Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biologi merupakan ilmu sains yang memiliki kajian yang luas dan terdiri dari
berbagai macam konsep di alam. Belajar biologi berkaitan erat dengan pembelajaran
secara sistematis, sehingga pada pembelajaran biologi tidak hanya pembelajarn dengan
pengumpulan mengenai konsep, fakta maupun prinsip saja, melainkan suatu proses
observasi dan penemuan.
Menurut Hamid hamdani, Proses pembelajaran perlu direncanakan agar
pelaksanaanya berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang diharapkan. Setiap
perencanaan selalu berkenaan dengan pemikiran segala sesuatu yang akan dilakukan. Isi
perencanaan adalah mengatur dan menetapkan unsur-unsur pemebelajaran, seperti tujuan,
bahan atau isi, metode, alat dan sumber, serta penilaian. Melaksanakan proses belajar
mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. (2013:188-189).
Dalam kegitan ini, pendidik perlu dituntut untuk mampu meninkatkan keaktifan peserta
didik, menentukan metode yang tepat sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru
harus mengambil keptusan atas dasar penilaian yang tepat.
Proses pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga perlu
dilakukan praktikum di luar kelas yang tujuanya untuk menguji teori-teori yang telah
dipelajari. Namun terakadang sarana prasarana dan keterbatasan waktu membuat
praktikum tidak dilaksanakan dan kurang efektif untuk dilakukan. Pembelajaran biologi
terutama pembelajaran mata kuliah biologi umum merupakan pembelajaran yang
membutuhkan praktikum yang bertujuan untuk mengembangkaan keterampilan dalam
melakukan eksperimen. Praktikum biologi umum merupakan praktikum yang indentik
dengan pengamatan makhluk hidup dengan menggunakan alat dan bahan yang mudah
didapatkan di lingkungan sekitar.
Menurut Maya Ektryana Waluyo Pelaksanaan praktikum tentunya membutuhkan
panduan praktikum. Pentingnya panduan praktikum antara lain bisa menjadi sumber
belajar penunjang pembelajaran saat eksperimen., dapat meningkatkan ketertarikan
peserta didik dalam kegiatan praktikum, peserta didik mengetahui cara kerja untuk
melakukan praktikum dan peserta didik mampu mengetahui sistematika dalam
pembuatan laporan praktikum (2014:678). Dengan adanya panduan praktikum
diharapkan dapat mempermudah peserta didik dalam melakukan pengamatan.
Pada kegiatan proses pembelajaran masa kini, peserta didik dituntut untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga peserta didik dapat mengeksplorasi
pengetahuanya. Hal ini sesuai dengan pendekatan scientific approach. Menurut Rusman
(2015), pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada peserta didik secara luas untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi
materi yang dipelajari, di samping itu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh
pendidik. Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah untuk
mengembangkan karakter peserta didik. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan
berpikir peserta didik sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap
masalah yang dihadapinya dan memiliki hasil belajar yang tinggi. Menurut Hosnan
(2014) pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada
siswa; 2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum
atau prinsip; 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dan; 4)
Dapat mengembangkan karakter siswa. Menurut Hosnan (2014) Prinsip pendekatan
Saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah Pembelajaran berpusat pada siswa,
Pembelajaran membentuk students self concept, Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, Pembelajaran mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa, Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar
siswa dan motivasi mengajar guru, Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi, Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan
prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Pembelajaran di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang Prodi
Pendidikan Biologi telah menggunakan pendekatan pembelajaran scientific approach
terutama pada mata kuliah biologi umum. Praktikum bertujuan selain termasuk dalam
salah satu pengaplikasian pendekatan scientific approach, juga mampu mengambangkan
keterampilan mahasiswa dalam melakukan pengamatan atau observasi. Akan tetapi
berdasarkan hasil wawancara dari mahasiswa prodi pendidikan biologi sejumlah 15 orang
dan dosen pengampu mata kuliah biologi umum. Pada pembelajaran mata kuliah biologi
umum, kurang efektif dilaksanakan dikarenakan keterbatasan alat dan bahan untuk
praktikum dan tidak adanya panduan praktikum sebagai petunjuk untuk melakukan
praktikum dan penyusunan laporan praktikum.
Berdasarkan permasalahan dan hasil wawancara diatas, maka diperlukan panduan
praktikum untuk membantu mlahasiswa dalam melakukan praktikum meskipun alat dan
bahan tidak memadai. Pada penelitian ini penulis memilih modul praktikum berbasis
scientific approach yang diharapkan utnuk kedepanya dapat membantu mahasiswa dalam
meningkatkan keterampilan praktikum mahasiswa, membantu pendidik untuk
meningjatkan prmahaman mahasiswa dengan terhadap materi fungi dengan keterbatasan
sumber, alat dan bahan praktikum, serta dapat meningkatan kemampuan berpikir
mahasiswa terutama pada materi fungi melalui latihan soal yang terdapat di daalam
modul praktikum ebrbasis scientific approach materi fungi ini.
Materi fungi lebih sulit dimengerti oleh mahasiswa dibandingkan dengan materi
lainya pada mata kuliah biologi umum. Karena untuk mempelajari dan melakukan
praktium pada materi ini memerlukan berbagai alat dan bahan yang salah satunya terdiri
dari jamur dengan berbagai jenis. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi dalam proses
pembelajaran dan praktikum pada materi ini agar pembelajaran dan praktikum bisa
dilakukan meskipun dengan keterbatasan alat dan bahan praktikum. Hal ini dapat
terwujud dengan menampilkan gambar-gambar, panduan praktikum serta latihan soal dari
berbagai spesies jamur yang disajikan di dalam modul praktikum berbasis scientific
approach ini.
Pembelajaran di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang prodi biologi
mata kuliah biologi umum materi fungi telah menerapkan pendekatan scientific approach
dalam kegiatan pembelajaranya. Hanya saja dikarenakan keterbatasan alat dan bahan
praktikum dan pendidik belum bisa mengumpulkan berbagai spesies jamur agar
mahasiswa dapat mengamati langsung berbagai macam spesiess jamur, sehingga belum
bisa malakukan kegiatan praktikum. Dengan adanya berbagai macam permasalahan
tersebut, penulis memandang perlu melakukan penelitian “Pengembangan Modul
Praktikum Berbasis Scientific Approach Materi Fungi di Universitas KH. Abdul Wahab
Hasbullah Jombang”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelayakan modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi di
Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berdasarkan validasi ahli materi?
2. Bagaimana kelayakan modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi di
Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berdasarkan validasi ahli media?
3. Bagaimana respon mahasiswa terhadap modul praktikum berbasis scientific approach
materi fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang yang akan
dikembangkan?

