3. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul peserta didik dituntut untuk
dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang
telah dipelajari. Dengan demikian modul juga sebagai alat evaluasi.
4. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena modul
mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul
juga memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul menurut Prastowo (2015:108)
ialah: 1. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan
pendidik,
2. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan
pembelajaran, 3. Melatih kejujuran peserta didik,
4. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik. Bagi
peserta didik yang kecepatann belajarnya tinggi, maka mereka dapat belajar lebih
cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula. Sebaliknya, bagi yang
lambat, maka mereka dipersilahkan untuk mengulanginya kembali, dan
5. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang
telah dipelajari.
Menurut Andriani (Prastowo, 2015:109) kegunaan modul dalam proses
pembelajaran antara lain sebagai penyedia informasi dasar, karena dalam modul
disajikan berbagai materi pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai
bahan instruksi atau petunjuk bagi peserta didik, serta sebagai bahan pelengkap
dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Di samping itu, kegunaan lainnya adalah
menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk
berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian sendiri.
3. Karakteristik modul
Ilham Anwar (2010) Karakteristik Modul Modul pembelajaran merupakan salah
satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik secara mandiri. Modul
yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan
kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Karakteristik modul
pembelajaran sebagai berikut :
a. Self instructional, Peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain
b. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang
dipelajari terdapat didalam satu modul utuh
c. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau
tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain
d. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi
e. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab
bersahabat/akrab dengan pemakainya
f. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
4. struktur modul
Untuk membuat suatu modul yang baik, maka satu hal penting yang harus kita lakukan
adalah mengenali unsur-unsurnya. Prastowo (2015:112) Modul paling tidak harus berisikan tujuh
unsur, yakni judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,
latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja (LK),dan evaluasi. Disamping struktur modul
seperti itu, ada struktur modul lain yang dikemukakan oleh pakar, yaitu Surahman. Surahman
(dalam Prastowo, 2015:113) modul dapat disusun dalam struktur sebagai berikut:
1. Judul Modul
2. Kompetensi Dasar
3. Indikator Pencapaian
7. Materi
8. Evaluasi
5. Kelebihan dan Kekurangan Modul
1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang
dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana
siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.
4. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang
akademik.
Tjipto (1992:72), juga mengungkapkan beberapa hal yang memberatkan belajar dengan
menggunakan modul, yaitu :
2. Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera
mungkin.
Kelayakan modul ini dikembangkan berdasarkan aturan dalam Badan Standar nasional
Pendidikan (BSNP, 2014) yang terdiri atas:
a) cakupan materi yaitu kelengkapan materi, keluasan materi dan kedalaman materi
dalam modul;
a) teknik penyajian yaitu konsistensi sistematika sajian dalam bab, kelogisan penyajian,
keruntutan penyajian, koherensi, dan keseimbangan substansi antar bab/sub bab;
b) pendukung penyajian materi yaitu kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi,
advance organizer (pembangkit motivasi belajar), soal latihan di setiap bab, peta konsep di setiap
awal bab, rangkuman di setiap akhir bab, soal latihan dalam akhir bab, kunci jawaban pada akhir
buku, rujukan untuk tabel, gambar, dan lampiran;
d) kelengkapan penyajian merupakan urutan dalam penulisan modul yang terdiri atas,
pendahuluan, daftar isi, glosarium, daftar pustaka, dan indeks.
b) keterbacaan merupakan pemilihan bahasa yang komunikatif sehingga tidak asing bagi
peserta didik dan pesan berupa materi ajar dapat dipahami dengan mudah;
e) koherensi dan keruntutan alur pikir merupakan keruntutan dan keterkaitan isi antar
bab/sub bab/kalimat/alinea;
a) ukuran buku merupakan kesesuaian ukuran modul dengan standar ISO yaitu A4 (210 x
297mm) atau B5 (176 x 250mm);
b) desain kulit buku meliputi penataan unsur tata letak pada cover muka, belakang dan
punggung memiliki kesatuan, ukuran unsur tata letak proporsional dengan ukuran buku, warna
unsur tata letak harmonis dan memperjelas materi fungsi, serta warna yang memiliki kontras
yang baik;
c) desain isi buku meliputi penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola,
pemisahan antar paragraf jelas, serta kesesuaian spasi teks dan ilustrasi.
2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hokum atau prinsip;
8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hokum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam
struktur kogntifnya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka langkah pendekatan saintifik yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu mengamati (Pengumpulan data dengan malakukan
pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti), menanya (Pengajuan pertanyaan
mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait objek pengamatan), mengumpulkan data
(pengumpulan data/informasi dari kegiatan mengamati dan menanya), mengasosiasi (mengkaji
lebih luas dan lebih dalam informasi yang telah diperoleh serta mengidentifikasi hubungannya
dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari), dan mengomunikasikan (Penyampaian hasil
diskusi terkati objek pengamatan untuk mendapatkan kebenaran dan konfirmasi dari pendidik).
C. Materi Fungi
D. Kerangka Berfikir
Masalah :
Harapan :
Solusi :
18 Ilham Anwar, Pengembanga Bahan Ajar Bahan Kuliah Online, (Bandung: Direktori
UPI, 2010), hal. 19
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press,
2014), hlm 17.