Anda di halaman 1dari 106

TUGAS AKHIR

ESTIMASI EMISI METANA ( CH4 ) DARI TPA TAMANGAPA

DISUSUN OLEH :

AGUS MUSTIKA SARI

D121 13 024

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
Estimasi Emisi Metana ( CH4 ) Dari Tpa Tamangapa

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik

Departemen Teknik Lingkungan

Teknik Lingkungan

Disusun dan Diajukan Oleh

AGUS MUSTIKA SARI

Kepada

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat

rahmat, karunia serta izinnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

yang berjudul ”ESTIMASI EMISI METANA (CH4) TPA TAMANGAPA”.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk

menyelesaikan studi pada Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,

Universitas Hasanuddin. Salawat dan taslim senantiasa tercurah kepada

Nabiyullah Muhammad SAW bersama keluarga serta para sahabat beliau yang

merupakan sumber ilmu pengetahuan dan hikmah.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya tugas akhir ini berkat

bantuan dari berbagai pihak, utamanya dosen pembimbing :

Pembimbing I : Dr.Eng. Asiyanthi T.Lando S.T., M.T

Pembimbing II : Andi Subhan Mustari S.T,.M.Eng

Atas keikhlasannya meluangkan waktu, memberikan petunjuk, saran, tenaga dan

pemikirannya sejak awal perencanaan penelitian hingga selesainya penyusunan

tugas akhir ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih

serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ayahanda tercinta Muh. Firman, Ibunda tercinta Wa Rosdiana yang tiada

henti-hentinya memberikan perhatian, kasih sayang, dorongan, motivasi

dan iringan do’a yang tulus serta memberikan bantuan moril maupun

material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di bangku

iv
kuliah. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala rahmat dan

hidayah-Nya atas mereka. Untuk keluarga tercinta dedy Saputra terima

kasih atas motivasi yang tak pernah henti dan perhatian yang sangat besar

yang telah diberikan.

2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M.T., selaku Ketua Departemen

Teknik Sipil Universitas Hasanuddin.

3. Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarni Hamid Aly, M.T., selaku Ketua Departemen

Teknik Lingkungan Universitas Hasanuddin.

4. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Universitas Hasanuddin.

5. Bapak Dr. Eng. Mukhsan Putra Hatta, ST. MT. selaku Kepala

Laboratorium Ukur Tanah Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin

6. Bapak Kepala UPTD TPA Tamangapa, yang sangat membantu dalam

mendampingi dan memberikan data.

7. Sahabat yang senantiasa membantu dan mengajarkan banyak hal Syahrun

Ramadhan Ruslan.

8. Kepada seluruh senior yang telah memberikan pelajaran yang tak

didapatkan dibangku perkuliahan dan junior yang telah menjadikan kami

lebih dewasa dalam mengambil sikap

9. Kepada pengurus seluruh pengurus OKFT-UH khususnya HMS FT-UH

dan HMTL FT-UH tempat kami mengembangkan karakter

10. Rekan-rekan asisten sejurusan sipil khususnya Laboratorium Ukur Tanah

yang memberikan banyak pemahaman dan pengalaman di lapangan

v
11. Teman-teman alumni SMA Negeri 1 TIKEP khususnya Wulan, Intan,

Raty, Yolan, Anty.

12. Kelompok pengabdian masyarakat KKN Gelombang 93 Kelurahan

Samalewa. Anno, Wella, Ade, Akbar, Makmur, Alfa, Fajar, Sam.

13. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam proses penyusunan tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak, ibu dan teman -

teman dengan berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada para pembaca kiranya

dapat memberikan sumbangan pemikiran demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir yang sederhana ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yang

memerlukannya.

Gowa, Januari 2018

Penulis

vi
ESTIMASI EMISI METANA ( CH 4 ) DARI TPA TAMANGAPA

Agus Mustika Sari1, Asiyanthi T. Lando2, Andi Subhan Mustari3


1
Mahasiswa S1 Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin 2 Dosen Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Hasanuddin
3
Dosen Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin
(agusmustika.civil13@gmail.com)

ABSTRAK
Salah satu gas rumah kaca penyebab perubahan iklim adalah gas metana (CH 4)
yang dihasilkan oleh timbunan sampah. Emisi metana dari sampah merupakan
hasil dekomposisi anaerobik dari bahan organik dalam sampah. Timbunan sampah
yang semakin tinggi di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa pengolahan lebih
lanjut dapat menimbulkan emisi metana yang semakin besar. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengestimasi emisi metana eksisting di TPA Tamangapa dan
memprediksi emisi metana dari TPA Tamangapa untuk 10 tahun kedepan dengan
menggunakan rumus IPCC 2006. Perhitungan emisi metana dari TPA
menggunakan acuan rumus IPCC Waste Model Calculation tahun 2006. Hasil
penelitian menunjukkan timbulan sampah kota Makassar pada tahun 2016 adalah
0,449 kg/org/hari dengan komposisi sampah yang didominasi oleh sampah
organik. Nilai potensi emisi metana di TPA Tamangapa kota Makassar Tahun
2016 adalah 2,24 Gg/tahun dan pada proyeksi Tahun 2026 adalah 4,968
Gg/tahun. Upaya mitigasi dan adaptasi yang dapat direkomendasikan adalah
dengan sosialisasi teknik 3R ( Reduce, Reuse, dan Recycle ) serta pembangunan
TPA open dumping yang ada di kota makassar sesuai dengan amanat UU no. 18
tahun 2008.

Kata kunci : Sampah, Emisi, Metana, TPA Tamangapa.


ABSTRACT
One of the greenhouse gases climate change is the cause of Methane (CH 4) which
is by landfill waste. Methane emissions from anaerobic decomposition of waste is
a result of organic matter in trash. The higher midden in landfill without further
processing may lead to greater emissions of Methane. The purpose of study was to
estimate emissions of methane existing landfill in Tamangapa and predict
emissions of methane Landfill Tamangapa for 10 years using the formula the
IPCC 2006. Emission calculations Methane use the IPCC formulas reference
Calculation Model year 2006. The results showed Tamangapa waste generation
in 2016 is 0.449 kg/person/days with waste composition is dominated by organic
waste. The potential value of the emissions of Methane in the landfill Tamangapa
Makassar in 2016 was 2.24 Gg/year and on projections in 2026 was 4.968
Gg/year. Mitigation and adaptation efforts that can be recommended is with
socialization techniques 3R (Reduce, Reuse, and Recycle) as well as the
development of open landfill dumping that exists in the city of makassar in
accordance with the mandate of Act No. 18 of the year 2008.

Keywords: Waste, Emission Methane, Tamangapa Landfill.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusn Masalah.................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
E. Batasan Masalah .................................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

A. Pemanasan Global .................................................................................. .6


B. Gas Rumah Kaca ..................................................................................... 7
C. Sumber dan Proses Terbentuknya Gas Di TPA ..................................... 10
D. Pengertian Sampah ................................................................................ 26
E. Jenis-Jenis Sampah ................................................................................ 27
F. Komposisi Sampah................................................................................. 29
G. Karakteristik Sampah ............................................................................ 31
H. Pengolahan Sampah............................................................................... 32

viii
I. Pengelolaan Sampah ............................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 43

A Gambar Lokasi Penelitian ...................................................................... 43


B Kerangka Penelitian ................................................................................ 44
C Rumus Perhitungan ................................................................................. 46
D Data Pengolahan ..................................................................................... 51
E. Analisa Data ........................................................................................... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 53

A. Data Penelitian....................................................................................... 53
C. Pengolahan Data .................................................................................... 55
a. Proyeksi Penduduk Kota Makassar ................................................. 55
b. Prediksi Timbunan Sampah ............................................................ 57
c. Perhitungan Jumlah Kandungan CH4 .............................................. 60
d. Emisi Metana (CH4) Timbulan Sampah Perkarakteristik ............... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 85

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 85


5.2 Saran ..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 87

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Hal

1. Gas Rumah Kaca, Sumber dan Kontribusinya .......................................... 9

2. Jumlah Penduduk Kota Makassar ........................................................... 53

3. Timbulan sampah TPA Tamangapa ........................................................ 54

4. Timbulan Sampah Per Karakteristik Kota Makassar .............................. 54

5. Prediksi Penduduk Kota Makassar .......................................................... 55

6. Preediksi Timbulan Sampah TPA Tamangapa ....................................... 57

7. Emisi Metana dari Timbulan Sampah TPA Tamangapa dengan asumsi

jumlah Penduduk..................................................................................... 61

8. Prediksi kandungan Metana TPA Tamangapa dengan asumsi jumlah

penduduk ................................................................................................. 64

9. Prediksi kandungan Metana TPA Tamangapa asumsi timbulan sampah 64

10. Emisi Metana dari Timbulan Sampah Organik TPA Tamangapa dengan

acuan IPCC 2006..................................................................................... 67

11. Prediksi emisi metana (CH4) dari Timbulan Sampah Organik TPA

Tamangapa .............................................................................................. 70

12. Emisi Metana ( CH4) dari Timbulan Sampah Kertas TPA Tamangapa 73

13. Prediksi emisi metana (CH4) dari Timbulan Sampah Kertas TPA

Tamangapa .............................................................................................. 77

14. Emisi Metana (CH4) dari Timbulan Sampah Kayu TPA Tamangapa ... 79

15. Prediksi emisi metana (CH4) dari Timbulan Sampah Kertas TPA

Tamangapa .............................................................................................. 82

x
DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Gambar 3.1 Wilayah Penelitian .............................................................. 43

2. Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian .......................................................... 46

3. Gambar 3.3 Nilai Default Dalam Perhitungan Emisi Metana (CH4) ...... 47

4. Gambar 4.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar ...................................... 56

5. Gambar 4.2 Prediksi Jumlah Penduduk Kota Makassar ......................... 56

6. Gambar 4.3 Timbulan Sampah TPA Tamangapa ................................... 58

7. Gambar 4.4 Prediksi timbulan sampah TPA Tamangapa dengan asumsi

jumlah penduduk ..................................................................................... 59

8. Gambar 4.5 Hubungan Jumlah Penduduk (jiwa) dan Timbulan Sampah

(kg) .......................................................................................................... 59

9. Gambar 4..6 Prediksi Timbulan Sampah dengan asumsi timbulan

sampah..................................................................................................... 59

10. Gambar 4.7 Perbandingan Prediksi jumlah Timbulan Sampah TPA

Tamangapa .............................................................................................. 60

11. Gambar 4.8 Emisi metana (CH4) di tinjau berdasarkan jumlah timbulan

sampah dari tahun 2011-2016 ................................................................. 63

12. Gambar 4.9 Prediksi emisi metana (CH4) tahun 2017 - 2026 dengan

asumsi jumlah penduduk ......................................................................... 65

13. Gambar 4.10 Prediksi emisi metana (CH4) tahun 2017 - 2026 dengan

Timbulan Sampah. .................................................................................. 65

14. Gambar 4.11Prediksi emisi metana (CH4) yang di hasilkan ................... 66

xi
15. Gambar 4.12 Emisi Gas Metana (CH4) dari timbulan sampah organik .. 69

16. Gambar 4.13 Emisi Gas Metana (CH4) sampah organik dan jumlah

penduduk ................................................................................................. 70

17. Gambar 4.14 prediksi emisi metana (CH4) dari timbulan sampah

Organik (kg) ............................................................................................ 71

18. Gambar 4.15 Hubungan Prediksi Timbulan Sampah Organik (kg) dan

Emisi Metana (CH4) ................................................................................ 72

19. Gambar 4.16 hubungan prediksi emisi metana (CH4) dan jumlah

penduduk (jiwa) ...................................................................................... 72

20. Gambar 4.17 emisi metana (CH4) dari timbulan sampah kertas ............. 77

21. Gambar 4.18 Hubungan Jumlah Penduduk Dan Emisi Metana

(CH4) sampah kertas ............................................................................... 78

22. Gambar 4.19 Hubungan Prediksi Timbulan Sampah Kertas (kg) dan Emisi

Metana (CH4) .......................................................................................... 78

23. Gambar 4.20 Emisi Metana (CH4) Timbulan Sampah Kayu .................. 81

24. Gambar 4.21 Prediksi emisi metana (CH4) dari timbulan sampah

kayu ......................................................................................................... 82

25. Gambar 4.22 Prediksi Emisi Metana (CH4) dan jumlah penduduk

(jiwa) ....................................................................................................... 83

26. Gambar 4.23 Prediksi Emisi Metana (CH4) dan timbulan Sampah Kayu

(kg) .......................................................................................................... 83

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ( Surat Penugasan Tugas Akhir )

Lampiran 2 (Surat Permohonan Permintaan Data Ke Dinas Badan Lingkungan


Hidup Kota Makassar )

Lampiran 3 ( Dokumentasi )

Lampiran 4 ( Proyeksi Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah )

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan masalah yang kerap dialami di daerah perkotaan

termasuk di Kota Makassar. Di kota besar, sampah menjadi masalah yang cukup

besar baik dari segi jumlah maupun dari jenisnya, besar kecilnya masalah sampah

tumbuh seiring dengan pertumbuhan penduduk yang ada di kota tersebut. Potensi

produksi gas rumah kaca berkaitan dengan timbulan sampah serta komposisi

sampah, khususnya fraksi organik yang pada akhirnya akan menimbulkan gas

rumah kaca.

Pemanasan global dalam sistem iklim sangat nyata, dan sejak tahun 1950,

banyak penelitian sebelumnya mengamati perubahan yang luar biasa selama

puluhan tahun sampai berabad-abad. Atmosfir dan samudra telah memanas,

jumlah salju dan es semakin menurun, permukaan laut semakain meningkat, dan

konsentrasi gas rumah kaca lebih luas. Emisi gas rumah kaca yang berkelanjutan

akan menyebabkan pemanasan dan perubahan yang lebih besar di semua segmen

sistem iklim (IPCC, 2013).

Laporan Penilaian Kelima dari Kelompok Kerja III sebagai Laporan

Penilaian terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC)

menyatakan bahwa emisi gas rumah kaca terus meningkat dari tahun 1970 sampai

2010. Emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia semakin cepat berkembang.

Pada tahun terakhir ini (2000 sampai 2010). Pada tahun 2010, emisi gas rumah

1
kaca mencapai 49,5 miliar ton (gigaton atau Gt) setara karbon dioksida (CO 2) Ini

adalah jumlah terbesar dalam sejarah manusia (IPCC, 2014).

