Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN PENGESAHAN

Perbandingan Hasil Pengolahan Data Variasi Harian (diurnal)


Geomagnet Dengan Menggunakan Metode Polynomial dan
Metode Looping

Oleh:

AHMAD FAKHRI BOBBYBUANA

F1D314025

Disetujui:

Dosen Pembimbing

Drs. H. Nasri MZ, M.Si.

NIP. 195807091987011000

Dekan Ketua Jurusan Teknik Kebumian

Fakultas Sains dan Teknologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Jambi Universitas Jambi

Prof. Drs. Damris M, M.Sc.,Ph.D Ir. Yulia Morsa Said, M.T.

NIP. 196605191991121001 NIP.196207011989021001

i
ABSTRAK

Metoda geomagnetik adalah salah satu metoda eksplorasi geofisika yang


memanfaatkan fenomena kemagnetan bumi untuk memperkirakan struktur
atau kondisi geologi bawah permukaan (subsurface). Variasi harian medan
magnet bumi timbul karena adanya aktivitas matahari yang menyebabkan
terionisasinya elektron-elektron di atmosfir, sehingga muncul medan magnet
sekunder yang terdekteksi oleh sensor alat. Lokasi penelitian berada pada
daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Pengolahan koreksi variasi
harian (diurnal) menggunakan dua metode yang berbeda yaitu metode
polynomial dan metode looping, dan juga dilakukan proses upward continuation
pada beberapa ketinggian untuk menghilangkan anomali yang bersifat lokal dan
filter reduce to pole untuk mempermudah dalam proses interpretasi data.
Berdasarkan hasil pengolahan data koreksi harian dengan kedua metode
diperoleh nilai variasi harian daerah penelitian berkisar antara -6.12 sampai
27.0586 nT dan dapat disimpulkan bahwa metode polynomial merupakan
metode yang lebih baik untuk menentukan nilai diurnal. Sedangkan hasil
proses upward continuation dan filter reduce to pole menunjukan anomali yang
terdapat pada daerah penelitian merupakan anomali lokal (residual). Sehingga
lokasi penelitian dapat dikatakan sebagai daerah bebas anomali,

Kata kunci : diurnal, upward continuation, reduce to pole

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, laporan Magang yang berjudul “ Perbandingan Hasil Koreksi Variasi
Harian (diurnal) Geomagnet Dengan Menggunakan Metode Polynomial dan
Metode Looping” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini terdapat
kesalahan – kesalahan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan kerja praktek ini
dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua.

Jakarta, 26 Februari 2018

Ahmad Fakhri Bobbybuana


F1D314025

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i
ABSTRAK.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
1.3 Manfaat............................................................................................... 2
II. METODE PELAKSANAAN........................................................................3
2.1. Waktu Pelaksaan Kerja Praktek...........................................................3
2.2. Lokasi Kerja Praktek............................................................................3
2.3. Bidang atau Unit Kerja........................................................................3
II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA................................................................4
3.1 Sejarah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika...............................4
3.2 Struktur Organisasi Lembaga..............................................................5
3.3 Kegiatan Umum Lembaga.........................................................................6
III. PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK............................................................7
4.1 Topik Kerja Praktek.............................................................................7
4.2 Permasalahan......................................................................................7
4.3 Pembahasan dan Solusi.......................................................................7
V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................15
5.1 Kesimpulan.......................................................................................15
5.2 Saran................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16
LAMPIRAN....................................................................................................... 17
Lampiran 1. Peta Geologi Daerah Penelitian.................................................17
Lampiran 2. Peta Wilayah Kerja....................................................................18
Lampiran 3. Dokumentasi Kerja Praktek......................................................19

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Lokasi Kantor BMKG............................................................................3


2. Struktur Organisasi BMKG..........................................................................6
3. Diagram Alir Pengolahan Data.....................................................................7
4. Pengolahan data base metode polynomial untuk..........................................8
5. Perhitungan nilai anomali magnet total.......................................................9
6. Skema akuisisi data geomagnet secara looping............................................9
7. Perhitungan nilai variasi harian dengan metode looping............................10
8. Peta anomali magnet total dengan metode polynomial................................11
9. Peta anomali magnet total dengan metode looping.....................................11
10. Peta hasil filter reduksi ke kutub metode polynomial.................................13
11. Hasil filter kontinuasi ke atas....................................................................13

v
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi


menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga
meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran
di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh
batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-
sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun
horisontal. Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara
global yaitu untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk
eksplorasi mineral dan pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala
kecil yaitu untuk aplikasi geoteknik, mitigasi bencana, dan masih banyak lagi.

Metoda geomagnet adalah salah satu metoda eksplorasi geofisika yang


memanfaatkan fenomena kemagnetan bumi untuk memperkirakan struktur
atau kondisi geologi bawah permukaan (subsurface). Medan magnet utama
bumi menginduksi mineral-mineral yang bersifat magnetik yang terdapat pada
formasi batuan tertentu. Hasil pengukuran variasi medan magnet bumi sebagai
fungsi dari posisi (variasi spasial) dapat digunakan memperkirakan daerah-
daerah dimana terdapat formasi batuan yang mengalami induksi magnetik atau
magnetisasi. Metode ini dilakukan berdasarkan pengukuran anomali geomagnet
yang diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas atau permeabilitas
magnetik tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya. Perbedaan permeabilitas
relatif itu diakibatkan oleh perbedaan distribusi mineral ferromagnetic,
paramagnetic, dan diamagnetic.

Variasi harian data geomagnet merupakan variasi medan magnet bumi


yang sebagian besar berasal dari medan magnet luar (external factor). Medan
magnet luar ini berasal dari perputaran arus listrik di ionosfer yang bersumber
dari partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan
fluktuasi arus yang dapat menjadi sumber medan magnet. Sebagaimana
diketahui bahwa pengambilan data geomagnet pada umumnya dilakukan pada
waktu siang hari, sehingga terkena paparan sinar matahari yang mempengaruhi
nilai variasi medan magnet yang terukur,sehingga diperlukan pengkoreksian

1
variasi harian dengan metode yang baik agar mendapatkan hasil pengukuran
variasi medan magnet bumi sesungguhnya.

Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu Badan


Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bertugas salah satunya dalam
pengamatan nilai variasi medan magnet terutama di Indonesia. Berdasarkan hal
tersebut penulis diberi kesempatan melakukan kerja praktek di BMKG dengan
topik “Perbandingan Hasil Koreksi Variasi Harian (diurnal) Geomagnet Dengan
Menggunakan Metode Polynomial dan Metode Looping”.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya kegiatan Kerja Praktek di Badan Meteorologi


Klimatologi dan Geofisika ini adalah sebagai berikut :

1. Mampu mengetahui langkah-langkah pemrosesan data geomagnet


2. Mampu menerapkan dan membandingkan hasil proses koreksi diurnal
dengan metode polynomial dan looping.
3. Mampu melakukan interpretasi data geomagnet berdasarkan hasil
proses Reduce to Pole dan filter Upward Continuation
4. Dapat menentukan daerah bebas anomali untuk penempatan sensor
geomagnet Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

I.3 Manfaat

Manfaat yang didapat dalam kegiatan Kerja Praktek adalah sebagai


berikut :

1. Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.


2. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran maupun bacaan tentang
metode geofisika eksplorasi khususnya dalam lingkungan Program
Studi Teknik Geofisika Universitas Jambi.
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan metode koreksi
variasi harian data geomagnet yang baik.

2
II. METODE PELAKSANAAN

2.1. Waktu Pelaksaan Kerja Praktek

Kegiatan Kerja Praktek dilakukan pada tanggal 29 Januari 2018 sampai


9 Maret 2018 dengan waktu pelaksanaan dimulai pada hari Senin sampai
Jum’at dari pukul 07.00-17.00 WIB.

Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Januari Februari Maret


No
Target Kegiatan
.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur dan


Pengenalan
1                        
Lingkungan Kerja
Praktek

Pelaksanaan Kerja
2        
Praktek

Konsultasi dan
3 Pembuatan Laporan  
Tertulis

2.2. Lokasi Kerja Praktek


Lokasi kegiatan Kerja Praktek ini dilaksanakan di Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan
Tanda Waktu, yang beralamat pada Jl. Angkasa 1 No.2, Gunung Sahari Selatan,
Kemayoran, Gn. Sahari Sel., Kemayoran, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 10610.

3
Gambar 1. Peta Lokasi Kantor BMKG

2.3. Bidang atau Unit Kerja


Adapun bidang dan unit kerja pada pelaksanaan kerja praktek di BMKG
adalah pada Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu.

II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA

3.1 Sejarah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Sejarah pengamatan Meteorologi dan Geofisika di Indonesia dimulai


pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara peorangan
oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya
berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan
cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintahan dengan
nama Magnetischen Meteorologi Observation atau Observatoriun Magnetik dan
Meteorologi dipimpin oleh Dr.Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun
pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi
dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada
tahun 1908 dengan pemasangan komponen horizontal seismograf Wiechert di
Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikan dilaksanakan pada tahun
1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi
dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai
digunakan untuk penerangan pada tahun 1930. Pada masa pendudukan
Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan
geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.

4
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi
tersebut dipecah menjadi dua: di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang
berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk
melayani kepentingan, Angkatan Udara. di Jakarta dibentuk Jawatan
Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum Tenaga.
Pada tahun 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih
oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika
yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia, kedudukan instansi
tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan Negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi
Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk
sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological
Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi
Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya
menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di
bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikan
menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan
Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002,
struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan
Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen. Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang
REPUBLIK Indonesia Nomor 31 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono. Sebagai organisasi yang bertugas di antaranya melakukan
pengamatan cuaca, BMKG mempunyai 5 Balai Wilayah, yakni BBMKG Wilayah I
Medan, BBMKG Wilayah II Ciputat, BBMKG Wilayah III Denpasar, BBMKG
Wilayah IV Ujung Pandang dan BBMKG Wilayah V Jayapura.

5
3.2 Struktur Organisasi Lembaga

Gambar 2. Struktur Organisasi BMKG.

3.3 Kegiatan Umum Lembaga

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Badan Meteorologi dan Geofisika


melakukan kegiatan umum sebagai berikut :

1. Koordinasi pengamatan, pengumpulan, dan penyebaran data,


pengolahan, analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama di
bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
2. Penyusunan rencana dan program kegiatan balai besar.
3. Pelaksanaan riset dan kerjasama, serta pengamatan di bidang
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika.
4. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan prakiraan wilayah serta
penyebaran data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika.
5. Pemasangan, perawatan, kalibrasi dan perbaikan peralatan
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika serta
komunikasi stasiun-stasiun di wilayahnya.
6. Evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan balai.
7. Pelaksanaan urusan administrasi dan kerumahtanggaan balai.

6
8. Pelaksanaan tugas dan kegiatan umum tersebut diimplementasikan
melalui penyediaan jasa guna mendukung keselamatan penerbangan
dan pelayaran, penanggulangan bencana alam, pengendalian
pencemaran udara, pembangunan pertanian dan pengadaan pangan,
dan lain-lain.

7
III. PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

IV.1 Topik Kerja Praktek


Dalam pelaksanaan kerja praktek di Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika, topik yang diambil yaitu Perbandingan Hasil Pengolahan Data Variasi
Harian (diurnal) Geomagnet Dengan Menggunakan Metode Polynomial dan
Metode Looping, nantinya hasil pengolahan data tersebut digunakan untuk
menentukan lokasi strategis proyek pembangunan stasiun geomagnet di daerah
Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

IV.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang dihadapi pada saat melakukan kerja
praktek adalah bagaimana melakukan pengkoreksian data variasi medan
magnet harian (diurnal) dengan hasil yang baik. Permasalahan tersebut muncul
dikarenakan adanya aktivitas matahari pada siang hari yang menyebabkan
terionisasinya elektron-elektron di atmosfir, sehingga muncul medan magnet
sekunder yang terdeteksi oleh sensor alat.

IV.3 Pembahasan dan Solusi

Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data

Data base dan data rover merupakan data awal yang didapatkan setelah
melakukan akuisisi geomagnet, dimana data base berguna untuk melakukan

8
koreksi variasi harian atau diurnal. Metode yang digunakan dalam koreksi
harian pada pelaksanaan kerja praktek di BMKG adalah metode polynomial
yang menggunakan data base dan metode looping yang hanya menggunakan
data rover saja, selanjutnya dari hasil koreksi diurnal dengan menggunakan
kedua metode tersebut dilakukan perbandingan untuk mendapatkan hasil
koreksi yang lebih baik agar hasil pengolahan nantinya mudah
diinterpretasikan.

Gambar 4. Pengolahan Data Base Menggunakan Metode Polynomial Untuk

Mendapatkan Nilai Variasi Harian.

Koreksi diurnal dengan metode polynomial dilakukan dengan cara


membuat grafik dari nilai waktu dan nilai medan magnet yang terukur di base
sebelum dilakukan smoothing. Fungsi dari grafik ini adalah untuk mengetahui
adakah nilai medan magnet yang memiliki noise sangat jelas. Setelah itu
dilakukan proses smoothing terhadap data, untuk menghilangkan pencilan-
pencilan nilai medan magnet pada grafik yang disebabkan oleh noise lokal.
Setelah melakukan proses smoothing, maka didapatkan nilai medan magnet
baru yang telah dihilangkan data-data dengan rentang perbedaan nilai yang
cukup signifikan. Dimana nilai ini digunakan untuk mendapatkan grafik baru.
Pada grafik ini, dilihat trendline dengan tipe polynomial untuk mendapatkan
persamaan polynomial yang akan dijadikan sebagai persamaan untuk mencari
nilai variasi harian atau diurnal. Dengan menggunakan orde 6, didapatkan
persamaan sebagai berikut:

y = 2E-09x6 - 5E-07x5 + 6E-05x4 - 0.0028x3 + 0.056x2 + 0.0365x - 6.1164 (1)

9
Persamaan diatas kemudian digunakan pada data rover untuk
menghitung koreksi variasi harian. Dimana nilai “x” merupakan nilai waktu
perekaman data rover yang telah dikoreksi terhadap waktu pada perekaman
data di base.

Gambar 5. Perhitungan Nilai Anomali Magnet Total Dengan Koreksi Diurnal

Menggunakan Metode Polynomial.

Metode looping digunakan untuk mendapatkan nilai variasi harian


langsung dari data rover. Metode ini biasa dilakukan pada data hasil akuisisi
geomagnet secara looping (ikat) tanpa melakukan perekaman nilai medan
magnet di base. Perhitungan nilai diurnal dengan metode ini dilakukan dengan
melakukan pengikatan antara titik pengambilan pertama dan terakhir. Hal
tersebut dilakukan sebagai pengganti fungsi dari perekaman data di base.

Gambar 6. Skema Akuisisi Data Geomagnet Secara Looping.

10
Nilai variasi harian dengan metode looping dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut ini:

(t n−t 0 )
Tvh = (t x −t 0 )
×(F x −F 0) (2)

Dimana,
tn : Waktu pengambilan data rover ke-n
t0 : Waktu pengambilan data titik pertama
tx : Waktu pengambilan data titik terakhir
F0 : Nilai medan magnet titik pertama
Fx : Nilai medan magnet titik terakhir

Gambar 7. Perhitungan Nilai Variasi Harian Dengan Metode Looping.

Setelah mendapatkan nilai diurnal dilakukan pecarian nilai IGRF


(International Geomagnetic Reference Field) pada daerah penelitian saat
pengambilan data berlangsung. IGRF ini sendiri merupakan sebuah model yang
diupdate setiap lima tahun sekali untuk mengetahui rentang nilai medan
magnet di setiap belahan bumi. Nilai IGRF ini sendiri didapatkan bersamaan
dengan nilai Inklinasi dan Deklinasi. Nilai IGRF pada lokasi saat pengambilan
data dilakukan yaitu sebesar 44810.2557 nT dengan nilai Inklinasi dan
Deklinasi sebesar -31.30651441 dan 0.60894963.
Proses selanjutnya adalah menghitung nilai total anomali magnet yang
didapatkan dengan persamaan berikut:

∆T = Tobs - TIGRF – Tdiurnal (3)

11
Proses selanjutnya adalah melakukan pembuatan grid dari hasil
perhitungan nilai anomali magnet total, proses ini dilakukan menggunakan
software Oasis Montaj 8.3.3

Gambar 8. Peta Anomali Magnet Total Dengan Metode Polynomial.

Gambar 9. Peta Anomali Magnet Total Dengan Metode Looping.

Berdasarkan peta anomali magnet total menggunakan perhitungan


variasi harian dengan metode polynomial (Gambar 8) memiliki rentang nilai

12
anomali magnet antara -596 nT sampai 352.1 nT. Berdasarkan dari peta
tersebut dapat dilihat bahwa anomali tinggi berada pada daerah dengan arah
Timur-Tenggara dan daerah dengan anomali rendah berada pada arah Barat.
Sedangkan hasil peta anomali magnet total menggunakan perhitungan
variasi harian dengan metode looping (Gambar 8) memiliki rentang nilai anomali
magnet yang tidak terlalu berbeda dengan metode sebelumnya yaitu berkisar
antara -566 nT sampai 490.8 nT. Hasil sebaran anomali pada peta ini juga
serupa dengan sebaran anomali pada metode polynomial.
Kedua hasil tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena
memiliki hasil sebaran anomali yang sama, tetapi hasil sebaran anomali dengan
metode polynomial memiliki sebaran anomali yang lebih teliti disetiap titiknya
dibandingkan dengan metode looping. Hal ini disebabkan karena metode
polynomial menggunakan data base sebagai pengkoreksi nilai variasi harian.
Selain itu metode ini juga melakukan proses smoothing yang menyebabkan
hasilnya lebih baik dibandingkan dengan metode looping yang hanya
menggunakan pengikatan data awal dan akhir hasil akuisisi di lapangan tidak
melakukan perekaman data di base.
Proses selanjutnya pada tahap pengerjaan kerja praktik ini adalah
proses filtering. Filter yang digunakan pada pengolahan data ini adalah Reduksi
ke kutub dan kontinuasi ke atas. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara
membuat sudut inklinasi benda menjadi 90o dan deklinasinya 0o. Hal ini
dilakukan karena pada kutub magnetik arah dari medan magnet bumi ke
bawah dan arah dari induksi magnetisasinya ke bawah juga. Data hasil dari
reduksi ke kutub ini sudah dapat dilakukan interpretasi kualitatif.
Metode reduksi ke kutub magnetik bumi dapat mengurangi salah satu
tahap yang rumit dari proses interpratasi, dimana anomali medan magnetik
menunjukkan langsung posisi bendanya. Proses transformasi reduksi ke kutub
dilakukan dengan mengubah arah magnetisasi dan medan utama dalam arah
vertikal, tetapi masih disebabkan oleh sumber yang sama.
Bentuk anomali magnetik bergantung pada bentuk dan distribusi masa
bagaimana diilustrasikan dengan distribusi densitas batuan (ρ). Berbeda
dengan anomali gravitasi, anomali magnetik lebih kompak. Hal ini dikarenakan
oleh bentuk anomali magnetik tidak hanya bergantung pada bentuk bodi
batuan dan kerentanan magnet (k), tetapi juga bergantung pada arah
kemagnetan dan arah medan regional daerah target.
Pada proses filtering penulis menggunakan hasil peta anomali magnet
total dengan metode polynomial saja karena memiliki hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan metode looping.

13
Gambar 10. Peta Hasil Filter Reduksi Ke Kutub Metode Polynomial.

Hasil filter reduksi ke kutub pada Gambar 9. Menunjukkan adanya


anomali tinggi yang terpisah pada bagian tengah daerah observasi dan pada
arah Tenggara daerah observasi. Untuk mengetahui kemenerusan anomali pada
kedalaman tertentu dan juga untuk mengetahui anomali lokal dan regional
maka dilakukan proses pemfilteran selanjutnya yaitu kontinuasi ke atas.

Gambar 11. Hasil Filter Kontinuasi Ke Atas Dilihat Dari Arah Barat Daya.

Kontinuitas ke atas merupakan proses transformasi data medan magnet


yang terukur pada satu permukaan ke permukaan lain yang lebih tinggi atau

14
lebih jauh dari sumber anomali. Kontinuitas ke atas dilakukan terhadap data
anomali medan magnet total di bidang datar. Tujuan dari kontinuitas ke atas ini
adalah untuk menghilangkan pengaruh lokal yang masih terdapat pada data
dan mencari pengaruh dari anomali regionalnya. Semakin tinggi kontinuitas
data, maka informasi lokal semakin hilang dan informasi regional semakin jelas.
Pada umumnya proses kontinuitas ke atas dilakukan untuk menggabungkan
data survei yang terukur dengan ketinggian berbeda, sehingga mampu
mentransformasi data tersebut pada permukaan yang lebih konsisten.
Hasil filter kontinuasi ke atas menunjukkan bahwa anomali tinggi pada
bagian tengah daerah observasi merupakan anomali lokal yang disebabkan oleh
suatu benda yang memiliki sifat kemagnetan yang cukup baik di permukaan.
Berdasarkan hasil filter kontinuasi ke atas pada kedalaman kurang lebih 5
meter anomali sudah tidak ditemukan, respon yang sama juga ditemukan pada
kedalaman 100 meter.
Anomali regional pada daerah observasi menunjukkan bahwa daerah
tersebut merupakan daerah yang memiliki anomali magnetik yang cenderung
rendah dan merupakan daerah yang tenang dari pengaruh anomali. Hal
tersebut juga dibuktikan pada peta geologi (Lampiran 1) daerah observasi
dengan batuan penyusunnya yang didominasi oleh material vulkanik yang pada
umumnya tersusun atas mineral glass yang memiliki nilai kerentanan magnet
yang rendah.
Berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi dapat dikatakan bahwa
daerah tersebut merupakan lokasi yang strategis untuk pembangunan stasiun
geomagnet karena merupakan daerah yang memiliki nilai anomali magnet yang
cenderung rendah.

15
V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil kerja praktek adalah :
1. Dalam pemrosesan data geomagnet, hal utama yang perlu diperhatikan
yaitu adalah saat melakukan proses koreksi variasi harian atau diurnal
yang digunakan untuk menghilangkan pengaruh medan magnet
eksternal (badai magnet dan matahari).
2. Berdasarkan hasil pemrosesan data geomagnet menggunakan dua
metode koreksi variasi harian yang berbeda, hasil sebaran anomali
dengan metode polynomial memiliki sebaran anomali yang lebih teliti
disetiap titiknya dibandingkan dengan metode looping. Hal ini
disebabkan karena metode polynomial menggunakan data base sebagai
pengkoreksi nilai variasi harian. Selain itu metode ini juga melakukan
proses smoothing yang menyebabkan hasilnya lebih baik dibandingkan
dengan metode looping.
3. Hasil filter reduksi ke kutub pada menunjukkan adanya anomali tinggi
yang terpisah pada bagian tengah dan pada arah Tenggara daerah
observasi. Sedangkan hasil filter kontinuasi ke atas menujukkan bahwa
anomali tinggi pada bagian tengah daerah observasi merupakan anomali
lokal (dangkal).
4. Anomali regional pada daerah observasi menunjukkan bahwa daerah
tersebut merupakan daerah yang memiliki anomali magnetik yang
cenderung rendah dan merupakan daerah yang tenang dari pengaruh
anomali dan merupakan lokasi yang strategis untuk pembangunan
stasiun geomagnet.

V.2 Saran
1. Dalam proses pengolahan koreksi variasi harian dengan menggunakan
metode polynomial sebaiknya memperhatikan bentuk trendline yang
sesuai dengan hasil plotting grafik dalam penentuan orde yang akan
digunakan agar mendapat hasil yang lebih baik.
2. Lebih memperhatikan parameter-parameter yang akan di input seperti
koordinat, waktu, dan nilai bacaan alat agar tidak terjadi kesalahan
pada proses pengolahan data maupun proses gridding hasil.
3. Interpretasi hasil dari proses pengolahan di atas akan lebih akurat jika
diintegrasikan dengan survey geologi untuk memberikan informasi
mengenai geologi daerah tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dobrin, M.B., Savit CH., 1988. Introduction to Geophysical Prospecting, edisi 4.


Singapore: Mc Graw Hill.

Efendi, A.C., Kusnama, dan Hermanto B., 1998. Peta Geologi Lembar Bogor,
Jawa, skala 1:100.000, edisi kedua. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.

Lowrie, W. (2007). Fundamental of Geophysics Second Edition. New York:


Cambridge University.

Reynold, J. (1997). An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.


Chichester: John Wiley and Sons.

Rosid, Syamsu., 2008. Geomagnetic Method Lecture Note. Physic Departement,


FMIPA UI: Depok.

Telford, W., Geldart, L., & Sheriff, R. (1990). Applied Geophysics Second Edition.
New York: Cambridge University.

17
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Geologi Daerah Penelitian

(Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung)

18
Lampiran 2. Peta Wilayah Kerja

(Sumber : Google Earth)

19
Lampiran 3. Dokumentasi Kerja Praktek

Presentasi Laporan Kerja


Alat Geomagnetik di Base
Praktek bersama Pembimbing
Station
Teknis

Global Positioning System (GPS) Sensor Proton Magnetometer di


Base Station

Simulasi Pengukuran Data


Simulasi Pengukuran Data
Magnetik di Rover
Magnetik di Base Station

20

Anda mungkin juga menyukai