Anda di halaman 1dari 6

A.

PENGERTIAN OBSTIPASI

Obstipasi berasal dari bahasa latin ob berarti perjalanan dan stipare yang berarti menekan. Secara istilah
obstipasi adalah bentuk konstipasi 27 parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan
feses dalam usus (adanya obstruksi usus).

Secara umum, obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah
kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan
frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran
feses selama 3 hari/lebih.

Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan
mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium
dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidah terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi.

Akan tetapi, harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi
yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya
gangguan feses karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini
masih dikatakan normal.

Menurut data WHO, keluhan obstipasi dapat terjadi pada segala usia dari bayi sampai orang tua. pada
bayi angka kejadian ini bisa mencapai 30-40% yang dapat mengalami masalah dengan keluhan obstipasi
ini. Di Indonesia sendiri angka insidennya belum ada yang menjelaskan secara nominal tanpa melihat
etiologinya, sedangkan berdasarkan etiologi obstipasi parsial didapatkan 10-15% dari seluruh kejadian
obstipasi. angka kejadian obstipasi pada bayi berdasarkan penyebabnya memiliki frekuensi yang
berbeda-beda berdasarkan keadaan yang mendasarinya.

B. JENIS-JENIS OBSTIPASI

-Obstipasi Total

Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum
yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.

-Obstipasi Parsial

Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari, tetapi kemudian dapat
mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat dari pada obstruksi total.
C. PENYEBAB OBSTIPASI

1. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus.

2. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intra
abdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.

3. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung
air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung
polisakarida atau serat.

4. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak
melakukan gerakan peristaltik.

D. TANDA DAN GEJALA OBSTIPASI

1. Tanda dan gejala obstipasi disebabkan oleh:

Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak
mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.

2. Sakit dan kejang pada perut.

3. Bayi sering menangis.

4. Susah tidur dan gelisah.

5. Kadang-kadang muntah.

6. Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).

7. Bayi susah/tidak mau menyusui.

8. Bising usus yang janggal.

E. PATOFISIOLOGI OBSTIPASI

Pada keadan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong, kecuali bila ada refleks masa dari
kolon yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut
memberikan stimulasi pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan adanya stimulasi pada arkus
aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.

Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut:

-Asupan cairan yang banyak.

-Kegiatan fisik dan mental.

-Jumlah asupan makanan berserat.

Keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan eletrolit diabsorbsi
melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari
bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan
dinding rektum dan merangsang defekasi. Apabila bayi tidak mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat,
produksi dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh
gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus-meneerus dab feses menjadi
semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkab bayi
tidak bisa BAB dan akan menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka.

Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan
lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan.Bahan makanan berserat sangat
dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran
cerna menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkab obstipasi.

F. DIAGNOSA OBSTIPASI

Obstipasi didiagnosa melalui cara:

1. Anamnesis

Riwayat penyakit difokuskan pada gangguan untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk
menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih
dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.

Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang
penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur
darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.

Anamnesis juga digunakan untuk Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik
feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesis
ditujukan untuk menggali lebih dalam akan riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut,
dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang
kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah
ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon. Obstruksi usus pada fase lanjut tidak
terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau
tidak.

Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid.Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur)
untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan
gambaran tentang isi rectum.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah ; Pemeriksaan
Hb, pemeriksaan urine dan pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.

4. Pencitraan

Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays, dengan atau tanpa bahan kontras.Pencitraan untuk melihat
apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon
dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk
menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.

5. Pemeriksaan Laboratorium

Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan


elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat
neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan
mennetukan sebab obstipasi.
G. PENANGANAN OBSTIPASI

Penatalaksanan yang dilakukan adalah:

1. Mencari penyebab obstipasi.

2. Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan,
dan psikis.

3. Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali
kebiasaan defekasi. Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak
zaitun, obat-obatan.

4. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah-buahan
dan sayur-sayuran.

5. Diet pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa.

6. Pada obstruksi parsial, dapat diberikan makanan cair dan obat-obat oral.

7. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.

8. Peningkatan intake cairan.

9. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.

10. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa diberi 1 sendok
teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari.

11. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan.

12. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus aprikot,buah prem
kering atau prem.

13. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,kacang
polong,sereal,keripik graham,buncis dan bayam.

14. Perawatan medis

Resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi
parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya
sakit.

15. Operasi
Mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi dan untuk mencegah perforasi usus akibat
tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgen untuk dilakukan tindakan segera dimana
jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan perforasi usus, karena terdapat peningkanan tekanan
feses yang besar.

Referensi:

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC

2. http://dasatisnaasyari.blogspot.com/2011/06/patologi-konstipasi-dan-obstipasi.html

Anda mungkin juga menyukai