Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TIPIKOR

korupsi

Jurusan Tata negara islam

fakultas syariah & hukum

UIN SUSKA RIAU

PEKANBARU

2014

KATA  PENGANTAR
           Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong penulis untuk menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolonganNya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang korupsi, yang saya sajikan
berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini membahas tentang “KORUPSI”. Walaupun makalah ini mungkin kurang
sempurna tapi diharapkan agar para pembaca dapat memahami isi dari makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Pekanbaru, 04 Mei 2014

                                                                                                                        Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sering kita mendengar kata yang satu ini, yaitu “KORUPSI”, korupsi ada di sekeliling
kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi bisa terjadi dirumah, sekolah,
masyarakat, maupun di instansi tertinggi dan dalam pemerintahan. Mereka yang melakukan
korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu. Hal ini sangat menghawatirkan,
sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi dibangun dari korupsi akan dapat merusaknya.
Dari kenyataan diatas dapat ditarik dua kemungkinan melakukan korupsi, yaitu ;

1. Metode yang digunakan oleh pendidik belum sesuai dengan kenyataannya, sehingga
pelajaran yang diajarkan tidak dapat dicerna secara optimal oleh anak didik.

2. Kita sering menganggap remeh bahkan malas untuk mempelajari hal ini , karena
kurangnya moyivasi pada diri sendiri, sehingga sering sekali berasumsi “untuk apa
mempelajari “ padahal itu sangat penting untuk diketahui agar tahu hak dan kewajiban kita
untuk Negara ini.

B. TUJUAN PENULISAN

Penulis membuat tulisan ini agar teman teman pembaca dapat mempelajari dan
mengetahui apa itu korupsi dan bagaimana korupsi bisa merusak bangsa ini, selain itu penulis
juga membuat tulisan ini untuk memenuhi tugas dari dosen pengajar.

C. METODE PENULISAN

Penulis membuat tulisan ini dengan mengambil sumber dari beberapa tulisan maupun
artikel melalui internet. ada beberapa kesulitan saat membuat tulisan ini, seperti saat mencari
bahan tentang pengendalian. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini tepat waktu.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

 
 

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KORUPSI

Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri
yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya.

Sementara itu, Syed Hussen Alatas memberi batasan bahwa korupsi merupakan suatu
transaksi yang tidak jujur yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu, dan tenaga dari
pihak lain. Korupsi dapat berupa penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan nepotisme.
Disitu ada istilah penyuapan,yaitu suatu tindakan melanggar hukum, melalui tindakan
tersebut si penyuap berharap mendapat perlakuan khusus dari pihak yang disuap.

Seseorang yang menyuap izin agar lebih mudah menyuap pejabat pembuat perizinan.
Agar mudah mengurus KTP menyuap bagian tata pemerintahan. Menyuap dosen agar
memperoleh nilai baik.Pemerasan, suatu tindakan yang menguntungkan diri sendiri yang
dilakukan dengan menggunakan sarana tertentu serta pihak lain denganterpaksa memberikan
apa yang diinginkan. Sarana pemerasan bisa berupa kekuasaan. Pejabat tinggi yang memeras
bawahannya.

Sedangkan nepotisme adalah bentuk kerjasama yang dilakukan atas dasar kekerabatan,
yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam bentuk kolaborasi dalam merugikan
keuangan negara.

Adapun ciri-ciri korupsi, antara lain:


   1.   Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin dilakukan
sendiri, pasti melibatkan lebih dari satu orang.Bahkan, pada perkembangannya acap kali
dilakukan secara bersama-sama untuk menyulitkan pengusutan

   2.   Serba kerahasiaan. Meski dilakukan bersama-sama, korupsi dilakukan dalam koridor


kerahasiaan yang sangat ketat. Masing-masing pihak yang terlibat akan berusaha semaksimal
mungkin menutupi apa yang telah dilakukan.

   3.  Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang dimaksud elemen
perizinan adalah bidang strategis yang dikuasai oleh Negara menyangkut pengembangan
usaha tertentu. Misalnya izin mendirikan bangunan, izin perusahaan,dan lain-lain.

   4.  Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan/maksud tertentu dibalik kebenaran.