Gas rumah kaca merupakan gas-gas yang ada di atmosfer, adapun yang

menyebabkan efek gas rumah kaca seperti , Karbondioksida (CO2), Metana (CH4),

Dinitroksida (N2O), dan Chlorofluorocarbon (CFC). Perubahan iklim dapat terjadi

secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah

komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati

selama periode waktu tertentu (Rahmawati 2013).

Beberapa gas rumah kaca seperti Karbondioksida (CO2), Metana (CH4),

Dinitroksida (N2O), dan Chlorofluorocarbon (CFC) memiliki efek rumah kaca

lebih besar daripada gas lainnya. Berdasarkan IPCC , Methana memiliki efek 20-

30 kali lebih besar dibanding dengan karbon dioksida. Methane (CH4) adalah

salah satu dari gas rumah kaca yang terbesar kedua (Kyoto Protocol) setelah

karbondioksida (CO2) yang potensi pemanasan globalnya 28 kali lebih besar dari

CO2. Dapat dikatakan berdasarkan IPCC Fourt Assessment Report (IPCC, 2007),

total emisi metana dari emisi gas rumah kaca global adalah 14.3% dan 2.8%

berasal dari sampah ( IPCC, 2007 )

Kota Makassar merupakan kota terbesar kesepuluh di Indonesia menurut

jumlah penduduknya, yaitu sebesar 1.449.401 jiwa ( Data Sensus Penduduk

Indonesia, 2016 ). Pada tahun 2016 jumlah timbulan sampah Kota Makassar

mencapai 4183,41 m³/hari, sedangkan yang tertangani adalah sebesar 3.962,63

m³/hari, yakni hanya 95,37 persen terhadap timbulan. ( Dinas Pertamanan dan

Kebersihan Kota Makassar, 2016 ).

2
Penelitian sebelumnya dari Lando, et.al., 2016 dan Lando, et.al., 2017

menunjukkan bahwa konsentrasi dan emisi metana dari TPA Tamangapa di kota

Makassar berada pada kisaran yang sangat bervariasi, dari 12 – 425 ppm untuk

konsentrasi metana dan 2.44 – 18 Gg/tahun untuk emisi metana.

Berdasarkan gambaran diatas perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai perhitungan timbulan sampah yang diperoleh dari Dinas Badan

Lingkungan Hidup Kota Makassar yang akan menjadi acuan untuk mengetahui

kandungan methana dari timbulan sampah kota Makassar, Oleh karena itu penulis

tertarik untuk meneliti dan menuangkan dalam bentuk Tugas Akhir yang

berjudul”Estimasi Emisi Methana dari TPA Tamangapa”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengestimasi emisi metana (CH4) eksisting dikota

Makassar berdasarkan IPCC 2006.

2. Bagaimana memprediksi emisi metana (CH4) dikota Makassar untuk

10 tahun ke depan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya kajian pengelolaan sampah di kota Makassar

adalah :

1. Mengestimasi emisi metana eksisting di TPA Tamangapa

2. Memprediksi emisi metana TPA Tamangapa untuk 10 tahun kedepan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dengan diketahuinya

kuantitasdari emisi gas metana (CH4 ) di TPA Tamangapa dapat dijadikan sebagai

3
bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah kota Makassar dalam proses

perencanaan pengendalian dan pengurangan jumlah timbulan sampah, guna

mengurangi efek gas metana (CH4) , pemanasan global dan perubahan iklim

untuk 10 tahun kedepan.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini mencakup pengolahan data dari jumlah penduduk dikota

Makassar dan jumlah timbulan sampah TPA Tamangapa pada tahun 2010- 2016.

Kuantitas metana (CH4) eksisting diketahui berdasarkan IPCC 2006 dan mengacu

pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di TPA Tamangapa dengan

menggunakan alat dalam proses pengambilan data jumlah emisi metana.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini

adalah sebagai berikut :

1. BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diterangkan mengenai latar belakang studi yang

mendasari pengangkatan tema pada tugas akhir ini, permasalahan yang

berisi tentang masalah yang hendak dipecahkan oleh penulis, tujuan yang

ingin dicapai, manfaat yang diharapkan, batasan masalah untuk

mempersempit ruang lingkup, dan sistematika penulisan laporan yang

dipakai dalam tugas akhir ini sehingga bisa dipahami secara sistematis.

2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis berpedoman pada

beberapa penelitian tentang pengelolaan sampah perkotaan serta Standar

Nasional Indonesia tentang persampahan.

4
3. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang urutan pengerjaan yang dilakukan

dalam penelitian yang beberapa survey dan investigasi langsung

dilapangan.

4. BAB IV. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan membahas tentang bagaimana memecahkan

masalah yang diangkat dalam tugas akhir ini dengan metode teknik

sampling sampah dan bantuan perhitungan lainnya.

5. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi penjelasan hasil penelitian dan kesimpulan dari

penyelesaian masalah yang diangkat serta memberi saran bagi penelitian

selanjutnya untuk pengembangan lokasi di masa yang akan datang.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemanasan Global

Pemanasan Global (Global Warming) adalah suatu bentuk

ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu

rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Selama kurang lebih seratus tahun

terakhir, suhu rata-rata di permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C.

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah akibat

meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti, karbondioksida (CO 2), metana

(CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon

(PFC), dan sulfur heksafluorida ( SF6 ) di atmosfer. Emisi ini terutama dihasilkan

dari proses pembakaran bahan bakar fosil ( minyak bumi dan batu bara ) serta

akibat penggundulan dan pembakaran hutan. Pemanasan global diperkirakan

telah menyebabkan perubahan-perubahan sistem terhadap ekosistem di bumi,

antara lain, perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga permukaan air

laut naik, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Adanya perubahan sistem

dalam ekosistem ini telah memberi dampak pada kehidupan di bumi seperti

terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis

hewan ( Rahmawati, 2013 ).

Efek rumah kaca sebagai suatu sistem di bumi sangat dibutuhkan oleh

makhluk hidup di bumi. Suhu atmosfer bumi akan menjadi lebih dingin jika tanpa

efek rumah kaca. Tetapi, jika efek rumah kaca berlebihan dibandingkan dengan

6
kondisi normalnya maka sistem tersebut akan bersifat merusak. Melihat sebagian

besar emisi gas rumah kaca bersumber dari aktivitas hidup manusia, maka

pemanasan global harus ada upaya solusinya dengan merubah pola hidup dan

perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari ( Wahyu Purwanta, 2009 ).

B. Gas Rumah Kaca

Istilah Gas Rumah Kaca mengemuka seiring dengan isu pemanasan global

dan perubahan iklim yang dampaknya telah dirasakan di berbagai wilayah di

Indonesia.Namun, pemahaman terhadap apa itu gas rumah kaca, masih belum

banyak dipahami secara tepat oleh masyarakat luas. Bahkan, ada yang memaknai

gas rumah kaca sebagai gas yang dihasilkan oleh gedung-gedung tinggi berkaca di

kota-kota besar.

Gas-gas di atmosfer yang bersifat seperti rumah kaca disebut “Gas Rumah

Kaca (GRK)”. Terminologi Gas Rumah Kaca diartikan sebagai gas yang

terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun dari kegiatan manusia

(antropogenik), yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi infra merah.

Sebagian radiasi dari matahari dalam bentuk gelombang pendek ini diterima.

Gas rumah kaca merupakan gas-gas yang ada di atmosfer yang

menyebabkan efek gas rumah kaca, lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat

aktivitas manusia. Dalam troposfer terdapat gas-gas rumah kaca yang

menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Gas Rumah Kaca dapat

terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran. Perubahan iklim

menunjukkan adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung

maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi

7
atmosfer global dan juga zterhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama

periode waktu tertentu ( Rahmawati 2013 ).

Dapat juga dikatakan bahwa gas rumah kaca (GRK) adalah istilah kolektif

untuk gas-gas yang memiliki efek rumah kaca,seperti klorofluorokarbon(CFC),

Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen Oksida (NOx), Ozon (O3), dan

uap air (H2O). Beberapa gas tersebut memiliki efek rumah kaca lebih besar

daripada gas lainnya.sebagai contoh, Metana memiliki efek 20-30 kali lebih besar

dibanding dengan Karbon Dioksida, dan CFC diperkirakan memiliki efek rumah

kaca 1000 kali lebih kuat dibanding dengan Karbon Dioksida ( Parteous,1992

dalam suprihatin dkk).

Dalam program penurunan emisi GRK, Pemerintah Republik Indonesia

melalui Kementerian Lingkungan Hidup, memberikan apresiasi terhadap

partisipasi aktif masyarakat yang telah melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi

perubahan iklim secara terintegrasi, sehingga dapat mendukung target penurunan

emisi GRK nasional dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan

iklim. Mitigasi merupakan upaya mengurangi penambahan konsentrasi GRK pada

sumber emisi (emission source) dan penyerap emisi (carbon sink) dan adaptasi

upaya untuk menyesuaikan terhadap dampak negatif perubahan iklim karena

adanya penambahan konsentrasi GRK. Pemahaman atas konsep ini diperlukan

untuk menentukan pembiayaan pengelolaan sampah.

8
Tabel 1.1 Gas rumah kaca penting,sumber dan konstribusinya terhadap

peningkatan gas rumah kaca ( Parteous,1992 dalam suprihatin dkk).

Konstribusi Relatif Terhadap Efek


Senyawa Sumber Gas Rumah Kaca (Dalam Persen)
Hanks(1996) Porteous(1992)
Pembakaran bahan bakar fosil,
CO2 60 50
penebangan hutan
Sapi, dekomposisi sampah
CH4 15 20
(landfill), lahan persawahan
5
NOx Industri pupuk 5 (mencakup uap
air)
CFC AC,refrigerator,busa aerosol 12 15
Konversi polutan
O3 8 10
otomobiloleh sinar matahari

Konstribusi relatif terhadap efek rumah kaca masing-masing gas tertuang

pada tabel 1,dimana metana berkontribusi 15-20 persen terhadap gas rumah kaca

dan oleh karena itu pengaruh ini tidak dapat diabaikan, adapun sumber-sumber

metana mencakup lahan gas,serta tempat-tempat pembuangan sampah (TPA),

karena besarnya efek rumah kaca gas metana,usaha-usaha penanggulangannya

seharusnya diarahkan kepada pengendalian sumber-sumber emisi metana tersebut.

C. Sumber dan Proses Terbentuknya Gas di TPA

Salah satu gas rumah kaca yang dihasilkan dari tempat pembuangan

sampah akhir merupakan gas metan. Adapun beberapa penjelasan mengenai

proses dekomposisi gas dari tempat pembuangan sampah sehingga menjadi gas

yang berbahaya adalah sebagai berikut:

a. Dekomposisi bakteri, Sebagian besar gas yang berada di TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) dihasilkan dari dekomposisi bakteri, dimana terjadi ketika

9
sampah organik dipecah oleh bakteri alami yang hadir dalam limbah dan di

tanah yang akan digunakan untuk menutupi TPA (Tempat Pembuangan

Akhir). Limbah organik meliputi makanan, limbah kebun, penyapuan jalan,

tekstil, produk kayu dan kertas. Bakteri membusuk sampah organik terbagi

dalam empat fase yang kemudian akan di bahas pada tebel , dan komposisi gas

berubah selama masing-masing tahap.

b. Volatilisasi yaitu Gas yang dihasilkan dari limbah tertentu, terutama senyawa

organik, yang akan berubah dari cairan atau padat menjadi uap. Proses ini

dikenal sebagai penguapan. NMOC di gas pembuangan sampah bisa menjadi

hasil penguapan dari bahan kimia yang dibuang di tempat pembuangan akhir.

c. Reaksi kimia yaitu Gas pembuangan sampah , termasuk NMOCs, dapat

diciptakan oleh reaksi bahan kimia tertentu yang terdapat dalam limbah.

Misalnya, jika klorin pemutih dan amonia tercampur dalam satu penampungan

maka akan menghasilkan gas berbahaya.

Adapun kompones Gas yang terdapat pada tempat pembuangan sampah

(Tchobanoglous, Theisen, and Vigil 1993; EPA 1995).

KOMPONEN VOLUME(%) KARAKTERISTIK


Metana adalah gas alami.
Gas metana tidak berwarna
40-60 dan tidak berbau Tempat
Metana(CH4)
pembuangan akhir adalah
sumber tunggal terbesar
Karbon dioksida secara
alami ditemukan pada
Karbon Dioksida konsentrasi kecil di
40-60
(CO2) atmosfer (0,03%). Ini tidak
berwarna, tidak berbau,
dan sedikit asam
Nitrogen terdiri dari sekitar
Nitrogen 2-5
79% atmosfer. ini

10
tidak berbau, tidak berasa,
dan tidak berwarna.
Oksigen terdiri dari sekitar
21% atmosfer. ini
Oksigen 0,1-1
tidak berbau, tidak berasa,
dan tidak berwarna.
Amonia adalah gas tak
Amonia 0,1-1 berwarna dengan bau yang
menyengat
MNOC adalah senyawa
organik yang mengandung
karbon,metana termaksud
senyawa yang dihasilkan
dari sampah organik namu
tidak dipertimbangkan oleh
MNOC, MNOC dapat
NMOCs terjadi secara alami atau
(non-methane organic 0,01-0,6 terbentuk dari proses
compounds) kimia sintesis ,dan yang
paling sering ditemukan di
tempat pembuangan
sampah meliputi
akrilonitril,1,1-
diklorometana,benzena dan
masih ada beberapa
senyawa lainnya.
Sulfida adalah gas alami
yang menhasilkan
campuran gas yang ada di
tempat penampungan
Sulfida 0-1 sampah,sulfida dapat
menyebabkan bau tidak
sedap bahkan pada
konsentrasi sangat rendah,
contohnya bau telur
Hidrogen adalah gas tanpa
Hidrogen 0-0.2
bau dan tidak berwarna.
Karbon monoksida adalah
Karbon Monoksida 0-0.2 gas tanpa bau dan tidak
berwarna.

Proses bakteri dalam menguraikan limbah TPA (Tempat Pembuangan

Akhir) terbagi dalam empat fase dimana komposisi gas akan menghasilkan

11
perubahan dengan masing-masing dari empat fase dekomposisi, dan dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap 1

Selama tahap pertama dekomposisi, bakteri-bakteri aerobik hanya

mengkonsumsi oksigen, dan saat oksigen pecah dapat menghasilkan

turunan molekul yang membentuk rantai panjang yang kompleks dimana

karbohidrat, protein, dan lipid yang terbentuk menjadi limbah organik dan

yang merupakan produk utama dari proses ini adalah karbon dioksida.

