DISUSUN OLEH :
D121 13 024
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
Estimasi Emisi Metana ( CH4 ) Dari Tpa Tamangapa
Teknik Lingkungan
Kepada
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
rahmat, karunia serta izinnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk
Nabiyullah Muhammad SAW bersama keluarga serta para sahabat beliau yang
dan iringan do’a yang tulus serta memberikan bantuan moril maupun
iv
kuliah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala rahmat dan
kasih atas motivasi yang tak pernah henti dan perhatian yang sangat besar
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M.T., selaku Ketua Departemen
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T., selaku Ketua Departemen
Universitas Hasanuddin.
5. Bapak Dr. Eng. Mukhsan Putra Hatta, ST. MT. selaku Kepala
Ramadhan Ruslan.
v
11. Teman-teman alumni SMA Negeri 1 TIKEP khususnya Wulan, Intan,
13. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak, ibu dan teman -
teman dengan berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada para pembaca kiranya
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir yang sederhana ini dapat
memerlukannya.
Penulis
vi
ESTIMASI EMISI METANA ( CH 4 ) DARI TPA TAMANGAPA
ABSTRAK
Salah satu gas rumah kaca penyebab perubahan iklim adalah gas metana (CH 4)
yang dihasilkan oleh timbunan sampah. Emisi metana dari sampah merupakan
hasil dekomposisi anaerobik dari bahan organik dalam sampah. Timbunan sampah
yang semakin tinggi di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa pengolahan lebih
lanjut dapat menimbulkan emisi metana yang semakin besar. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengestimasi emisi metana eksisting di TPA Tamangapa dan
memprediksi emisi metana dari TPA Tamangapa untuk 10 tahun kedepan dengan
menggunakan rumus IPCC 2006. Perhitungan emisi metana dari TPA
menggunakan acuan rumus IPCC Waste Model Calculation tahun 2006. Hasil
penelitian menunjukkan timbulan sampah kota Makassar pada tahun 2016 adalah
0,449 kg/org/hari dengan komposisi sampah yang didominasi oleh sampah
organik. Nilai potensi emisi metana di TPA Tamangapa kota Makassar Tahun
2016 adalah 2,24 Gg/tahun dan pada proyeksi Tahun 2026 adalah 4,968
Gg/tahun. Upaya mitigasi dan adaptasi yang dapat direkomendasikan adalah
dengan sosialisasi teknik 3R ( Reduce, Reuse, dan Recycle ) serta pembangunan
TPA open dumping yang ada di kota makassar sesuai dengan amanat UU no. 18
tahun 2008.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
I. Pengelolaan Sampah ............................................................................... 37
A. Data Penelitian....................................................................................... 53
C. Pengolahan Data .................................................................................... 55
a. Proyeksi Penduduk Kota Makassar ................................................. 55
b. Prediksi Timbunan Sampah ............................................................ 57
c. Perhitungan Jumlah Kandungan CH4 .............................................. 60
d. Emisi Metana (CH4) Timbulan Sampah Perkarakteristik ............... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 85
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Hal
jumlah Penduduk..................................................................................... 61
penduduk ................................................................................................. 64
10. Emisi Metana dari Timbulan Sampah Organik TPA Tamangapa dengan
11. Prediksi emisi metana (CH4) dari Timbulan Sampah Organik TPA
Tamangapa .............................................................................................. 70
12. Emisi Metana ( CH4) dari Timbulan Sampah Kertas TPA Tamangapa 73
13. Prediksi emisi metana (CH4) dari Timbulan Sampah Kertas TPA
Tamangapa .............................................................................................. 77
14. Emisi Metana (CH4) dari Timbulan Sampah Kayu TPA Tamangapa ... 79
15. Prediksi emisi metana (CH4) dari Timbulan Sampah Kertas TPA
Tamangapa .............................................................................................. 82
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
3. Gambar 3.3 Nilai Default Dalam Perhitungan Emisi Metana (CH4) ...... 47
(kg) .......................................................................................................... 59
sampah..................................................................................................... 59
Tamangapa .............................................................................................. 60
11. Gambar 4.8 Emisi metana (CH4) di tinjau berdasarkan jumlah timbulan
12. Gambar 4.9 Prediksi emisi metana (CH4) tahun 2017 - 2026 dengan
13. Gambar 4.10 Prediksi emisi metana (CH4) tahun 2017 - 2026 dengan
xi
15. Gambar 4.12 Emisi Gas Metana (CH4) dari timbulan sampah organik .. 69
16. Gambar 4.13 Emisi Gas Metana (CH4) sampah organik dan jumlah
penduduk ................................................................................................. 70
17. Gambar 4.14 prediksi emisi metana (CH4) dari timbulan sampah
18. Gambar 4.15 Hubungan Prediksi Timbulan Sampah Organik (kg) dan
19. Gambar 4.16 hubungan prediksi emisi metana (CH4) dan jumlah
20. Gambar 4.17 emisi metana (CH4) dari timbulan sampah kertas ............. 77
22. Gambar 4.19 Hubungan Prediksi Timbulan Sampah Kertas (kg) dan Emisi
23. Gambar 4.20 Emisi Metana (CH4) Timbulan Sampah Kayu .................. 81
24. Gambar 4.21 Prediksi emisi metana (CH4) dari timbulan sampah
kayu ......................................................................................................... 82
25. Gambar 4.22 Prediksi Emisi Metana (CH4) dan jumlah penduduk
(jiwa) ....................................................................................................... 83
26. Gambar 4.23 Prediksi Emisi Metana (CH4) dan timbulan Sampah Kayu
(kg) .......................................................................................................... 83
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3 ( Dokumentasi )
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
termasuk di Kota Makassar. Di kota besar, sampah menjadi masalah yang cukup
besar baik dari segi jumlah maupun dari jenisnya, besar kecilnya masalah sampah
tumbuh seiring dengan pertumbuhan penduduk yang ada di kota tersebut. Potensi
produksi gas rumah kaca berkaitan dengan timbulan sampah serta komposisi
sampah, khususnya fraksi organik yang pada akhirnya akan menimbulkan gas
rumah kaca.
Pemanasan global dalam sistem iklim sangat nyata, dan sejak tahun 1950,
jumlah salju dan es semakin menurun, permukaan laut semakain meningkat, dan
konsentrasi gas rumah kaca lebih luas. Emisi gas rumah kaca yang berkelanjutan
akan menyebabkan pemanasan dan perubahan yang lebih besar di semua segmen
menyatakan bahwa emisi gas rumah kaca terus meningkat dari tahun 1970 sampai
2010. Emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia semakin cepat berkembang.
Pada tahun terakhir ini (2000 sampai 2010). Pada tahun 2010, emisi gas rumah
1
kaca mencapai 49,5 miliar ton (gigaton atau Gt) setara karbon dioksida (CO 2) Ini
Gas rumah kaca merupakan gas-gas yang ada di atmosfer, adapun yang
menyebabkan efek gas rumah kaca seperti , Karbondioksida (CO2), Metana (CH4),
secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah
komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati
lebih besar daripada gas lainnya. Berdasarkan IPCC , Methana memiliki efek 20-
30 kali lebih besar dibanding dengan karbon dioksida. Methane (CH4) adalah
salah satu dari gas rumah kaca yang terbesar kedua (Kyoto Protocol) setelah
karbondioksida (CO2) yang potensi pemanasan globalnya 28 kali lebih besar dari
CO2. Dapat dikatakan berdasarkan IPCC Fourt Assessment Report (IPCC, 2007),
total emisi metana dari emisi gas rumah kaca global adalah 14.3% dan 2.8%
Indonesia, 2016 ). Pada tahun 2016 jumlah timbulan sampah Kota Makassar
m³/hari, yakni hanya 95,37 persen terhadap timbulan. ( Dinas Pertamanan dan
2
Penelitian sebelumnya dari Lando, et.al., 2016 dan Lando, et.al., 2017
menunjukkan bahwa konsentrasi dan emisi metana dari TPA Tamangapa di kota
Makassar berada pada kisaran yang sangat bervariasi, dari 12 – 425 ppm untuk
Lingkungan Hidup Kota Makassar yang akan menjadi acuan untuk mengetahui
kandungan methana dari timbulan sampah kota Makassar, Oleh karena itu penulis
tertarik untuk meneliti dan menuangkan dalam bentuk Tugas Akhir yang
B. Rumusan Masalah
10 tahun ke depan.
C. Tujuan Penelitian
adalah :
D. Manfaat Penelitian
kuantitasdari emisi gas metana (CH4 ) di TPA Tamangapa dapat dijadikan sebagai
3
bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah kota Makassar dalam proses
mengurangi efek gas metana (CH4) , pemanasan global dan perubahan iklim
E. Batasan Masalah
Makassar dan jumlah timbulan sampah TPA Tamangapa pada tahun 2010- 2016.
Kuantitas metana (CH4) eksisting diketahui berdasarkan IPCC 2006 dan mengacu
F. Sistematika Penulisan
1. BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diterangkan mengenai latar belakang studi yang
berisi tentang masalah yang hendak dipecahkan oleh penulis, tujuan yang
dipakai dalam tugas akhir ini sehingga bisa dipahami secara sistematis.
4
3. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
dilapangan.
masalah yang diangkat dalam tugas akhir ini dengan metode teknik
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemanasan Global
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Selama kurang lebih seratus tahun
terakhir, suhu rata-rata di permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C.
meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti, karbondioksida (CO 2), metana
(PFC), dan sulfur heksafluorida ( SF6 ) di atmosfer. Emisi ini terutama dihasilkan
dari proses pembakaran bahan bakar fosil ( minyak bumi dan batu bara ) serta
antara lain, perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga permukaan air
laut naik, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Adanya perubahan sistem
dalam ekosistem ini telah memberi dampak pada kehidupan di bumi seperti
Efek rumah kaca sebagai suatu sistem di bumi sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup di bumi. Suhu atmosfer bumi akan menjadi lebih dingin jika tanpa
efek rumah kaca. Tetapi, jika efek rumah kaca berlebihan dibandingkan dengan
6
kondisi normalnya maka sistem tersebut akan bersifat merusak. Melihat sebagian
besar emisi gas rumah kaca bersumber dari aktivitas hidup manusia, maka
pemanasan global harus ada upaya solusinya dengan merubah pola hidup dan
Istilah Gas Rumah Kaca mengemuka seiring dengan isu pemanasan global
Indonesia.Namun, pemahaman terhadap apa itu gas rumah kaca, masih belum
banyak dipahami secara tepat oleh masyarakat luas. Bahkan, ada yang memaknai
gas rumah kaca sebagai gas yang dihasilkan oleh gedung-gedung tinggi berkaca di
kota-kota besar.
Gas-gas di atmosfer yang bersifat seperti rumah kaca disebut “Gas Rumah
Kaca (GRK)”. Terminologi Gas Rumah Kaca diartikan sebagai gas yang
Sebagian radiasi dari matahari dalam bentuk gelombang pendek ini diterima.
menyebabkan efek gas rumah kaca, lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat
menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Gas Rumah Kaca dapat
7
atmosfer global dan juga zterhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama
Dapat juga dikatakan bahwa gas rumah kaca (GRK) adalah istilah kolektif
Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (NOx), Ozon (O3), dan
uap air (H2O). Beberapa gas tersebut memiliki efek rumah kaca lebih besar
daripada gas lainnya.sebagai contoh, Metana memiliki efek 20-30 kali lebih besar
dibanding dengan Karbon Dioksida, dan CFC diperkirakan memiliki efek rumah
kaca 1000 kali lebih kuat dibanding dengan Karbon Dioksida ( Parteous,1992
partisipasi aktif masyarakat yang telah melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi
sumber emisi (emission source) dan penyerap emisi (carbon sink) dan adaptasi
8
Tabel 1.1 Gas rumah kaca penting,sumber dan konstribusinya terhadap
pada tabel 1,dimana metana berkontribusi 15-20 persen terhadap gas rumah kaca
dan oleh karena itu pengaruh ini tidak dapat diabaikan, adapun sumber-sumber
Salah satu gas rumah kaca yang dihasilkan dari tempat pembuangan
proses dekomposisi gas dari tempat pembuangan sampah sehingga menjadi gas
9
sampah organik dipecah oleh bakteri alami yang hadir dalam limbah dan di
tekstil, produk kayu dan kertas. Bakteri membusuk sampah organik terbagi
dalam empat fase yang kemudian akan di bahas pada tebel , dan komposisi gas
b. Volatilisasi yaitu Gas yang dihasilkan dari limbah tertentu, terutama senyawa
organik, yang akan berubah dari cairan atau padat menjadi uap. Proses ini
hasil penguapan dari bahan kimia yang dibuang di tempat pembuangan akhir.
diciptakan oleh reaksi bahan kimia tertentu yang terdapat dalam limbah.
Misalnya, jika klorin pemutih dan amonia tercampur dalam satu penampungan
10
tidak berbau, tidak berasa,
dan tidak berwarna.
Oksigen terdiri dari sekitar
21% atmosfer. ini
Oksigen 0,1-1
tidak berbau, tidak berasa,
dan tidak berwarna.
Amonia adalah gas tak
Amonia 0,1-1 berwarna dengan bau yang
menyengat
MNOC adalah senyawa
organik yang mengandung
karbon,metana termaksud
senyawa yang dihasilkan
dari sampah organik namu
tidak dipertimbangkan oleh
MNOC, MNOC dapat
NMOCs terjadi secara alami atau
(non-methane organic 0,01-0,6 terbentuk dari proses
compounds) kimia sintesis ,dan yang
paling sering ditemukan di
tempat pembuangan
sampah meliputi
akrilonitril,1,1-
diklorometana,benzena dan
masih ada beberapa
senyawa lainnya.
Sulfida adalah gas alami
yang menhasilkan
campuran gas yang ada di
tempat penampungan
Sulfida 0-1 sampah,sulfida dapat
menyebabkan bau tidak
sedap bahkan pada
konsentrasi sangat rendah,
contohnya bau telur
Hidrogen adalah gas tanpa
Hidrogen 0-0.2
bau dan tidak berwarna.
Karbon monoksida adalah
Karbon Monoksida 0-0.2 gas tanpa bau dan tidak
berwarna.
Akhir) terbagi dalam empat fase dimana komposisi gas akan menghasilkan
11
perubahan dengan masing-masing dari empat fase dekomposisi, dan dapat
a. Tahap 1
karbohidrat, protein, dan lipid yang terbentuk menjadi limbah organik dan
yang merupakan produk utama dari proses ini adalah karbon dioksida.
Kandungan nitrogen tinggi di awal dari fase ini, Tahap I akan berlanjut
dalam hitungan hari atau bulan, tergantung berapa banyak oksigen hadir
b. Tahap 2
bakteri aerobik menjadi asetat, laktat, asam format dan alkohol seperti
asam. Sebagian asam dicampur dengan mois Ture yang hadir di tanah dan
di nutrisi untuk larut, yang kemudian akan membuat nitrogen dan fosfor
12
dioksida dan hidrogen. Jika TPA terganggu atau jika oksigen terganggu
c. Tahap 3
dan asetat juga banyak yang akan mengandung racun bagi bakteri
penghasil asam.
d. Tahap 4
stabil di Tahap IV, (Crawford dan Smith 1985). Gas produksi bisa
bertahan lebih lama, misalnya, jika jumlah sampah organik lebih besar
hadir di TPA, seperti di tempat terbuka yang lebih tinggi dari jumlah rata-
bergantung pada karakteristik limbah (misalnya komposisi dan umur sampah) dan
13
sejumlah faktor lingkungan (misalnya, adanya oksigen di tempat pembuangan
2. Usia timbulan. Umumnya, limbah yang baru saja dikuburkan (limbah yang
lama (dikubur lebih dari 10 tahun). Produksi gas puncak biasanya terjadi
diproduksi bila oksigen sudah tidak ada lagi di tempat pembuangan akhir.
menghasilkan gas.
berpindah dari tempat pembuangan akhir. Gas cenderung untuk memperluas dan
14
mengisi ruang yang tersedia, sehingga gas akan bergerak, atau "bermigrasi,"
melalui ruang pori-pori terbatas di dalam tempat sampah dan tanah yang menutupi
tempat pembuangan akhir. Kecenderungan alami gas landfill yang lebih ringan
dari udara, seperti metana, adalah bergerak ke atas, biasanya melalui permukaan
landfill. Pergerakan ke atas gas landfill dapat dihambat oleh limbah padat atau
bahan penutup TPA (dengan tutupan tanah sehari-hari). Bila gerakan ke atas
mengikuti jalur yang paling tidak tahan. Beberapa gas, seperti karbon dioksida,
lebih padat daripada udara dan akan terkumpul di daerah bawah permukaan,
seperti koridor utilitas. Tiga faktor utama mempengaruhi migrasi gas landfill:
daerah konsentrasi gas tinggi ke daerah dengan konsentrasi gas yang lebih
dibatasi oleh penutup tanah yang dipadatkan dan daerah dengan tekanan
15
rendah dimana pergerakan gas tidak dibatasi. Variasi tekanan di seluruh
TPA menyebabkan gas bergerak dari area tekanan tinggi ke daerah dengan
lebih tinggi daripada tekanan atmosfir atau tekanan udara dalam ruangan.
Bila tekanan di TPA lebih tinggi, gas cenderung bergerak ke udara sekitar
c. Permeabilitas, Gas juga akan bermigrasi sesuai dengan jalur yang paling
dan cairan mengalir melalui ruang terhubung atau pori-pori dalam sampah
dan tanah. Kering, tanah berpasir sangat permeabel (banyak ruang pori
16
1. Komposisi sampah . Semakin banyak sampah organik yang ada di tempat
berkembang. Bila nutrisi ini ada, produksi gas landfill meningkat. Sebagai
tinggi.
limbah dalam Tahap I. Jika limbah dikuburkan secara longgar atau sering
tergantung hidup lebih lama dan menghasilkan karbon dioksida dan air
untuk waktu yang lebih lama. Jika limbahnya sangat padat, produksi
metana akan dimulai lebih awal karena bakteri aerobik digantikan oleh
bakteri anaerob penghasil metana pada Tahap III. Gas metana mulai
akhir digunakan oleh bakteri aerob.Oleh karena itu, oksigen yang tersisa di
mengubah aktivitas bakteri. Dalam skenario ini, limbah pada Tahap IV,
17
misalnya, mungkin secara singkat kembali ke Tahap I sampai semua
bakteri dan mengangkut nutrisi dan bakteri ke semua area di dalam tempat
tingkat di mana air dapat menyusup ke limbah. Tingkat produksi gas lebih
tinggi jika curah hujan lebat dan / atau tempat pembuangan akhir yang
gilirannya meningkatkan laju produksi gas TPA. Suhu yang lebih dingin
lebih besar pada produksi gas di tempat pembuangan sampah dangkal. Hal
yang cukup besar dalam waktu 1 sampai 3 tahun. Produksi gas puncak
18
biasanya terjadi 5 sampai 7 tahun setelah limbah dibuang. Hampir semua
kecil gas dapat terus dipancarkan dari tempat pembuangan sampah selama
periode 40 tahun. Bagian yang berbeda dari TPA mungkin berada dalam
bahan organik dalam limbah merupakan faktor penting dalam berapa lama
sampah atau timbulan sampah dimana Arah, kecepatan, dan jarak migrasi gas
bawah ini.
1. Jenis penutup landfill. Jika tutupan landfill terdiri dari material yang relatif
bermigrasi naik melalui tutupan landfill. Jika tutupan landfill terdiri dari
lumpur dan lempung, itu tidak terlalu permeabel; gas kemudian akan
bermigrasi secara horisontal di bawah tanah. Jika satu area TPA lebih
permeabel daripada yang lain, gas akan bermigrasi melalui area tersebut.
2. Jalur alami dan buatan manusia. Saluran air, parit, dan koridor utilitas
19
sebagai saluran untuk pergerakan gas. Geologi alami sering menyediakan
jalur bawah tanah, seperti batuan retak, tanah berpori, dan saluran arus
3. Kecepatan dan arah angin. Gas landfill yang secara alami dilepas ke udara
konsentrasi gas di udara, yang bisa sangat bervariasi dari hari ke hari,
bahkan jam demi jam. Pada pagi hari, misalnya, angin cenderung lembut
lain.
untuk berpindah melalui bagian atas TPA ke udara di atas. Hujan dan
5. Tingkat air tanah. Pergerakan gas dipengaruhi oleh variasi pada tabel air
tanah. Jika air naik ke suatu daerah, maka akan memaksa gas landfill ke
atas.
juga untuk meningkatkan difusi gas, sehingga gas landfill bisa menyebar
lebih cepat dalam kondisi lebih hangat. Meskipun TPA itu sendiri
landfill bermigrasi ke atas atau horizontal. Tanah beku di atas TPA dapat
20
memberikan penghalang fisik terhadap migrasi gas landfill ke atas, yang
7. Tekanan gas barometrik dan tanah. Perbedaan antara tekanan gas tanah
atau lebih rendah daripada tekanan gas tanah. Saat tekanan barometrik
bangunan dan rumah. Retakan dan celah pondasi, perbedaan tekanan antara
bagian dalam dan luar bangunan atau rumah, sistem ventilasi mekanis, dan area
drainase lantai) memberikan titik masuk untuk gas. Bangunan dan rumah dengan
ruang bawah tanah umumnya menyediakan akses paling mudah untuk gas yang
bermigrasi di dalam tanah. Jumlah gas yang masuk ke bangunan atau rumah
Konsentrasi gas dalam udara dalam ruangan juga bergantung pada desain
bangunan atau rumah, laju pertukaran udara, dan jarak bangunan atau rumah dari
21
a. Tempat pembuangan limbah padat perkotaan (MSW) digunakan untuk
antaranya saat ini aktif dan menerima limbah. Tempat pembuangan akhir
digunakan sebelum tahun 1979 dan dibangun tanpa kriteria desain teknik
dan penentuan tapak, dan sedikit, jika ada, kontrol peraturan. Tumpahan
Beberapa tempat pembuangan akhir MSW yang beroperasi saat ini dimulai
22
pada tahun 1960an sebagai tempat pembuangan terbuka atau berada
seperti kayu, batu lembaran, papan gipsum, beton, batu bata, dan bahan
e. Area pembuangan limbah vegetasi, juga dikenal sebagai "area sampah dan
negara bagian, area pembuangan ini tidak diatur sebelum tahun 1980an. Di
lahan untuk mengubur pohon dan dibersihkan dari lahan yang digunakan
jumlah besar dan, mungkin, bangkai hewan dibuang. Tidak ada peraturan
hewan. Sebagai hasil kandungan organik tinggi, produksi metana bisa jadi
23
signifikan. Mematikan pupuk kandang dan bangkai akan menghasilkan
penduduk terdekat.
D. Pengertian Sampah
adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan
secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat
selama manufaktur, atau materi berkelebihan atau buangan. Sampah adalah suatu
bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun
proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (istilah lingkungan untuk
adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai
Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau
proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah sampah yang
proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang
tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi padat, cair, atau gas.
Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Sampah merupakan masalah bagi orang di seluruh
dunia ini karena sampah merupakan suatu barang yang tidak terpakai lagi.
24
Seiring dengan semakin tingginya populasi manusia, maka produksi sampah juga
E. Jenis-Jenis Sampah
sering digunakan yaitu yang pertama adalah sebagai sampah organik, atau sampah
basah, yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa
makanan ternak, sayur, buah, dan lain-lain, dan yang kedua adalah sebagai
sampah anorganik, atau sampah kering yang terdiri atas kaleng, plastik, besi dan
logam- logam lainnya, gelas dan mika. Kadang kertas dimasukkan dalam
kelompok ini. Sedangkan bila dilihat dari sumbernya, sampah perkotaan yang
kelompok, yaitu:
rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah domestik. Dari
plastik, kertas, karton/dos, kain, kayu, kaca, daun, logam, dan kadang-kadang
sampah berukuran besar seperti dahan pohon. Praktis tidak terdapat sampah
yang biasa dijumpai di negara industri, seperti mebel, TV bekas, kasur dan
lainnya. Kelompok ini dapat meliputi rumah tinggal yang ditempati oleh
25
(bahan berbahaya dan beracun), seperti misalnya baterai, lampu, sisa obat-
dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan juga sisa
makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa sayur, buah,
makanan yang mudah membusuk. Secara umum sampah dari sumber ini
adalah mirip dengan sampah domestik tetapi dengan komposisi yang berbeda.
Sumber sampah dari kelompok ini dapat berupa jalan kota, taman,
tempat parkir, tempat rekreasi, saluran darinase kota, dan lain-lainnya. Dari
5. Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota
plastik, dll. Yang perlu mendapat perhatian adalah, bagaimana agar sampah
yang tidak sejenis sampah kota tersebut tidak masuk dalam sistem
26
6. Pertanian
ini misalkan sampah dari kebun, kandang, ladang, dan sawah. Sampah yang
F. Komposisi Sampah
diketahui, hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan
alat atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah. Komposisi sampah
adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, kayu, kain-
tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya
sampah yang secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, plastik, logam
dan lain-lain. Komposisi sampah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
27
berkurang karena membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas
sedang berlangsung.
sebagainya.
terutama yang berasal dari sisa makanan adalah sampah yang mudah
sebagai sampah basah atau sampah organik. Sampah basah berpotensi untuk
G. Karakteristik Sampah
komersial, selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat
28
terdekomposisi, sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradable
sehingga sulit terdekomposisi. Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa
makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun.
Bagian anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar, logam, dan debu.
Sampah yang mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas, biasanya
dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai. Buku, koran, dan
b. Sampah kaca, terdiri atas botol kaca, cermin, keramik, balon lampu, dan
lain-lain.
c. Sampah logam, dapat berupa besi, kaleng, seng, pelat tipis dan sejenisnya.
obat, botol shampoo atau handbody, pipa air, kabel listrik, jergen, ember,
f. Sampah kayu, terdiri atas tusuk sate, ranting dan cabang pohon, serpihan
29
g. Sampah tekstil, misalnya kain, popok, karpet, gorden, taplak, selimut, dan
sejenisnya.
H. Pengolahan sampah
pemanfaatan kembali) yang dapat di konversi menjadi produk atau energy dari
sampah. pada tahap ini digunakan berbagai cara teknik dan fasilitas untuk
antaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan
1. Penimbunan Darat
penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi
penimbunan darat yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik
30
berbau sampah, menarik berkumpulnya hama, dan adanya genangan air
sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur
atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan
listrik. Metode-metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan
dijelaskan di bawah.
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal
tercampur.
4. Pengolahan Biologis
Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
5. Pemulihan Energi
31
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil
langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur
wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah
sampah menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas
memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang
atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas
32
sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh
a. Open Dumping
Cara open dumping merupakan cara yang paling mudah dan murah
ditimbulkan dari cara ini antara lain bau yang tidak sedap, sampah
tempat berkembang biak vektor penyakit seperti kecoa, lalat dan tikus.
b. Incineration
perlu diawasi dengan baik, metode ini sangat sederhana dan biaya yang
murah. Pada metode ini zat padat yang tersisa berupa abu yang jumlahnya
relatif lebih kecil dibandingkan volume semula. Demikian juga bau busuk
dapat diminimalisasi.
c. Sanitary landfill
metode ini sampah dibuang, ditutup dengan tanah dan bersamaan dengan
ini dipadatkan dengan alat berat agar menjadi lebih mampat. Lapisan di
33
atasnya dituangkan sampah berikut tanah secara berlapis dan demikian
d. Composting
e. Daur ulang
yang berharga. Kertas bekas diolah lagi menjadi kertas baru. Hal ini
dapat juga dilakukan terhadap jenis sampah logam, plastik, gelas. Jenis
f. Bank Sampah
menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada Bank Sampah adalah
sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja Bank Sampah pada
biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang.Akan tetapi, dalam
34
dan inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan
I. Pengelolaan Sampah
bersumber dari kegiatan manusia dan hewan yang dibuang karena tidak
Pengertian sampah mengalami perubahan pada tahun terakhir ini karena aspek
pembuangan tidak disebutkan lagi dengan jelas. Dimana pada masa sekarang ada
mungkin melakukan pengolahan atau daur ulang. Hal ini tertuang pula dalam UU
manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam PP No. 81 tahun 2012
disebutkan definisi dari sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik.
35
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sampah.
diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin. Pola
3R (reduce, reuse, recycle) yang diterapkan mulai dari sumber sampah. Pola
pengelolaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Adanya program 3R diharapkan
atau TPA, sehingga menurunkan beban pengelolaan sampah pada skala kota
36
diperlukan informasi mengenai komposisi, karakteristik dan laju timbulan
sampah. Misalnya, sampah yang didominasi oleh jenis sampah organik mudah
frekuensi yang lebih tinggi dari sampah yang tidak mudah membusuk, seperti
Undang Nomor 18 Tahun 2008 adalah banyaknya sampah dalam satuan berat dan
volume, yaitu: Satuan berat : Kilogram per orang per hari (kg/orang/hari) atau
Liter per orang per hari (L/orang/hari/) L per meter- persegi bangunan per hari
berat dan volume atau keduannya. Menurut Tchobanoglous et al., (1993) ada
penghitungan beban (Load Count Analysis) Analisis ini dihitung dengan mencatat
jumlah masing-masing volume yang masuk ke TPA baik volume, berat, jenis
angkutan dan sumber sampah kemudian dihitung jumlah timbulan sampah kota
37
Lingkungan Permukiman, 2011). Ada beberapa cara untuk melakukan proyeksi
penduduk, antara lain metode aritmatik, geometrik dan least square. Pemilihan
kota.
1. Metode Aritmatik
Pn = Po + r (dn)………………………………………(pers 2.1)
Dimana :
2. Metode Geometrik
Pn = Po (1 + r)dn…………………………….………(pers 2.2)
Dimana :
38
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi
39
BAB III
METODE PENELITIAN
selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°, 18’, 27’, 97” Bujur Timur dan
5’. 8’, 6’, 19” Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar 175,77 km 2 yang
40
Tempat Pengelolaan Akhir ( TPA ) Sampah Tamangapa berada pada
Tamangapa dibuka pada tahun 1993 dan diharapkan akan tetap menjadi satu-
hingga tahun 2016. Lahan TPA ini telah mengalokasikan sekitar 14,3 Ha lahan
dikota Makassar maka ada penambhan lahan untuk beberapa zona sehingga
B. Kerangka Penelitian
pembuatan kerangka penelitian yang terdiri atas Perumusan ide studi, studi
sampai dengan pengolahan data yang menghasilkan data jumlah emisi metana (
41
CH4 ) menggunakan ketetapan IPCC 2006.
tersebut berupa data jumlah penduduk kota Makassar dan data jumlah timbulan
sampah dengan rentan waktu ±10 tahun terakhir. Adapun data sekunder yang di
42
Adapun bagan alir dari proses pengerjaan tugas akhir asebagai berikut :
Mulai
Rumusan Masalah
Penentuan Tujuan
Masalah
Selesai
C. Rumus Perhitungan
Change (IPCC) tahun 2006 . Pedoman IPCC Tahun 2006 merupakan metode
43
yang dapat diterapkan untuk semua negara atau wilayah sebab pada pedoman
44
Tabel 3.1 Nilai default untuk timbulan sampah
perkarakteristik
45
pembuangan.
Dimana :
Dimana :
jumlah bahan reaktif. Ini berarti bahwa tahun dimana timbulan sampah yang
46
disimpan di TPA tidak relevan dengan jumlah CH4 yang dihasilkan setiap
....................(Pers 3.3)
..................(Pers 3.4)
Dimana :
Gg
( T-1 ), Gg Data
T, Gg
47
Timbulan Metana ( CH4) Dari Ddocm Yang Dapat Terdekomposisi
............(pers 3.5)
Dimana :
( fraksi )
Emisi metana ( CH4 ) dari pembuangan limbah padat selama satu tahun
hasil degradasi bahan organik dalam kondisi anaerobik. Bagian dari CH4 yang
dipancarkan dari TPA akan lebih kecil dari jumlah yang dihasilkan.
48
.......(pers 3.6)
Diamana :
D. Pengolahan Data
CH4 dari jumlah timbulan sampah yang dihasilkan TPA Tamangapa. Data yang
E. Analisis Data
Miles dan Huberman dalam Bungin (2005) dilakukan melalui tiga jalur sebagai
berikut:
Dengan kata lain, pada tahap ini dilakukan analisis untuk menggolongkan
49
data sesuai dimensi penelitian, membuang data yang tidak perlu,
pada alur pertama dan kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat
(teks naratif).
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Analisis pada alur ini adalah mencari
makna benda-benda dan peristiwa, pola-pola dan alur sebab akibat untuk
membangun preposisi.
50
BAB IV
A. Data Penelitian
memperoleh data yang di butuhkan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD TPA
Hidup dan Badan Pusat Statistik Kota Makassar). Data-data yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Ada tiga faktor yang
perpindahan penduduk.
Data jumlah penduduk kota Makassar bersumber dari data Badan Pusat Statistik
Kota Makassar. Data yang digunakan adalah data jumlah penduduk 5-10 tahun
kota Makassar agar dapat diprediksi jumlah penduduk kota Makassar di tahun
Tahun Penduduk
2010 1.339.374
2011 1.352.136
2012 1.369.606
2013 1.408.072
2014 1.429.242
51
Tahun Penduduk
2015 1.449.401
2016 1.469.601
Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2015
yang semakin besar secara tidak langsung menimbulkan jumlah timbulan sampah
yang semakin besar. Timbulan sampah dapat di lihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3
52
B. Pengolahan Data
tidak langsung menimbulkan jumlah timbulan sampah yang semakin besar. Pada
paling besar yaitu 0,97 dan kesalahan terkoreksi dengan standar deviasi sebesar
jumlah timbulan sampah di TPA Tamangapa sampai pada tahun 2026 mendatang.
Adapun hasil proyeksi penduduk dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tahun Penduduk
2017 1.467.531
2018 1.486.814
2019 1.506.350
2020 1.526.143
2021 1.546.196
2022 1.566.512
2023 1.587.096
2024 1.607.950
2025 1.629.078
2026 1.650.483
53
Jumlah Penduduk
1480000
1460000
1440000
penduduk ( jiwa )
1420000
1400000
1380000
1360000
1340000
1320000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
1650000
penduduk ( jiwa )
1600000
1550000
1500000
1450000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
diperlukan hasil dari prediksi jumlah penduduk kota Makassar. Untuk tahun 2016,
54
volume sampah TPA Tamangapa adalah sebesar 237.851.884 kg/tahun. Sehingga
dengan nilai volume tahunan ini, didapatkan volume harian sebesar 651.648,997
kg/hari . Dari volume harian, maka dapat diketahui volume sampah yang
dihasilkan per-orang per-hari yaitu dari pembagian volume harian dengan jumlah
penduduk kota Makassar Tahun 2016. Dari hasil pembagian tersebut diketahui
bahwa volume sampah per-orang per-hari di Kota Makassar adalah sebesar 0,4492
Merujuk pada hasil hitungan tersebut maka dapat diprediksi volume sampah di
kota Makassar pada tahun-tahun yang akan datang. Hasilnya dapat dilihat pada
55
Tabel 4.6 Prediksi Timbulan Sampah TPA Tamangapa
Timbulan sampah ( kg )
260000000
250000000
Timbulan sampah ( kg )
240000000
230000000
220000000
210000000
200000000
190000000
180000000
170000000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah timbulan sampah di TPA Tamangapa
pada tahun 2013 mengalami peningkatan paling tinggi yaitu sebesar 43.551.840
kg.
56
Prediksi Timbulan Sampah
270000000
265000000
Timbulan Sampah ( kg )
260000000
255000000
250000000
245000000
240000000
235000000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
jumlah penduduk
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa prediksi kenaikan timbulan sampah terjadi
setiap tahunnya dimana jumlah timbulan sampah pada tahun 2026 mencapai
267.127.337,7 kg.
270000000
260000000
250000000
240000000
230000000
220000000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
57
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa prediksi kenaikan timbulan sampah terjadi
setiap tahunnya dimana jumlah timbulan sampah pada tahun 2026 mencapai
293.151.206,9 kg.
290000000
280000000
270000000
260000000
250000000
240000000
230000000
220000000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
Tamangapa
Dari gambar 4.6 dapat di lihat bahwa prediksi timbulan sampah dengan
Timbulan sampah TPA menggunakan data sampah masuk TPA selama kurang
lebih 5 tahun terakhir yang tercatat pada UPTD TPA Tamangapa serta pengolahan
Untuk memperoleh nilai emisi metana ( CH4 ) dapat digunakan rumus yang
terdapat pada IPCC 2006 dengan mencantumkan perhitungan pada tahun 2010
58
dan 2011 kemudian untuk tahun-tahun selanjutnya dapat di kerjakan mengikuti
tahap pengerjaan pada tahun 2010 dan 2011 yaitu sebegai berikut:
Tabel 4.7 Emisi Metana dari Timbulan Sampah TPA Tamangapa dengan asumsi
jumlah Penduduk
Timbulan
Penduduk DDOCm DDOCmaT DDOCm CH4
Tahun Sampah Lo (Gg)
(jiwa) (Gg) (Gg) decompT (Gg) (Gg)
( kg )
2010 1.339.374 194.451.559 9,392 6,261 9,392 0 0
2011 1.352.136 193.405.111 9,322 6,215 18,151 0,563 0,375
2012 1.369.606 203.419.001 9,823 6,549 26,886 1,089 0,726
2013 1.408.072 246.970.841 11,940 7,960 37,213 1,613 1,075
2014 1.429.242 247.182.733 11,940 7,960 46,920 2,232 1,488
2015 1.449.401 246.271.225 11,894 7,929 56,000 2,815 1,876
2016 1.469.601 237.851.884 11,486 7,657 64,127 3,360 2,240
Tahap 1
Lo = DDOCm · F ·16/12
= 6,261 Gg
Tahap 3
= 9,392 + 0 · 0,94
= 9,392 Gg
59
Tahap 4
= 0 · (1 - 0,94)
= 0 Gg
Tahap 5
= 0 · 0,5 · 16/12
= 0 Gg
= 9,322 Gg
Tahap 2
Lo = DDOCm · F ·16/12
= 6,215 Gg
Tahap 3
= 18,151 Gg
60
Tahap 4
= 9,322 · ( 1- 0,94 )
= 0,653 Gg
Tahap 5
= 0,37 Gg
1.5
CH4, GG
0.5
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TAHUN
Hasil perhitungan emisi metana ( CH4 ) dapat dilihat pada gambar 4.7, dimana
mengalami kenaikan dari tahun 2011-2016. Dimana kenaikan yang paling tinggi
61
tahun yang lain. Untuk hasil prediksi emisi metana ( CH4 ) dari hasil prediksi
jumlah penduduk dan timbulan sampah dapat di lihat pada tabel 4.8
jumlah penduduk
Tiimbulan DDOCm
Penduduk DDOCm Lo DDOCmaT CH4
Tahun Sampah decompT
(jiwa) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg ) (Gg)
2017 1.488.911 240.977.185,6 11,486 7,658 71,766 3,847 2,565
2018 1.508.475 244.143.552,8 11,642 7,762 79,103 4,305 2,870
2019 1.528.296 247.351.525 11,799 7,866 86,156 4,746 3,164
2020 1.548.377 250.601.649 12,111 8,074 93,098 5,169 3,446
2021 1.568.722 253.894.478,7 12,268 8,178 99,780 5,586 3,724
2022 1.589.335 257.230.575,2 12,424 8,282 106,218 5,987 3,991
2023 1.610.218 260.610.506,9 12,580 8,387 112,425 6,373 4,249
2024 1.631.376 264.034.849,9 12,736 8,491 118,417 6,745 4,497
2025 1.652.812 267.504.187,8 12,893 8,595 124,204 7,105 4,736
2026 1.674.529 271.019.111,7 13,049 8,699 129,802 7,452 4,968
Sumber : pengolahan data
sampah
Tiimbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2017 232.706.782,7 11,092 7,395 71,372 3,848 2,565
2018 238.754.495,7 11,386 7,591 78,476 4,282 2,855
2019 244.959.379,9 11,685 7,790 85,452 4,709 3,139
2020 251.325.520,2 12,147 8,098 92,472 5,127 3,418
2021 257.857.107,2 12,459 8,306 99,383 5,548 3,699
2022 264.558.440,7 12,778 8,519 106,198 5,963 3,975
2023 271.433.932,2 13,103 8,735 112,929 6,372 4,248
2024 278.488.107,8 13,434 8,956 119,588 6,776 4,517
2025 285.725.611,2 13,771 9,181 126,184 7,175 4,784
2026 293.151.206,9 14,115 9,410 132,728 7,571 5,047
Sumber : hasil olah data
62
CH4 ( Gg ) Asumsi Jumlah Penduduk
5.5
5
4.5
CH4, Gg 4
3.5
3
2.5
2
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
4
3.5
3
2.5
2
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
Hasil gambar 4.8 dan 4.9 dapat di lihat bahwa prediksi metana (CH4) setiap
63
CH4 dengan Asumsi penduduk dan
5.5 Sampah 5.047346219
4,968196631
5
4.5
CH4 , Gg
4
3.5
3
2.5
2
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
CH4 ( Gg ) Asumsi Jumlah Penduduk
CH4 ( Gg ) Timbulan Sampah
Hasil gambar 4.10 dapat di lihat bahwa prediksi metana (CH4) setiap
Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah organik dilakukan untuk
mengetahui emisi metana dari timbulan per karakteristik sampah yang ada di TPA
dapat dilihat pada tabel 4.10. Untuk memperoleh nilai emisi metana ( CH4 ) pada
sampah organik menggunakan data tahun 2006 – 2007 sebagai tinjauan, kemudian
64
Tabel 4.10 Emisi Metana dari Timbulan Sampah Organik TPA
Timbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2010 149.533.248,9 7,966 5,311 7,966 0,000 0,000
2011 144.686.363,5 7,692 5,128 15,295 0,637 0,425
2012 147.926.297,5 7,879 5,253 21,764 1,224 0,816
2013 187.006.320,8 9,972 6,648 27,902 1,741 1,161
2014 189.638.592,8 10,104 6,736 35,642 2,232 1,488
2015 186.476.571,6 9,934 6,623 42,894 2,851 1,901
2016 182.479.965,4 9,720 6,480 49,397 3,432 2,288
Sumber : hasil pengolahan data
Tahap 1
= 7,966 Gg
Tahap 2
Lo = DDOCm · F ·16/12
= 5,310 Gg
Tahap 3
= 7,966 + 0 · 0,92
= 7,966 Gg
65
Tahap 4
= 0 · (1 - 0,92)
= 0 Gg
Tahap 5
= 0 · 0,5 · 16/12
= 0 Gg
Tahap 1
= 7,692, Gg
Tahap 2
Lo = DDOCm · F ·16/12
= 5,128 Gg
Tahap 3
= 15,295 Gg
66
Tahap 4
= 7,966 · (1 - 0,92)
= 0,637 Gg
Tahap 5
= 0,425 Gg
2.000
1.500
CH4, Gg
1.000
0.500
0.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Gambar 4.11 Emisi Gas Metana ( CH4 ) dari timbulan sampah organik
Dari Gambar 4.11 dapat di lihat bahwa emisi metana ( CH4 ) setiap tahunnya
67
emsii metana
2.500
R² = 0.9794
2.000
1.500
CH4, Gg
1.000
0.500
0.000
1320000 1340000 1360000 1380000 1400000 1420000 1440000 1460000 1480000
Jumlah Penduduk(jiwa)
Gambar 4.12 Emisi Gas Metana ( CH4 ) sampah organik dan jumlah
penduduk
Pada gambar 4.12 terlihat bahwa emisi metana ( CH4 ) di TPA Tamangapa dari
tahun 2010 – 2016 berbanding lurus dengan berkolerasi dengan jumlah penduduk
Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah dimana
jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat. Untuk hasil
prediksi Emisi CH4 dari hasil prediksi jumlah penduduk dan timbulan sampah
Tabel 4.11 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah organik TPA
Tamangapa
Timbulan
Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah DDOCm (Gg)
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2017 232.706.782,7 9,720 6,480 55,165 3,952 2,634
2018 238.754.495,7 9,852 6,568 60,471 4,413 2,942
2019 244.959.379,9 9,984 6,656 65,485 4,838 3,225
2020 251.325.520,2 10,249 6,832 70,231 5,239 3,493
2021 257.857.107,2 10,381 6,921 74,861 5,618 3,746
68
Timbulan
Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah DDOCm (Gg)
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2022 264.558.440,7 10,513 7,009 79,253 5,989 3,993
2023 271.433.932,2 10,645 7,097 83,426 6,340 4,227
2024 278.488.107,8 10,778 7,185 87,397 6,674 4,449
2025 285.725.611,2 10,910 7,273 91,183 6,992 4,661
2026 293.151.206,9 11,042 7,361 94,798 7,295 4,863
5.000
4.500
CH4, Gg
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
Gambar 4.13 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah organik
69
hubungan prediksi emisi metana ( CH4) dengan
timbulan sampah
5.500
5.000
4.500
CH4, Gg
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
220000000 240000000 260000000 280000000 300000000
timbulan sampah (kg)
4.500
CH4, Gg
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1450000 1500000 1550000 1600000 1650000 1700000
penduduk ( jiwa)
Gambar 4.15 Prediksi emisi metana (CH4 ) dan jumlah penduduk ( jiwa )
Dari gambar gambar 4.14 dan 4.15 terlihat bahwa prediksi jumlah penduduk dan
menghasilkan kandungan CH4 semakin meningkat tiap tahunnya pula. Hal ini
70
berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah organik dimana
Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah kertas dilakukan untuk
mengetahui emisi metana dari timbulan per karakteristik sampah yang ada di TPA
Tamangapa. Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah kertas dapat
dilihat pada tabel 4.12. Untuk memperoleh nilai emisi metana ( CH4 ) pada
sampah organik menggunakan data tahun 2006 – 2007 sebagai tinjauan, kemudian
Tabel 4.12 Emisi Metana ( CH4 ) dari Timbulan Sampah Kertas TPA Tamangapa
Timbulan
Tahun DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2010 16.567.273 2,354 1,569 2,354 0,000 0,000
2011 17.038.990 2,416 1,610 4,613 0,094 0,063
2012 19.467.198 2,765 1,843 6,844 0,185 0,123
2013 20.671.459 2,939 1,960 9,336 0,274 0,183
2014 21.232.997 3,017 2,011 11,902 0,373 0,249
2015 20.612.902 2,928 1,952 14,442 0,476 0,317
2016 20.431.477 2,902 1,935 16,793 0,578 0,385
Tahap 1
= 2,353 Gg
71
Tahap 2
Lo = DDOCm F ·16/12
= 1,569 Gg
Tahap 3
= 2,353 + 0 · 0,96
= 2,353 Gg
Tahap 4
= 0 · (1 - 0,96)
= 0 Gg
Tahap 5
= 0 · 0,5 · 16/12
= 0 Gg
72
Kandungan CH4 Sampah Kertas Tahun 2011
Tahap 1
Lo = DDOCm · F ·16/12
= 1,610 Gg
Tahap 3
= 4,613 Gg
Tahap 4
= 4,613 · (1 - 0,96)
= 0,094 Gg
Tahap 5
= 0,063 Gg
73
emisi metana (CH4)
0.450
0.400
0.350
0.300
CH4, Gg
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Dari Gambar 4.16 dapat di lihat bahwa emisi metana (CH4) setiap tahunnya
mengalami peningkatan, tahun 2010 sebesar 0,00 Gg dan tahun 2016 sebesar
0,385
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
1330000 1380000 1430000 1480000
jumlah penduduk (jiwa)
Gambar 4.17 Prediksi Emisi metana (CH4 ) dan jumlah penduduk ( jiwa )
Pada gambar 4.17 terlihat bahwa emisi metana ( CH4 ) di TPA Tamangapa dari
74
Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah dimana
jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat. Untuk hasil
prediksi Emisi CH4 dari hasil prediksi jumlah penduduk dan timbulan sampah
Tabel 4.13 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah kertas
TPA Tamangapa
Tiimbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2017 20.142.565,83 2,902 1,935 19,023 0,672 0,448
2018 20.712.770,21 2,942 1,961 21,164 0,761 0,507
2019 21.299.116,18 2,981 1,987 23,259 0,847 0,564
2020 21.902.060,68 3,060 2,040 25,310 0,930 0,620
2021 22.522.073,59 3,099 2,066 27,358 1,012 0,675
2022 23.159.638,09 3,139 2,093 29,363 1,094 0,730
2023 23.815.251,04 3,178 2,119 31,327 1,175 0,783
2024 24.489.423,37 3,218 2,145 33,252 1,253 0,835
2025 25.182.680,45 3,257 2,172 35,140 1,330 0,887
2026 25.895.562,55 3,297 2,198 36,992 1,406 0,937
0.900
0.800
CH4, Gg
0.700
0.600
0.500
0.400
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
Gambar 4.18 Prediksi emisi metana (CH4) dari timbulan sampah kertas
75
prediksi emisi metana (CH4) dan jumlah
penduduk ( jiwa
1.000
0.900
0.800
CH4, Gg
0.700
0.600
0.500
0.400
1450000 1500000 1550000 1600000 1650000 1700000
jumlah penduduk (jiwa)
Gambar 4.19 prediksi emisi metana (CH4) dan jumlah penduduk (jiwa)
0.900
0.800
CH4, Gg
0.700
0.600
0.500
0.400
220000000 240000000 260000000 280000000 300000000
Timbulan Sampah (kg)
Gambar 4.20 prediksi emisi metana (CH4) dan jumlah timbulan sampah
kertas
(kg)
Dari gambar gambar 4.18 dan 4.19 terlihat bahwa prediksi jumlah penduduk dan
76
Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah kertas
dimana jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat. .
Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah kayu dilakukan untuk
mengetahui emisi metana dari timbulan per karakteristik sampah yang ada di TPA
Tamangapa. Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah kayu dapat
dilihat pada tabel 4.14. Untuk memperoleh nilai emisi metana ( CH4 ) pada
sampah organik menggunakan data tahun 2010 – 2011 sebagai tinjauan, kemudian
Tabel 4.14 Emisi Metana ( CH4 ) dari Timbulan Sampah Kayu TPA
Tamangapa
Tiimbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2010 16.567.273 0,187 0,125 0,187 0,000 0,000
2011 17.038.990 0,209 0,140 0,370 0,004 0,002
2012 19.467.198 0,214 0,143 0,572 0,007 0,005
2013 20.671.459 0,260 0,174 0,775 0,011 0,008
2014 21.232.997 0,260 0,174 1,020 0,016 0,010
2015 20.612.902 0,256 0,170 1,260 0,020 0,014
2016 20.431.477 0,247 0,165 1,491 0,025 0,017
Tahap 1
= 0,187 Gg
77
Tahap 2
Lo = DDOCm · F ·16/12
= 0,0,124 Gg
Tahap 3
= 0,187 + 0 · 0,98
= 0,187 Gg
Tahap 4
= 0 · (1 - 0,98)
= 0 Gg
Tahap 5
= 0 · 0,5 · 16/12
= 0 Gg
Tahap 1
= 0,209 Gg
78
Tahap 2
Lo = DDOCm · F ·16/12
= 0,139 Gg
Tahap 3
= 0,139 Gg
Tahap 4
= 0,187 · (1 - 0,98)
= 0,003 Gg
Tahap 5
= 0,002 Gg
79
emisi metana (CH4)
0.018
0.016
0.014
0.012
CH4, Gg
0.010
0.008
0.006
0.004
0.002
0.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Dari Gambar 4.19 dapat di lihat bahwa emisi metana ( CH4 ) setiap tahunnya
mengalami peningkatan.
Tabel 4.15 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah kayu
TPA Tamangapa
Tiimbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2017 20.142.565,83 0,247 0,165 1,708 0,030 0,020
2018 20.712.770,21 0,250 0,167 1,921 0,034 0,023
2019 21.299.116,18 0,254 0,169 2,133 0,038 0,026
2020 21.902.060,68 0,260 0,174 2,344 0,043 0,028
2021 22.522.073,59 0,264 0,176 2,557 0,047 0,031
2022 23.159.638,09 0,267 0,178 2,770 0,051 0,034
2023 23.815.251,04 0,270 0,180 2,982 0,055 0,037
2024 24.489.423,37 0,274 0,183 3,192 0,060 0,040
2025 25.182.680,45 0,277 0,185 3,402 0,064 0,043
2026 25. 895.562,55 0,281 0,187 3,612 0,068 0,045
80
prediksi emisi metana (CH4 )
0.050
0.045
0.040
CH4, Gg
0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
Gambar 4.22 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah kayu
0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
1450000 1500000 1550000 1600000 1650000 1700000
Penduduk ( jiwa )
81
prediksi emisi metana (CH4) dan timbulan
Sampah ( kg)
0.050
0.045
0.040
CH4, Gg
0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
19000000 21000000 23000000 25000000 27000000
Timbulan Sampah( kg)
Gambar 4.24 prediksi emisi metana ( CH4 ) dan jumlah timbulan sampah
kayu ( kg )
Dari gambar gambar 4.22 dan 4.23 terlihat bahwa prediksi jumlah penduduk dan
Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah kayu
dimana jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat.
82
BAB V
A. KESIMPULAN
berikut :
1. Potensi emisi gas metan (CH4 ) dari sektor sampah eksisting di kota Makassar
pada tahun 2016 yaitu mencapai 2,240 Gg yang dihasilkan dari 237.851.884
secara open dumping. Sebagian besar gas ini dihasilkan dari proses degradasi
2. Prediksi emisi gas metana (CH4) di TPA Tamangapa untuk 10 tahun kedepan
dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang di peroleh dari prediksi hingga
tahun 2026 jumlah gas metana (CH4) dengan asumsi data timbulan sampah
mencapai 5,047 Gg dan gas metana dengan asumsi jumlah penduduk lebih
kecil yaitu pada tahun 2026 mencapai 4,968. Dapat dilihat dari jumlah CH4 tiap
timbulan sampah yang makin banyak pula yang menyebabkan kandungan gas
metana (CH4) semakin besar. Tingginya potensi gas metana (CH4) ini
83
disebabkan kondisi TPA Tamangapa yang umumnya ‘basah’ akibat iklim dan
B. Saran
Beberapa upaya mitigasi emisi gas metana ( CH4 ) yang dapat dilakukan
seperti sosialisasi teknik 3R ( reduce, reuse, dan recycle ) dan pembangunan TPA
sanitary landfill guna menggantikan TPA open dumping yang ada di kota
84
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Bunga Ayu, dkk. 2013. Perhitungan Emisi Karbon Pengolahan Sampah
Kota Probolinggo. Institut Teknologi Sepuluh November: Surabaya.
Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri. 2006. Pengolahan Sampah. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Guendehou, G.H Sabin, dkk. 2006. Chapter 5: Incineration and Open Burning of
Waste. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories.
Lando, A.T., Nakayama, H., & Shimaoka, T. 2017. Application of Portable Gas
Detector in Point and Scanning Method to Estimate Spatial Distribution of
Methane Emission in Landfill. Waste Management, Vol. 59(2017), pp.
255-265, Elsevier.
Rahmawati, Aisa. 2013. Gas Rumah Kaca, Dampak dan sumbernya. Pencemaran
Udara teknik lingkungan. ITB. Bandung
SNI 19-3983. 1995. Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan
Komposisi Sampah Perkotaan.
Suprihatin, dkk. 2002. Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Melalui
Pengomposan Sampah. Jurnal Teknologi Industri Pertanian vol 18. IPB :
Bogor
Lampiran 3