Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERAWATAN LUKA

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keterampilan klinik Praktik
kebidanan

Disusun Oleh :

Rubi Gani Agustin

P20624119026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

JURUSAN KEBIDANAN

2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam mari kita
panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga atas nikmat dan karunia-Nya
kami diberi kelancaran dalam penyusunan makalah dengan judul Perawatan Luka
yang berisi tentang pengertian luka, jenis-jenis luka dan perawatannya sampai
pada cara menjahit luka.

Makalah ini telah kami buat dengan semaksimal mungkin, namun


demikian mungkin saja terdapat kesalahan disana-sini baik dari segi pembahasan
maupun teknik penulisan.

Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis meminta maaf kepada semua pihak
yang berkesempatan membaca makalah ini.

Hal yang paling mendasar bagi kami dalam penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Klinik Praktik
Kebidanan.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Santi Yulianti, SST., M.Keb sebagai dosen mata kuliah Keterampilan
Klinik Praktik Kebidanan atas bimbingan dan arahannya.
2. Rekan-rekan yang telah saling bekerja sama dalam penyusunan makalah
ini.

Harapan penulis mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis


sendiri juga bagi siapa saja yang memerlukan konsep tentang bagaimana tata cara
pemberian obat melalui mata.

Tasikmalaya, 23 Maret 2020

Penyusun

2
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
2.1. Pengertian................................................................................................7
2.2. Jenis – Jenis Luka....................................................................................7
2.2.1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka............................................7
2.2.2. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka......................................7
2.2.3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka...........................................8
2.3. Proses Penyembuhan Luka....................................................................9
2.3.1. Fase Inflamasi....................................................................................9
2.3.2. Fase Proliferatif..................................................................................9
2.3.3. Fase Maturasi...................................................................................10
2.4. Prinsip Penyembuhan Luka.................................................................10
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka.............................10
2.6. Masalah atau Komplikasi Pada Luka.................................................12
2.7. Perawatan Luka....................................................................................13
2.7.1. Pengertian.........................................................................................13
2.7.2. Tujuan Perawatan Luka...................................................................13
2.7.3. Persiapan Alat..................................................................................14
2.7.4. Cara Kerja........................................................................................14
2.8. Penjahitan Luka dan Panduannya......................................................15
2.8.1. Simple Intrupted Suture ( Jahitan terputus )....................................15
2.8.2. Running Suture / Simple Continues Suture ( Jahitan jelujur ).........16
2.8.3. Running Locked Suture ( Jahitan pengunci )...................................17

3
2.8.4. Subcuticuler Continues Suture ( Jahitan Subkutis ).........................18
2.8.5. Mattress Suture ( Matras vertikal dan horizontal )..........................19
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................22
3.1. Kesimpulan............................................................................................22
3.2. Saran.......................................................................................................22
Daftar Pustaka......................................................................................................23

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan luka merupakan bagian dari ilmu kedokteran dan


keperawatan yang telah memperoleh banyak perhatian sejak dahulu.
Berkat perkembangan sejarah perawatan luka yang sudah lama berjalan
dan karena pandangan – pandangan yang baik dan berkembang terus
dalam perawatan luka, maka tidak ada standar metode dalam perawatan
luka dan sering kali juga tidak ada standar metode perawatan luka yang
dikembangkan secara tersendiri, karena alasan berikut :
1. Besarnya rasa malu karena mempunyai luka
2. Adanya tujuan yang berbeda dari suatu perawatan luka

Dalam makalah ini, penyusun akan membahas tentang pengertian


luka, jenis-jenis luka, perawatan luka, faktor – faktor yang mempengaruhi,
masalah pada luka, dan metode menjahit luka.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian luka ?


2. Apa jenis-jenis luka ?
3. Bagaimana proses penyembuhan luka ?
4. Apa saja prinsip penyembuhan luka ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka ?
6. Apa saja masalah yang terjadi pada luka ?
7. Bagaimana perawatan luka ?
8. Bagaimana panduan penjahitan luka ?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai penyusun melalui makalah ini antara


lain :

1. Mengetahui pengertian suatu luka


2. Mengetahui jenis-jenis luka
3. Menjelaskan proses penyembuhan luka
4. Menyebutkan primsip, faktor, yang mempengaruhi penyembuhan
luka
5. Menyebutkan masalah atau komplikasi pada luka

5
6. Menjelaskan proses perawatan luka
7. Menjelaskan jenis dan panduan penjahitan luka

6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian

Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau


hilangnya sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai
kemungkinan penyebab seperti trauma benda tajam, benda tumpul, akibat
perubahan suhu baik panas maupun dingin, akibat paparan zat kimia
tertentu, akibat ledakan, gigitan hewan, sengatan listrik maupun penyebab
lainnya.

2.2. Jenis – Jenis Luka

2.2.1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka

2.2.1.1. Luka Bersih ( Clean Wounds )


Luka bersih adalah luka bedah tidak terinfksi yang mana
luka tersebut tidak terjadi proses peradangan ( inflamasi )
dan juga infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinaria tidak terjadi.

2.2.1.2. Luka Bersih Terkontaminasi ( Clean-contamined Wounds )


Jenis Luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran
respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalama
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.

2.2.1.3. Luka Terkontaminasi ( Contamined Wounds )


Luka terkontaminasi adalah luka terbubka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna.

2.2.1.4. Luka Kotor atau Infeksi ( Dirty or Infected Wounds )


Luka kotor atau infeksi adalah terdapatnya mikroorganisme
pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi
pada luka jenis ini akan semakin besar dengan adanya
mikroorganisme tersebut.

7
2.2.2. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka

2.2.2.1. Stadium 1
Luka Supersial ( Non- Blanching Erithema ). Luka jenis ini
adalah luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

2.2.2.2. Stadium 2
Luka “Partial Thicknss”. Luka jenis ini adalah hilangnya
lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari
dermis merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis
seperti abrasi, blister atau lubangnya yang dangkal.

2.2.2.3. Stadium 3
Luka “Full Thickness”. Luka jenis ini adalah hilangnya
kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul
secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau
tanpa merusak jaringan sekitarnya.

2.2.2.4. Stadium 4
Luka “Full Thickness”. Luka jenis ini adalah luka yang
telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya destruksi atau kerusakan yang luas.

2.2.3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka

2.2.3.1. Luka Akut


Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan
sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan
penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan.
Contoh : luka sayat, luka bakar, luka tusuk, luka jahit, skin
grafting.

2.2.3.2. Luka Kronis


Luka kronis adalah jenis luka yang mengalami kegagalan
dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen
dan endogen. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada
waktu yang dierkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi

8
dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh : Ulkus
dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar, dll.

2.3. Proses Penyembuhan Luka

Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu


yang harus dilakukan adalah tindakan debridement. Debridement brtujuan
untuk membuat luka menjadi bersih sehingga mengurangi kontaminasi
pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. Proses penyembuhan
mencakup beberapa fase, yaitu :

2.3.1. Fase Inflamasi

Fase ini terjadi segea setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari.


Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan
pagositosis. Hemostasis ( penghentian perdarahan ) akibat fase
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh
darah, endapan fibrin ( menghubungkan jaringan ) dan
bembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah di bentuk
oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi
kerangka bagi pengambilan sel. Scab ( keropeng ) juga dibentuk
dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu
hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme.
Dibawah scab epithelia sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel
membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan
mencegah masuknya mikroorganisme.
Fase inflamasi juga memerlukan pembuluh darah dan
respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing
dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan
membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlikan pada proses
penyembuhan. Pada akhirnya luka tampak merah dan sedikit
bengkak.
Selama sel berpindah lekosit ( terutama neutropil )
berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh
makrofag yang keluar dari monosit selama kurang lebih 24 jam
setelah cidera. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel
debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga
mengeluarkan faktor angiogenesis ( AGF ) yang merangsang
pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan
AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan respon
inflamasi ini sangat penting bagi proses penyembuhan.

9
2.3.2. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke 3 atau 4 sampai hari
ke 21 setelah pembedahan. Fibroblast ( menghubungkan sel-sel
jaringan ) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama
setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan
permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama
waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis
irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran
darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka
membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan
perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan
yang lunak dan mudah pecah.

2.3.3. Fase Maturasi

Fase maturasi dimulai hari ke 21 dan berakhir 1-2 tahun


setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen
menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat.
Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan
garis putih.

2.4. Prinsip Penyembuhan Luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor


( 1997 ) yaitu :
2.4.1. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi
oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum ksehatan setiap orang.
2.4.2. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap
dijaga.
2.4.3. Respon tubuh secara sistemik pada trauma
2.4.4. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
2.4.5. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis
pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme
2.4.6. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda
asing tubuh termasuk bakteri.

10
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

2.5.1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada


orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis,
penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah.

2.5.2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada


tubuh. Klien membutuhkan diit kaya protein, karbohidrat, lemak,
vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka
setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena
supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

2.5.3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber


penyebab infeksi.

2.5.4. Sirkulasi ( hipovolmia ) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan


luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak
( yang memiliki sedikit pembuluh darah ). Pada orang yang gemuk
penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit
menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran
darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer., hipertensi, atau
gangguan pernapasan kronik pada perokok.

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan


vasokonstriksi dan menurunnya ketersdiaan oksigen dan nutrisi
untuk penyembuhan luka.

2.5.5. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada


luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam
sirkulasi. Tetapi jika trdapat bekuan yang besar hal tersebut

11
memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.

2.5.6. Benda Asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan


menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut
diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit, yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut
dengan nanah.

2.5.7. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat


penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi
dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka
terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

2.5.8. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan


peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk kedalam sel.
Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori
tubuh.

2.5.9. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan


efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat dapat gagal
untuk menyatu.

2.5.10. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin


dan anti neoplasmik mempengaruhi pnyembuhan luka.
Penggunaan antibiotik,yang lama dapat membuat seseorang rentan
terhadap infeksi luka.

2.6. Masalah atau Komplikasi Pada Luka

2.6.1. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma,


selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi

12
sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya
berupa infeksi termasuk adanya perulent, peningkatan drainase,
nyeeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan
suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2.6.2. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan,


sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh
darah oleh benda asing ( seperti drain ). Hipovolemia mungkin
tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan ( dan luka dibawah balutan
) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebih terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan.
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diprlukan.

2.6.3. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang


paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial
atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
irisan. Sejumlah faktor meliputi kegemukan, kurang nutrisi,
multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah
operasi sebelum kolagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence
dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan
steril yang lebar, kompres dengan normal salin. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

2.7. Perawatan Luka

2.7.1. Pengertian

Merawat luka untuk mencegah trauma ( injury ) pada kulit,


membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya
trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit.

2.7.2. Tujuan Perawatan Luka

2.7.2.1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam


Kulit
2.7.2.2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

13
2.7.2.3. Mempercepat penyembuhan
2.7.2.4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
2.7.2.5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
2.7.2.6. Mencegah perdarahan
2.7.2.7. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.

2.7.3. Persiapan Alat

2.7.3.1. Pembungkus
2.7.3.2. Kapas atau kasa
2.7.3.3. Tempat untuk larutan
2.7.3.4. Larutan anti septic
2.7.3.5. 2 pasang pinset
2.7.3.6. Gaas untuk menutup luka
2.7.3.7. Gunting
2.7.3.8. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
2.7.3.9. Plester atau alat pengaman balutan
2.7.3.10. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
2.7.3.11. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester.

2.7.4. Cara Kerja

2.7.4.1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan.


Jawab pertanyaan pasien.
2.7.4.2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak
2.7.4.3. Jaga privasi
2.7.4.4. Atur posisi pasien senyaman mungkin
2.7.4.5. Dekatkan tempat sampah
2.7.4.6. Angkat plester atau pembalut
2.7.4.7. Tarik plester dari kulit dengan hati-hati kearah luka
2.7.4.8. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu
2.7.4.9. Keluarkan balutan atau surgipad dengan sarung tangan
2.7.4.10. Buang balutan
2.7.4.11. Buka set steril
2.7.4.12. Tempatkan pembungkus steril di samping luka
2.7.4.13. Angkat balutan dengan pinset dan hati-hati
2.7.4.14. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset,
satu untuk mengangkat gaas satu untuk memegang drain
2.7.4.15. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan
keadaan luka

14
2.7.4.16. Buang kantong plastik. Untuk menghindari kontaminasi
ujung pinset dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah
memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril
2.7.4.17. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau
arteri dan kapas dilembabkan dengan anti septik, lalu
letakkan pinset ujungnya lebih rendah daripada
pegangannya.
2.7.4.18. Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari
insisi ke arah drain, dari atas ke bawah, dari tengah keluar,
bersihkan drain setelah insisi.
2.7.4.19. Ulangi pembersihan sampai semua draine terangkat
2.7.4.20. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka
2.7.4.21. Gunakan salut balutan atau plester
2.7.4.22. Kembalikan posisi klien
2.7.4.23. Bersihkan alat
2.7.4.24. Cuci tangan
2.7.4.25. Dokumentasi

2.8. Penjahitan Luka dan Panduannya

2.8.1. Simple Intrupted Suture ( Jahitan terputus )

Tenik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan


apabila tidak ada teknik penjahitan lain yang memungkinkan untuk
diterapkan. Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah.
Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau
bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak
karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan
juga untuk jahitan situasi. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak
kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah benang
putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila jahitan ditempat
yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk
mengerjakannya.

Teknik jahitan dilakukan sebagai berikut :

a. Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi


luka dan kulit sisi lainnya. Kemudian keluar pada
kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua
b. Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit
sisi kedua secara tipis, menyebrangi luka dan

15
dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang
pertama
c. Dibuat simpul dan benang diikat.

2.8.2. Running Suture / Simple Continues Suture ( Jahitan jelujur )

Jahitan jelujur menempatkan simpul hanya pada ujung-


ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul
terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini sangat
sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunannya pada jaringan ikat yang longgar, dan sebaiknya
tidak dipakai untuk menjahit kulit.

16
Teknik jahitan jelujur dilakukan sebagai berikut :

a. Diawali dengan menempatkan simpul 1 cm diatas


puncak luka yang terikat tetapi tidak dipotong
b. Serangkaian jahitan sederhana ditempatkan
berturut-turut tanpa mengikatkan atau memotong
bahan jahitan setelah melalui satu simpul
c. Spasi jahitan dan ketegangan harus merata,
sepanjang garis jahitan
d. Setelah selesai pada ujung luka, maka dilakukan
pengikatan pada sampul terakhir pada akhi garis
jahitan
e. Simpul diikat diantara ujung ekor dari benang yang
keluar dari luka/penempatan jahitan trakhir.

2.8.3. Running Locked Suture ( Jahitan pengunci )

Jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan jelujur


biasa, dikenal sebagai stitch bisbol karena penampilan akhir ari
garis jahitan berjalan terkunci. Teknik ini biasa digunakan untuk
menutup peritoneum. Teknik jahitan ini dikunci bukan disimpul,
dengan simpul pertama dan terakhir dari jahitan jelujur terkunci
adalah terikat.

Cara melakukan penjahitan teknik ini hampir sama dengan


teknik jahitan jelujur, bedanya pada jahitan jelujur terkunci

17
dilakukan dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,
sebelum beralih ketusukan berikutnya.

2.8.4. Subcuticuler Continues Suture ( Jahitan Subkutis )

Jahitan subkutis dilakukan untuk luka pada daerah yang


memerlukan kosmetik, untuk menyatukan jaringan dermis atau
kulit. Teknik ini tidak dapat diterapkan untuk jaringan luka dengan
tegangan besar.

Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah


jaringan dermis sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung
benang yang terletak di dekat kedua ujung luka. Hasil akhir pada
teknik ini berupa satu garis saja. Teknik ini dilakukan dengan
sebagai berikut :

a. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung


luka keluar di daerah dermis kulit salah satu dari
tepi luka
b. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis
kulit sisi yang lain, secara bergantian terus menerus
sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian
dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang
lain
c. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri
kulit pada kedua sisi secara parallel di sepanjang
luka tersebut.

18
2.8.5. Mattress Suture ( Matras vertikal dan horizontal )

Jahitan matras ini dibagi menjadi dua, yaitu matras vertical


dan matras horizontal. Prinsip teknik penjahitan ini sama, yang
berbeda adalah hasil akhir tampilan permukaan. Teknik ini sangat
berguna dalam memaksimalkan eversi luka, mengurangi ruang

19
mati, dan mengurangi ketegangan luka. Namun, salah satu
kelemahan teknik penjahitan ini adalah penggarisan silang. Resiko
penggarisan silang lebih besar karena peningkatan ketegangan di
seluruh luka dan masuknya 4 dan exit point dari jahitan di kulit.

Teknik jahitan matras vertical dilakukan dengan menjahit


secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan
menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuuhan
luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan
ini.

Teknik jahitan matras horizontal dilakukan dengan


penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Keuntungannya adalah memberikan hasil jahitan yang kuat.

Waktu yang dianjurkan untuk menghilangkan benang ini


adalah 5-7 hari ( sebelum pembentukan epitel trek jahit selesai )
untuk mengurangi risiko jaringan parut. Penggunaan bantalan
padda luka, dapat meminimalkan pencekikan jaringan ketika luka
membengkak dalam menanggapi edema pasca operasi.
Menempatkan atau mengambil tusukan pada setiap jahitan secara
tepat dan simetris sangat penting dalam teknik jahitan ini.

20
21
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Luka adalah suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan atau


hilangnya sebagian jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai
kemungkinan penyebab. Jenis luka dibagikan berdasar tingkat
kontaminasi, kedalaman dan luasnya, dan berdasarkan waktu
penyembuhannya. Proses penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi,
fase poliferatf dan fase maturasi. Proses penyembuhan luka sangat
bergantung pada prinsip dan faktor yang mempengaruhi yang mana juga
akan mempengaruhi hasil dari perawatan luka yang dijalani. Ada beberapa
luka yang memerlukan penjahitan, berupa jahitan terputus, jahitan jelujur,
jahitan pngunci, jahitan subkutan dan jahitan matras.

3.2. Saran

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat


menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan
penulis kepada pembaca semua agar bersedia memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun.

22
Daftar Pustaka

Htpps://oshigita.wordpress.com/2013/05/10/teknik-penjahitan-luka/

Htpps://www.alomedika.com/tindakan-medis/bedah-minor/teknik-penjahitan-
kulit/teknik

Htpps://www.academia.edu/37934744/FASE_PENYEMBUHAN_LUKA

Htpps://www.academia.edu/10579365/LUKA_DAN_PERAWATANNYA

Htpps://www.academia.edu/36289442/MAKALAH_LUKA

23

Anda mungkin juga menyukai