C. Tujuan Pengembangan
1. Mendeskripsikan kelayakan modul praktikum berbasis scientific approach materi
fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berdasarkan validasi ahli
materi.
2. Mendiskripsikan kelayakan modul praktikum berbasis scientific approach materi
fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang berdasarkan validasi ahli
media.
3. Mendiskripsikan respon mahasiswa terhadap modul praktikum berbasis scientific
approach materi fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang yang
akan dikembangkan.

D. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan


1. Spesifikasi Teknis
a. Produk yang dikembangkan berupa modul praktikum berbasis scientific approach
materi fungi di Universitas KH. Abdul Wahab Hasbullah Jombang
b. Ukuran dari modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi ini
berukuran 21 cm x 29,7 cm, menggunakan font jenis Comic Saints MS dan Times
New Roman, margin normal dengan ukuran spasi 1,5 dan dicetak menggunakan
kertas Q 80 gram.
2. Spesifikasi Substantif
a. Modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi memuat komptensi isi
(KI), Kompetensi dasar (KD), dan pencapaian indicator kompetensi.
b. Modul berbasis scientific approach materi fungi berisi gambar asli hasil
pengamatan dan keterangan sebagai pendukung materi.
c. Modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi ini sesuai dengan
standar kelayakan BSNP yaitu :
a) Halaman judul
b) Kata pengantar
c) Daftar isi
d) Petunjuk penggunaan modul
e) Peta konsep
f) Pengantar materi
g) Materi yang berisi penjelasan mengenai fungi
h) Kegiatan berbasis pendekatan scientific approach
i) Daftar Pustaka

E. Pentingnya Pengembangan
Hasil dari pengembangan modul praktikum berbasis scientific approach diharapkan dapat
memberikan manfaat secara teoritis dan praktis
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapakan dapat mampu menambah wawasan dan
pengembangan media untuk membantu dalam kegiatan praktikum bagi
kampus terutama prodi pendidikan biologi.
b. Modul ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
c. Bermanfaat sebagai panduan praktikum dan pengetahuan umum dengan
manfaat dan metode pendekatan yang berbeda.
2. Manfaat Praktis
a. Dosen Pengampu
1) Dapat membantu dosen pengampu dalam kegiatan praktikum
dengan megatasi terbatasnya alat dan bahan praktikum kepada
mahasiswa mengenai materi fungi.
2) Sebagai panduan praktikum bagi dosen pengampu dalam kegiatan
praktikum mata kuliah biologi umum.

b. Mahasiswa
1) Dapat membantu memudahkan mahasiswa untuk memahami materi
fungi.
2) Sebagai panduan praktikum materi fungi.
c. Kampus
1) Modul praktikum yang dikembangkan memberikan inspirasi untuk
mengembangkan modul praktikum berbasis scientific approach materi
khamir khususnya mata kuliah biologi umum.
2) Modul yang dikembangkan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembangan praktikum
selanjutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

F. Asumsi dan Keterbasan Pengembangan


Asumsi dalam penelitian pengembangan ini adalah :
1. Modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi layak dipergunakan untuk
panduan praktikum materi fungi.
2. Modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi menarik dikarenakan selain
berbasis scientific approach juga dapar menambah wawasan mahasiswa terhadap materi
fungi.
Penelitian dan pengembangan modul praktikum berbasis approach materi fungi
ini dibatasi oleh beberapa masalah, antara lain:
1. Materi yang disajikan dalam modul praktikum berbasis scientific approach ini dibatasi
pada materi fungi……………………………mata kuliah biologi umum.
2. Materi fungi yang di kembangkan terdiri dari sub materi struktur fungi, macam-macam
fungi, dan contoh-contoh fungi.
3. Kriteria modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi ini meliputi
komponen materi, gambar, serta latihan soal.

G. Definisi Istilah dan Definisi Operasional


1. Modul praktikum berbasis scientific approach adalah alat bantu dalam proses
praktikum dimana dapat membuat mahasiswa lebih bisa mengaplikasikan kegiatan
praktikum dengan keterbatasan alat dan bahan dan membuat mahasiswa mampu
mengobservasi serta meenjelaskan hasil pengamatanya.
2. Materi yang digunakan dalam modul praktikum berbasis scientific approach adalah
materi fungi yang meliputi struktur tubuh fungi, macam-macam fungi, contoh fungi
serta latihan soal terkait materi dan praktikum fungi. Modul praktikum berbasis
scientific approach materi fungi merupakan modul berukuran 21 cm x 29,7 cm,
menggunakan font jenis Comic Saints MS dan Times New Roman, margin normal
dengan ukuran spasi 1,5 dan dicetak menggunakan kertas Q 80 gram. Modul berbasis
scientific approach materi fungi berisi gambar asli hasil pengamatan dan keterangan
sebagai pendukung materi.
Modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi ini sesuai dengan
standar kelayakan BSNP yaitu :
a. Halaman judul
b. Kata pengantar
c. Daftar isi
d. Petunjuk penggunaan modul
e. Peta konsep
f. Pengantar materi
g. Materi yang berisi penjelasan mengenai struktur tubuh fungi
h. Materi yang berisi penjelasan mengenai Macam-macam fungi
i. Materi yang berisi penjelasan mengenai contoh-contoh fungi
j. Kegiatan berbasis pendekatan scientific approach
k. Daftar Pustaka
3. Modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi di Universitas KH. Abdul
Wahab Hasbullah Jombang dinyatakan layak menurut validator apabila mempperoleh
skor minimal 75.
4. Modul praktikum berbasis scientific approach materi fungi di Universitas KH. Abdul
Wahab Hasbullah Jombang mendapatkan respon baik jika mendapatkan skor 75.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengembangan Bahan ajar Modul

1. Pengertian Modul Praktikum

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik
tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar,7 seperti buku teks, handout, lembar kerja siswa,
modul dan lain sebagainya. Istilah lain menyebutkan bahwa bahan ajar merupakan
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.(Kurniawati, Ika : 2015)
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain
secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu
mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya, sedangkan
menurut Lestari (2013:1)
Andi Prastowo (2014) dalam bukunya yang berjudul Panduan Kreatif Membuat
Bahan Ajar Inovatif disebutkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik
informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaah implementasi
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
adalah alat pembelajaran berisi metode, materi dan batasan-batasan yang disusun
secara sistematis dan digunakan dalam proses pembelajaran.
Andri Praswoto (2014) Jenis-jenis Bahan Ajar Bahan ajar menurut bentuknya
dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar dengar, bahan
ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif. 1) Bahan ajar cetak merupakan
sejumlah bahan ajar yang berbentuk kertas untuk keperluan pembelajaran atau untuk
menyampaikan sebuah informasi. Misalnya buku, modul, handout, lembar kerja
siswa, brosur, foto atau gambar, dan lain-lain. 2) Bahan ajar dengar atau program
audio merupakan sistem pembelajaran yang menggunakan sinyal radio secara
langsung, yang mana dapat dimainkan atau didengarkan oleh seseorang atau
sekelompok orang. Mislanya kaset, radio, compact disk audio. 3) Bahan ajar pandang
dengar (audiovisual) merupakan kombinasi sinyal audio dengan gambar bergerak
secara sekuensial. Misalnya film, video compact disk. 4) Bahan ajar interaktif yakni
kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video)
yang kemudian dimanipulasi oleh penggunanya atau diberi perlakuan untuk
mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari suatu presentasi. Misalnya
compact disk interactive.
Modul merupakan bahan ajar berbentuk cetak yang digunakan dalam proses
pembelajaran sebagai media dan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, agar peserta
didik lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan oleh
pendidik.
Prastowo (2013) menyebutkan bahwa modul merupakan sebuah bahan ajar yang
disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang dapat dengan mudah
dipahami oleh siswa serta dapat dipelajari secara mandiri tanpa membutuhkan
fasilitator dan modul juga dapat digunakan sesuai dengan kecepatan belajar siswa.
Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar mereka
dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik (Andi
Prastowo, 2012: 106).
Daryanto (2013: 1), modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas
secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar
dengan terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai materi
belajar, dan evaluasi.
Praktikum merupakan pembelajaran yang terstruktur da terjadwal yang
memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan pengelaman secara nyata. Dalam
rangka meningkatkan pemahaman siswa tentanng teori atau agar siswa menguasai
keterampilan tertentu yang berkaitan dengan suatu pengetahuan atau suatu mata
pelajaran. Praktikum pengajaran memiliki tujuan untuk mendapat kesempatan dalam
menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang didapat dalam teori
sehingga tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Hasmiati, 2017: 5). Praktikum
merupakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan
untuk menguji dan mengaplikasikan teori dengan menggunakan fasilitas laboratorium
maupun di luar laboratorium (Khamidah & Aprilia, 2014).
Djamarah dalam (Ariningsih, Nawawi, & Hartono, 2014) juga menjelaskan
bahwa dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian melalui proses
praktikum pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan bertahan lebih lama dengan
melakukan percobaan sendiri dari pada pengetahuan yang didapatkan dari buku mau
pun informasi yang diberikan oleh orang lain.
Zahara T. (2015) modul praktikum adalah salah satu bahan ajar yang berfungsi
sebagai sarana pembelajran yang mencakup kegiatan-kegiatan praktikum yang
disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu tanpa atau dengan bantuan
guru.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa modul praktikum
adalah seperangkat bahan ajar yang digunakan sebgai alat bantu saat kegiatan
praktikum atau kegiatan peserta didik dalam mebgaplikasikan teori yang diajarkan
oleh pendidik baik di dalam atau di luar laboratorium yang disusub secara sitematis.
2. Fungsi, tujuan, dan kegunaan modul
Prastowo (2015:107) Modul memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri
tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.
2. Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai bahan ajar yang harus
mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh
peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka.
3. Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul peserta didik dituntut untuk
dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang
telah dipelajari. Dengan demikian modul juga sebagai alat evaluasi.
4. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena modul
mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka modul
juga memilih fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.
Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul menurut Prastowo (2015:108)
ialah: 1. Agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan
pendidik,
2. Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan
pembelajaran, 3. Melatih kejujuran peserta didik,
4. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik. Bagi
peserta didik yang kecepatann belajarnya tinggi, maka mereka dapat belajar lebih
cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula. Sebaliknya, bagi yang
lambat, maka mereka dipersilahkan untuk mengulanginya kembali, dan
5. Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang
telah dipelajari.
Menurut Andriani (Prastowo, 2015:109) kegunaan modul dalam proses
pembelajaran antara lain sebagai penyedia informasi dasar, karena dalam modul
disajikan berbagai materi pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai
bahan instruksi atau petunjuk bagi peserta didik, serta sebagai bahan pelengkap
dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Di samping itu, kegunaan lainnya adalah
menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk
berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian sendiri.

3. Karakteristik modul
Ilham Anwar (2010) Karakteristik Modul Modul pembelajaran merupakan salah
satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik secara mandiri. Modul
yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan
kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Karakteristik modul
pembelajaran sebagai berikut :
a. Self instructional, Peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain
b. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang
dipelajari terdapat didalam satu modul utuh
c. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau
tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain
d. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi
e. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab
bersahabat/akrab dengan pemakainya
f. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.

4. struktur modul

Untuk membuat suatu modul yang baik, maka satu hal penting yang harus kita lakukan
adalah mengenali unsur-unsurnya. Prastowo (2015:112) Modul paling tidak harus berisikan tujuh
unsur, yakni judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,
latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja (LK),dan evaluasi. Disamping struktur modul
seperti itu, ada struktur modul lain yang dikemukakan oleh pakar, yaitu Surahman. Surahman
(dalam Prastowo, 2015:113) modul dapat disusun dalam struktur sebagai berikut:

1. Judul Modul

2. Kompetensi Dasar

3. Indikator Pencapaian

4. Referensi (diisi petunjuk tentang buku-buku referensi yang dipergunakan)

5. Strategi Pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang dipergunakan dalam


proses pembelajaran)

6. Lembar Kegiatan Pembelajaran

7. Materi

8. Evaluasi
5. Kelebihan dan Kekurangan Modul

Santyasa (Suryaningsih, 2010:31), menyebutkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari


pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang
dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana
siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.

3. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

4. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang
akademik.

Tjipto (1992:72), juga mengungkapkan beberapa hal yang memberatkan belajar dengan
menggunakan modul, yaitu :

1. Kegiatan belajar memerlukan organisasi yang baik

2. Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera
mungkin.

6. Standar kelayakan modul menurut BSNP

Kelayakan modul ini dikembangkan berdasarkan aturan dalam Badan Standar nasional
Pendidikan (BSNP, 2014) yang terdiri atas:

1) Komponen kelayakan isi meliputi:

a) cakupan materi yaitu kelengkapan materi, keluasan materi dan kedalaman materi
dalam modul;

b) akurasi materi merupakan akurasi fakta, akurasi kosep/hukum/teori dan akurasi


prosedur/metode;

c) kemutakhiran dan kontekstual merupakan keterkinian dengan perkembangan ilmu,


keterkinian/ketermasaan fitur (contoh-contoh), dan memberikan contoh-contoh nyata dalam
lingkungan keseharian;
d) ketaatan pada hukum dan perundang-undangan merupakan bentuk ketaatan terhadap
hukum yang berlaku di Indonesia dimana dalam modul memuat hasil karya asli peneliti dan tidak
memuat unsur SARA;

e) keterampilan merupakan pengembangan aspek keterampilan yang terkandung dalam


Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar baik berupa aplikasi kegiatan 5M (Mengamati,
Menanya, Mencoba, Mengasosiasikan dan Mengkomunikasikan.

2) Komponen kelayakan penyajian. Yang terdiri atas:

a) teknik penyajian yaitu konsistensi sistematika sajian dalam bab, kelogisan penyajian,
keruntutan penyajian, koherensi, dan keseimbangan substansi antar bab/sub bab;

b) pendukung penyajian materi yaitu kesesuaian dan ketepatan ilustrasi dengan materi,
advance organizer (pembangkit motivasi belajar), soal latihan di setiap bab, peta konsep di setiap
awal bab, rangkuman di setiap akhir bab, soal latihan dalam akhir bab, kunci jawaban pada akhir
buku, rujukan untuk tabel, gambar, dan lampiran;

c) penyajian pembelajaran yaitu keterlibatan aktif peserta didik, komunikasi interaktif


seolah-olah peserta didik berkomunikasi dengan penulis buku, pendekatan ilmiah untuk
merangsang kedalaman berpikir, serta terdapat variasi berupa gambar atau tabel dalam
penyajian;

d) kelengkapan penyajian merupakan urutan dalam penulisan modul yang terdiri atas,
pendahuluan, daftar isi, glosarium, daftar pustaka, dan indeks.

3) Komponen kelayakan kebahasaan yang terdiri atas:

a) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik merupakan kesesuaian bahasa dengan


perkembangan berpikir peserta didik sehingga mudah untuk dipahami;

b) keterbacaan merupakan pemilihan bahasa yang komunikatif sehingga tidak asing bagi
peserta didik dan pesan berupa materi ajar dapat dipahami dengan mudah;

c) kemampuan memotivasi meliputi pemilihan bahasa yang dapat membuat kemampuan


memotivasi peserta didik dan kemampuan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis;
d) kelugasan meliputi pemilihan bahasa yang memperhatikan ketepatan struktur kalimat
dan kebakuan istilah;

e) koherensi dan keruntutan alur pikir merupakan keruntutan dan keterkaitan isi antar
bab/sub bab/kalimat/alinea;

f) kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia merupakan ketepatan pemilihan bahasa


dengan tata bahasa dan ejaan sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD);

g) penggunaan istilah dan simbol/lambang merupakan konsistensi penggunaan istilah,


simbol/lambang serta ketepatan dalam penulisan kalimat yang menggunakan nama ilmiah
maupun yang menggunakan bahasa asing.

4) Komponen kelayakan kegrafikaan:

a) ukuran buku merupakan kesesuaian ukuran modul dengan standar ISO yaitu A4 (210 x
297mm) atau B5 (176 x 250mm);

b) desain kulit buku meliputi penataan unsur tata letak pada cover muka, belakang dan
punggung memiliki kesatuan, ukuran unsur tata letak proporsional dengan ukuran buku, warna
unsur tata letak harmonis dan memperjelas materi fungsi, serta warna yang memiliki kontras
yang baik;

c) desain isi buku meliputi penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola,
pemisahan antar paragraf jelas, serta kesesuaian spasi teks dan ilustrasi.

B. Pendekatan Scientific Approach


1. Pengertian Pendekatan Scientific Approach
Ilmu pengetahuan bersifat obyektif dan universal berdasarkan fakta. Fakta dapat berubah
seiring dengan berjalannya waktu sehingga ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan
berubah jika ada fakta baru (Hohenberg, 2010). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar pebelajar secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Karar & Yenice, 2012).
Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik
secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati,
merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan (M. Hosnan,
2014 :34). Pembelajaran sains dengan pendekatan saintifik berarti melatihkan keterampilan
proses sains yang memfasilitasi pebelajar untuk memahami sains sebagaimana sains ditemukan
dan mendorong pebelajar untuk menciptakan informasi ilmiah melalui penelitian ilmiahnya
(Karar & Yenice, 2012).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
scientific (scientific approach) adalah proses pembelajaran peserta didik untuk memahami sains
untuk menciptakan informasi ilmiah melalui peneitian imiah dengan menggunakan metode
ilmiah.
2. Tujuan Pembelajaran dengan pendekatan saintific (Acientific Approach)
Tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain untuk meningkatkan
kemampuan berpikir peserta didik, membentuk kemampuan dalam menyelesaikan masalah
secara sistematik, menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta didik merasa bahwa
belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide,
meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan mengembangkan karakter peserta didik.
Pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran memiliki prinsip antara lain berpusat
pada peserta didik, membentuk students self concept, terhindar dari verbalisme (mengurangi
banyaknya guru dalam berbicara), memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep; prinsip; atau hukum, mendorong peningkatan
kemampuan berpikir peserta didik, meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan motivasi
guru untuk mengajar, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih kemampuan
berkomunikasi, serta adanya proses validasi konsep; hukum; dan prinsip yang telah dikonstruk
oleh peserta didik dalam struktur kognitifnya (M. Hosnan, 2014: 34-37).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik digunakan proses pembelajaran
bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik dan mengembangkan
karakter peserta didik.
3. Karakteristik dan Prinsip Pendekatan Scientific
Pembelajaran dengan menggunakan pedekatan scientific memiliki karakteristik dan prinsip.
Menurut Hosnan (2014:36) pendekatan scientific memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa;

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hokum atau prinsip;

3) Melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan


intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa;

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

Selain karakteristik, Hosnan (2014:37) juga menyebutkan prinsip-prinsip pembelajaran dengan


pendekatan scientific yaitu:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa;

2) Pembelajaran membentuk students self concept;

3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme;

4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan


mengakomodasi konsep, hokum, dan prinsip;

5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa;

6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru;

7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi;

8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hokum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam
struktur kogntifnya.

4. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi mengamati


(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), mengolah data atau informasi
dilanjutkan dengan menganalisis; menalar (associating); dan menyimpulkan, menyajikan data atau
informasi (mengomunikasikan), dan menciptakan serta membentuk jaringan (networking). Langkah-
langkah tersebut dapat diringkas menjadi 5 langkah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah
data, dan mengomunikasikan. Berikut adalah penjelasannya: a) Mengamati (Observing) Mengamati
adalah proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik yang mengedepankan pengamatan langsung
pada objek penelitian secara sistematik. Tujuan pengamatan ini adalah untuk mendapatkan fakta
berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan peserta didik.
Selain itu, dengan kegiatan mengamati diharapkan proses pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna
bagi peserta didik. Kegiatan mengamati diharapkan dapat melatih kompetensi kesungguhan, ketelitian,
dan mencari informasi. b) Menanya (Questioning) Menanya merupakan kegiatan mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang sedang diamati atau untuk menambah
informasi tentang objek pengamatan (dari pertanyaan faktual hingga hipotetik). Kegiatan menanya
diharapkan dapat mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Kegiatan
menanya merupakan kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir
peserta didik. Pertanyaan yang muncul menjadi dasar untuk mencari informasi lebih lanjut. c)
Mengumpulkan Informasi Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan lanjutan dari menanya.
Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber, pengamatan, atau melakukan percobaan.
Kompetensi yang diharapkan dapat mengembang melalui kegiatan ini yaitu sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara, mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat. d)
Mengasosiasi/Mengolah Informasi/Menalar Kegiatan mengasosiasi merupakan kegiatan mengumpulkan
informasi, fakta maupun ide-ide yang telah diperoleh dari kegiatan mengamati, menanya, maupun
mencoba untuk selanjutnya diolah. Pengolahan informasi merupakan kegiatan untuk memperluas dan
memperdalam informasi yang diperoleh sampai mencari solusi dari berbagai sumber. Sedangkan dalam
kegiatan menalar, peserta didik menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam
kehidupan seharihari. Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ini yaitu sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam menyimpulkan. e) Mengomunikasikan Kegiatan mengomunikasikan merupakan
kegiatan yang mana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa yang
telah dipelajari baik dengan cara ditulis maupun diceritakan. Melalui kegiatan ini, maka guru dapat
memberikam konfirmasi jika ada kesalahan pemahaman peserta didik. Kompetensi yang diharapkan
dapat berkembang dari kegiatan ini adalah sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan kemampuan berbahasa
yang baik dan benar (M. Hosnan, 2014: 37-76). Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
menurut Hosnan dapat disajikan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Kegiatan Aktivitas Belajar


Mengamati (Observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar,
menyimak (tanpa dan dengan alat)
Menanya (Questioning) Mengajukan pertanyaan dari yang faktual smapai yang
bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru
sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)
Mengumpulkan data (Experimenting) Menentukan data yang diperlukan pertanyaan yang
diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen,
buku, eksperimen), mengumpulkan data
Mengasosiasi (Associating) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan
dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured-uni
structure-multistructure-complicated structure
Mengkomunikasian Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk
lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media
lainya.
Sumber : M. Hosnan (2014:39)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka langkah pendekatan saintifik yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu mengamati (Pengumpulan data dengan malakukan
pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti), menanya (Pengajuan pertanyaan
mengenai hal-hal yang belum dimengerti terkait objek pengamatan), mengumpulkan data
(pengumpulan data/informasi dari kegiatan mengamati dan menanya), mengasosiasi (mengkaji
lebih luas dan lebih dalam informasi yang telah diperoleh serta mengidentifikasi hubungannya
dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari), dan mengomunikasikan (Penyampaian hasil
diskusi terkati objek pengamatan untuk mendapatkan kebenaran dan konfirmasi dari pendidik).

C. Materi Fungi
D. Kerangka Berfikir
Masalah :
Harapan :
Solusi :

18 Ilham Anwar, Pengembanga Bahan Ajar Bahan Kuliah Online, (Bandung: Direktori
UPI, 2010), hal. 19

Ika Kurniawati, Modul Pelatihan Pengembangan Bahan Belajar, 2015, hlm. 1,


(http://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id), diakses tanggal 10 November 2015

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press,
2014), hlm 17.

Anda mungkin juga menyukai