Isi Fix Kampus
Isi Fix Kampus
Oleh:
F1D314025
Disetujui:
Dosen Pembimbing
NIP. 195807091987011000
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, laporan Magang yang berjudul “ Perbandingan Hasil Koreksi Variasi
Harian (diurnal) Geomagnet Dengan Menggunakan Metode Polynomial dan
Metode Looping” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini terdapat
kesalahan – kesalahan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan kerja praktek ini
dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i
ABSTRAK.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
1.3 Manfaat............................................................................................... 2
II. METODE PELAKSANAAN........................................................................3
2.1. Waktu Pelaksaan Kerja Praktek...........................................................3
2.2. Lokasi Kerja Praktek............................................................................3
2.3. Bidang atau Unit Kerja........................................................................3
II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA................................................................4
3.1 Sejarah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika...............................4
3.2 Struktur Organisasi Lembaga..............................................................5
3.3 Kegiatan Umum Lembaga.........................................................................6
III. PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK............................................................7
4.1 Topik Kerja Praktek.............................................................................7
4.2 Permasalahan......................................................................................7
4.3 Pembahasan dan Solusi.......................................................................7
V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................15
5.1 Kesimpulan.......................................................................................15
5.2 Saran................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16
LAMPIRAN....................................................................................................... 17
Lampiran 1. Peta Geologi Daerah Penelitian.................................................17
Lampiran 2. Peta Wilayah Kerja....................................................................18
Lampiran 3. Dokumentasi Kerja Praktek......................................................19
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
I. PENDAHULUAN
1
variasi harian dengan metode yang baik agar mendapatkan hasil pengukuran
variasi medan magnet bumi sesungguhnya.
1.2 Tujuan
I.3 Manfaat
2
II. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan Kerja
2
Praktek
Konsultasi dan
3 Pembuatan Laporan
Tertulis
3
Gambar 1. Peta Lokasi Kantor BMKG
4
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi
tersebut dipecah menjadi dua: di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang
berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk
melayani kepentingan, Angkatan Udara. di Jakarta dibentuk Jawatan
Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum Tenaga.
Pada tahun 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih
oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika
yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia, kedudukan instansi
tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan Negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi
Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk
sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological
Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi
Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya
menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di
bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikan
menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan
Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002,
struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan
Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen. Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang
REPUBLIK Indonesia Nomor 31 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono. Sebagai organisasi yang bertugas di antaranya melakukan
pengamatan cuaca, BMKG mempunyai 5 Balai Wilayah, yakni BBMKG Wilayah I
Medan, BBMKG Wilayah II Ciputat, BBMKG Wilayah III Denpasar, BBMKG
Wilayah IV Ujung Pandang dan BBMKG Wilayah V Jayapura.
5
3.2 Struktur Organisasi Lembaga
6
8. Pelaksanaan tugas dan kegiatan umum tersebut diimplementasikan
melalui penyediaan jasa guna mendukung keselamatan penerbangan
dan pelayaran, penanggulangan bencana alam, pengendalian
pencemaran udara, pembangunan pertanian dan pengadaan pangan,
dan lain-lain.
7
III. PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
IV.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang dihadapi pada saat melakukan kerja
praktek adalah bagaimana melakukan pengkoreksian data variasi medan
magnet harian (diurnal) dengan hasil yang baik. Permasalahan tersebut muncul
dikarenakan adanya aktivitas matahari pada siang hari yang menyebabkan
terionisasinya elektron-elektron di atmosfir, sehingga muncul medan magnet
sekunder yang terdeteksi oleh sensor alat.
Data base dan data rover merupakan data awal yang didapatkan setelah
melakukan akuisisi geomagnet, dimana data base berguna untuk melakukan
8
koreksi variasi harian atau diurnal. Metode yang digunakan dalam koreksi
harian pada pelaksanaan kerja praktek di BMKG adalah metode polynomial
yang menggunakan data base dan metode looping yang hanya menggunakan
data rover saja, selanjutnya dari hasil koreksi diurnal dengan menggunakan
kedua metode tersebut dilakukan perbandingan untuk mendapatkan hasil
koreksi yang lebih baik agar hasil pengolahan nantinya mudah
diinterpretasikan.
9
Persamaan diatas kemudian digunakan pada data rover untuk
menghitung koreksi variasi harian. Dimana nilai “x” merupakan nilai waktu
perekaman data rover yang telah dikoreksi terhadap waktu pada perekaman
data di base.
10
Nilai variasi harian dengan metode looping dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut ini:
(t n−t 0 )
Tvh = (t x −t 0 )
×(F x −F 0) (2)
Dimana,
tn : Waktu pengambilan data rover ke-n
t0 : Waktu pengambilan data titik pertama
tx : Waktu pengambilan data titik terakhir
F0 : Nilai medan magnet titik pertama
Fx : Nilai medan magnet titik terakhir
11
Proses selanjutnya adalah melakukan pembuatan grid dari hasil
perhitungan nilai anomali magnet total, proses ini dilakukan menggunakan
software Oasis Montaj 8.3.3
12
anomali magnet antara -596 nT sampai 352.1 nT. Berdasarkan dari peta
tersebut dapat dilihat bahwa anomali tinggi berada pada daerah dengan arah
Timur-Tenggara dan daerah dengan anomali rendah berada pada arah Barat.
Sedangkan hasil peta anomali magnet total menggunakan perhitungan
variasi harian dengan metode looping (Gambar 8) memiliki rentang nilai anomali
magnet yang tidak terlalu berbeda dengan metode sebelumnya yaitu berkisar
antara -566 nT sampai 490.8 nT. Hasil sebaran anomali pada peta ini juga
serupa dengan sebaran anomali pada metode polynomial.
Kedua hasil tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena
memiliki hasil sebaran anomali yang sama, tetapi hasil sebaran anomali dengan
metode polynomial memiliki sebaran anomali yang lebih teliti disetiap titiknya
dibandingkan dengan metode looping. Hal ini disebabkan karena metode
polynomial menggunakan data base sebagai pengkoreksi nilai variasi harian.
Selain itu metode ini juga melakukan proses smoothing yang menyebabkan
hasilnya lebih baik dibandingkan dengan metode looping yang hanya
menggunakan pengikatan data awal dan akhir hasil akuisisi di lapangan tidak
melakukan perekaman data di base.
Proses selanjutnya pada tahap pengerjaan kerja praktik ini adalah
proses filtering. Filter yang digunakan pada pengolahan data ini adalah Reduksi
ke kutub dan kontinuasi ke atas. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara
membuat sudut inklinasi benda menjadi 90o dan deklinasinya 0o. Hal ini
dilakukan karena pada kutub magnetik arah dari medan magnet bumi ke
bawah dan arah dari induksi magnetisasinya ke bawah juga. Data hasil dari
reduksi ke kutub ini sudah dapat dilakukan interpretasi kualitatif.
Metode reduksi ke kutub magnetik bumi dapat mengurangi salah satu
tahap yang rumit dari proses interpratasi, dimana anomali medan magnetik
menunjukkan langsung posisi bendanya. Proses transformasi reduksi ke kutub
dilakukan dengan mengubah arah magnetisasi dan medan utama dalam arah
vertikal, tetapi masih disebabkan oleh sumber yang sama.
Bentuk anomali magnetik bergantung pada bentuk dan distribusi masa
bagaimana diilustrasikan dengan distribusi densitas batuan (ρ). Berbeda
dengan anomali gravitasi, anomali magnetik lebih kompak. Hal ini dikarenakan
oleh bentuk anomali magnetik tidak hanya bergantung pada bentuk bodi
batuan dan kerentanan magnet (k), tetapi juga bergantung pada arah
kemagnetan dan arah medan regional daerah target.
Pada proses filtering penulis menggunakan hasil peta anomali magnet
total dengan metode polynomial saja karena memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan metode looping.
13
Gambar 10. Peta Hasil Filter Reduksi Ke Kutub Metode Polynomial.
Gambar 11. Hasil Filter Kontinuasi Ke Atas Dilihat Dari Arah Barat Daya.
14
lebih jauh dari sumber anomali. Kontinuitas ke atas dilakukan terhadap data
anomali medan magnet total di bidang datar. Tujuan dari kontinuitas ke atas ini
adalah untuk menghilangkan pengaruh lokal yang masih terdapat pada data
dan mencari pengaruh dari anomali regionalnya. Semakin tinggi kontinuitas
data, maka informasi lokal semakin hilang dan informasi regional semakin jelas.
Pada umumnya proses kontinuitas ke atas dilakukan untuk menggabungkan
data survei yang terukur dengan ketinggian berbeda, sehingga mampu
mentransformasi data tersebut pada permukaan yang lebih konsisten.
Hasil filter kontinuasi ke atas menunjukkan bahwa anomali tinggi pada
bagian tengah daerah observasi merupakan anomali lokal yang disebabkan oleh
suatu benda yang memiliki sifat kemagnetan yang cukup baik di permukaan.
Berdasarkan hasil filter kontinuasi ke atas pada kedalaman kurang lebih 5
meter anomali sudah tidak ditemukan, respon yang sama juga ditemukan pada
kedalaman 100 meter.
Anomali regional pada daerah observasi menunjukkan bahwa daerah
tersebut merupakan daerah yang memiliki anomali magnetik yang cenderung
rendah dan merupakan daerah yang tenang dari pengaruh anomali. Hal
tersebut juga dibuktikan pada peta geologi (Lampiran 1) daerah observasi
dengan batuan penyusunnya yang didominasi oleh material vulkanik yang pada
umumnya tersusun atas mineral glass yang memiliki nilai kerentanan magnet
yang rendah.
Berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi dapat dikatakan bahwa
daerah tersebut merupakan lokasi yang strategis untuk pembangunan stasiun
geomagnet karena merupakan daerah yang memiliki nilai anomali magnet yang
cenderung rendah.
15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil kerja praktek adalah :
1. Dalam pemrosesan data geomagnet, hal utama yang perlu diperhatikan
yaitu adalah saat melakukan proses koreksi variasi harian atau diurnal
yang digunakan untuk menghilangkan pengaruh medan magnet
eksternal (badai magnet dan matahari).
2. Berdasarkan hasil pemrosesan data geomagnet menggunakan dua
metode koreksi variasi harian yang berbeda, hasil sebaran anomali
dengan metode polynomial memiliki sebaran anomali yang lebih teliti
disetiap titiknya dibandingkan dengan metode looping. Hal ini
disebabkan karena metode polynomial menggunakan data base sebagai
pengkoreksi nilai variasi harian. Selain itu metode ini juga melakukan
proses smoothing yang menyebabkan hasilnya lebih baik dibandingkan
dengan metode looping.
3. Hasil filter reduksi ke kutub pada menunjukkan adanya anomali tinggi
yang terpisah pada bagian tengah dan pada arah Tenggara daerah
observasi. Sedangkan hasil filter kontinuasi ke atas menujukkan bahwa
anomali tinggi pada bagian tengah daerah observasi merupakan anomali
lokal (dangkal).
4. Anomali regional pada daerah observasi menunjukkan bahwa daerah
tersebut merupakan daerah yang memiliki anomali magnetik yang
cenderung rendah dan merupakan daerah yang tenang dari pengaruh
anomali dan merupakan lokasi yang strategis untuk pembangunan
stasiun geomagnet.
V.2 Saran
1. Dalam proses pengolahan koreksi variasi harian dengan menggunakan
metode polynomial sebaiknya memperhatikan bentuk trendline yang
sesuai dengan hasil plotting grafik dalam penentuan orde yang akan
digunakan agar mendapat hasil yang lebih baik.
2. Lebih memperhatikan parameter-parameter yang akan di input seperti
koordinat, waktu, dan nilai bacaan alat agar tidak terjadi kesalahan
pada proses pengolahan data maupun proses gridding hasil.
3. Interpretasi hasil dari proses pengolahan di atas akan lebih akurat jika
diintegrasikan dengan survey geologi untuk memberikan informasi
mengenai geologi daerah tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, A.C., Kusnama, dan Hermanto B., 1998. Peta Geologi Lembar Bogor,
Jawa, skala 1:100.000, edisi kedua. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Telford, W., Geldart, L., & Sheriff, R. (1990). Applied Geophysics Second Edition.
New York: Cambridge University.
17
LAMPIRAN
18
Lampiran 2. Peta Wilayah Kerja
19
Lampiran 3. Dokumentasi Kerja Praktek
20