PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jalan merupakan akses yang menghubungkan satu tempat dengan tempat
lainnya dalam satu daratan. Dalam Undang-Undang No.38 Tahun 2004
tentang Jalan, ditetapkan pengertian jalan adalah suatu prasarana transportasi
darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air serta diatas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Yang
selanjutnya ditetapkan pula pengertian jalan umum yaitu jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas umum..
Perkerasan jalan adalah bagian utama dari konstruksi jalan raya, kelancaran
lalu lintas tergantung dari kondisi perkerasan jalan tersebut. Bila
perkerasannya bermasalah (rusak, berlubang, bergelombang, licin, retak, dsb.)
maka kelancaran lalu lintas akan terganggu baik dari segi waktu maupun
biaya. Oleh karena itu, perkerasan jalan harus direncanakan sesuai kebutuhan
serta kelas jalan berdasarkan jenis moda yang akan melalui.
Perancangan perkerasan jalan yang berhasil harus dilakukan dengan
pertimbangan seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan
perkembangannya. Agar mencapai kebutuhan yang sesuai, tidak lebih
maupun tidak kurang. Dalam perancangannya, perkerasan terbagi atas 3 jenis
perkerasan yang digunakna sesuai dengan kebutuhan, biaya dan waktu.
PRAKTIKUM
B. Metodologi Praktikum
Pengujian aspal
Berat jenis aspal
Penetrasi aspal
Titik nyala dan titik bakar aspal
Titik lembek aspal
Daktilitas
Kehilangan berat aspal
Marshall test
BAB III
Dasar teori
Berat jenis aspal adalah perbandingan berat jenis aspal terhadap berat
jenis air dengan isi yang sama pada suhu tertentu yaitu dilakukan dengan
cara menggantikan berat air dengan berat aspal dalam udara yang sama.
Berat jenis dari aspal sangat tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari
aspal itu sendiri.
B. Penetrasi Aspal
Tujuan
Menentukan nilai kekerasan aspal dengan melakukan pengujian penetrasi
menggunakan alat penetrometer, dimana pengujian ini akan menjadi acuan
penggunaan aspal dilapangan.
Dasar teori
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan
akan membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip
material tersebut terhadap suhu prinsipnya membentuk sautu
sprektum/beragam tergantung komposisi unsur unsur penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur aspal biasanya
tidak ditnjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam
respon aspal tersebut diperkenalkan beberapa parameter, salah satunya
adalah Pen (penetrasi). Nilai ini menggambarkan kekerasan asapl pada
suhu standar yaitu 25° C , yang diambil dari pengukur kedalaman
penetrasi jarum standar (5 gr/100 gr) dalam rentang waktu standar (5
detik)
BRITISH standar membagi nilai penetrasi tersebut menjadi 10 macam ,
dengan rentang nialai penetrasi 15 s/d 40 , Sedangkan AASTHO
mendefinisikan nilai pen 40 – 50 sebagai nialai pen untuk material
sebagai bahan aspal terlembek/terlunak.
3.Cawan
Sampel 1
Bacaan penetrasi ke- = ke-1, ke-2, ke-3, ke-4
Total bacaan
Rata-rata = 68 + 58 + 61+ 63
4
= 62,5 mm
Sampel 2
Bacaan penetrasi ke- = ke-1, ke-2, ke-3, ke-4
Total bacaan
Rata-rata = 67 + 69 + 63 + 61
4
= 65 mm
Maka penetrasi aspal adalah = (sampel 1+sampel 2) / 2 =
63,75 mm
3.Alat penguji
Dasar teori
Dalam percobaan titik lembek ditujukan dengan suhu pada bola baja
dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang
tertahan dalam cincin dengan ukuran tertentu sehingga plat tersebut
menyentuh plat dasar yang terletak pada tinggi tertentu sebagai kecepatan
pemanasan.Titik lembek menjadi suatu batasan dalam penggolongan aspal
dan ter. Titik lembek haruslah diperhatikan dalam membangun kontruksi
jalan. Titik lembek hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaaan jalan .
titik lembek aspal dan ter adalah 30 ° C - 200° C yang artinya masih ada
nilai titik lembek yang hampir sama dengan suhu permukaan jalan. Pada
umumnya cara ini diatasi dengan menguakkan filler terhadap campuran
aspal.
3.Stopwatch 4. Kompor
E. Pengujian Daktilitas
Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui kekenyalan atau kelastisan aspal yang
dinyatakan dengan panjang pelumasan aspal yang dicapai aspal sebelum
putus, pada suhu dan kecepatan tertentu.
Dasar teori
Pengujian daktilitas aspal yaitu untuk menentukan keplastisan suatu aspal,
apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Percobaan ini dilakukan
dengan cara menarik benda uji berupa aspal dengan kecepatan 50
mm/menit pada suhu 25˚C dengan dengaa toleransi ± 5 %.
Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal
terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal
dengan daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam
penggunaannya karena lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu
yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang
cukup tinggi.
Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa
hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar regangan yang
dipakai adalah 100 – 200 cm.
pembacaan
Daktilitas pada 25oC, 3 cm per menit
pengukuran
Pengamatan I 31,5
Pengamatan II 32,7
Rata-rata 32,1
Sampel A
Berat cawan (A) = 8,10 gram
Berat cawan + aspal (B) = 59,10 gram
Berat benda uji (C) = B–A
= 59,10 – 8,10
= 51,00 gram
Berat wadah benda uji setelah kehilangan berat (D) = 58,54 gram
Selisih berat (E) = B–D
= 58,75 – 58,54
= 0,21 gram
Kehilangan berat (F) = E/C x 100%
= 0,21/50,700 x 100%
= 0,41%
Kesimpulan
Nilai kehilangan berat ini tidak boleh terlalu besar, karena dalam
pemakaian akan berdampak pada kehilangan berat yang berakibat pada
hilangnya berat minyak yang minyak pada aspal ini sangat penting karena
sebagai pelapis nantinya. Apabila pada jalan yang sudah dipakai lama
maka zat minyaknya sudah hilang dan mengakibatkan jalan tersebut
menjadi getas/ pecah-pecah dan berlubang. Zat minyak pada aspal ini
berfungsi sebagai pelapis pekerasan jalan dari suhu yang berubah-ubah.
Kesimpulan
Prosedur pemeriksaan
1. Siapkan seluruh peralatan dan bahan yang digunakan. Pastikan alat-
alat berfungsi dengan baik.
lolos Tertahan
ASTM % % Akumulasi % % Min Maks
1 1/2 " 100 0 100 100
1" 100 0 100 100
3/4 " 100 0 100 100
1/2 " 97 3 3 50 90 100
3/8 " 81 16 19 77 90
#4 61 20 39 53 69
#8 50 11 50 33 53
# 16 36 14 64 21 40
# 30 25 11 75 14 30
# 50 18 7 82 43.5 9 22
# 100 12 6 88 6 15
# 200 6.5 5.5 93.5 4 9
Pan 0 6.5 100 6.5 0 0
% Aspal 5 5,5 6
Berat Aspal 60 66 72
Berat Agregat 1140 1134 1128
Dasat teori
Pengukuran benda uji dilakukan adalah untuk mengetahui informasi
tentang ketebalan dari benda uji tersebut. Hasil rata-rata dari pengukuran
benda uji tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai informasi ke tahap
selanjutnya.
Tinggi (cm)
Kadar Aspal Rata-Rata
1 2 3
5,5 6,72 7,10 6,80 6,87
Analisa data
Pengukuran ketebalan benda uji:
Pengukuran pertama = 6,72 cm
Pengukuran kedua = 7,10 cm
Pengukuran ketiga = 6,80 cm
Pengukuran rata-rata benda uji adalah 6,87 cm
Kesimpulan
Didapat pengukuran benda uji rata-rata adalah sebesar 6,87 cm.
2. Density
Tujuan
Untuk menunjukan besar nya kerapatan suatu campuran yang sudah di
padatkan.
3. Marshall Test
Tujuan
Menentukan ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) dari suatu
campuran aspal. Ketahan (stabilitas) merupakan kemampuan suatu
campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis.
Sedangkan lelelehan plastis (flow) merupakan keadaan perubahan bentuk
suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh.
Dasar teori
Pengujian dengan alat Marshall dilakukan sesuai dengan prosedur Bina
Marga. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik
campuran, menentukan ketahanan atau stabilitas terhadap kelelehan plastis
(flow) dari campuran aspal.
Hubungan antara ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastisitas (flow)
adalah berbanding lurus, semakin besar stabilitas, semakin besar pula
flownya, dan begitu juga sebaliknya. Jadi semakin besar stabilitasnya
maka aspal akan semakin mampu menahan beban, demikian juga
sebaliknya. Dan jika flow semakin tinggi maka aspal semakin mampu
menahan beban.
Dari hasil pengamatan pada pengujian Marshall keudian dibuat grafik
hubungan antara presentase kadar aspal dengan presentase rongga terisi
aspal (VFA), presentase rongga dalam campuran (VIM), kelelehan (flow),
3.Waterbath
Diketahui:
% Agregat kasar 50%
% Agregat halus 43,5%
% Filler 6,5%
Berat jenis bulk kasar (rata-rata) = 2,50
Berat jenis bulk halus (rata-rata) = 2,40
Berat jenis bulk filler (rata-rata) = 2,50
Berat jenis semu kasar = 2,80
Berat jenis semu halus = 2,70
Berat jenis semu filler = 2,80
Maka,
Berat jenis efektif kasar = (bj bulk + bj semu) / 2
Nilai stabilitas didapat dari nilai max force pembacaan pada pengujian
marshall yaitu 391,11 kg atau 3832,9 N
Nilai flow didapat dari nilai puncak optimum grafik pengujian marshall
yaitu 6,21 mm
Marshall quotient
MQ = stabilitas / flow
Kesimpulan
Nilai stabilitas marshall yang didapat yaitu 1047,kg
Nilai flow / kelelehan yang didapat yaitu 6,70 mm
Nilai MQ (Marshall Qoutient) yang didapat yaitu 156,4 kg/mm, semakin
tinggi nilai MQ, maka akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan
semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Nilai pengujian berat jenis aspal rata-rata sebesar 1,04
Nilai pengujian penetrasi aspal rata-rata sebesar 63,75 mm
Nilai pengujian titik nyala aspal sebesar 325°C pada menit ke 305
Nilai pengujian titik bakar aspal sebesar 324°C pada menit ke 300
Nilai pengujian titik lembek rata-rata aspal sebesar 65°C
Nilai pengujian daktilitas rata-rata sebesar 31,70 cm (getas)
Nilai pemeriksaan kehilangan berat aspal rata-rata sebesar 0,97 gram
Nilai density core (kepadatan benda uji) sebesar 2,13 gr/cm³
B. Saran
Sebaiknya seluruh agregat dicek dengan lebih baik lagi, karena kualitas
material sangat menentukan kualitas campuran aspal yang dihasilkan.
Kesalahan praktikan atau human error bisa menjadi salah satu sebab utama
kurang maksimalnya hasil praktikum, alangkah lebih baiknya jika pada saat
DAFTAR PUSTAKA
Suryawan, Ari 2005. Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid Pavement).