   5.   Koruptor menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan memiliki pengaruh.


Senantiasa berusaha mempengaruhi pengambil kebijakan agar berpihak padanya.
Mengutamakan kepentingannya dan melindungi segala apa yang diinginkan.

   6.   Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh badan hukum publik dan
masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksud suatu lembaga yang bergerak dalam
pelayanan publik atau penyedia barang dan jasa kepentingan publik.

   7.   Setiap tindak korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan. Ketika seseorang berjuang


meraih kedudukan tertentu, dia pasti berjanji akan melakukan hal yang terbaik untuk
kepentingan semua pihak. Tetapi setelah mendapat kepercayaan kedudukan tidak pernah
melakukan apa yang telah dijanjikan.

   8.   Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari koruptor sendiri.
Sikap dermawan dari koruptor yang acap ditampilkan di hadapan publik adalah bentuk fungsi
ganda yang kontradiktif. Di satu pihak sang koruptor menunjukkan perilaku
menyembunyikan tujuan untuk menyeret semua pihak untuk ikut bertanggung jawab, di
pihak lain dia menggunakan perilaku tadi untuk meningkatkan posisi tawarannya.

B. PENGERTIAN KORUPSI SECARA HUKUM


Merupakan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Pengertian “ korupsi “
lebih ditekankan pada pembuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas
atau kepentingan pribadi atau golongan.

Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN)

·     Korupsi yaitu menyelewengkan kewajiban yang bukan hak kita.

·    Kolusi ialah perbuatan yang jujur, misalnya memberikan pelican agar kerja mereka lancar,
namun memberikannya secara sembunyi-sembunyi.

 ·    Nepotisme adalah mendahulukan orang dalam atau keluarga dalam menempati suatu
jabatan.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur
sebagai berikut;

 ·       Perbuatan melawan hukum

 ·       Penyalahgunaan kewenangan

 ·       Merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara

C. SEBAB-SEBAB YANG MELATAR BELAKANGI TERJADINYA KORUPSI

Korupsi dapat terjadi karena beberapa factor yang mempengaruhi pelaku korupsi itu
sendiri atau yang biasa kita sebut koruptor 

Adapun sebab-sebabnya, antara lain:

1. Klasik 

    a  )   Ketiadaan dan kelemahan pemimpin. Ketidakmampuan pemimpin untuk menjalankan


tugas dan tanggung jawabnya, merupakan peluang bawahan melakukan korupsi. Pemimpin
yang bodoh tidak mungkin mampu melakukan kontrol manajemen lembaganya.kelemahan
pemimpin ini juga termasuk ke leadershipan, artinya, seorang pemimpin yang tidak memiliki
karisma, akan mudah dipermainkan anak buahnya. Leadership dibutuhkan untuk
menumbuhkan rasa takut di kalangan staf untuk melakukan penyimpangan.

    b)  Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistem pendidikan dan
substansi pengajaran yang diberikan. Pola pengajaran etika dan moral lebih ditekankan pada
pemahaman teoritis, tanpa disertai dengan bentuk-bentuk pengimplementasiannya.

     c)   Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa
yang tergantung, lebih memilih pasrah daripada berusaha dan senantiasa menempatkan diri
sebagai bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha, mereka lebih cenderung
berlindung di balik kekuasaan (penjajah) dengan melakukan kolusidan nepotisme. Sifat dan
kepribadian inilah yang menyebabkan munculnya kecenderungan sebagian orang melakukan
korupsi.

  d)   Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebab timbulnya korupsi.
Minimnya keterampilan, skill, dan kemampuan membuka peluang usaha adalah wujud
rendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan itulah mereka berupaya mencari
peluang dengan menggunakan kedudukannya untuk memperoleh keuntungan yang besar.
Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini adalah komitmen terhadap pendidikan yang
dimiliki. Karena pada kenyataannya  koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang
memadai,kemampuan, dan skill.

   e)  Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diri atas kemampuan
dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorang cenderung melakukan apa saja yang dapat
mengangkat derajatnya.Atas keinginannya yang berlebihan ini, orang akan menggunakan
kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.

    f )   Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur hidup atau di buang
ke Pulau Nusa kambangan. Hukuman seperti itulah yang diperlukan untuk menuntaskan
tindak korupsi.

     g)  Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi.


2. Moderat

    a)  Rendahnya Sumber Daya Manusia.Penyebab korupsi yang tergolong modern itu


sebagai akibat rendahnya sumber daya manusia. Kelemahan SDM ada empat komponen,
sebagai berikut:

        1)   Bagian kepala, yakni menyangkut kemampuan seseorang menguasai permasalahan


yang berkaitan dengan sains dan knowledge.

        2)   Bagian hati, menyangkut komitmen moral masing-masing komponen bangsa, baik


dirinya maupun untuk kepentingan bangsa dan negara, kepentingan dunia usaha, dan
kepentingan seluruh umat manusia.komitmen mengandung tanggung jawab untuk melakukan
sesuatu hanya yang terbaik dan menguntungkan semua pihak.   

     3)  Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya.

      4)   Fisik atau kesehatan. Ini menyangkut kemanpuan seseorang mengemban tanggung


jawab yang diberikan. Betapa pun memiliki kemampuan dan komitmen tinggi, tetapi bila
tidak ditunjang dengan kesehatan yang prima, tidak mungkin standar dalam mencapai tujuann

   b)  Struktur Ekonomi Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan kebijakan
ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap.Sekarang tidak ada konsep itu
lagi. Dihapus tanpa ada penggantinya,sehingga semuanya tidak karuan, tidak dijamin. Jadi,
kita terlalu memporak-perandakan produk lama yang bagus

D. MACAM-MACAM KORUPSI

Tindak pidana korupsi yang dilakukan cukup beragam bentuk dan jenisnya. Namun,
bila diklasifikasikan ada dua jenis atau macamnya, yaitu berdasarkan bentuk dan  sifat.

1. Berdasarkan bentuk

Berdasarkan bentuk, Korupsi dapat berupa Bentuk Materiil dan immateriil. Jadi korupsi
tidak selamanya berkaitan dengan penyalahgunaan uang negara. Korupsi yang berkaitan
dengan uang termasuk jenis korupsi materiil.Seorang pejabat yang dipercaya atasan untuk
melaksanakan proyek pembangunan, karena tergoda untuk mendapatkan keuntungan
besarproyek yang nilainya Rp 1.000.000,00 di mark-up (dinaikkan) menjadi Rp 2.000.000,00
bentuknya jelas penggelembungan nilai proyek yang terkait dengan keuntungan
uang.Sedangkan yang immaterial adalah korupsi yang berkaitan dengan pengkhianatan
kepercayaan, tugas, dan tanggung jawab.

Tidak disiplin kerja adalah salah satu bentuk korupsi immaterial. Memang negara tidak
dirugikan secara langsung dalam praktik ini. Tetapi, akibat perbuatan itu, pelayanan yang
seharusnya dilakukan negara akhirnya terhambat.Keterlambatan pelayanan inilah kerugian
immaterial yang harus ditanggung negara atau lembaga swasta. Begitu juga dengan mereka
yang secara sengaja memanfaatkan kedudukan atau tanggung jawab yang dimiliki untuk
mengeruk keuntungan pribadi.

2. Berdasarkan sifatnya

A). Korupsi Publik

Dari segi publik menyangkut nepotisme, fraus, bribery,dan birokrasi.Nepotisme itu


terkait dengan kerabat terdekat. Segala peluang dan kesempatan yang ada sebesar-besarnya
digunakan untuk kemenangan kerabat dekat.

Kerabat dekat bisa keponakan, adik-kakak, nenek atau kroni. Fraus, artinya, berusaha
mempertahankan posisinya dari pengaruh luar. Berbagai cara dilakukan untuk kepentingan
ini. Sodok kanan, sikut kiri, suap kanan, suap kiri, semua dilakukan agar posisi yang telah
dicapai/diduduki tidak diambil pihak lain atau direbut orang lain.

Bribery, artinya pemberian upeti pada orang yang diharapkan dapat memberikan
perlindungan atau pertolongan bagi kemudahan usahanya. Bribery juga memiliki dampak
yang cukup signifikan bagi kemajuan usaha. Namun, sasarannya, lebih tertuju pada out put
(hasil kerja). Birokrasi juga bagian tak terpisahkan dari praktik korupsi.

Birokrasi yang seharusnya berfungsi mempermudah memberikan pelayanan pada


masyarakat, justru berubah menjadi kendala pelayanan. Orang yang datang meminta
pelayanan pada birokrat seharusnya mendapat peta yang jelas dari pintu mana dia memulai
usahanya. Tetapi, sebaliknya, orang langsung melihat ketidakjelasan terhadap apa yang
diharapkan. Birokrasi tidak diciptakan untuk kepentingan masyarakat, tetapi kepentingan
birokrat.

B). Korupsi Privat

Sisi lain korupsi ditinjau dari privat, yang dimaksud privat ada dua,yaitu badan hukum
privat dan masyarakat. Praktik korupsi terjadi dibadan umum privat dan masyarakat terjadi
karena adanya interaksi antara badan hukum privat dengan birokrasi, antara masyarakat
dengan birokrasi. Jadi, sifat interaksi yang terjadi adalah timbal balik.

Interaksi tersebut menghasilkan deal-deal tertentu yang saling menguntungkan. Jadi,


korupsi tidak hanya di lembaga-lembaga institusi negara, tetapi dengan swasta bergulir,
karena ada interaksi.Tanpa ada interaksi antar swasta dengan pemerintah tidak akan terjadi.

E. CONTOH KASUS KORUPSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

 Menyogok agar lulus Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Hal yang demikian ini merupakan contoh korupsi yang paling sering terjadi setiap
tahunnya. Mereka lebih baik menjual sawah, lading, kebun, atau rumah hanya untuk
menyogok agar dirinya biasa lulus menjadi PNS.

Hanya orang-orang  yang masih berpaham primitiflah yang mau melakukan hal
smacam itu. Sangat merugikan sekali bagi orang lain dan dirinya sendiri, mereka tidak sadar
bahwa gajinya itu adalah dari uangnya sendri

F. AKIBAT DARI KORUPSI

 1. Melesu Perekonomian

Lesunya Perekonomian Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi


Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas
Korupsi memperlemah aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan nepotisme Korupsi
menyebabkan lumpuhnya keuangan atau ekonomi suatu negara Meluasnya praktek korupsi di
suatu negara mengakibatkan berkurangnya dukungan negara donor, karena korupsi
menggoyahkan sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing

2. Meningkatnya Kemiskinan

Meningkatnya Kemiskinan Efek penghancuran yang hebat terhadap orang miskin:


Dampak langsung yang dirasakan oleh orang miskin Dampak tidak langsung terhadap orang
miskin Dua kategori penduduk miskin di Indonesia: Kemiskinan kronis (chronic poverty)
Kemiskinan sementara (transient poverty) Empat risiko tinggi korupsi: Ongkos finansial
(financial costs) Modal manusia (human capital) Kehancuran moral(moral decay) Hancurnya
modal sosial (loss of capital social)

3. Tingginya angka kriminalitas

Tingginya angka kriminalitas Korupsi menyuburkan berbagai jenis kejahatan yang lain
dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula kejahatan. Menurut
Transparency International, terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah
kejahatan.

Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi juga
meningkat. Sebaliknya, ketika agka korusi berhasil dikurangi, maka kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum (law enforcement juga meningkat. Dengan mengurangi korupsi
dapat juga (secara tidak langsung) mengurangi kejahatan yang lain.

3. Demoralisasi

Demoralisasi Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah dalam penglihatan


masyarakat umum akan menurunkan kredibilitas pemerintah yang berkuasa. Jika pemerintah
justru memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula unsur hormat dan trust (kepercayaan)
masyarakat kepada pemerintah.

Praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi di kalangan warga masyarakat.


Menurut Bank Dunia, korupsi merupakan ancaman dan duri bagi pembangunan. Korupsi
mengabaikan aturan hukum dan juga menghancurkan pertumbuhan ekonomi. Lembaga
internasional menolak membantu negara-negara korup. Sun Yan Said: korupsi menimbulkan
demoralisasi, keresahan sosial, dan keterasingan politik.

4. Kehancuran birokrasi

Kehancuran birokrasi Birokrasi pemerintah merupakan garda depan yang behubungan


dengan pelayanan umum kepada masyarakat. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang
punggung negara. Korupsi menumbuhkan ketidakefisienan yang menyeluruh ke dalam
birokrasi.

Korupsi dalam birokrasi dapat dikategorikan dalam dua kecenderungan umum: yang
menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan di kalangan mereka sendiri. Transparency
International membagi kegiatan korupsi di sektor publik ke dalam dua jenis, yaitu korupsi
administratif dan korupsi politik.

5. Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan

Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan Dampak negatif terhadap suatu sistem
politik : Korupsi Mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Publik cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindakan korupsi.
Contohnya : lembaga tinggi DPR yang sudah mulai kehilangan kepercayaan dari Masyarakat
Lembaga Politik diperalat untuk menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi dan
kelompok.

6. Buyarnya Masa Depan Demokrasi

Buyarnya Masa Depan Demokrasi Faktor Penopang Korupsi ditengah Negara


Demokrasi Tersebarnya kekuasaan ditangan banyak orang telah meretas peluang bagi
merajalelanya penyuapan. Reformasi neoliberal telah melibatkan pembukaan sejumlah lokus
ekonomi bagi penyuapan, khususnya yang melibatkan para broker perusaaan publik.

Pertambahan sejumlah pemimpin neopopulis yang memenangkan pemilu berdasar pada


kharisma personal malalui media, terutama televisi, yang banyak mempraktekan korupsi
dalam menggalang dana.

 
G. PENJATUHAN PIDANA TERHADAP KORUPTOR

Hukuman terhadap orang yang melakukan tindak pidana korupsi.

a.     Pidana mati

Dapat dipidanakan mati kepada orang yang melawan hukum  atau merugikan Negara
(perekonomian).

b.    Pidana penjara

Seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun.

c.     Pidana tambahan

Perampasan barang bergerak atau tidak bergerak yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

H. CARA MEMBERANTAS TINDAK PIDANA KORUPSI

   1.  Strategi Preventif 

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang menjadi
penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat upaya
preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu perlu dibuat
upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan
banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya
korupsi.

a. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada


bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.

b. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung
jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.

e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan
dibarengi sistem kontrol yang efisien.

g. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.

h. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan mela-lui


penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

1. Strategi Deduktif 

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila suatu
perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindak lanjuti
dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi, sehingga
sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat memberikan
sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai
disiplin ilmu baik itu ilmu hukum,ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.  

1. Strategi Represif 

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk memberikan
sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat
disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan
secara cepat dan tepat. Namun implementasinya harus dilakukan secara terintregasi. Bagi
pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak
dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati/pengamat masalah korupsi banyak
memberikan sumbangan.

                                      
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian diatas jelaslah sudah bahwa penanggulangan kasus-kasus korupsi tidaklah
mudah, untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak yang tentunya dilandasi dengan
kesadaran hukum disetiap warga negara, baik posisinya sebagai warga sipil maupun pejabat
negara yang tentunya semua itu berpulang pada individu masing-masing yang berketuhanan
YME. Tanggung jawab kita bukan hanya kepada pribadi, keluarga dan masyarakat melainkan
juga kepada Tuhan.

Dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan penyelewengan atau penggelapan (uang


negara atau perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta
selalu mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran). Dan korupsi
akan berdampak pada masarakat luas serta akan merugikan negara.

DAFTAR PUSTAKA

 Hamzah, Andi. Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Gramedia, Jakarta, 1984.
-------------------, KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
HS Aulia., Belajarlah ke Negeri Cina, Majalah Panji Masyarakat, No. 19 Tahun IV, 30

Syahrin, Alvi. Beberapa Masalah Hukum, PT. Softmedia, Medan, 2009.


Agustus 2000.
Sunggono, Bmbang. Metodologi Penelitan Hukum, Ghalia Indonesia, Jakrta 1998
-----------------, Pidana Mati dalam Negara Pancasila, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2007.
Prenada Media, Jakarta, 2003.
www.sinarbaru.com
rizaldysss.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai