korupsi
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong penulis untuk menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolonganNya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang korupsi, yang saya sajikan
berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini membahas tentang “KORUPSI”. Walaupun makalah ini mungkin kurang
sempurna tapi diharapkan agar para pembaca dapat memahami isi dari makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sering kita mendengar kata yang satu ini, yaitu “KORUPSI”, korupsi ada di sekeliling
kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi bisa terjadi dirumah, sekolah,
masyarakat, maupun di instansi tertinggi dan dalam pemerintahan. Mereka yang melakukan
korupsi terkadang mengangap remeh hal yang dilakukan itu. Hal ini sangat menghawatirkan,
sebab bagaimana pun, apabila suatu organisasi dibangun dari korupsi akan dapat merusaknya.
Dari kenyataan diatas dapat ditarik dua kemungkinan melakukan korupsi, yaitu ;
1. Metode yang digunakan oleh pendidik belum sesuai dengan kenyataannya, sehingga
pelajaran yang diajarkan tidak dapat dicerna secara optimal oleh anak didik.
2. Kita sering menganggap remeh bahkan malas untuk mempelajari hal ini , karena
kurangnya moyivasi pada diri sendiri, sehingga sering sekali berasumsi “untuk apa
mempelajari “ padahal itu sangat penting untuk diketahui agar tahu hak dan kewajiban kita
untuk Negara ini.
B. TUJUAN PENULISAN
Penulis membuat tulisan ini agar teman teman pembaca dapat mempelajari dan
mengetahui apa itu korupsi dan bagaimana korupsi bisa merusak bangsa ini, selain itu penulis
juga membuat tulisan ini untuk memenuhi tugas dari dosen pengajar.
C. METODE PENULISAN
Penulis membuat tulisan ini dengan mengambil sumber dari beberapa tulisan maupun
artikel melalui internet. ada beberapa kesulitan saat membuat tulisan ini, seperti saat mencari
bahan tentang pengendalian. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini tepat waktu.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KORUPSI
Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri
yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya.
Sementara itu, Syed Hussen Alatas memberi batasan bahwa korupsi merupakan suatu
transaksi yang tidak jujur yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu, dan tenaga dari
pihak lain. Korupsi dapat berupa penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan nepotisme.
Disitu ada istilah penyuapan,yaitu suatu tindakan melanggar hukum, melalui tindakan
tersebut si penyuap berharap mendapat perlakuan khusus dari pihak yang disuap.
Seseorang yang menyuap izin agar lebih mudah menyuap pejabat pembuat perizinan.
Agar mudah mengurus KTP menyuap bagian tata pemerintahan. Menyuap dosen agar
memperoleh nilai baik.Pemerasan, suatu tindakan yang menguntungkan diri sendiri yang
dilakukan dengan menggunakan sarana tertentu serta pihak lain denganterpaksa memberikan
apa yang diinginkan. Sarana pemerasan bisa berupa kekuasaan. Pejabat tinggi yang memeras
bawahannya.
Sedangkan nepotisme adalah bentuk kerjasama yang dilakukan atas dasar kekerabatan,
yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam bentuk kolaborasi dalam merugikan
keuangan negara.
3. Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Yang dimaksud elemen
perizinan adalah bidang strategis yang dikuasai oleh Negara menyangkut pengembangan
usaha tertentu. Misalnya izin mendirikan bangunan, izin perusahaan,dan lain-lain.
6. Tindakan korupsi mengundang penipuan yang dilakukan oleh badan hukum publik dan
masyarakat umum. Badan hukum yang dimaksud suatu lembaga yang bergerak dalam
pelayanan publik atau penyedia barang dan jasa kepentingan publik.
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari koruptor sendiri.
Sikap dermawan dari koruptor yang acap ditampilkan di hadapan publik adalah bentuk fungsi
ganda yang kontradiktif. Di satu pihak sang koruptor menunjukkan perilaku
menyembunyikan tujuan untuk menyeret semua pihak untuk ikut bertanggung jawab, di
pihak lain dia menggunakan perilaku tadi untuk meningkatkan posisi tawarannya.
· Kolusi ialah perbuatan yang jujur, misalnya memberikan pelican agar kerja mereka lancar,
namun memberikannya secara sembunyi-sembunyi.
· Nepotisme adalah mendahulukan orang dalam atau keluarga dalam menempati suatu
jabatan.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur
sebagai berikut;
Korupsi dapat terjadi karena beberapa factor yang mempengaruhi pelaku korupsi itu
sendiri atau yang biasa kita sebut koruptor
1. Klasik
b) Kelemahan pengajaran dan etika. Hal ini terkait dengan sistem pendidikan dan
substansi pengajaran yang diberikan. Pola pengajaran etika dan moral lebih ditekankan pada
pemahaman teoritis, tanpa disertai dengan bentuk-bentuk pengimplementasiannya.
c) Kolonialisme dan penjajahan. Penjajah telah menjadikan bangsa ini menjadi bangsa
yang tergantung, lebih memilih pasrah daripada berusaha dan senantiasa menempatkan diri
sebagai bawahan.Sementara, dalam pengembangan usaha, mereka lebih cenderung
berlindung di balik kekuasaan (penjajah) dengan melakukan kolusidan nepotisme. Sifat dan
kepribadian inilah yang menyebabkan munculnya kecenderungan sebagian orang melakukan
korupsi.
d) Rendahnya pendidikan. Masalah ini sering pula sebagai penyebab timbulnya korupsi.
Minimnya keterampilan, skill, dan kemampuan membuka peluang usaha adalah wujud
rendahnya pendidikan. Dengan berbagai keterbatasan itulah mereka berupaya mencari
peluang dengan menggunakan kedudukannya untuk memperoleh keuntungan yang besar.
Yang dimaksud rendahnya pendidikan di sini adalah komitmen terhadap pendidikan yang
dimiliki. Karena pada kenyataannya koruptor rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang
memadai,kemampuan, dan skill.
e) Kemiskinan. Keinginan yang berlebihan tanpa disertai instropeksi diri atas kemampuan
dan modal yang dimiliki mengantarkan seseorang cenderung melakukan apa saja yang dapat
mengangkat derajatnya.Atas keinginannya yang berlebihan ini, orang akan menggunakan
kesempatan untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
f ) Tidak adanya hukuman yang keras, seperti hukuman mati, seumur hidup atau di buang
ke Pulau Nusa kambangan. Hukuman seperti itulah yang diperlukan untuk menuntaskan
tindak korupsi.
3) Aspek skill atau keterampilan, yakni kemampuan seseorang dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya.
b) Struktur Ekonomi Pada masa lalu struktur ekonomi yang terkait dengan kebijakan
ekonomi dan pengembangannya dilakukan secara bertahap.Sekarang tidak ada konsep itu
lagi. Dihapus tanpa ada penggantinya,sehingga semuanya tidak karuan, tidak dijamin. Jadi,
kita terlalu memporak-perandakan produk lama yang bagus
D. MACAM-MACAM KORUPSI
Tindak pidana korupsi yang dilakukan cukup beragam bentuk dan jenisnya. Namun,
bila diklasifikasikan ada dua jenis atau macamnya, yaitu berdasarkan bentuk dan sifat.
1. Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk, Korupsi dapat berupa Bentuk Materiil dan immateriil. Jadi korupsi
tidak selamanya berkaitan dengan penyalahgunaan uang negara. Korupsi yang berkaitan
dengan uang termasuk jenis korupsi materiil.Seorang pejabat yang dipercaya atasan untuk
melaksanakan proyek pembangunan, karena tergoda untuk mendapatkan keuntungan
besarproyek yang nilainya Rp 1.000.000,00 di mark-up (dinaikkan) menjadi Rp 2.000.000,00
bentuknya jelas penggelembungan nilai proyek yang terkait dengan keuntungan
uang.Sedangkan yang immaterial adalah korupsi yang berkaitan dengan pengkhianatan
kepercayaan, tugas, dan tanggung jawab.
Tidak disiplin kerja adalah salah satu bentuk korupsi immaterial. Memang negara tidak
dirugikan secara langsung dalam praktik ini. Tetapi, akibat perbuatan itu, pelayanan yang
seharusnya dilakukan negara akhirnya terhambat.Keterlambatan pelayanan inilah kerugian
immaterial yang harus ditanggung negara atau lembaga swasta. Begitu juga dengan mereka
yang secara sengaja memanfaatkan kedudukan atau tanggung jawab yang dimiliki untuk
mengeruk keuntungan pribadi.
2. Berdasarkan sifatnya
Kerabat dekat bisa keponakan, adik-kakak, nenek atau kroni. Fraus, artinya, berusaha
mempertahankan posisinya dari pengaruh luar. Berbagai cara dilakukan untuk kepentingan
ini. Sodok kanan, sikut kiri, suap kanan, suap kiri, semua dilakukan agar posisi yang telah
dicapai/diduduki tidak diambil pihak lain atau direbut orang lain.
Bribery, artinya pemberian upeti pada orang yang diharapkan dapat memberikan
perlindungan atau pertolongan bagi kemudahan usahanya. Bribery juga memiliki dampak
yang cukup signifikan bagi kemajuan usaha. Namun, sasarannya, lebih tertuju pada out put
(hasil kerja). Birokrasi juga bagian tak terpisahkan dari praktik korupsi.
Sisi lain korupsi ditinjau dari privat, yang dimaksud privat ada dua,yaitu badan hukum
privat dan masyarakat. Praktik korupsi terjadi dibadan umum privat dan masyarakat terjadi
karena adanya interaksi antara badan hukum privat dengan birokrasi, antara masyarakat
dengan birokrasi. Jadi, sifat interaksi yang terjadi adalah timbal balik.
Hal yang demikian ini merupakan contoh korupsi yang paling sering terjadi setiap
tahunnya. Mereka lebih baik menjual sawah, lading, kebun, atau rumah hanya untuk
menyogok agar dirinya biasa lulus menjadi PNS.
Hanya orang-orang yang masih berpaham primitiflah yang mau melakukan hal
smacam itu. Sangat merugikan sekali bagi orang lain dan dirinya sendiri, mereka tidak sadar
bahwa gajinya itu adalah dari uangnya sendri
2. Meningkatnya Kemiskinan
Tingginya angka kriminalitas Korupsi menyuburkan berbagai jenis kejahatan yang lain
dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula kejahatan. Menurut
Transparency International, terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi dan jumlah
kejahatan.
Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan yang terjadi juga
meningkat. Sebaliknya, ketika agka korusi berhasil dikurangi, maka kepercayaan masyarakat
terhadap penegakan hukum (law enforcement juga meningkat. Dengan mengurangi korupsi
dapat juga (secara tidak langsung) mengurangi kejahatan yang lain.
3. Demoralisasi
4. Kehancuran birokrasi
Korupsi dalam birokrasi dapat dikategorikan dalam dua kecenderungan umum: yang
menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan di kalangan mereka sendiri. Transparency
International membagi kegiatan korupsi di sektor publik ke dalam dua jenis, yaitu korupsi
administratif dan korupsi politik.
Terganggunya Sistem Politik dan Fungsi Pemerintahan Dampak negatif terhadap suatu sistem
politik : Korupsi Mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku. Publik cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindakan korupsi.
Contohnya : lembaga tinggi DPR yang sudah mulai kehilangan kepercayaan dari Masyarakat
Lembaga Politik diperalat untuk menopang terwujudnya berbagai kepentingan pribadi dan
kelompok.
G. PENJATUHAN PIDANA TERHADAP KORUPTOR
Dapat dipidanakan mati kepada orang yang melawan hukum atau merugikan Negara
(perekonomian).
Seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun.
Perampasan barang bergerak atau tidak bergerak yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
1. Strategi Preventif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang menjadi
penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat upaya
preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu perlu dibuat
upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan
banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya
korupsi.
c. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung
jawab yang tinggi.
d. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
f. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan
dibarengi sistem kontrol yang efisien.
1. Strategi Deduktif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila suatu
perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindak lanjuti
dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi, sehingga
sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat memberikan
sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai
disiplin ilmu baik itu ilmu hukum,ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.
1. Strategi Represif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk memberikan
sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat
disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan
secara cepat dan tepat. Namun implementasinya harus dilakukan secara terintregasi. Bagi
pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak
dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati/pengamat masalah korupsi banyak
memberikan sumbangan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas jelaslah sudah bahwa penanggulangan kasus-kasus korupsi tidaklah
mudah, untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak yang tentunya dilandasi dengan
kesadaran hukum disetiap warga negara, baik posisinya sebagai warga sipil maupun pejabat
negara yang tentunya semua itu berpulang pada individu masing-masing yang berketuhanan
YME. Tanggung jawab kita bukan hanya kepada pribadi, keluarga dan masyarakat melainkan
juga kepada Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Andi. Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Gramedia, Jakarta, 1984.
-------------------, KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
HS Aulia., Belajarlah ke Negeri Cina, Majalah Panji Masyarakat, No. 19 Tahun IV, 30