Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

Disusun Oleh:
Aulia Agustina NIM: 061630400315
Ben Harriski NIM: 061630400326
Devina Veriyansari NIM: 061630400318
Fithra Malvarinda NIM: 061630400320
Maryam Seyaski NIM: 061630400323
Rahmaida Sari NIM: 061630400330
Siska Putri Apridayana NIM: 061630400333
Yustika Desma Dalid NIM: 061630400336
Rizka Dwi Utami NIM: 061630401006
Denta Rindawari NIM: 061630401015
Pan Ronaldo NIM: 061630400329

Kelas: 2KB
Kelompok: 1
Judul Percobaan: Campuran Biner 1
Instruktur: Ir. Nyayu Zubaidah, M.Si.

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
Campuran Biner 1

1. Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui dan membuktikan bahwa campuran dua buah atau lebih zat cair
yang saling melarut dapat membentuk cairan azeotropik dan zeotropik
- Dapat membuat diagram fase dua komponen
- Dapat menentukan indeks bias suatu zat atau campuran dengan menggunakan
refraktometer
- Mengikuti penerapan pengetahuan ini di beberapa bidang industri kimia (pabrik atau
spiritus)

2. Alat dan Bahan yang Digunakan


2.1. Alat yang Digunakan
- Seperangkat alat refraktometer 1 buah
- Erlenmeyer 100 ml 4 buah
- Gelas Ukur 100 ml 1 buah
- Seperangkat Alat Destilasi 2 buah
- Gelas Kimia 250 ml 2 buah
- Pipet ukur 10 ml, 25 ml 2 buah, 1 buah
- Bola Karet 2 buah
2.2. Bahan yang Digunakan
- Etanol
- Aquadest

3. Dasar Teori
Bila campuran dua buah zat cair yang saling melarut dengan baik, dipanaskan
sambil tekanan uap diusahakan konstan, maka titik didih dan komposisi uapnya
tergantung dari komposisi campuran zat cairnya. Hubungan antara titik didih pada
komposisi tertentu dari campuran zat cair itu dengan komposisi uapnya dapat dilukiskan
dalam sebuah gambar kurva sebagai berikut:
3.1. Campuran Zeotropik
Bila garis kurva itu tidak menunjukkan titik maksimum ataupun minimum pada
titik didih campuran zat cair itu maka titik didih campuran zat cair terletak antara titik
didih zat-zat cair murninya. Campuran ini disebut campuran zeotropik. Pada penyulingan
zat cair semacam ini, komposisi destilatnya lebih banyak mengandung zat cair yang
bertekanan uap lebih besar dibandingkan dengan komposisi campuran zat cair yang
sedang disuling itu. Oleh karena itu, campuran zat cair dapat dipisahkan menjadi zat-zat
cair murninya melalui penyulingan berkali-kali.
3.2. Campuran Azeotropik
a. Bila titik didih campuran dua zat cair yang saling melarut menunjukkan adanya titik
maksimum, maka campuran ini disebut campuran azeotropik. Pada titik dimana garis-
garis titik didih mencapai maksimum, garis titik-titik tekanan uapnya pun mencapai
titik itu. Pada titik ini, campuran zat cair ini akan mendidih secara konstan. Dengan
demikian, campuran zat cair semacam ini tidak dapat dipisahkan ke dalam zat
murninya secara menyulingnuya. Titik azeotropik campuran ini terletak lebih tinggi
daripada titik-titik didih murninya.
b. Dalam hal ini dimana titik-titik didih campuran dua zat cair yang saling melarut
menunjukkan adanya titik maksimum, terjadi gejala yang sebaiknya dengan apa yang
terjadi pada campuran zat cair yang menunjukkan adanya titik maksimum. Campuran
zat cair semacam ini yang juga disebut campuran azeotropik, tidak dapat dipisahkan
ke dalam zat murninya secara penyulingan.
c. Campuran Zeotropik Biner
1. Benzena (titik didih 80,2oC) dan toluene (titik didih 110,6oC)
2. Benzena (titik didih 80,2oC) dan heksana (titik didih 69,0oC)
d. Campuran azeotropik biner dengan titik didih maksimum
1. Khloroform (titik didih 61,2oC) dan aseton (titik didih 856,4oC) ; titik didih
azeotropik 64,5oC pada 65,5 ml % khloroform
2. Air (titik didih 100oC) dan asam formiat (titik didih 99,9oC), titik didih azeotropik
107,1oC pada 43,5 mol % air
e. Campuran azeotropik biner dengan titik didih minimum:
1. Isopropil alkohol (titik didih 82,5oC) dan benzena dengan titik didih 80,2oC, titik
dimana azeotropik 71,9oC pada 39,3 mol % isopropil alkohol
2. Karbon tetra klorida (titik didih 76,8oC) dan metanol (titik didih 64,7oC), titik
didih azeotropik 55,7oC pada 44,5 mol % karbon tetra klorida
3. Metanol (titik didih 64,7oC) dan benzena (titik didih 60,2oC), titik didih azeotropik
58,3oC pada 61,4 mol % metanol
4. Keselamatan Kerja
Dalam melakukan percobaan ini, digunakan jas lab, kaca mata pelindung,
masker, dan jangan menghirup zat yang digunakan. Dan pada destilasi dilakukan dalam
lemari asam.

5. Prosedur Kerja
- Menentukan masing-masing indeks bias etanol dan aquadest dengan refraktomer
pada suhu tertentu
- Membuat campuran etanol dan aquadest dengan komposisi 20-40-60-80 % masing-
masing sebanyak 80 ml
- Menentukan masing-masing indeks bias dari campuran-campuran cairan tersebut
dengan refraktometer pada suhu tertentu
- Membuat grafik (dengan skala agak besar) hubungan antara komposisi cairan dengan
indeks biasnya
- Menentukan masing-masing titik didih campuran-campuran pada point 2 dengan
menggunakan modifikasi labu didih claisein
- Bila suhu campuran cairan yang dididihkan itu mulai tetap (konstan) mengambil
destilatnya 0,5-1 ml dengan diketahui beratnya
- Menentukan indeks bias cuplikan pada kondisi yang sama seperti pengamatan pada
point 3
- Membandingkan indeks bias campuran pada point 3 dengan grafik yang dibuat pada
point 4
- Membuat grafik titik didih campuran etanol dan aquadest

6. Data Pengamatan
6.1. Menentukan indeks bias
- Etanol: 1,361
- Aquadest: 1,333
6.2. Menentukan indeks bias campuran
Konsentrasi Volume Etanol Volume Suhu Indeks Bias
(%) (ml) Aquadest (oC)
(ml)
20 16 64 30 1,346
40 32 48 30,1 1,349
60 48 32 30,3 1,355
80 64 16 30,7 1,359

6.3. Titik didih senyawa murni


- Etanol: 78oC
- Aquadest: 100oC

6.4. Titik didih campuran


Konsentrasi Volume Etanol Volume Titik Didih Titik Didih Uap
(%) (ml) Aquadest Cairan (oC)
(ml) (oC)
20 16 64 83 91
40 32 48 81,5 81,5
60 48 32 79 84
80 64 16 78 83

6.5. Indeks bias destilat


Konsentrasi Volume Etanol Volume Suhu Indeks Bias
(%) (ml) Aquadest (oC)
(ml)
20 16 64 31,1 1,356
40 32 48 31 1,357
60 48 32 30,9 1,359
80 64 16 31,1 1,36

7. Data Perhitungan
7.1. Komposisi Larutan
7.1.1. Campuran 20% etanol dalam 80 ml
V. Etanol = 20% x 80 ml
= 16 ml
V. Aquadest = 80 ml – 16 ml
= 64 ml
7.1.2. Campuran 40% etanol dalam 80 ml
V. Etanol = 40% x 80 ml
= 32 ml
V. Aquadest = 80 ml – 32 ml
= 48 ml
7.1.3. Campuran 60% etanol dalam 80 ml
V. Etanol = 60% x 80 ml
= 48 ml
V. Aquadest = 80 ml – 48 ml
= 32 ml
7.1.4. Campuran 80% etanol dalam 80 ml
V. Etanol = 80% x 80 ml
= 64 ml
V. Aquadest = 80 ml – 64 ml
= 16 ml

7.2. Fraksi Mol


7.2.1. Campuran 20% Etanol
- Mol Etanol
Massa Etanol = p x V
= 0,7893 gr/ml x 16 ml
= 12,6288 gram
Mol Etanol = Massa Etanol
BM Etanol
= 12,6288 gram
46,09 gram/mol
= 0,274 mol
- Mol Aquadest
Massa Aquadest =pxV
= 1 gr/ml x 64 ml
= 64 gram
Mol Aquadest = Massa Aquadest
BM Aquadest
= 64 gram
18 gram/mol
= 3,555 mol
- Mol Total
Mol total = Mol etanol + Mol aquadest
= 0,274 mol + 3,555 mol
= 3,829 mol
- Fraksi Mol Etanol
X. Etanol = Mol Etanol
Mol Total
= 0,274 mol
3,829 mol
= 0,0715
- Fraksi Mol Aquadest
X. Aquadest = Mol Aquadest
Mol Total
= 3,555 mol
3,829 mol
= 0,9284

7.2.2. Campuran 40% Etanol


- Mol Etanol
Massa Etanol = p x V
= 0,7893 gr/ml x 32 ml
= 25,2576 gram
Mol Etanol = Massa Etanol
BM Etanol

= 25,2576 gram
46,09 gram/mol
= 0,548 mol
- Mol Aquadest
Massa Aquadest =pxV
= 1 gr/ml x 48 ml
= 48 gram
Mol Aquadest = Massa Aquadest
BM Aquadest
= 48 gram
18 gram/mol
= 2,667 mol
- Mol Total
Mol total = Mol etanol + Mol aquadest
= 0,548 mol + 2,667 mol
= 3,215 mol
- Fraksi Mol Etanol
X. Etanol = Mol Etanol
Mol Total
= 0,548 mol
3,215 mol
= 0,1704
- Fraksi Mol Aquadest
X. Aquadest = Mol Aquadest
Mol Total
= 2,667 mol
3,215 mol
= 0,8295

7.2.3. Campuran 60% Etanol


- Mol Etanol
Massa Etanol = p x V
= 0,7893 gr/ml x 48 ml
= 37,8864 gram
Mol Etanol = Massa Etanol
BM Etanol
= 37,8864 gram
46,09 gram/mol
= 0,822 mol
- Mol Aquadest
Massa Aquadest =pxV
= 1 gr/ml x 32 ml
= 32 gram
Mol Aquadest = Massa Aquadest
BM Aquadest
= 32 gram
18 gram/mol
= 1,778 mol
- Mol Total
Mol total = Mol etanol + Mol aquadest
= 0,822 mol + 1,778 mol
= 2,6 mol
- Fraksi Mol Etanol
X. Etanol = Mol Etanol
Mol Total
= 0,822 mol
2,6 mol
= 0,3161
- Fraksi Mol Aquadest
X. Aquadest = Mol Aquadest
Mol Total
= 1,778 mol
2,6 mol
= 0,6838

7.2.4. Campuran 80% Etanol


- Mol Etanol
Massa Etanol = p x V
= 0,7893 gr/ml x 64 ml
= 50,5152 gram
Mol Etanol = Massa Etanol
BM Etanol
= 50,5152 gram
46,09 gram/mol
= 1,096 mol
- Mol Aquadest
Massa Aquadest =pxV
= 1 gr/ml x 16 ml
= 16 gram
Mol Aquadest = Massa Aquadest
BM Aquadest
= 16 gram
18 gram/mol
= 0,889 mol
- Mol Total
Mol total = Mol etanol + Mol aquadest
= 1,096 mol + 0,889 mol
= 1,985 mol
- Fraksi Mol Etanol
X. Etanol = Mol Etanol
Mol Total
= 1,096 mol
1,985 mol
= 0,5521
- Fraksi Mol Aquadest
X. Aquadest = Mol Aquadest
Mol Total
= 0,889 mol
1,985 mol
= 0,4478

8. Analisis Data
Percobaan kali ini adalah campuran biner menggunakan etanol dan aquadest.
Dimana dalam percobaan ini penentuan indeks bias menggunakan refraktomer dan
penentuan titik didih setiap komposisi untuk mengetahui apakah campuran tersebut
merupakan cairan azeotropik atau zeotropik.
Indeksi bias campuran etanol dan aquadest dengan komposisi 20%, 40%, 60%,
80% sebelum di destilasi diukur terlebih dahulu menggunakan alat refraktometer. Hal ini
dilakukan agar dapat membandingkan perubahan indeks bias sebelum destilasi dan
setelah destilasi. Dari hasil percobaan, didapatkan bahwa indeksi bias setelah detilasi
mendekati titik didih etanol murni, dikarenakan destilasi merupakan pemisahan
campuran berdasarkan titik didihnya dan etanol yang memiliki titik didih 78oC menguap
lebih dulu sehingga destilat yang dihasilkan mengandung lebih banyak etanol daripada
air.
Dari titik didih masing-masing komposisi campuran dapat digambarkan bahwa
grafik yang didapatkan merupakan cairan azeotropik. Hal ini dikarenakan etanol dan air
memiliki titik didih yang berdekatan yaitu 78oC dan 100oC. Titik didih campuran dilihat
saat terjadinya tetesan pertama. Selain itu, pada campuran 40%, titik didih etanol cairan
dan titik didih uapnya mencapai kesetimbangan pada suhu 81,5oC. Sehingga
digambarkan pada grafik bahwa pada komposisi 40% titik didih cairan dan titik didih
uap berada di satu titik.
Pada percobaan ini pula didapatkan hubungan antara fraksi mol dan titik didih
serta fraksi mol dan indeks bias. Fraksi mol dan titik didih berbanding terbalik, hal ini
dikarenakan semakin banyak etanol dalam campuran (fraksi mol semakin besar) maka
titik didih makin mendekati titik didih etanol murni yaitu 78 oC. Itulah mengapa pada
grafik, semakin besar fraksi mol, titik didih semakin turun.
Sedangkan hubungan antara fraksi mol dan indeks bias adalah berbanding lurus,
artinya semakin besar fraksi mol maka indeks bias semakin besar pula. Hal ini
dikarenakan semakin banyak komposisi etanol, maka indeks bias semakin mendekati
indeks bias etanol yaitu 1,361.

9. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Campuran aquadest dan etanol pada percobaan ini bersifat azeotropik
2. Hubungan antara fraksi mol dan titik didih cairan berbanding terbalik
3. Hubungan antara fraksi mol dan indeks bias adalah berbanding lurus
10. Daftar Pustaka
Kasie lab kf. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai