Anda di halaman 1dari 8

KLIPING

“KETELADANAN UMAR BIN KHATHTHAB”

Di Susun Oleh
Nama : Dina Dwi Juliawati
Kelas : 9-k
No Absen : 12

Di Bimbing Oleh
Muharning, S.Pd.

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 LAMONGAN


KISAH UMAR BIN KHATHTHAB MASUK ISLAM

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin
Khattab (581- November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga
khalifah kedua Islam (634-644). Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran
Rasulullah SAW.
Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatamah. Perawakannya tinggi
besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat
dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan. Umar dibesarkan di
dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Nasab Umar bertemu dengan
nasab Rasulullah pada kakeknya Ka’ab. Antara beliau dengan Rasulullah selisih 8 kakek.
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras
permusuhannya dengan kaum Muslimin. Ia bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya dan
melakukan perbuatan-perbuatan jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Umar masuk
Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul
Muthalib masuk Islam.
Dikisahkan, suatu malam Umar datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi
untuk mendengarkan bacaan salat Rasulullah SAW. Waktu itu Rasulullah membaca surat Al
Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya
sendiri. “Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy.”
Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan
bahwa Alquran bukan syair). Lantas beliau berkata, “Kalau begitu berarti dia itu dukun.”
Kemudian beliau mendengar bacaan Rasulullah ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Alquran
bukanlah perkataan dukun) akhirnya beliau berkata, “Telah terbetik lslam di dalam hatiku.”
Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek
moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud
membunuh Rasulullah SAW. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah
al ‘Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab,
“Mau kemana wahai Umar?”
Umar bin Khattab menjawab, “Aku ingin membunuh Muhammad.”
Waktu itu, Rasulullah SAW sedang berada di rumahnya.” Umar bin Khattab
mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada
salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul
Muthalib bertanya, “Ada apa kalian?”
Mereka menjawab, “Umar datang!” Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, “Bukalah
pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau
menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya.” Kemudian
Rasulullah menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya, “Ya Allah, ini adalah
Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab.” Dan dalam riwayat
lain, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar.”
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di
rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang ke-40 masuk
Islam. Abdullah bin Mas’ud berkomentar, “Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak
Umar bin Khattab masuk Islam.”
KEBERANIAN UMAR BIN KHATHTHAB RA.
Di masa-masa awal
Islam di Mekkah, suatu kali
Nabi Muhammad SAW
pernah berdoa, “Allahumma
a’izzal Islam bi Umar wa
Abu Jahal” (Ya Allah,
agungkanlah Islam dengan
[Islamnya] Umar bin
Khattab dan Abu Jahal). Ya
kedua orang ini adalah dua
orang yang paling ditakuti
oleh orang Quraisy dan dua
orang yang memiliki kuasa
lebih dibanding yang
lainnya. Islamnya kedua orang ini tentu saja akan membawa dampak positif bagi
perkembangan Islam di Mekkah.
Namun pada kenyataannya, Allah SWT hanya mengabulkan sebagian saja. Allah
SWT turunkan hidayah ke dalam dada Umar bin Khattab, yang lantas mendorongnya untuk
bersyahadat di depan Nabi Muhammad SAW. Ada beberapa kontribusi dan peran penting
yang dimainkan oleh Umar bin al-Khattab, yang membawa dampak berupa suksesnya agenda
dakwah Nabi Muhammad SAW ketika di Mekkah. Semuanya tidak terlepas dari keberanian
dan kegagahannya. Selain berani dan gagah, Umar juga termasuk orang yang cerdas.
Berikut beberapa kisah yang menunjukkan sisi keberanian Umar:
Sebelum Umar masuk Islam, Nabi dan para sahabat melaksanakan shalat dengan
diam-diam karena takut diketahui oleh kafir Quraisy dan dianiaya. Setelah Islamnya Umar,
berkat keberaniannya yang masyhur, Nabi dan para sahabat dapat melaksanakan shalat
dengan tenang tanpa gangguan.
Ketika Nabi dan sahabat yang lain menyembunyikan keberangkatannya ke Madinah
untuk hijrah, Umar bin al-Khattab justru mengumumkan kepergiannya di depan Ka’bah.
Dengan lantang dia berteriak, “barang siapa yang ingin anaknya menjadi yatim, istrinya
menjadi janda dan orang tuanya tak lagi memiliki anak, silahkan temui aku di lembah
belakang kota Mekkah!” Umar menantang seluruh orang kafir Quraisy untuk berduel dan
tidak ada yang berani.
Dalam banyak riwayat disebutkan, bukan hanya manusia, setan saja ketakutan ketika
bertemu dengan Umar bin al-Khattab. Saking takutnya, Setan tidak pernah menginjakkan
kakinya di tanah bekas tapak kaki Umar dan membalikkan arah ketika akan berjumpa dengan
Umar.
KETEGUHAN IMAN UMAR BIN KHATHTHAB RA.
Dalam suatu hadist disebutkan bahwa setan sangat takut terhadap Khalifah Umar bin
Khattab. Sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya setan benar-benar
takut padamu wahai Umar. Tatkala aku duduk budak wanita itu memukul rebana, lalu masuk
Abu Bakar, ‘Ali dan Utsman, dia masih memukul rebana, tatkala dirimu yang datang budak
wanita itu melemparkan rebananya.” (HR. Tirmidzi)
Bahkan, setan pun sangat takut untuk berpapasan dengan Umar bin Khattab.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Ibnul al-Khaththab, demi Allah yang jiwaku berada
dalam genggaman tanganNya, sesungguhnya tidaklah setan menemuimu sedang berjalan di
suatu jalan kecuali dia akan mencari jalan lain yang tidak engkau lalui.” Sedangkan dalam
hadist lain Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sungguh aku melihat setan dari kalangan
manusia dan jin lari dari ‘Umar.” (HR. Tirmidzi)
Lalu sesungguhnya mengapa setan merasa sedemikian takutnya terhadap Khalifah
Umar bin Khattab? Pertama, karena Umar bin Khattab memiliki keimanan yang sangat
kokoh. Setelah masuk Islam, keimanan Umar bin Khattab terhadap Allah dan Islam benar-
benar tak tergoyahkan.
Buktinya, Umar memberitahu semua petinggi Quraisy dan kaum Quraisy bahwa ia
sudah masuk Islam di saat orang lain lebih memilih sembunyi-sembunyi masuk Islam karena
takut disiksa. Dengan perawakan yang tinggi dan handal dalam bertarung, tak ada satu pun
orang Quraisy yang berani menghalangi niatan Umar bin Khattab.
Kedua, setan takut terhadap Umar bin Khattab karena Umar tidak tergoda dengan hal-
hal duniawi. Sebagian besar umat Islam terjerumus dalam dosa dan melalaikan ibadah karena
terlalu sibuk dengan urusan duniawi dan setan sangat menyukai orang-orang yang mencintai
kesenangan duniawi.
Ketiga, setan takut terhadap Umar bin Khattab karena Umar merupakan sosok
pemimpin yang sangat adil dan bijaksana. Ia sangat tegas dalam menjalankan hukum dan tak
segan untuk turun tangan dalam mengurus rakyatnya. Ia gemar melihat kondisi rakyatnya di
malam hari dan membantu rakyatnya yang kesusahan. Meskipun Umar memiliki karakter
yang tegas dan keras, Umar begitu dicintai oleh rakyatnya karena Umar sangat lemah lembut
dan baik hati.
KEADILAN UMAR BIN KHATHTHAB RA.
Salah satunya adalah kisah yang direkam Ibnu Abdil Hakam dalam Futuhu Mishra
(Pembebasan Mesir) halaman 225 berikut:
Suatu hari datang pria dari Mesir kepada Khalifah Umar. Ia datang mengadukan
kezaliman dan kesewenang-wenangan kepada sang Khalifah. Kezaliman dan kesewenang-
wenangan adalah dua kata yang paling membuat telinga Khalifah Umar panas. “Silakan
adukan kepadaku.”
“Suatu hari aku berlomba memacu binatang tungganganku dengan putra Gubernur Amr bin
Ash. Si putra gubernur itu kalah. Namun ia malah memukuliku. Dan di sinilah aku mengadu
kepadamu.”
Amr bin Ash adalah gubernur Mesir pada waktu itu. Tak lama, Khalifah Umar pun
memerintahkan agar Amr bin Ash dan anaknya dipanggil. Setelah beberapa hari datanglah
mereka berdua. Khalifah Umar pun memerintahkan pria Mesir itu agar membalas pukulan
pada putra dari Amr bin Ash. Tanpa ancang-ancang pria Mesir itu pun memukul putra sang
gubernur. Lama sekali ia memukulnya sebelum akhirnya ia berhenti.
“Sekarang, pukul Amr, ayahnya, ini,” perintah Khalifah Umar,
“Tidak, Amirul Mukminin. Yang memukul aku hanya putranya. Aku hanya sakit hati pada
putranya. Dan kini sakit hatiku sudah sembuh.”
Khalifah Umar akhirnya mengalihkan pandangan pada Amr bin Ash dan berkata,
“Sejak kapan kau berani memperbudak orang padahal ia terlahir merdeka?!”
KEPEDULIAN KHALIFAH UMAR BIN KHATHTHAB RA.
Saat itu tanah Arab sedang mengalami paceklik, Umar pun membatasi dirinya untuk
memakan makanan yang enak sebab ia khawatir jika makanan yang ia makan akan
mengurangi jatah makanan untuk rakyatnya. Beliau sampai rela kelaparan dengan hanya
menyantap sepotong roti dengan celupan minyak zaitun. Makanan yang beliau makan pun tak
membuat perutnya menjadi kenyang melainkan masih kelaparan..Dalam laparnya itu, beliau
berkata
"Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa
kenyang dan hidup dengan wajar."
Sungguh indah sikap beliau saat menjadi Khalifah. Dua kisah di atas cukup
memberikan gambaran betapa pedulinya Umar terhadap rakyatnya saat menjadi Khalifah dan
betapa beliau selalu mengutamakan kepentingan rkayatnya daripada kepentingan sendirinya.
Bagi saya, sosok Umar bin Khattab adalah contoh pemimpin yang patut diteladani.
Seorang pemimpin yang rela lebih sengsara saat rakyatnya sedang mengalami kesusahan.
Seorang pemimpin yang betul-betul takut jika ada satu saja warga yang dipimpinnya sampai
tak terpenuhi kebutuhannya sebab ia tahu bahwa adalah tanggungjawabnya untuk
memastikan bahwa seluruh rakyat yang dipimpinnya terpenuhi kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai