Anda di halaman 1dari 9

51

2.2.5 mutu ( M5-Marketing )


1. jumlah pasien MRS dalam 3 bulan terakhir di instalasi rawat inap lantai 4 RSUA
surabaya ( Mei - Juli2015 )
Tabel 2.29 jumlah pasien MRS 3 bulan terakhir di instalasi rawat inap lantai 4
RSUA Surabaya pada bulan mei– juli 2015
No. Bulan Jumlah
1 Mei 2015 125 pasien
2 Juni2015 132 pasien
3 Juli2015 139 pasien
Total 396 pasien

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa distribusi pasien terbanyak


selama 3 bulan terakhir didapatkan pada bulan mei yaitu sebanyak 132 pasien
2. Mutu pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap lantai 4 RSUA Surabaya
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di instalasi rawat inap lantai 4
rumah sakit universitas airlangga berdasarkan buku saku sukses akreditasi
rumah sakit universitas airlangga antara lain :
a. peningkatan mutu
upaya peningkatan mutu yang dilakukan di instalasi rawat inap lantai 4
rumah sakit universitas airlangga melalui pengkajian pasien resiko jatuh,
kecemasan, perawatan diri, nyeri, restrain, phlebitis, dekubitus, iSK, IDO, dan
pneumonia. Berdasarkan data yang didapatkan dari komite mutu RSUA,
didapatkan penilaian keselamatan pasien irna lantai 4, yaitu :

Tabel 2.23 penilaian keselamatan pasien di instalasi rawat inap lantai 4


rumah sakit universitas airlangga bulan mei - juli2015
Indikator standar Keselamatan pasien IRNA Lt. 4 RSUA
52

MeiJuniJuli
Angka kejadia 5% 7,49% 8,84% 7,71%
phlebitis
Angka resiko < 1,5% 1,39% 0,96% 0%
dekubitus
Angka kejadian 0% 0% 0% 0%
jatuh
Angka 0% 0% 0% 0,19%
kesalahan
pemberian obat
Angka 25% 0,59% 0,55% 0%
kesalahan
pengambilan
darah
Kepuasan 100% 100% 99,5% 98,16%
pasien

Berdasarakan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 4-


6agtustus2015 terkait upaya peningkatan mutu, didapatkan sebagai berikut :
1). Phlebitis
Berdasarkan data pengkajian resiko jatuh dengan menggunakan morse
fall scale di IRNA Lt. 4 RSUA pada tanggal 4-6agustus2015 sebagai berikut

No. Phlebitis 4 Ags 2015 5 Ags2015 6 Ags 2015


1 Ya - - 3pasien
2 tidak 19 pasien 18 pasien 16 pasien
total 19 pasien 18 pasien 19pasien

Tabel 2.32 penilaian phlebitis pada pasien diIRNA lantai 4 tanggal 4 – 6Agustus
2015
Penilaian phlebitis dilakukan pada tanggal 4-6 agustus 2015 dengan
instrument VIS ( visual infusion score ). Berdasarkan hasil penilaian tersebut, tidak
didapatkan kejadian phlebitis.
2). Dekubitus
53

Table 2.31 kejadian decubitus pada pasien di IRNA lantai4 tanggal 4 -6


agustus 2015
No. Dekubitus 4 agustus 2015 5 Ags2015 6Ags 2015
1 Ya - - -
2 Tidak - - -
Total 0 0 0

Penilaian dekubitus dilakukan pada tanggal 4-6 agustus 2015 dengan


instrument Norton scale. Pasien yang dirawat di instalasi rawat inap lantai 4 rumah
sakit universitas airlangga tidak ada yang mengalami dekubitus, tetapi ada 2 pasien
dengan resiko dekubitus, karena pasien bed rest.
3). Pasien resiko jatuh
Table 2.25 penilaian resiko jatuh pada pasien di IRNA 4 tanggal 4-6 agustus
2015
No Resiko jatuh 4 ags 2015 5Ags2015 6Ags 2015
.
1 Tidak beresiko 14 pasien 13 pasien 13 pasien
2 Resikor ingan 3pasien 3 pasien 2 pasien
3 Resiko sedang 2 Pasien 2 pasien 2 pasien
4 Resiko tinggi - - -
Total 19 pasien 18 pasien 17 pasien
Pengkajian pasien resiko jatuh pada tanggal 4 – 6 agustus 2015 dilakukan
dengan menggunakan format pengkajian morse fallscale untuk pasien dewasa, dan
dumpty scale untuk pasien anak-anak. Jumlah pasien jatuh tidak ada.

4). Kepuasan pasien


Tabel 2.26 penliaian kepuasan pada pasien di IRNA lantai 4 tanggal 4-
6agustus 2015
No. Tingkat kepuasan Jmlah pasien Persentase
1 Sangat puas - -
2 Puas 14 pasien 100%
3 Tidak puas - -
4 Sangat tidak puas - -
Total 14 pasien 100%
54

Penilaian kepuasan pasien terhadap kinerja perawat dilakukan dengan cara


memberikan kuesioner kepuasan pasien yang KRS ( keluar rumah sakit ).
Berdasarkan rekapitulasi kuisioner yang telah disebar pada tanggal 4 -6 agustus
2015, didapatkan 100% ( 8 pasien) puas dengan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
5). Kecemasan
Tabel 2.27 penilaian tingkat kecemasan pada pasien di IRNA
lantai 4 tanggal 4-6 agustus 2015
No. kecemasan 4 ags 2015 5 ags 2015 6ags 2015
1 Cemas berat - - -
2 Cemas sedang - - -
3 Cemas ringan - - -
4 Tidak cemas 19 pasien 18 pasien 17 pasien
total 19 pasien 18 pasien 17 pasien

Dari hasil penilaan dengan menggunakan tingat kecemasan zung self rating
anxiety scale ( SAS /SRAS )

6). Perawatan diri


Tabel 2.28 penilaian tingkat perawatan diri pada pasien di IRNA
lantai 4 tangal 4-6agustus 2015
No. Indeks KATZ 4 ags2015 5 ags. 2015 6 ags2015
1 Indeks A 16 pasien 15 pasien 15 pasien
2 Indeks B - - -
3 Indeks C 1 pasien 1 pasien -
4 Indeks D - - -
5 Indeks E - - -
6 Indeks F - - -
7 Indeks G 2 pasien 2 pasien 2 pasien
Total 19 pasien 18 pasien 17 pasien
55

Penilaian perawatan diri di lakukan dengan melakukan penilaian


indeks KATZ.Setelah dilakukan penilaian pada tanggal 4-6agustus 2015,
didapatkan 2 pasien dengin deks KATZ G, yaitu pasien dengan
ketergantungan makan, kontinen BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah, dan mandi.
7). Nyeri
Tabel 2.29 penilaian tingka nyeri pada pasien di IRNA lantai 4
tanggal4 -6agustus 2015
No. Skalanyeri 4 ags 2015 5 ags 2015 6 ags 2015

1 Comfortable 15 pasien 14 pasien 16 pasien

2 Mild discomfort 4 pasien 4 pasien 1 pasien

3 Moderate - - -
discomfort
4 Severe discomfort - - -

Total 19 pasien 18 pasien 17 pasien

Dari hasil penilaian pada tanggal 4-6agustus 2015 dengan


instrument VAS ( visual assesment scale ), instrument penilaian nyeri pada
pasien dewasa, dan FLACC Scale untuk pasien anak-anak. Nyeri yang
dirasakan pasien adalah nyeri yang disebabkan oleh luka post operasi
manifestasi penyakit.
8). Restrain
Berdasarakan hasil observasi pasien pada tanggal 4 – 6 agustus 2015
pasien yang dirawat di instalasi rawat inap lantai 4 rumah sakit universitas
airlangga tidak ada pasien yang dilakukan restrain.
9) ISK
Penilaian ISK dilakukan pada tanggal31 juli – 4 agustus 2015
instrument peilaian ISK.Pasien yang dirawat di instalasi rawat inap lantai 4
rumah sakit universitas airlangga tidak ada yang mengalami ISK karena
hanya sebagian kecil pasien yang terpasang kateter.
10)Infeksi Daerah Operasi (IDO)
56

Penilaian ILO dilakukan pada tanggal 31 juli – 4 agustus 2015dengan


instrument Southampton Scoring System.Pasien yang dirawat di instalasi
rawat inap lantai 4 Ruma Sakit Universitas Airlangga tidak ada yang
mengalami IDO kaena hanya sebagian kecil pasien postoperasi yang dirawat
di ruangan tersebut.

b. patient safety ( keselamatan pasien )


1). Ketetapan identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan untuk menghindar kesalahan pasien. Rumah sakit
universitas airlangga melakukan identifikasi menggunakan gelan untuk identitas
pasien dipasang saat pasien dilakukan penilaian resiko dari IGD atau di ruang
perawat. Gelang terdiri dari 4 warna yang memiliki definisi tersendiri pada masing-
masing warna :
1. gelang pink : pasien perempuan
2. gelang biru : pasien laki-laki
3. gelang kuning : pasien resiko jatuh
4. gelang merah : pasien alergi
Pada gelang identitas berwarna pink atau biru berisi identitas pasien
meliputi nama lengkap pasien, no rekam medik, jenis kelamin pasien, tanggal
lahir dan usia pasien. Identifikasi pasien dilakukan dengan mencocokan gelang
identitas yang dipakai pasien. Beberapa hal yang perlu dikonfirmasi antara lain
nama pasien, nomor register,alamat dan usia. Identifikasi pasien dilakukan ketika
penerimaan pasien baru, pemberian obat, pemberian terapi, sebelum melakukan
prosedur/tindakan dan discharge planning.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 4-6 agustus
2015 instalasi rawat inap lantai 4 menerapkan identifikasi pasien dengan
mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien dan mengkonfirmasi nama
pasien, nomor register, alamat dan usia sebelum melakukan tindakan
keperawatan. Identifikasi pasien dilakukan sebelum melakukan tindakan
keperawatan, injeksi obat, melakukan transfusi darah, serta melakukan tindakan
yang lain.

2). peningkatan komunikasi yang efektif


57

Komunikasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metodw SBAR (


situation, background, assesment, recommendation ). SBAR digunakan pada saat
berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain, timbang terima, berkomunikasi
dengan teman sejawat, konsultasi pasien dan melaksanakan informed concent.
SBAR juga digunakan pada saat komunikasi atau perintah secara verbal ataupun
telepon, staf yang menerimapesan harus menuliskan dan membacakan kembali
kepada pemberi pesan dan dalam pemberi pesan harus menandatangani dalam
waktu 1 x 24 jam. Kolom comunicator yang ditandatangani oleh perawat yang
menerima, dan kolom advisor yang ditandatangani oleh dokter yang memberikan
advice.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal4-6agustus 2015.
komunikasi efektif yang sudah diterapkan di IRNA lantai 4 yaitu menggunakan
metode SBAR (situation, background, assesment, recomendation). Pada stempel
readback, juga sudah di baca dan di tandatangani oleh perawat yang menerima,
dan oleh dokter sesuai ketentuan yang ada.

3). Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
terdaftar dalam kategori obat beresiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius
pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaanya. Kewaspadaan terhadap
obat high alert sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat high alert
dengan memisahkan tempat obat high alert (obat-obat a like, sound a like, seperti
KCL, MgSO4, Nabic, dll ) dengan obat lainya. Pemberian elektrolite pekat harus
dengan pengenceran dan penggunaan label khusus, setiap penerapan obat
menerapkan 7 benar. Untuk obat LASA, belum ada pemberian label tambahan.
Salah satu cara mewaspadai pemberian obat perawat menggunakan double
croscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 4-6 agustus 2015 dapat diketahui
bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan dengan
memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan. Pemberian
labeling dan double croos check juga sudah dilakukan di IRNA lantai 4.

4) kepastian tepat lokasi, tepat pasien tepat prosedur


58

Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat
lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi
yang dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi
operasi yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen.
Proses untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan diruangan yanitu
menggunakan crooscheck pada gelang identifikasi, sedangkan tepat prosedur
dilakukan diruang OK
Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
a. sign in : dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien, keluarga
pasien dan tim anestesi
b. time out : dialkukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasikan kepada tim
bedah.
c. sign out : dilakukan sebelum ruang operasi
berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal4-6agustus 2015 di IRNA lantai 4
sudah terdapat form check list pre operasi. Penandaan lokasi operasi dengan
menggunakan spidolpermanen sebelum operasi.

5). Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan


Sebagai upaya pencegahan infeksi, di RSUA telah terbentuk tim
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI ). Infeksi nosokomial meliputi
phlebitis, decubitus, ISK, ILO ( infeksi luka operasi ). Selain terdapat tim PPI
terdapat tim surveilans untuk mengetahui kejadian infeksi di rumah sakit,
tindakan yang dilakukan yaitu mendata infeksi tiap hari. Pendataan infeksi setiap
hari dilakukan di masing-masing ruangan oleh IPCN kemudian dijadikan satu
setiap bulanya oleh IPCN.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 4-6 agustus 2015, dapat
diketahui bahwa sudah disediakan 1 handrub disetiap bad pasien. Ners juga sering
mengingatkan keluarga untuk melakukan cuci tangan. Akan tetapi keluarga
pasien masih jarang melakukan cuci tangan.

6). Pengurangan resiko jatuh


Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu, di instalasi
rawat inap lantai 4 pada bulan 4-6 agustus 2015, tidak ditemukan kejadian pasien
jatuh. Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk
59

ke ruangan rawat inap menggunakan form sesuai usia ( anak, dewasa dan
geriatri ). Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah,
sedang atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada.
Salah satu contoh intervensi penanggulangan pasien resiko jatuh yaitu
harus ada satu penunggu pasien, sire rail harus selalu ditutup dan memastikan ke
keluarga pasien untuk menutupnya, menganjurkan keluarga pasien untuk minta
bantuan perawat dalam tindakan apapun. Pada kejadian nyaris cedera, kejadian
nyaris cedera, kejadian tidak diinginkan perawat langsung membuat root cause
analysis ( RSA ).
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 4-6 agustus 2015, dapat
diketahui bahwa pengkajian resiko pasien jatuh sudah dilakukan pada awal pasien
masuk didokumentasi di rekam medis pasien. Usaha penanggualangan yang
dilakukan meliputi menutup side rail dan masing-masing pasien diberi penunggu
sebanyak 2 orang.

Anda mungkin juga menyukai