Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka keberhasilan In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung sebagai

salah satu  program kehamilan berbantu yang menjanjikan tetapi peluang

untuk mendapatkan kehamilan terbaik, saat ini relatif belum optimal. Hal ini

berkaitan dengan kelainan kromosom embrio yang menempati  80% dari

penyebab kegagalan program IVF. Embrio yang aneuploidy (mempunyai

kelainan kromosom) tidak dapat berkembang dengan normal, oleh sebab itu

identifikasi kelainan kromosom sebelum embrio transfer merupakan hal yang

penting dalam menentukan keberhasilan IVF. Selama lebih dari 20 tahun telah

digunakan preimplantation genetic screening (PGS) dengan tujuan memilih

embrio manusia dengan perkembangan tertinggi potensi untuk meningkatkan

hasil yang diperoleh setelah dilakukan program In Vitro Fertilization (IVF).

(Geraedtes et al.,2016)

Tujuan dari PGS adalah untuk mengidentifikasi embrio aneuploidy

sehingga hanya embrio dengan jumlah kromosom normal yang ditanamkan

kembali ke dalam rahim. PGS dapat meningkatkan keberhasilan implantasi

dari 30% menjadi 60-70%. Resiko genetik, khususnya yang diketahui sebagai

kondisi genetik dalam keluarga atau kehamilan sebelumnya, harus diperiksa

secara ideal sebelum konsepsi atau saat perkembangan kehamilan dalam

konteks membantu pemeriksaan teknologi reproduksi. Screening genetik

ditawarkan kepada kondisi tertentu (atau kondisi kelompok) misalnya  dalam

1
2

individual, kelompok atau populasi. Informasi kondisi keluarga tidak

dibutuhkan dalam screening genetik. Berbagai penelitian dan metode

dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satunya adalah

dengan melakukan biopsy sel yang diambil dari embrio. Metode ini

merupakan metode yang dapat mengetahui dengan pasti apakah embrio yang

akan ditanamkan memiliki kelainan kromosom atau tidak. Saat ini hadir

teknologi terbaru berupa array-Comparative Genomic Hybridization (aCGH),

Fluorescent in Situ Hybridization (FISH), Single Nucleotide Polymorphism

(SNP) Array, dan Real Time Polymerase Chain Reaction (qPCR). (Dahdouh

et al.,2015)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud PGS (Pre-Implantation Genetic Screening)?

2. Bagaimana proses PGS (Pre-Implantation Genetic Screening)?

3. Bagaimana etika PGS (Pre-Implantation Genetic Screening)?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi PGS (Pre-Implantation Genetic Screening)

2. Untuk mengetahui proses PGS (Pre-Implantation Genetic Screening)

3. Untuk mengetahui etika dalam PGS (Pre-Implantation Genetic Screening)

1.4 Manfaat

Memberi informasi dan menambah pengetahuan mengenai proses PGS (Pre-

implantasi genetic screening) dalam proses In Vitro Fertilization (IVF).

Anda mungkin juga menyukai