Kandungan nitrogen tinggi di awal dari fase ini, Tahap I akan berlanjut

terus sampai persediaan oksigen habis, tahap 1 dekomposisi bisa bertahan

dalam hitungan hari atau bulan, tergantung berapa banyak oksigen hadir

saat limbah dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Tingkat

oksigen akan bervariasi sesuai dengan faktor – faktor pendukungnya

seperti bagaimana cara bakteri aerobik memproses oksigen.

b. Tahap 2

Dekomposisi fase II dimulai setelah oksigen di TPA (Tempat Pembuangan

Akhir) sudah terpakai. Menggunakan proses anaerobik (proses yang tidak

membutuhkan oksigen), bakteri mengkonversi senyawa yang dibuat oleh

bakteri aerobik menjadi asetat, laktat, asam format dan alkohol seperti

metanol dan etanol. TPA (Tempat Pembuangan Akhir) menjadi sangat

asam. Sebagian asam dicampur dengan mois Ture yang hadir di tanah dan

di nutrisi untuk larut, yang kemudian akan membuat nitrogen dan fosfor

tersedia untuk menjadikan jenis bakteri semakin beragam di TPA (Tempat

Pembuangan Akhir). Gas produk sampingan proses ini adalah karbon

12
dioksida dan hidrogen. Jika TPA terganggu atau jika oksigen terganggu

dalam prosesnya maka proses mikroba akan kembali ke fase I.

c. Tahap 3

Dekomposisi fase III dimulai saat beberapa jenis bakteri anaerobik

mengkonsumsi asam organik yang diproduksi pada fase II dan bentuknya

asetat serta asam organik. Proses ini menyebabkan TPA menjadi

lingkungan yang netral dimana bakteri penghasil metana dan asam

menghasilkan asimbiotik, atau saling menguntungkan, hubungan bakteri

penghasil asam membuat senyawa untuk bakteri metanogen untuk

mengkonsumsi. Bakteri methanogenik mengkonsumsi karbon dioksida

dan asetat juga banyak yang akan mengandung racun bagi bakteri

penghasil asam.

d. Tahap 4

Dekomposisi fase IV dimulai saat komposisi dan produksi tingkat

penggunaan gas landfill tetap relatif konstan .Tahap IV di TPA, gas

biasanya mengandung sekitar 45% sampai 60% metana dengan satuan

volume, 40% sampai 60% karbon dioksida, dan 2% sampai 9% gas

lainnya, semacamnya sebagai sulfida. Gas diproduksi pada tingkat yang

stabil di Tahap IV, (Crawford dan Smith 1985). Gas produksi bisa

bertahan lebih lama, misalnya, jika jumlah sampah organik lebih besar

hadir di TPA, seperti di tempat terbuka yang lebih tinggi dari jumlah rata-

rata hewan domestik limbah.

Tingkat dan volume gas TPA yang diproduksi di lokasi tertentu

bergantung pada karakteristik limbah (misalnya komposisi dan umur sampah) dan

13
sejumlah faktor lingkungan (misalnya, adanya oksigen di tempat pembuangan

akhir, kadar air, dan suhu).

1. Komposisi limbah. Semakin banyak sampah organik yang ada di tempat

pembuangan akhir, semakin banyak gas TPA (Karbon dioksida, metana,

nitrogen, dan hidrogen sulfida) dihasilkan oleh bakteri selama penguraian.

Semakin banyak bahan kimia yang dibuang di tempat pembuangan akhir,

semakin banyak kemungkinan gas NMOC dan gas lainnya dihasilkan

melalui penguapan atau reaksi kimia.

2. Usia timbulan. Umumnya, limbah yang baru saja dikuburkan (limbah yang

terkubur kurang dari 10 tahun) menghasilkan lebih banyak gas TPA

melalui penguraian bakteri, penguapan, dan reaksi kimia daripada limbah

lama (dikubur lebih dari 10 tahun). Produksi gas puncak biasanya terjadi

dari 5 sampai 7 tahun setelah limbah dikuburkan.

3. Adanya oksigen di tempat pembuangan akhir. Metana hanya akan

diproduksi bila oksigen sudah tidak ada lagi di tempat pembuangan akhir.

4. Kelembaban konten. Adanya kelembaban (kondisi tak jenuh) di landfill

meningkatkan produksi gas karena mendorong terjadinya dekomposisi

bakteri. Kelembaban juga dapat meningkatkan reaksi kimia yang

menghasilkan gas.

5. Suhu. Seiring dengan meningkatnya suhu landfill, aktivitas bakteri

meningkat, sehingga terjadi peningkatan produksi gas. Suhu yang

meningkat juga dapat meningkatkan tingkat penguapan dan reaksi kimia.

Setelah gas diproduksi di bawah permukaan landfill, mereka biasanya

berpindah dari tempat pembuangan akhir. Gas cenderung untuk memperluas dan

14
mengisi ruang yang tersedia, sehingga gas akan bergerak, atau "bermigrasi,"

melalui ruang pori-pori terbatas di dalam tempat sampah dan tanah yang menutupi

tempat pembuangan akhir. Kecenderungan alami gas landfill yang lebih ringan

dari udara, seperti metana, adalah bergerak ke atas, biasanya melalui permukaan

landfill. Pergerakan ke atas gas landfill dapat dihambat oleh limbah padat atau

bahan penutup TPA (dengan tutupan tanah sehari-hari). Bila gerakan ke atas

dihambat, gas cenderung berpindah secara horisontal ke daerah lain di dalam

tempat pembuangan sampah atau ke daerah-daerah di luar tempat pembuangan

akhir, di mana ia dapat melanjutkan jalurnya ke atas. Pada dasarnya, gas

mengikuti jalur yang paling tidak tahan. Beberapa gas, seperti karbon dioksida,

lebih padat daripada udara dan akan terkumpul di daerah bawah permukaan,

seperti koridor utilitas. Tiga faktor utama mempengaruhi migrasi gas landfill:

difusi ( konsentrasi ), tekanan, dan permeabilitas.

a. Difusi (konsentrasi), Difusi menggambarkan kecenderungan alami gas

untuk mencapai konsentrasi seragam di ruang tertentu, entah itu ruangan

atau atmosfir bumi. Gas di tempat pembuangan sampah berpindah dari

daerah konsentrasi gas tinggi ke daerah dengan konsentrasi gas yang lebih

rendah. Karena konsentrasi gas umumnya lebih tinggi di tempat

pembuangan akhir daripada di daerah sekitarnya, gas landfill menyebar

keluar dari tempat pembuangan sampah ke daerah sekitarnya dengan

konsentrasi gas yang lebih rendah.

b. Tekanan, Gas yang terakumulasi di tempat pembuangan sampah

menciptakan daerah dengan tekanan tinggi di mana pergerakan gas

dibatasi oleh penutup tanah yang dipadatkan dan daerah dengan tekanan

15
rendah dimana pergerakan gas tidak dibatasi. Variasi tekanan di seluruh

TPA menyebabkan gas bergerak dari area tekanan tinggi ke daerah dengan

tekanan rendah. Pergerakan gas dari daerah tekanan tinggi ke daerah

tekanan rendah dikenal sebagai konveksi. Karena lebih banyak gas

dihasilkan, tekanan di tempat pembuangan akhir meningkat, biasanya

menyebabkan tekanan bawah permukaan di tempat pembuangan menjadi

lebih tinggi daripada tekanan atmosfir atau tekanan udara dalam ruangan.

Bila tekanan di TPA lebih tinggi, gas cenderung bergerak ke udara sekitar

atau di dalam ruangan.

c. Permeabilitas, Gas juga akan bermigrasi sesuai dengan jalur yang paling

sedikit terjadi resistensi. Permeabilitas adalah ukuran seberapa baik gas

dan cairan mengalir melalui ruang terhubung atau pori-pori dalam sampah

dan tanah. Kering, tanah berpasir sangat permeabel (banyak ruang pori

yang terhubung), sementara lempung lembab cenderung jauh lebih sedikit

permeabel (lebih sedikit ruang pori yang terhubung). Gas cenderung

bergerak melalui daerah dengan permeabilitas tinggi (misalnya, daerah

pasir atau kerikil) daripada melalui area permeabilitas rendah (daerah

lempung atau lumpur). Penutup tutupan seringkali terbuat dari

permeabilitas rendah, seperti tanah liat. Gas di tempat pembuangan akhir

yang tertutup, oleh karena itu, mungkin lebih cenderung bergerak

horizontal daripada vertikal.

Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi produksi gas di tempat

penampungan akhir sampah yaitu:

16
1. Komposisi sampah . Semakin banyak sampah organik yang ada di tempat

pembuangan akhir, semakin banyak gas TPA dihasilkan oleh dekomposisi

bakteri. Beberapa jenis sampah organik mengandung nutrisi, seperti

sodium, potasium, kalsium, dan magnesium, yang membantu bakteri

berkembang. Bila nutrisi ini ada, produksi gas landfill meningkat. Sebagai

alternatif, beberapa limbah mengandung senyawa yang membahayakan

bakteri, menyebabkan lebih sedikit gas yang dihasilkan. Misalnya, bakteri

methaneproducing bisa dihambat saat limbah memiliki konsentrasi garam

tinggi.

2. Oksigen di TPA. Hanya ketika oksigen habis, bakteri akan mulai

menghasilkan metana. Semakin banyak oksigen yang ada di tempat

pembuangan akhir, bakteri aerobik yang lebih lama dapat menguraikan

limbah dalam Tahap I. Jika limbah dikuburkan secara longgar atau sering

terganggu, tersedia lebih banyak oksigen, sehingga oksigen bakteri

tergantung hidup lebih lama dan menghasilkan karbon dioksida dan air

untuk waktu yang lebih lama. Jika limbahnya sangat padat, produksi

metana akan dimulai lebih awal karena bakteri aerobik digantikan oleh

bakteri anaerob penghasil metana pada Tahap III. Gas metana mulai

diproduksi oleh bakteri anaerob hanya jika oksigen di tempat pembuangan

akhir digunakan oleh bakteri aerob.Oleh karena itu, oksigen yang tersisa di

tempat pembuangan akhir akan memperlambat produksi metana. Tinggi

barometer akan cenderung mengenalkan oksigen atmosfir ke permukaan

tanah di bagian dangkal dari tempat pembuangan akhir, yang mungkin

mengubah aktivitas bakteri. Dalam skenario ini, limbah pada Tahap IV,

17
misalnya, mungkin secara singkat kembali ke Tahap I sampai semua

oksigen habis lagi.

3. kelembaban. Adanya sejumlah air di tempat pembuangan akhir

meningkatkan produksi gas karena kelembaban mendorong pertumbuhan

bakteri dan mengangkut nutrisi dan bakteri ke semua area di dalam tempat

pembuangan akhir. Kandungan air 40% atau lebih tinggi, berdasarkan

berat basah limbah, mendorong produksi gas maksimum (tempat

pembuangan akhir yang tertutup). Pemadatan sampah memperlambat

produksi gas karena meningkatkan kepadatan isi TPA, menurunkan

tingkat di mana air dapat menyusup ke limbah. Tingkat produksi gas lebih

tinggi jika curah hujan lebat dan / atau tempat pembuangan akhir yang

permeabel mengenalkan air tambahan ke tempat pembuangan akhir.

4. Suhu, suhu yang hangat meningkatkan aktivitas bakteri, yang pada

gilirannya meningkatkan laju produksi gas TPA. Suhu yang lebih dingin

menghambat aktivitas bakteri. Biasanya, aktivitas bakteri menurun drastis

di bawah 50 ° Fahrenheit (F). Perubahan kulit memiliki efek yang jauh

lebih besar pada produksi gas di tempat pembuangan sampah dangkal. Hal

ini karena bakteri tidak terisolasi terhadap perubahan suhu dibandingkan

dengan Tempat pembuangan sampah yang dalam dimana lapisan tebal

tanah menutupi limbah. TPA yang tertutup biasanya mempertahankan

suhu yang stabil, memaksimalkan produksi gas. Limbah yang baru

ditimbun/tutup akan menghasilkan lebih banyak gas daripada limbah yang

lebih tua. Tempat pembuangan akhir biasanya menghasilkan jumlah gas

yang cukup besar dalam waktu 1 sampai 3 tahun. Produksi gas puncak

18
biasanya terjadi 5 sampai 7 tahun setelah limbah dibuang. Hampir semua

gas diproduksi dalam 20 tahun setelah limbah dibuang; Namun, sejumlah

kecil gas dapat terus dipancarkan dari tempat pembuangan sampah selama

50 tahun atau lebih. Skenario hasil metana yang rendah, bagaimanapun,

memperkirakan bahwa pembongkaran limbah secara perlahan akan

menghasilkan metana setelah 5 tahun dan terus memancarkan gas selama

periode 40 tahun. Bagian yang berbeda dari TPA mungkin berada dalam

fase proses dekomposisi yang berbeda pada saat bersamaan, tergantung

kapan limbah awalnya ditempatkan di masing-masing daerah. Jumlah

bahan organik dalam limbah merupakan faktor penting dalam berapa lama

produksi gas berlangsung.

Kondisi yang mempengaruhi perpindahan gas di tempat penampungan

sampah atau timbulan sampah dimana Arah, kecepatan, dan jarak migrasi gas

tempat timbulan sampah bergantung pada sejumlah faktor, yang dijelaskan di

bawah ini.

1. Jenis penutup landfill. Jika tutupan landfill terdiri dari material yang relatif

permeabel, seperti kerikil atau pasir, maka gas kemungkinan akan

bermigrasi naik melalui tutupan landfill. Jika tutupan landfill terdiri dari

lumpur dan lempung, itu tidak terlalu permeabel; gas kemudian akan

bermigrasi secara horisontal di bawah tanah. Jika satu area TPA lebih

permeabel daripada yang lain, gas akan bermigrasi melalui area tersebut.

2. Jalur alami dan buatan manusia. Saluran air, parit, dan koridor utilitas

yang dikuburkan (seperti terowongan dan jaringan pipa) dapat bertindak

19
sebagai saluran untuk pergerakan gas. Geologi alami sering menyediakan

jalur bawah tanah, seperti batuan retak, tanah berpori, dan saluran arus

yang terkubur, tempat gas bisa bermigrasi.

3. Kecepatan dan arah angin. Gas landfill yang secara alami dilepas ke udara

pada permukaan landfill yang dibawa oleh angin. Angin mengencerkan

gas dengan udara segar saat memindahkannya ke daerah-daerah di luar

tempat pembuangan akhir. Kecepatan dan arah angin menentukan

konsentrasi gas di udara, yang bisa sangat bervariasi dari hari ke hari,

bahkan jam demi jam. Pada pagi hari, misalnya, angin cenderung lembut

dan memberikan pengenceran dan penyebaran gas paling sedikit ke area

lain.

4. Kelembaban. Kondisi tanah permukaan basah dapat mencegah gas landfill

untuk berpindah melalui bagian atas TPA ke udara di atas. Hujan dan

kelembaban juga bisa meresap ke dalam ruang pori-pori di tempat

pembuangan akhir dan "mendorong keluar" gas di ruang-ruang ini.

5. Tingkat air tanah. Pergerakan gas dipengaruhi oleh variasi pada tabel air

tanah. Jika air naik ke suatu daerah, maka akan memaksa gas landfill ke

atas.

6. Suhu. Meningkatnya suhu merangsang pergerakan partikel gas, cenderung

juga untuk meningkatkan difusi gas, sehingga gas landfill bisa menyebar

lebih cepat dalam kondisi lebih hangat. Meskipun TPA itu sendiri

umumnya mempertahankan suhu yang stabil, pembekuan dan siklus

pencairan dapat menyebabkan permukaan tanah retak, menyebabkan gas

landfill bermigrasi ke atas atau horizontal. Tanah beku di atas TPA dapat

20
memberikan penghalang fisik terhadap migrasi gas landfill ke atas, yang

menyebabkan gas tersebut berpindah dari tempat pembuangan secara

horisontal melalui tanah.

7. Tekanan gas barometrik dan tanah. Perbedaan antara tekanan gas tanah

dan tekanan barometrik memungkinkan gas bergerak baik secara vertikal

maupun lateral, tergantung pada apakah tekanan barometrik lebih tinggi

atau lebih rendah daripada tekanan gas tanah. Saat tekanan barometrik

turun, gas landfill cenderung berpindah keluar dari tempat pembuangan

sampah ke daerah sekitarnya. Seiring dengan meningkatnya tekanan

barometrik, gas dapat ditahan di tempat pembuangan sementara, sementara

tekanan baru terbentuk.

Gas yang bermigrasi dari tempat pembuangan akhirnya bisa mencapai

bangunan dan rumah. Retakan dan celah pondasi, perbedaan tekanan antara

bagian dalam dan luar bangunan atau rumah, sistem ventilasi mekanis, dan area

kebocoran (misalnya, titik masuk utilitas, sambungan konstruksi, atau sistem

drainase lantai) memberikan titik masuk untuk gas. Bangunan dan rumah dengan

ruang bawah tanah umumnya menyediakan akses paling mudah untuk gas yang

bermigrasi di dalam tanah. Jumlah gas yang masuk ke bangunan atau rumah

bergantung pada sejumlah faktor, termasuk konstruksi dan praktik perawatan.

Konsentrasi gas dalam udara dalam ruangan juga bergantung pada desain

bangunan atau rumah, laju pertukaran udara, dan jarak bangunan atau rumah dari

tempat pembuangan akhir.

Jenis tempat pembuangan sampah bisa ditemukan di masyarakat pada

umumnya adalah sebagai berikut :

21
a. Tempat pembuangan limbah padat perkotaan (MSW) digunakan untuk

membuang limbah rumah tangga, limbah komersial dan industri yang

tidak berbahaya. Contohnya Lebih dari 6.000 tempat pembuangan sampah

MSW ada di seluruh Amerika Serikat, walaupun kurang dari 3.000 di

antaranya saat ini aktif dan menerima limbah. Tempat pembuangan akhir

yang dibangun setelah tahun 1979 diperlukan, berdasarkan Subtitle D dari

Conservation and Recovery Act (RCRA), dirancang dan dioperasikan

untuk mencegah migrasi kontaminan ke lingkungan. Desain ini mungkin

mencakup liner atau sistem pengumpulan. Tempat pembuangan akhir yang

dibangun sebelum tahun 1979 mungkin tidak memiliki perlindungan

lingkungan semacam itu.

b. Tempat pembuangan terbuka adalah tempat pembuangan limbah yang

digunakan sebelum tahun 1979 dan dibangun tanpa kriteria desain teknik

dan penentuan tapak, dan sedikit, jika ada, kontrol peraturan. Tumpahan

terbuka tidak memenuhi peraturan RCRA Subtitle D. Tempat pembuangan

terbuka mungkin telah menerima limbah rumah tangga, serupa dengan

tempat pembuangan akhir MSW, serta limbah komersial dan industri.

Tempat pembuangan sampah ini tidak memiliki liners dan jarang

digunakan untuk limbah sanitasi setiap hari. Tidak ada tindakan

pencegahan yang dilakukan untuk mencegah migrasi kontaminan ke

lingkungan. Sebagian besar tempat pembuangan terbuka dihentikan dan

ditutup pada tahun 1960an. Sayangnya, lokasi dari banyak tempat

pembuangan kuno ini tidak ditandai pada peta perencanaan lokal.

Beberapa tempat pembuangan akhir MSW yang beroperasi saat ini dimulai

22
pada tahun 1960an sebagai tempat pembuangan terbuka atau berada

berdekatan dengan tempat pembuangan tertutup.

c. Tempat pembuangan limbah konstruksi dan pembongkaran (C & D)

digunakan untuk pembuangan limbah konstruksi dan pembongkaran

seperti kayu, batu lembaran, papan gipsum, beton, batu bata, dan bahan

paving. Seperti halnya tempat pembuangan akhir MSW, tempat

pembuangan sampah K & D yang mengandung bahan yang tidak

berbahaya diatur dengan huruf D RCRA.

d. Tempat pembuangan limbah berbahaya digunakan untuk membuang

limbah yang dicirikan oleh RCRA sebagai "berbahaya." Limbah ini

meliputi pelarut, limbah industri, dan limbah konstruksi seperti asbes.

Tempat penampungan atau tempat pembuangan tertutup baru-baru ini

yang berisi bahan berbahaya diatur berdasarkan Teks C RCRA.

e. Area pembuangan limbah vegetasi, juga dikenal sebagai "area sampah dan

tunggang kayu," digunakan untuk membuang limbah vegetasi. Di banyak

negara bagian, area pembuangan ini tidak diatur sebelum tahun 1980an. Di

daerah di mana pembakaran dilarang, area ini digunakan oleh pengembang

lahan untuk mengubur pohon dan dibersihkan dari lahan yang digunakan

untuk subdivisi dan pengembangan komersial.

f. Tempat pembuangan limbah hewan adalah area dimana kotoran dalam

jumlah besar dan, mungkin, bangkai hewan dibuang. Tidak ada peraturan

federal khusus untuk pembuangan sampah hewan. Peraturan negara

berbeda-beda di antara negara bagian yang mengatur pembuangan sampah

hewan. Sebagai hasil kandungan organik tinggi, produksi metana bisa jadi

23
signifikan. Mematikan pupuk kandang dan bangkai akan menghasilkan

bau yang kuat. Kebakaran telah terjadi di beberapa tempat pembuangan

sampah hewan, meningkatkan masalah kesehatan dan keselamatan

penduduk terdekat.

D. Pengertian Sampah

Dalam kamus lingkungan (1994) dinyatakan bahwa pengertian sampah

adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan

secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat

selama manufaktur, atau materi berkelebihan atau buangan. Sampah adalah suatu

bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun

proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis (istilah lingkungan untuk

manajemen, ecolink 1996), sedangkan Dr. Tanjung menyatakan bahwa sampah

adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai

semula. Sedangkan dalam Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau

proses alam yang berbentuk padat dan sampah spesifik adalah sampah yang

karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam

proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang

tak bergerak. Sampah dapat berada pada setiap fase materi padat, cair, atau gas.

Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah

dapat dikatakan sebagai emisi. Sampah merupakan masalah bagi orang di seluruh

dunia ini karena sampah merupakan suatu barang yang tidak terpakai lagi.

24
Seiring dengan semakin tingginya populasi manusia, maka produksi sampah juga

akan semakin tinggi.

E. Jenis-Jenis Sampah

Menurut Damanhuri (2008), di Indonesia penggolongan sampah yang

sering digunakan yaitu yang pertama adalah sebagai sampah organik, atau sampah

basah, yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa

makanan ternak, sayur, buah, dan lain-lain, dan yang kedua adalah sebagai

sampah anorganik, atau sampah kering yang terdiri atas kaleng, plastik, besi dan

logam- logam lainnya, gelas dan mika. Kadang kertas dimasukkan dalam

kelompok ini. Sedangkan bila dilihat dari sumbernya, sampah perkotaan yang

dikelola oleh pemerintah kota di Indonesia sering dikategorikan dalam beberapa

kelompok, yaitu:

1. Sampah dari Pemukiman

Merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan atau lingkungan

rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah domestik. Dari

kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa makanan,

plastik, kertas, karton/dos, kain, kayu, kaca, daun, logam, dan kadang-kadang

sampah berukuran besar seperti dahan pohon. Praktis tidak terdapat sampah

yang biasa dijumpai di negara industri, seperti mebel, TV bekas, kasur dan

lainnya. Kelompok ini dapat meliputi rumah tinggal yang ditempati oleh

sebuah keluarga, atau sekelompok rumah yang berada dalam suatu

kawasan permukiman, maupun unit rumah tinggal yang berupa rumah

susun. Dari rumah tinggal juga dapat dihasilkan sampah golongan B3

25
(bahan berbahaya dan beracun), seperti misalnya baterai, lampu, sisa obat-

obatan, oli bekas, dan lainnya.

2. Sampah dari Daerah Komersial

Sumber sampah dari kelompok ini berasal dari pertokoan, pusat

perdagangan, pasar, hotel, perkantoran, dll. Dari sumber ini umumnya

dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan juga sisa

makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa sayur, buah,

makanan yang mudah membusuk. Secara umum sampah dari sumber ini

adalah mirip dengan sampah domestik tetapi dengan komposisi yang berbeda.

3. Sampah dari Perkantoran/Institusi

Sumber sampah dari kelompok ini meliputi perkantoran, sekolah,

rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll. Dari sumber ini potensial

dihasilkan sampah seperti halnya dari daerah komersial non pasar.

4. Sampah dari Jalan/Taman dan Tempat Umum

Sumber sampah dari kelompok ini dapat berupa jalan kota, taman,

tempat parkir, tempat rekreasi, saluran darinase kota, dan lain-lainnya. Dari

daerah ini umumnya dihasilkan sampah berupa daun/dahan pohon,

pasir/lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas, dan lainny.

5. Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota

Kegiatan umum dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap

menghasilkan sampah sejenis sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas,

plastik, dll. Yang perlu mendapat perhatian adalah, bagaimana agar sampah

yang tidak sejenis sampah kota tersebut tidak masuk dalam sistem

pengelolaan sampah kota.

26
6. Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Dari daerah pertanian

ini misalkan sampah dari kebun, kandang, ladang, dan sawah. Sampah yang

dihasilkan dapat berupa bahan-bahan makanan yang membusuk, sampah

pertanian, pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

F. Komposisi Sampah

Komposisi atau susunan bahan-bahan sampah merupakan hal yang perlu

diketahui, hal ini penting kegunaannya untuk pemilahan sampah serta pemilihan

alat atau sarana yang diperlukan untuk pengelolaan sampah. Komposisi sampah

adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan, kertas, kayu, kain-

tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya

tanah, pasir, batu, keramik).

Komposisi sampah mencakup persentase dari komponen pembentuk

sampah yang secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, plastik, logam

dan lain-lain. Komposisi sampah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk menentukan pilihan kelayakan pengolahan sampah khususnya daur ulang

dan pembuatan kompos serta kemungkinan penggunaan gas landfill sebagai

energi alternatif (Darmasetiawan, 2004). Komposisi sampah dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain :

1. Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga

akan cukup tinggi.

2. Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka

semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan

27
berkurang karena membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas

dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi.

3. Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang

sedang berlangsung.

4. Tingkat sosial ekonomi: daerah ekonomi tinggi pada umunya

menghasilkan sampah yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan

sebagainya.

5. Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan

menghasilkan total sampah yang lebih sedikit dan homogen dibanding

tingkat ekonomi lebih tinggi.

6. Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan

mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang

menggunakan kertas sebagai pengemas,sedangkan negara berkembang

seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.

Komposisi sampah dibagi ke dalam kategori sampah yang terdekomposisi

dan sampah yang tidak terdekomposisi. Sampah yang membusuk (garbage),

terutama yang berasal dari sisa makanan adalah sampah yang mudah

terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Sampah kelompok ini dikenal

sebagai sampah basah atau sampah organik. Sampah basah berpotensi untuk

diproses dengan pengomposan.

G. Karakteristik Sampah

Sampah yang berasal dari pemukiman / rumah tangga dan daerah

komersial, selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat

berkategori B3. Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah

28
terdekomposisi, sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradable

sehingga sulit terdekomposisi. Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa

makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun.

Bagian anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar, logam, dan debu.

Sampah yang mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas, biasanya

dalam proses dekomposisinya akan menimbulkan bau dan mendatangkan lalat.

Menurut Damanhuri, 2006 ; karakteristik sampah pemukiman / rumah

tangga dibedakan atas beberapa kelompok, antara lain :

a. Sampah kertas, merupakan sampah anorganik yang sangat sulit diuraikan

dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terurai. Buku, koran, dan

karton termasuk didalamnya.

b. Sampah kaca, terdiri atas botol kaca, cermin, keramik, balon lampu, dan

lain-lain.

c. Sampah logam, dapat berupa besi, kaleng, seng, pelat tipis dan sejenisnya.

d. Sampah plastik, terdiri atas botol minuman, kemasan makanan, botol

obat, botol shampoo atau handbody, pipa air, kabel listrik, jergen, ember,

piring dan gelas berbahan plastik lainnya.

e. Sampah kulit, merupakan sampah yang berbahan dasar kulit seperti

sepatu. Juga termasuk didalamnya sampah berbahan dasar karet, seperti

karet gelang, balon, ban, dan sejenisnya.

f. Sampah kayu, terdiri atas tusuk sate, ranting dan cabang pohon, serpihan

kayu, dan sejenisnya.

29
g. Sampah tekstil, misalnya kain, popok, karpet, gorden, taplak, selimut, dan

sejenisnya.

h. Sisa makanan, umumnya berasal dari sampah dapur seperti sayuran,

bubuk dan saringan kopi atau teh, tulang, dan sejenisnya.

i. Dan lain-lain, seperti tanah, pasir, batu, bahan kimia, obat-obatan.

H. Pengolahan sampah

Sampah sebelum di buang ke tempat pembuangan akhir (TPA) harus ada

pengolahan terlebih dahulu, minimal ada kegiatan prosesing (pemilahan dan

pemanfaatan kembali) yang dapat di konversi menjadi produk atau energy dari

sampah. pada tahap ini digunakan berbagai cara teknik dan fasilitas untuk

menunjang proses pengolahan.

Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di

antaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan

ketersediaan area (Damanhuri, 2008). Ada berbagai cara metode pembuangan

sampah yang sering digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Penimbunan Darat

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya

untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di

dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai,

lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan

penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi

tempat penimbunan sampah yang higienis dan murah. Sedangkan

penimbunan darat yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik

akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, di antaranya angin

30
berbau sampah, menarik berkumpulnya hama, dan adanya genangan air

sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon

dioksida yang juga sangat berbahaya.

2. Metode Daur Ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk

digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur

ulang, pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi

atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan

listrik. Metode-metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan

dijelaskan di bawah.

3. Pengolahan Kembali Secara Fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu

mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang,

contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan kembali.

Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal

(kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah

tercampur.

4. Pengolahan Biologis

Material sampah (organik), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,

bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau

dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa

digunakan sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan

untuk membangkitkan listrik.

5. Pemulihan Energi

31
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil

langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak

langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur

ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari

menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai

menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan

listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk

perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah dipanaskan pada suhu

tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di

wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah

sampah menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas

bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk

lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti

karbon aktif. Gasifikasi dan gasifikasi busur plasma yang canggih

digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi gas

sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini

kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

6. Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan

zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah".

Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai,

memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang

atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas

plastik), mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang

32
sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang

menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh

pengurangan bobot kaleng minuman).

Pengolahan sampah yang paling banyak digunakan di Indonesia

antara lain adalah:

a. Open Dumping

Cara open dumping merupakan cara yang paling mudah dan murah

dilakukan namun banyak menimbulkan dampak pencemaran. Setelah

sampah di lokasi tpa sampah dibuang begitu saja. Dampak yang

ditimbulkan dari cara ini antara lain bau yang tidak sedap, sampah

berserakan, dan dimungkinkannya menjadi sarang bibit penyakit dan

tempat berkembang biak vektor penyakit seperti kecoa, lalat dan tikus.

b. Incineration

Metode incineration merupakan metode pembakaran sampah yang

perlu diawasi dengan baik, metode ini sangat sederhana dan biaya yang

murah. Pada metode ini zat padat yang tersisa berupa abu yang jumlahnya

relatif lebih kecil dibandingkan volume semula. Demikian juga bau busuk

dan berkembangbiaknya vector penyakit seperti tikus, lalat dan kecoa

dapat diminimalisasi.

c. Sanitary landfill

Metode sanitary landfill merupakan metode yang dianjurkan. Pada

metode ini sampah dibuang, ditutup dengan tanah dan bersamaan dengan

ini dipadatkan dengan alat berat agar menjadi lebih mampat. Lapisan di

33
atasnya dituangkan sampah berikut tanah secara berlapis dan demikian

seterusnya sampai akhirnya rata dengan permukaan tanah.

d. Composting

Metode composting, sampah diolah secara fermentatif. Secara

periodik tumpukan sampah dibolak - balik agar fermentasi dapat berjalan

dengan baik dan merata. Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan tidak

seberat penimbunan terbuka. Proses pembuatan pupuk pada metode

composting ini berjalan lambat diperlukan waktu sekitar dua bulan.

e. Daur ulang

Metode daur ulang, sampah dikelompokkan menurut jenisnya,

kemudian setiap kelompok sampah diolah sendiri menjadi produk/hasil

yang berharga. Kertas bekas diolah lagi menjadi kertas baru. Hal ini

dapat juga dilakukan terhadap jenis sampah logam, plastik, gelas. Jenis

sampah dedaunan, sisa sayuran dan buah-buahan yang mudah busuk,

oleh karena itu perlu penanganan yang khusus.

f. Bank Sampah

Bank Sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah

menurut jenis sampah, sampah yang ditabung pada Bank Sampah adalah

sampah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara kerja Bank Sampah pada

umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan

pembukuan dan manajemen pengelolaannya, apabila dalam bank yang

biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang.Akan tetapi, dalam

Bank Sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai

ekonomis, sedangkan pengelola Bank Sampah harus orang yang kreatif

34
dan inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan agar dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat (YPN, 2015:23). (Ita, 2013:17).

I. Pengelolaan Sampah

Sampah didefinisikan sebagai semua jenis limbah berbentuk padat yang

bersumber dari kegiatan manusia dan hewan yang dibuang karena tidak

bermanfaat dan kehadirannya tidak di inginkan lagi (Tchobanoglous et al., 1993).

Pengertian sampah mengalami perubahan pada tahun terakhir ini karena aspek

pembuangan tidak disebutkan lagi dengan jelas. Dimana pada masa sekarang ada

kecenderungan untuk tidak membuang sampah begitu saja, melainkan sedapat

mungkin melakukan pengolahan atau daur ulang. Hal ini tertuang pula dalam UU

Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Berdasarkan UU Nomor 18

Tahun 2008 disebutkan pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam PP No. 81 tahun 2012

disebutkan definisi dari sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari

kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah

spesifik.

Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan

sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang

meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi :

a. Pembatasan timbulan sampah

b. Pendauran ulang sampah

c. Pemanfaatan kembali sampah Sedangkan kegiatan penanganan meliputi :

a. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, atau sifat sampah.

35
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan Sementara (TPS) atau tempat

pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan

sampah terpadu (TPST).

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari

tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah

3R terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA) atau tempat

pengelolaan sampah terpadu (TPST).

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

sampah.

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu

hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Dalam PP 81 Tahun 2012, dikatakan bahwa setiap orang wajib melakukan

pengurangan sampah dan penanganan sampah. Selain perseorangan, prosedur juga

wajib melakukan pembatasan timbulan sampah, yaitu: a. Menyusun rencana atau

program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian dari usaha atau

kegiatannya. b. Menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah

diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin. Pola

operasional pengelolaan sampah ini kemudian berkembang karena adanya konsep

3R (reduce, reuse, recycle) yang diterapkan mulai dari sumber sampah. Pola

pengelolaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Adanya program 3R diharapkan

dapat mengurangi jumlah sampah yang ditangani di TPS 3R maupun di TPST

atau TPA, sehingga menurunkan beban pengelolaan sampah pada skala kota

maupun skala regional. Dalam menentukan strategi pengelolaan sampah

36
diperlukan informasi mengenai komposisi, karakteristik dan laju timbulan

sampah. Misalnya, sampah yang didominasi oleh jenis sampah organik mudah

membusuk memerlukan kegiatan pengumpulan dan pembuangan dengan

frekuensi yang lebih tinggi dari sampah yang tidak mudah membusuk, seperti

kertas, pelastik daun dan sebagainya.

Laju Timbulan Sampah Pengertian timbulan sampah dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2008 adalah banyaknya sampah dalam satuan berat dan

volume, yaitu:  Satuan berat : Kilogram per orang per hari (kg/orang/hari) atau

kilogram per meter-persegi bangunan perhari (kg/m2 /hari).  Satuan volume :

Liter per orang per hari (L/orang/hari/) L per meter- persegi bangunan per hari

(L/m2 /hari). Kota – kota di Indonesia umumnya menggunakan satuan volume.

Untuk menghitung laju timbulan sampah dapat dilakukan dengan pengukuran

berat dan volume atau keduannya. Menurut Tchobanoglous et al., (1993) ada

beberapa cara untuk menghitung laju timbulan sampah yaitu : 1. Analisis

penghitungan beban (Load Count Analysis) Analisis ini dihitung dengan mencatat

jumlah masing-masing volume yang masuk ke TPA baik volume, berat, jenis

angkutan dan sumber sampah kemudian dihitung jumlah timbulan sampah kota

selama periode waktu tertentu. 2. Analisis berat volume (Weight Volume

Analysis) 3. Analisis kesetimbangan bahan (Material Balance Analysis) Analisis

ini menggunakan diagram kesetimbangan massa.

Faktor penting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah jumlah

penduduk. Sebelum laju timbulan sampah terlebih dahulu dihitung proyeksi

penduduk sampah pada tahun perencanaan (Direktorat Pengembangan Penyehatan

37
Lingkungan Permukiman, 2011). Ada beberapa cara untuk melakukan proyeksi

penduduk, antara lain metode aritmatik, geometrik dan least square. Pemilihan

metode tergantung pada kecenderungan pertumbuhan penduduk dan karakteristik

kota.

1. Metode Aritmatik

Metode yang terutama digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada suatu

daerah dimana pertambahan penduduknya terjadi secara linear. Persamaan

matematis yang digunakan adalah:

Pn = Po + r (dn)………………………………………(pers 2.1)

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode

Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi

r = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun

dn = Kurun waktu proyeksi

2. Metode Geometrik

Metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk pada suatu daerah

dimana pertambahan penduduk terjadi secara eksponsial. Persamaan matematik

yang digunakan adalah:

Pn = Po (1 + r)dn…………………………….………(pers 2.2)

Dimana :

Pn = Jumlah pada akhir tahun periode

38
Po = Jumlah penduduk pada awal proyeksi

r = Rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun

dn = Kurun waktu proyeksi

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian

selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°, 18’, 27’, 97” Bujur Timur dan

5’. 8’, 6’, 19” Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar 175,77 km 2 yang

meliputi 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Secara administratif Kota Makassar

mempunyai batas-batas wilayah yaitu:

 Batas Selatan : Kabupaten Gowa

 Batas Utara : Kabupaten Pangkajene Kepulauan

 Batas timur : Kabupaten Maros

 Batas Barat : Selat Makassar

Gambar 3.1 Wilayah Penelitian

40
Tempat Pengelolaan Akhir ( TPA ) Sampah Tamangapa berada pada

koordinat 5,17520 LS 119,49350 BT, ± 15 km dari pusat kota Makassar. TPA

Tamangapa dibuka pada tahun 1993 dan diharapkan akan tetap menjadi satu-

satunya lokasi pembuangan sampah padat perkotaan ( Municipal Solid Waste )

hingga tahun 2016. Lahan TPA ini telah mengalokasikan sekitar 14,3 Ha lahan

sejak tahun 1993-2014. Namun karena semakin meningkatnya volume sampah

dikota Makassar maka ada penambhan lahan untuk beberapa zona sehingga

ditahun 2015 lahan TPA Tamangapa bertambah menjadi ± 16,8 Ha ( UPTD

TPA Tamangapa, 2015 ).

B. Kerangka Penelitian

Dalam mencapai tujuan dari penelitian ini, maka dilakukan

pembuatan kerangka penelitian yang terdiri atas Perumusan ide studi, studi

pustaka yang terkait, pengumpulan data sekunder, penganalisaan data dan

pembahasan sehingga dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini.

Metode penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahap. Tahap

pertama dimulai dengan pendahuluan dengan menjelaskan latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan manfaat

penelitian. Kemudian mulai melakukan kerangka teoritis penelitian yang

disusun berdasarkan referensi penelitian sebelumnya, jurnal, artikel penelitian

dan sejenisnya. Kemudian dilakukan pengumpulan data sekunder. Data

sekunder berupa data kependudukan, data timbulan sampah kota Makassar

pertahun, kemudian dilakukan pembahasan pengolahan data dan analisa data

mencakup timbulan sampah berdasarkan komponen karakteristik sampah

sampai dengan pengolahan data yang menghasilkan data jumlah emisi metana (

41
CH4 ) menggunakan ketetapan IPCC 2006.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan

data-data yang berkaitan dan berhubungan dengan penelitian. Data-data

tersebut berupa data jumlah penduduk kota Makassar dan data jumlah timbulan

sampah dengan rentan waktu ±10 tahun terakhir. Adapun data sekunder yang di

perlukan dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Data Persampahan Kota Makassar, diambil berdasarkan Data Dinas

Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar, Badan Lingkungan

Hidup Daerah (BLHD).

2. Kebijakan, Aturan dan Standar Persampahan, berpatokan pada aturan

Perundangan-Undangan, Perda tentang Persampahan, SNI

Persampahan, Diktat Pengelolaan persampahan.

3. Data Spasial kota Makassar, data spasial berdasarkan observasi dan

penelitian sebelumnya dan Google Earth. Data spasial yang dimaksud

adalah data yang mencakup lokasi penelitian.

42
Adapun bagan alir dari proses pengerjaan tugas akhir asebagai berikut :

Mulai

Rumusan Masalah

Penentuan Tujuan
Masalah

Text Book, Kerangka Teoritis


Jurnal,Artikel,Tesis,SNI,BPS
Kota Makassar, IPCC 2006.
Data sekunder,
Pengumpulan wawancara
data dengan pihak
Timbulan sampah
berdasarkan karakteristik terkait
sampah
Analisis data dan
Jumlah kandungan CH4 di pembahasan
TPA Tamangapa
menggunakan rumus IPCC
2006 Kesimpulan dan
saran

Selesai

Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian

C. Rumus Perhitungan

Metode penelitian yang digunakan untuk menghitung emisi metana

(CH4 ) yang dihasilkan dari timbulan sampah di TPA Tamangapa

menggunakan pendekatan Pedoman Intergovermental Panel on Climate

Change (IPCC) tahun 2006 . Pedoman IPCC Tahun 2006 merupakan metode

43
yang dapat diterapkan untuk semua negara atau wilayah sebab pada pedoman

tersebut memberikan nilai default, perkiraan dan metode perhitungan untuk

mengatasi kurangnya data dengan menggunakan faktor emisi yang sudah

ditentukan oleh IPCC.

Adapun data default yang digunakan dari IPCC 2006 dalam

perhitungan timbulan sampah yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.1 Nilai default untuk timbulan sampah

Sumber: IPCC 2006

44
Tabel 3.1 Nilai default untuk timbulan sampah

perkarakteristik

Sumber : IPCC 2006

Tabel 3.1 Nilai default DOC dan fraksi (CH 4 )

Sumber : IPCC 2006

Timbulan Metana (CH 4 )

Potensi gas metana (CH4) yang dihasilkan sepanjang tahun dapat

diperkirakan berdasarkan jumlah dan komposisi limbah yang dibuang ke

tempat penampungan sampah dan praktik pengelolaan limbah di tempat

45
pembuangan.

Perhitungan emisi (CH4 ) yang dihasilkan dari timbulan sampah TPA

Tamangapa dengan rumus perhitungan sebagai berikut :

................... ( Pers 3.1 )

Dimana :

DDOCm = Massa DOC yang terdekomposisi, Gg

W = Massa sampah di TPA, Gg

DOC = Karbon organik yang dapat terdegradasi, Gg C/Gg sampah

DOCf = Fraksi DOC yang dapat terdekomposisi, fraksi

MCF = Faktor koreksi metana ( CH4 ) pada proses dekomposisi aerobik

pada tahun dimana sampah dibuang, fraksi

...................... ( Pers 3.2 )

Dimana :

Lo = potensi timbulan metana ( CH4 ), Gg CH4

DDOCm = Massa DOC yang terdekomposisi, Gg

F = Fraksi CH4 pada gas yang dihasilkan di TPA fraksi volume

16/12 = Rasio berat molekul CH4/C, rasio

Dengan reaksi pertama, jumlah produk selalu sebanding dengan

jumlah bahan reaktif. Ini berarti bahwa tahun dimana timbulan sampah yang

46
disimpan di TPA tidak relevan dengan jumlah CH4 yang dihasilkan setiap

tahunnya. Setiap tahun dapat dianggap sebagai angka 1 dalam metode

estimasi, dan perhitungan orde pertama dapat dilakukan dengan dua

persamaan sederhana sebagai berikut :

....................(Pers 3.3)

..................(Pers 3.4)

Dimana :

T = Tahun tinjauan pembuangan sampah

DDOCmaT = Akumulasi DDCm di TPA pada akhir tahun tinjauan T,

Gg

DDOCma T-1 = Akumulasi DDOCm di TPA pada akhir tahun sebelumnya

( T-1 ), Gg Data

DDOCmdT DDOCm yang terdekomposit di TPA tahun T, Gg.

DDOCm decomposed T = DDOCm yang terdekomposit / atau terurai pada tahun

T, Gg

t1/2 = Waktu paruh ( half-life time )

47
Timbulan Metana ( CH4) Dari Ddocm Yang Dapat Terdekomposisi

Jumlah CH4 yang terbentuk dari bahan yang dapat didekomposisi

ditemukandengan mengalikan fraksi CH4 dalam gas landfill yang dihasilkan

dan rasio berat molekul CH4 / C.

............(pers 3.5)

Dimana :

Timbulan CH4T = Jumlah timbulan CH4 dari material yang terurai

DDOCm decompt T = DDOCm yang terdekomposisi di tahun T, Gg

F = Fraksi metana (CH4) dalam pada timbulan gas di TPA

( fraksi )

16/12 = Rasio berat molekul CH4/C ( rasio )

Emisi metana (CH4)

Emisi metana ( CH4 ) dari pembuangan limbah padat selama satu tahun

dapat diperkirakan dengan menggunakan Persamaan 6 . CH4 dihasilkan sebagai

hasil degradasi bahan organik dalam kondisi anaerobik. Bagian dari CH4 yang

dapat dipulihkan untuk energi atau pembakaran. CH4 yang sebenarnya

dipancarkan dari TPA akan lebih kecil dari jumlah yang dihasilkan.

48
.......(pers 3.6)

Diamana :

CH4 Emissions = Emisi CH4

T = Tahun tinjauan pembuangan sampah

X = Kategori sampah ( jenis/bahan )

RT = Gas metana ( CH4 ) yang termanfaatkan pada tahun T, Gg

OXT = Faktor oksidasi pada tahun T (fraksi)

D. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh mengetahui jumlah emisi

CH4 dari jumlah timbulan sampah yang dihasilkan TPA Tamangapa. Data yang

dikumpulkan pada penelitian akan dianalisis dengan menggunakan rumus yang

terdapat pada worksheet IPCC 2006. ,

E. Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif menurut

Miles dan Huberman dalam Bungin (2005) dilakukan melalui tiga jalur sebagai

berikut:

a. Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan, penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang ditemukan di lapangan.

Dengan kata lain, pada tahap ini dilakukan analisis untuk menggolongkan

49
data sesuai dimensi penelitian, membuang data yang tidak perlu,

mengarahkan, dan mengorganisasi data.

b. Penyajian data, dilakukan dengan menyajikan data yang telah dianalisis

pada alur pertama dan kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat

(teks naratif).

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Analisis pada alur ini adalah mencari

makna benda-benda dan peristiwa, pola-pola dan alur sebab akibat untuk

membangun preposisi.

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

Data-data penelitian bersumber dari kunjungan langsung ke lapangan guna

memperoleh data yang di butuhkan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD TPA

Tamangapa), studi literatur dan dinas-dinas terkait (Dinas Badan Lingkungan

Hidup dan Badan Pusat Statistik Kota Makassar). Data-data yang diperoleh adalah

sebagai berikut:

1. Data Jumlah Penduduk Kota Makassar Pertahun

Kependudukan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan karena

berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Ada tiga faktor yang

mempengaruhi perkembangan jumlah penduduk yaitu kelahiran, kematian dan

perpindahan penduduk.

Data jumlah penduduk kota Makassar bersumber dari data Badan Pusat Statistik

Kota Makassar. Data yang digunakan adalah data jumlah penduduk 5-10 tahun

terakhir. Data ini diperlukan untuk mencari presentase pertumbuhan penduduk

kota Makassar agar dapat diprediksi jumlah penduduk kota Makassar di tahun

yang akan datang.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar

Tahun Penduduk
2010 1.339.374
2011 1.352.136
2012 1.369.606
2013 1.408.072
2014 1.429.242

51
Tahun Penduduk
2015 1.449.401
2016 1.469.601
Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2015

2. Data Timbulan Sampah TPA Tamangapa

Timbulan sampah yang dihasilkan di TPA Tamangapa sangat erat kaitannya

dengan jumlah penduduk yang terdapat di kota makassar. Pertumbuhan penduduk

yang semakin besar secara tidak langsung menimbulkan jumlah timbulan sampah

yang semakin besar. Timbulan sampah dapat di lihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3

Tabel 4.2 Timbulan Sampah TPA Tamangapa Pertahun

Tahun Berat (kg)


2010 194.451.559
2011 193.405.111
20 12 203.419.001
2013 246.970.841
2014 247.182.733
2015 246.271.225
2016 237.851.884

Sumber : Dinas Badan Lingkungan Hidup Kota Makassar

Tabel 4.3 Timbulan Sampah Perkarakteristik Kota Makassar berdasarkan


Standar IPCC 2006

Tahun Organik Kertas Kayu


2010 149.533.248,9 16.567.273 1.225.044,82
2011 144.686.363,5 17.038.990 1.373.176,29
2012 147.926.297,5 19.467.198 1.403.591,11
2013 187.006.320,8 20.671.459 1.679.401,72
2014 189.638.592,8 21.232.997 1.705.560,86
2015 186.476.571,6 20.612.902 1.674.644,33
2016 182.479.965,4 20.431.477 1.617.392,81
Sumber : Data sekunder penelitian sebelumnya

52
B. Pengolahan Data

1. Proyeksi Penduduk Kota Makassar

Timbulan sampah yang dihasilkan di TPA Tamangapa sangat erat kaitannya

dengan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk yang semakin besar secara

tidak langsung menimbulkan jumlah timbulan sampah yang semakin besar. Pada

proyeksi jumlah penduduk dipilih metode geometrik karena memiliki nilai R

paling besar yaitu 0,97 dan kesalahan terkoreksi dengan standar deviasi sebesar

0,008, dengan menggunakan proyeksi penduduk maka dapat diperhitungkan

jumlah timbulan sampah di TPA Tamangapa sampai pada tahun 2026 mendatang.

Adapun hasil proyeksi penduduk dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Prediksi jumlah penduduk kota Makassar

Tahun Penduduk
2017 1.467.531
2018 1.486.814
2019 1.506.350
2020 1.526.143
2021 1.546.196
2022 1.566.512
2023 1.587.096
2024 1.607.950
2025 1.629.078
2026 1.650.483

53
Jumlah Penduduk
1480000
1460000
1440000
penduduk ( jiwa )

1420000
1400000
1380000
1360000
1340000
1320000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

Gambar 4.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar

prediksi jumlah penduduk


1700000

1650000
penduduk ( jiwa )

1600000

1550000

1500000

1450000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

Sumber : Hasil olah data

Gambar 4.2 Prediksi Jumlah Penduduk Kota Makassar

b. Prediksi Timbulan Sampah

Dalam memprediksi jumlah sampah TPA Tamangapa di tahun mendatang,

diperlukan hasil dari prediksi jumlah penduduk kota Makassar. Untuk tahun 2016,

54
volume sampah TPA Tamangapa adalah sebesar 237.851.884 kg/tahun. Sehingga

dengan nilai volume tahunan ini, didapatkan volume harian sebesar 651.648,997

kg/hari . Dari volume harian, maka dapat diketahui volume sampah yang

dihasilkan per-orang per-hari yaitu dari pembagian volume harian dengan jumlah

penduduk kota Makassar Tahun 2016. Dari hasil pembagian tersebut diketahui

bahwa volume sampah per-orang per-hari di Kota Makassar adalah sebesar 0,4492

kg/hari/kap, dan proyeksi sampah juga menggunakan persamaan geometri dari

timbulan sampah tahun 2010-2016.

Merujuk pada hasil hitungan tersebut maka dapat diprediksi volume sampah di

kota Makassar pada tahun-tahun yang akan datang. Hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.5 dan tabel 4.6.

Tabel 4.5 Prediksi Timbulan Sampah TPA Tamangapa dengan

asumsi jumlah penduduk

Tahun Penduduk Timbulan Sampah


2017 1.467.531 237.516.807
2018 1.486.814 240.637.705,8
2019 1.506.350 243.799.612,3
2020 1.526.143 247.003.065,2
2021 1.546.196 250.248.610,6
2022 1.566.512 253.536.801,5
2023 1.587.096 256.868.198,2
2024 1.607.950 260.243.368,4
2025 1.629.078 263.662.887,3
2026 1.650.483 267.127.337,7
Sumber : hasil olah data

55
Tabel 4.6 Prediksi Timbulan Sampah TPA Tamangapa

Menggunakan Persamaan Geometri

Tahun Timbulan Sampah ( kg )


2017 232.706.782,7
2018 238.754.495,7
2019 244.959.379,9
2020 251.325.520,2
2021 257.857.107,2
2022 264.558.440,7
2023 271.433.932,2
2024 278.488.107,8
2025 285.725.611,2
2026 293.151.206,9

Timbulan sampah ( kg )
260000000
250000000
Timbulan sampah ( kg )

240000000
230000000
220000000
210000000
200000000
190000000
180000000
170000000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 4.3 Timbulan sampah TPA tamangapa 2010-2016

Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah timbulan sampah di TPA Tamangapa

pada tahun 2013 mengalami peningkatan paling tinggi yaitu sebesar 43.551.840

kg.

56
Prediksi Timbulan Sampah
270000000

265000000
Timbulan Sampah ( kg )

260000000

255000000

250000000

245000000

240000000

235000000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

Gambar 4.4 Prediksi timbulan sampah TPA Tamangapa dengan asumsi

jumlah penduduk

Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa prediksi kenaikan timbulan sampah terjadi

setiap tahunnya dimana jumlah timbulan sampah pada tahun 2026 mencapai

267.127.337,7 kg.

Prediksi Timbulan Sampah


300000000
290000000
280000000
Timbulan Sampah

270000000
260000000
250000000
240000000
230000000
220000000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

Gambar 4.5 Prediksi Timbulan Sampah dengan asumsi timbulan sampah

57
Dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa prediksi kenaikan timbulan sampah terjadi

setiap tahunnya dimana jumlah timbulan sampah pada tahun 2026 mencapai

293.151.206,9 kg.

Perbandingan timbulan sampah


300000000
Timbulan Sampah ( kg )

290000000
280000000
270000000
260000000
250000000
240000000
230000000
220000000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

timbulan sampah ( penduduk) timbulan sampah

Gambar 4.6 Perbandingan Prediksi jumlah Timbulan Sampah TPA

Tamangapa

Dari gambar 4.6 dapat di lihat bahwa prediksi timbulan sampah dengan

menggunakan persamaan geometri lebih besar di bandingkan dengan timbulan

sampah dengan asumsi jumlah penduduk.

Emisi Metana (CH4)

Timbulan sampah TPA menggunakan data sampah masuk TPA selama kurang

lebih 5 tahun terakhir yang tercatat pada UPTD TPA Tamangapa serta pengolahan

data menggunakan metode geometri. Adapun jumlah timbulan sampah yang

masuk di TPA Tamangapa dari data tahun 2010-2016 mengalami peningkatan.

Untuk memperoleh nilai emisi metana ( CH4 ) dapat digunakan rumus yang

terdapat pada IPCC 2006 dengan mencantumkan perhitungan pada tahun 2010

58
dan 2011 kemudian untuk tahun-tahun selanjutnya dapat di kerjakan mengikuti

tahap pengerjaan pada tahun 2010 dan 2011 yaitu sebegai berikut:

Tabel 4.7 Emisi Metana dari Timbulan Sampah TPA Tamangapa dengan asumsi

jumlah Penduduk

Timbulan
Penduduk DDOCm DDOCmaT DDOCm CH4
Tahun Sampah Lo (Gg)
(jiwa) (Gg) (Gg) decompT (Gg) (Gg)
( kg )
2010 1.339.374 194.451.559 9,392 6,261 9,392 0 0
2011 1.352.136 193.405.111 9,322 6,215 18,151 0,563 0,375
2012 1.369.606 203.419.001 9,823 6,549 26,886 1,089 0,726
2013 1.408.072 246.970.841 11,940 7,960 37,213 1,613 1,075
2014 1.429.242 247.182.733 11,940 7,960 46,920 2,232 1,488
2015 1.449.401 246.271.225 11,894 7,929 56,000 2,815 1,876
2016 1.469.601 237.851.884 11,486 7,657 64,127 3,360 2,240

Kandungan CH4 Tahun 2010

Tahap 1

DDOCm = W · DOC · DOCf · MCF

= 155,634 · 0,17 · 0,5 · 0,71


= 9,392 Gg
Tahap 2

Lo = DDOCm · F ·16/12

= 9,392 · 0,5· 16/12

= 6,261 Gg

Tahap 3

DDOCmaT = DDOCmdT + ( DDOCmaT-1 ·e-k )

= 9,392 + 0 · 0,94

= 9,392 Gg

59
Tahap 4

DDOCmaT DecompT = DDOCmaT-1 · (1 - e-k )

= 0 · (1 - 0,94)

= 0 Gg

Tahap 5

CH4 = DDOCmaT DecompT · F · 16/12

= 0 · 0,5 · 16/12

= 0 Gg

Kandungan CH4 Tahun 2011


Tahap 1
DDOCm = W · DOC · DOCf · MCF

= 154,480 · 0,17 · 0,5 · 0,71

= 9,322 Gg

Tahap 2

Lo = DDOCm · F ·16/12

= 9,322 · 0,5· 16/12

= 6,215 Gg
Tahap 3

DDOCmaT = DDOCmdT + ( DDOCmaT-1 ·e-k )

= 9,322 + 9,932 · 0,94

= 18,151 Gg

60
Tahap 4

DDOCmaT DecompT = DDOCmaT-1 · ( 1 - e-k )

= 9,322 · ( 1- 0,94 )

= 0,653 Gg
Tahap 5

CH4 = DDOCmaT DecompT · F · 16/12

= 1,37 · 0,5 · 16/12

= 0,37 Gg

Emi si CH 4 Ta h u n 2010 -2016


2.5

1.5
CH4, GG

0.5

0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TAHUN

Gambar 4.7 Emisi metana ( CH4 ) di tinjau berdasarkan jumlah timbulan

sampah dari tahun 2011-2016

Hasil perhitungan emisi metana ( CH4 ) dapat dilihat pada gambar 4.7, dimana

gambar tersebut memperlihatkan bahwa setiap tahunnya emisi metana (CH 4 )

mengalami kenaikan dari tahun 2011-2016. Dimana kenaikan yang paling tinggi

terjadi di tahun 2013-2014 yaitu sekitar 0,51 Gg di bandingkan dengan tahun-

61
tahun yang lain. Untuk hasil prediksi emisi metana ( CH4 ) dari hasil prediksi

jumlah penduduk dan timbulan sampah dapat di lihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Prediksi kandungan Metana TPA Tamangapa dengan asumsi

jumlah penduduk

Tiimbulan DDOCm
Penduduk DDOCm Lo DDOCmaT CH4
Tahun Sampah decompT
(jiwa) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg ) (Gg)
2017 1.488.911 240.977.185,6 11,486 7,658 71,766 3,847 2,565
2018 1.508.475 244.143.552,8 11,642 7,762 79,103 4,305 2,870
2019 1.528.296 247.351.525 11,799 7,866 86,156 4,746 3,164
2020 1.548.377 250.601.649 12,111 8,074 93,098 5,169 3,446
2021 1.568.722 253.894.478,7 12,268 8,178 99,780 5,586 3,724
2022 1.589.335 257.230.575,2 12,424 8,282 106,218 5,987 3,991
2023 1.610.218 260.610.506,9 12,580 8,387 112,425 6,373 4,249
2024 1.631.376 264.034.849,9 12,736 8,491 118,417 6,745 4,497
2025 1.652.812 267.504.187,8 12,893 8,595 124,204 7,105 4,736
2026 1.674.529 271.019.111,7 13,049 8,699 129,802 7,452 4,968
Sumber : pengolahan data

Tabel 4.9 Prediksi kandungan Metana TPA Tamangapa dengan timbulan

sampah

Tiimbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2017 232.706.782,7 11,092 7,395 71,372 3,848 2,565
2018 238.754.495,7 11,386 7,591 78,476 4,282 2,855
2019 244.959.379,9 11,685 7,790 85,452 4,709 3,139
2020 251.325.520,2 12,147 8,098 92,472 5,127 3,418
2021 257.857.107,2 12,459 8,306 99,383 5,548 3,699
2022 264.558.440,7 12,778 8,519 106,198 5,963 3,975
2023 271.433.932,2 13,103 8,735 112,929 6,372 4,248
2024 278.488.107,8 13,434 8,956 119,588 6,776 4,517
2025 285.725.611,2 13,771 9,181 126,184 7,175 4,784
2026 293.151.206,9 14,115 9,410 132,728 7,571 5,047
Sumber : hasil olah data

62
CH4 ( Gg ) Asumsi Jumlah Penduduk
5.5
5
4.5

CH4, Gg 4
3.5
3
2.5
2
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

Gambar 4.8 Prediksi emisi metana ( CH4 ) tahun 2017 - 2026

dengan asumsi jumlah penduduk

CH4 ( Gg ) Timbulan Sampah


5.5
5
4.5
CH4 , Gg

4
3.5
3
2.5
2
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

Gambar 4.9 Prediksi emisi metana (CH4) tahun 2017 - 2026

dengan Timbulan Sampah.

Hasil gambar 4.8 dan 4.9 dapat di lihat bahwa prediksi metana (CH4) setiap

tahunnya mengalami peningkatan baik dengan asumsi jumlah penduduk maupun

dari pengolahan sampah, dan dapat di perkirakan jumlah emisi metana

(CH4) pada tahun 2026 sebesar 4,968 dan 5,046 Gg.

63
CH4 dengan Asumsi penduduk dan
5.5 Sampah 5.047346219
4,968196631
5
4.5
CH4 , Gg
4
3.5
3
2.5
2
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun
CH4 ( Gg ) Asumsi Jumlah Penduduk
CH4 ( Gg ) Timbulan Sampah

Gambar 4.10 Prediksi emisi metana (CH4) yang di hasilkan.

Hasil gambar 4.10 dapat di lihat bahwa prediksi metana (CH4) setiap

tahunnya mengalami peningkatan baik dengan asumsi jumlah penduduk maupun

dari timbulan sampah, dan dapat di perkirakan jumlah emisi metana

(CH4) rata-rata pada tahun 2026 sebesar 5,007 Gg.

Emisi Metana (CH4) dari Karakteristik Timbulan Sampah

1) Emisi metana ( CH4 ) dari timbulan Sampah Organik

Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah organik dilakukan untuk

mengetahui emisi metana dari timbulan per karakteristik sampah yang ada di TPA

Tamangapa. Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah organik

dapat dilihat pada tabel 4.10. Untuk memperoleh nilai emisi metana ( CH4 ) pada

sampah organik menggunakan data tahun 2006 – 2007 sebagai tinjauan, kemudian

untuk tahun-tahun selanjutnya dapat di kerjakan mengikuti tahap pengerjaan pada

tahun 2006 dan 2007.

64
Tabel 4.10 Emisi Metana dari Timbulan Sampah Organik TPA

Tamangapa dengan acuan IPCC 2006.

Timbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2010 149.533.248,9 7,966 5,311 7,966 0,000 0,000
2011 144.686.363,5 7,692 5,128 15,295 0,637 0,425
2012 147.926.297,5 7,879 5,253 21,764 1,224 0,816
2013 187.006.320,8 9,972 6,648 27,902 1,741 1,161
2014 189.638.592,8 10,104 6,736 35,642 2,232 1,488
2015 186.476.571,6 9,934 6,623 42,894 2,851 1,901
2016 182.479.965,4 9,720 6,480 49,397 3,432 2,288
Sumber : hasil pengolahan data

Kandungan CH4 Sampah Organik Tahun 2010

Tahap 1

DDOCm = W · DOC · DOCf · MCF

= 149,603 · 0,15 · 0,5 · 0,71

= 7,966 Gg
Tahap 2

Lo = DDOCm · F ·16/12

= 7,966 · 0,5· 16/12

= 5,310 Gg

Tahap 3

DDOCmaT = DDOCmdT + ( DDOCmaT-1 ·e-k )

= 7,966 + 0 · 0,92

= 7,966 Gg

65
Tahap 4

DDOCmaT DecompT = DDOCmaT-1 · (1 - e-k )

= 0 · (1 - 0,92)

= 0 Gg

Tahap 5

CH4 = DDOCmaT DecompT · F · 16/12

= 0 · 0,5 · 16/12

= 0 Gg

Kandungan CH4 Sampah Organik Tahun 2011

Tahap 1

DDOCm = W · DOC · DOCf · MCF

= 144,457 · 0,15 · 0,5 · 0,71

= 7,692, Gg

Tahap 2

Lo = DDOCm · F ·16/12

= 7,692 · 0,5· 16/12

= 5,128 Gg

Tahap 3

DDOCmaT = DDOCmdT + ( DDOCmaT-1 ·e-k )

= 7,692 + 9,966 · 0,92

= 15,295 Gg

66
Tahap 4

DDOCmaT DecompT = DDOCmaT-1 · (1 - e-k )

= 7,966 · (1 - 0,92)

= 0,637 Gg

Tahap 5

CH4 = DDOCmaT DecompT · F · 16/12

= 0,637 · 0,5 · 16/12

= 0,425 Gg

Emisi Gas Metana (CH4) Organik


2.500

2.000

1.500
CH4, Gg

1.000

0.500

0.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 4.11 Emisi Gas Metana ( CH4 ) dari timbulan sampah organik

Dari Gambar 4.11 dapat di lihat bahwa emisi metana ( CH4 ) setiap tahunnya

mengalami peningkatan sebesar 2,288 Gg pada Tagun 2016

67
emsii metana
2.500
R² = 0.9794
2.000

1.500
CH4, Gg

1.000

0.500

0.000
1320000 1340000 1360000 1380000 1400000 1420000 1440000 1460000 1480000
Jumlah Penduduk(jiwa)

Gambar 4.12 Emisi Gas Metana ( CH4 ) sampah organik dan jumlah

penduduk

Pada gambar 4.12 terlihat bahwa emisi metana ( CH4 ) di TPA Tamangapa dari

tahun 2010 – 2016 berbanding lurus dengan berkolerasi dengan jumlah penduduk

dan jumlah timbulan sampah dengan nilai R = 0,9794

Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah dimana

jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat. Untuk hasil

prediksi Emisi CH4 dari hasil prediksi jumlah penduduk dan timbulan sampah

dapat di lihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah organik TPA

Tamangapa

Timbulan
Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah DDOCm (Gg)
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2017 232.706.782,7 9,720 6,480 55,165 3,952 2,634
2018 238.754.495,7 9,852 6,568 60,471 4,413 2,942
2019 244.959.379,9 9,984 6,656 65,485 4,838 3,225
2020 251.325.520,2 10,249 6,832 70,231 5,239 3,493
2021 257.857.107,2 10,381 6,921 74,861 5,618 3,746

68
Timbulan
Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah DDOCm (Gg)
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2022 264.558.440,7 10,513 7,009 79,253 5,989 3,993
2023 271.433.932,2 10,645 7,097 83,426 6,340 4,227
2024 278.488.107,8 10,778 7,185 87,397 6,674 4,449
2025 285.725.611,2 10,910 7,273 91,183 6,992 4,661
2026 293.151.206,9 11,042 7,361 94,798 7,295 4,863

Prediksi Emisi metana (CH4)


5.500

5.000

4.500
CH4, Gg

4.000

3.500

3.000

2.500

2.000
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

Gambar 4.13 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah organik

69
hubungan prediksi emisi metana ( CH4) dengan
timbulan sampah
5.500
5.000
4.500
CH4, Gg

4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
220000000 240000000 260000000 280000000 300000000
timbulan sampah (kg)

Gambar 4.14 Prediksi Emisi metana (CH4) dan timbulan (kg)

hubungan prediksi emisi metana CH4 dan jumlah


5.500
penduduk ( jiwa)
5.000

4.500
CH4, Gg

4.000

3.500

3.000

2.500

2.000
1450000 1500000 1550000 1600000 1650000 1700000
penduduk ( jiwa)

Gambar 4.15 Prediksi emisi metana (CH4 ) dan jumlah penduduk ( jiwa )

Dari gambar gambar 4.14 dan 4.15 terlihat bahwa prediksi jumlah penduduk dan

timbulan sampah organik mengalami peningkatan tiap tahunnya sehingga

menghasilkan kandungan CH4 semakin meningkat tiap tahunnya pula. Hal ini

70
berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah organik dimana

jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat.

2) Emisi metana ( CH4 ) dari Timbulan Sampah Kertas

Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah kertas dilakukan untuk

mengetahui emisi metana dari timbulan per karakteristik sampah yang ada di TPA

Tamangapa. Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah kertas dapat

dilihat pada tabel 4.12. Untuk memperoleh nilai emisi metana ( CH4 ) pada

sampah organik menggunakan data tahun 2006 – 2007 sebagai tinjauan, kemudian

untuk tahun-tahun selanjutnya dapat di kerjakan mengikuti tahap pengerjaan pada

tahun 2006 dan 2007.

Tabel 4.12 Emisi Metana ( CH4 ) dari Timbulan Sampah Kertas TPA Tamangapa

Timbulan
Tahun DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2010 16.567.273 2,354 1,569 2,354 0,000 0,000
2011 17.038.990 2,416 1,610 4,613 0,094 0,063
2012 19.467.198 2,765 1,843 6,844 0,185 0,123
2013 20.671.459 2,939 1,960 9,336 0,274 0,183
2014 21.232.997 3,017 2,011 11,902 0,373 0,249
2015 20.612.902 2,928 1,952 14,442 0,476 0,317
2016 20.431.477 2,902 1,935 16,793 0,578 0,385

Kandungan CH4 Sampah Kertas Tahun 2010

Tahap 1

DDOCm = W · DOC · DOCf · MCF

= 16,575 · 0,4· 0,5 · 0,71

= 2,353 Gg

71
Tahap 2

Lo = DDOCm F ·16/12

= 2,353 · 0,5· 16/12

= 1,569 Gg

Tahap 3

DDOCmaT = DDOCmdT + ( DDOCmaT-1 ·e-k )

= 2,353 + 0 · 0,96

= 2,353 Gg

Tahap 4

DDOCmaT DecompT = DDOCmaT-1 · (1 - e-k )

= 0 · (1 - 0,96)

= 0 Gg

Tahap 5

CH4 = DDOCmaT DecompT · F · 16/12

= 0 · 0,5 · 16/12

= 0 Gg

72
Kandungan CH4 Sampah Kertas Tahun 2011

Tahap 1

DDOCm = W · DOC · DOCf · MCF

= 17,012 · 0,4· 0,5 · 0,71


= 2,415 Gg
Tahap 2

Lo = DDOCm · F ·16/12

= 2,415 · 0,5· 16/12

= 1,610 Gg

Tahap 3

DDOCmaT = DDOCmdT + ( DDOCmaT-1 ·e-k )

= 2,415 + 2,353 · 0,96

= 4,613 Gg

Tahap 4

DDOCmaT DecompT = DDOCmaT-1 · (1 - e-k )

= 4,613 · (1 - 0,96)

= 0,094 Gg

Tahap 5

CH4 = DDOCmaT DecompT · F · 16/12

= 0,094 · 0,5 · 16/12

= 0,063 Gg

73
emisi metana (CH4)
0.450
0.400
0.350
0.300
CH4, Gg

0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 4.16 Emisi metana (CH4) dari timbulan sampah kertas

Dari Gambar 4.16 dapat di lihat bahwa emisi metana (CH4) setiap tahunnya

mengalami peningkatan, tahun 2010 sebesar 0,00 Gg dan tahun 2016 sebesar

0,385

emisi metana (CH4) dan jumlah penduduk


0.450
0.400
0.350
0.300
CH4, Gg

0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
1330000 1380000 1430000 1480000
jumlah penduduk (jiwa)

Gambar 4.17 Prediksi Emisi metana (CH4 ) dan jumlah penduduk ( jiwa )

Pada gambar 4.17 terlihat bahwa emisi metana ( CH4 ) di TPA Tamangapa dari

tahun 2010 – 2016 berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

74
Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah dimana

jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat. Untuk hasil

prediksi Emisi CH4 dari hasil prediksi jumlah penduduk dan timbulan sampah

dapat di lihat pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah kertas

TPA Tamangapa

Tiimbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2017 20.142.565,83 2,902 1,935 19,023 0,672 0,448
2018 20.712.770,21 2,942 1,961 21,164 0,761 0,507
2019 21.299.116,18 2,981 1,987 23,259 0,847 0,564
2020 21.902.060,68 3,060 2,040 25,310 0,930 0,620
2021 22.522.073,59 3,099 2,066 27,358 1,012 0,675
2022 23.159.638,09 3,139 2,093 29,363 1,094 0,730
2023 23.815.251,04 3,178 2,119 31,327 1,175 0,783
2024 24.489.423,37 3,218 2,145 33,252 1,253 0,835
2025 25.182.680,45 3,257 2,172 35,140 1,330 0,887
2026 25.895.562,55 3,297 2,198 36,992 1,406 0,937

prediksi metana (CH4)


1.000

0.900

0.800
CH4, Gg

0.700

0.600

0.500

0.400
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

Gambar 4.18 Prediksi emisi metana (CH4) dari timbulan sampah kertas

75
prediksi emisi metana (CH4) dan jumlah
penduduk ( jiwa
1.000

0.900

0.800
CH4, Gg

0.700

0.600

0.500

0.400
1450000 1500000 1550000 1600000 1650000 1700000
jumlah penduduk (jiwa)

Gambar 4.19 prediksi emisi metana (CH4) dan jumlah penduduk (jiwa)

Prediksi Emisi metana (CH4) dan Timbulan


Sampah ( kg)
1.000

0.900

0.800
CH4, Gg

0.700

0.600

0.500

0.400
220000000 240000000 260000000 280000000 300000000
Timbulan Sampah (kg)

Gambar 4.20 prediksi emisi metana (CH4) dan jumlah timbulan sampah

kertas

(kg)

Dari gambar gambar 4.18 dan 4.19 terlihat bahwa prediksi jumlah penduduk dan

timbulan sampah kertas mengalami peningkatan tiap tahunnya sehingga

menghasilkan kandungan CH4 semakin meningkat tiap tahunnya pula..

76
Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah kertas

dimana jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat. .

3) Emisi Metana (CH4)Timbulan Sampah Kayu

Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah kayu dilakukan untuk

mengetahui emisi metana dari timbulan per karakteristik sampah yang ada di TPA

Tamangapa. Perhitungan emisi metana ( CH4 ) pada timbulan sampah kayu dapat

dilihat pada tabel 4.14. Untuk memperoleh nilai emisi metana ( CH4 ) pada

sampah organik menggunakan data tahun 2010 – 2011 sebagai tinjauan, kemudian

untuk tahun-tahun selanjutnya dapat di kerjakan mengikuti tahap pengerjaan pada

tahun 2010 dan 2011.

Tabel 4.14 Emisi Metana ( CH4 ) dari Timbulan Sampah Kayu TPA

Tamangapa

Tiimbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2010 16.567.273 0,187 0,125 0,187 0,000 0,000
2011 17.038.990 0,209 0,140 0,370 0,004 0,002
2012 19.467.198 0,214 0,143 0,572 0,007 0,005
2013 20.671.459 0,260 0,174 0,775 0,011 0,008
2014 21.232.997 0,260 0,174 1,020 0,016 0,010
2015 20.612.902 0,256 0,170 1,260 0,020 0,014
2016 20.431.477 0,247 0,165 1,491 0,025 0,017

Kandungan CH4 Sampah Kayu Tahun 2010

Tahap 1

DDOCm = W · DOC · DOCf · MCF

= 1,225 · 0,43· 0,5 · 0,71

= 0,187 Gg

77
Tahap 2

Lo = DDOCm · F ·16/12

= 0,187 · 0,5· 16/12

= 0,0,124 Gg

Tahap 3

DDOCmaT = DDOCmdT + ( DDOCmaT-1 ·e-k )

= 0,187 + 0 · 0,98

= 0,187 Gg

Tahap 4

DDOCmaT DecompT = DDOCmaT-1 · (1 - e-k )

= 0 · (1 - 0,98)

= 0 Gg

Tahap 5

CH4 = DDOCmaT DecompT · F · 16/12

= 0 · 0,5 · 16/12

= 0 Gg

Kandungan CH4 Sampah Kayu Tahun 2011

Tahap 1

DDOCm = W · DOC · DOCf · MCF

= 1,371 · 0,43· 0,5 · 0,71

= 0,209 Gg

78
Tahap 2

Lo = DDOCm · F ·16/12

= 0,209 · 0,5· 16/12

= 0,139 Gg

Tahap 3

DDOCmaT = DDOCmdT + ( DDOCmaT-1 ·e-k )

= 0,209 + 0,187 · 0,98

= 0,139 Gg

Tahap 4

DDOCmaT DecompT = DDOCmaT-1 · (1 - e-k )

= 0,187 · (1 - 0,98)

= 0,003 Gg

Tahap 5

CH4 = DDOCmaT DecompT · F · 16/12

= 0,003 · 0,5 · 16/12

= 0,002 Gg

79
emisi metana (CH4)
0.018
0.016
0.014
0.012
CH4, Gg

0.010
0.008
0.006
0.004
0.002
0.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 4.21 Emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah kayu

Dari Gambar 4.19 dapat di lihat bahwa emisi metana ( CH4 ) setiap tahunnya

mengalami peningkatan.

Tabel 4.15 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah kayu

TPA Tamangapa

Tiimbulan
DDOCm Lo DDOCmaT DDOCm decompT CH4
Tahun Sampah
(Gg) (Gg) (Gg) (Gg) (Gg)
( kg )
2017 20.142.565,83 0,247 0,165 1,708 0,030 0,020
2018 20.712.770,21 0,250 0,167 1,921 0,034 0,023
2019 21.299.116,18 0,254 0,169 2,133 0,038 0,026
2020 21.902.060,68 0,260 0,174 2,344 0,043 0,028
2021 22.522.073,59 0,264 0,176 2,557 0,047 0,031
2022 23.159.638,09 0,267 0,178 2,770 0,051 0,034
2023 23.815.251,04 0,270 0,180 2,982 0,055 0,037
2024 24.489.423,37 0,274 0,183 3,192 0,060 0,040
2025 25.182.680,45 0,277 0,185 3,402 0,064 0,043
2026 25. 895.562,55 0,281 0,187 3,612 0,068 0,045

80
prediksi emisi metana (CH4 )
0.050

0.045

0.040
CH4, Gg

0.035

0.030

0.025

0.020

0.015
2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028
Tahun

Gambar 4.22 Prediksi emisi metana ( CH4 ) dari timbulan sampah kayu

prediksi emisi metana (CH4) dan JUmlah


Penduduk
0.050
0.045
0.040
CH4, Gg

0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
1450000 1500000 1550000 1600000 1650000 1700000
Penduduk ( jiwa )

Gambar 4.23 prediksi emisi metana ( CH4 ) dan jumlah penduduk ( kg )

81
prediksi emisi metana (CH4) dan timbulan
Sampah ( kg)
0.050
0.045
0.040
CH4, Gg

0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
19000000 21000000 23000000 25000000 27000000
Timbulan Sampah( kg)

Gambar 4.24 prediksi emisi metana ( CH4 ) dan jumlah timbulan sampah

kayu ( kg )

Dari gambar gambar 4.22 dan 4.23 terlihat bahwa prediksi jumlah penduduk dan

timbulan sampah kayu mengalami peningkatan tiap tahunnya sehingga

menghasilkan kandungan CH4 semakin meningkat tiap tahunnya pula.

Hal ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk dan timbulan sampah kayu

dimana jumlah penduduk dan timbulan sampah tiap tahunnya juga meningkat.

82
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Estimasi Emisi Metana (CH4) TPA

Tamangapa Makassar, maka dapat d iperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Potensi emisi gas metan (CH4 ) dari sektor sampah eksisting di kota Makassar

pada tahun 2016 yaitu mencapai 2,240 Gg yang dihasilkan dari 237.851.884

kg timbulan sampah pada tahun 2016 yang hampir semuanya beroperasi

secara open dumping. Sebagian besar gas ini dihasilkan dari proses degradasi

sampah kertas, kayu dan sampah organik.

2. Prediksi emisi gas metana (CH4) di TPA Tamangapa untuk 10 tahun kedepan

dapat dilihat dari hasil pengolahan data yang di peroleh dari prediksi hingga

tahun 2026 jumlah gas metana (CH4) dengan asumsi data timbulan sampah

mencapai 5,047 Gg dan gas metana dengan asumsi jumlah penduduk lebih

kecil yaitu pada tahun 2026 mencapai 4,968. Dapat dilihat dari jumlah CH4 tiap

tahunnya baik itu timbulan sampah secara keseluruhan maupun berdasarkan

karakteristik mengalami peningkatan hal ini dipengaruhi oleh makin

meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun sehingga menimbulkan

timbulan sampah yang makin banyak pula yang menyebabkan kandungan gas

metana (CH4) semakin besar. Tingginya potensi gas metana (CH4) ini

83
disebabkan kondisi TPA Tamangapa yang umumnya ‘basah’ akibat iklim dan

juga komposisi sampah organiknya yang hampir 60% – 70%.

B. Saran

Beberapa upaya mitigasi emisi gas metana ( CH4 ) yang dapat dilakukan

seperti sosialisasi teknik 3R ( reduce, reuse, dan recycle ) dan pembangunan TPA

sanitary landfill guna menggantikan TPA open dumping yang ada di kota

Makassar sesuai amanat UU no. 18 tahun 2008.

84
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Bunga Ayu, dkk. 2013. Perhitungan Emisi Karbon Pengolahan Sampah
Kota Probolinggo. Institut Teknologi Sepuluh November: Surabaya.

Anonim. 2002. Wastewise Update. Unites States Environmental Protection


Agency: Washington.

Anonim. 2006. Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC). Waste-


IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories (IPCC
Guidelines).

Bo-feng, Chai, dkk. 2014. Estimation of Methane Emissions from Municipal


Solid Waste Land lls in China Based on Point Emission Sources.
Advances In Climate Change Research 5 : China.

Damanhuri, E. dan Padmi, T. 2008. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL

Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri. 2006. Pengolahan Sampah. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.

Guendehou, G.H Sabin, dkk. 2006. Chapter 5: Incineration and Open Burning of
Waste. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2006). Waste- IPCC


Guidelines for Nation Greenhouse Gas Inventories ( IPCC Guidelines ).

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2013. Climate Change


2013. The Phisical Science Basis. Working Group I Contribution to The
Fifth Assessment Report of The Intergovermental Panel on Climate
Change. Summary for Policymaker, WMO, UNEP.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2014. Climate Change


2014. Mitigation of Climate Change. Working Group III Contribution to
The Fifth Assessment Report of The Intergovermental Panel on Climate
Change. Cambridge,University Press.
Jensen, Jens E. Freiland, dkk. CH4 Emissions From Solid Waste Disposal.

Lando, Asiyanthi Tabran. 2016. Development of Scanning Method for


Measurement of Spatial Distribution of Methane Emissions in Landfill
Site. Dissertation of Urban and Environmental Engineering, Kyushu
University, Japan.

Lando, A.T., Nakayama, H., & Shimaoka, T. 2017. Application of Portable Gas
Detector in Point and Scanning Method to Estimate Spatial Distribution of
Methane Emission in Landfill. Waste Management, Vol. 59(2017), pp.
255-265, Elsevier.

Rahmawati, Aisa. 2013. Gas Rumah Kaca, Dampak dan sumbernya. Pencemaran
Udara teknik lingkungan. ITB. Bandung

SNI 19-3983. 1995. Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan
Komposisi Sampah Perkotaan.

Suprihatin, dkk. 2002. Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Melalui
Pengomposan Sampah. Jurnal Teknologi Industri Pertanian vol 18. IPB :
Bogor

Yunus, Asyari D. Perpindahan panas dan Massa. Universitas Darma Persada:


Jakarta.
DOKUMENTASI

Lampiran 3

Lokasi TPA Tamangapa Kota Makassar


Data Timbulan Sampah TPA Tamangapa

Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD ) TPA Tamangapa


Proyeksi Penduduk Dan Timbulan Sampah Dengan Persamaan Geometri

Proyeksi Penduduk Dan Timbulan Sampah Dengan Persamaan Arimatik

Anda mungkin juga menyukai