Anda di halaman 1dari 63
0 a https://books.google.co.id/b & +) ‘Jaman | Kebenaran | 4 Imam : » al-Ghazali 4 : a oat au 9 urna menea in i a http s://books.google.co.id. haunt €> setenv ‘TAMAN KEBENARAN Sebush Destinasi Spiritual Mencari Jati Diri Menemakan Tuhan Diterjemablean dari Raudhatu ath-Thalibin wa ‘Umdatu as-Salikin Oleh: Imain al-Ghazali Copyright © 2016 Turos Pustaka, Hak cipca difindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagion orou seluruhh isi buku ini Penerbit. Penerjemah : Kaserun AS. Rahman Editor Khoirul Imam, Agus Khudlori, Erik Erfinanto Proofreader : Ratih Ramadyavrati Desain Cover: Kholishotul Hidayals Layouter Erwan Hamdani Ukuran : 1523, 305 Halaman ISBN 978-602-1583-39-5 1saN 9°78-602-1583-85-2 (PDE) Cetakan 1, Januari 2017 Cetakan Il, Agustus 2018 TUROS Khazanah Pustaka Islam Jl, Moch, Kabfi Il (Kawasan Setu Babakan) No. 119 Jagakarsa, Jakarta Selatan -12640 felp./Eaks.:{021) 29127123, FB | Twitter: sturospustaka, www-turospustaka.com 0 @ https://books.google.co.id/bo« & o ool cuteness Ben: KETANUILAH, SECARA RINGKAS dua kalimat s ngandung penegasan tentang Deat Allah, sifat-sifat-Nya, ' perbuatan-perbuatan-Nya, kebenaran Rasulullah saw., dan bangunan iman berdasarkan empat fondasi di bawah ini Fondasi pertama, mengenal Allah, yang meliputi sepu lub prinsip, yaitu: ilmu (pengetahuan) tentang wujud Allah, sifat qidam dan baqa”-Nya, dan bahwa Dia bukan substansi, materi, maupun aksiden, Dia tidak terbatasi oleh suatu arah, tidak menetap pada sebuah tempat, dan Dia Maha Melihat dan Maha Esa. Fondasi kedua, mengenal sifat-sifat Allah swt. yang ter- diri atas sepuluh prinsip; mengenali bahwa Allah itu Hidup, Maha Mengetahui, Mahakuasa, Maha Berkehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berbicara, Mahabenar dalam menyampaikan berita, suci dari hal-hal baru, dan sifat-sifat-Nya adalah kadim. Fondasi ketiga, mengenali perbuatan-perbuatan Allah swt., yang berkisar atas sepuluh prinsip; perbuatan-per- buatan hamba adalah ciptaan Allah, akibat kehendak-Nya, perbuatan-perbuatan itu merupakan sesuatu yang diupa yakan (muktasab); Dia adalah Pemberi anugerah kepada makhluk, Dia ber- hak memberi beban syariat (takiif) di luar kemampuan, Dia boleh menyakiti makhluk, Dia tidak wajib memerhatikan 0 a http s://books.google.co.id/b: 2 °o Qa en “Tambabkan ke Kolekaaku * ‘Tulis resensi mois) (2 "ea aaa nceatoa de SLeS penvan Ula soasrc Rawat ath Th Kebenanan hal yang lebih maslahat, tidak ada kewajiban. kecuali atas dasar syariat, pengutusan para nabi as. adalah perkara ja*iz (boleh), dan kenabian Muhammad saw. yang didukung ber. bagai mukjizat merupakan kepastian. Fondasi keempat, perkara yang hanya didengar (samiy yat) mencakup sepuluh prinsip; hari pengumpulan makhluk (hasyr), hari kebangkitan (nasyr), azab kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, shirat, penciptaan surga dan neraka, dan hukurn-hukum imamah et) = 4 = E https://books.google.co.id, oO @ 0 a http s://books.google.co.id/b: 2 °o atau 9uraatmeneas nin - Scheu Bemus ~ Lat ns “Barang siapa membiasakan diri mengikuti adab- adab sunah maka Allah menerangi hatinya dengan cahaya makrifat? arcu gunna menean iat i Helm? > <> gociunns Beuine’ Lt Nasi MUHAMMAD Saw. bersabda, cost sb sy "Tuhanku telah mendidikku, maka Dia mendidikku de- ngan bath.” Adab adalah pendidikan lahir dan batin, Jika lahir dan batin seorang hamba telah bersih, ia akan beranjak menjadi sufi yang beradab. Barang siapa membiasakan diri mengikuti adab-adab sunah maka Allah menerangi hatinya dengan cahaya makrifat Tidak ada magam (kedudukan) yang lebih mulia diban: ding mengikuti sang kekasih, Rasulullah saw., dalam men jalankan perintah-perintah, perbuatan, dan akhlaknya, serta berperilaku sebagaimana adab beliau, baik ucapan, perbuatan, tekad, maupun niat Perbuatan adil antara Allah dan hamba itu terletak pada tiga hal; meminta pertolongan, usaha, dan adab. Hamba meminta pertolong, Allah yang membantu untuk bertobat Hamba berusaha, Allah yang member’ taufik (pertolongan). Dan hamba berperilaku dengan adab yang baik; Allah yang memberi karamah (kemuliaan), ar vou urautmenea at dit — sete perio Ln C1) & https:/books.google.co.id/boc [2] 25 Raudhatath-Thalibiee: Taman Keberaran Barang siapa beradab seperti adab orang-orang saleh, ia pantas meraih hamparan karamah. Siapa pun yang beradab layaknya adab para wali maka ia pantas mendapat hampar an qurbah (kedekatan dengan Allah); barang siapa beradab sebagaimana kaum shiddiqun, ia berhak atas hamparan musyahadah (menyaksikan Allah); siapa yang beradab se- ‘misal para nabi, maka ia layak memeroleh hamparan uns (Kasih sayang Allah) dan inbisath (kemudahan dari-Nya) Sebaliknya, barang siapa terhalang dari adab, berarti ia telah terbentengi dari segala kebaikan; barang siapa tidak terdidik dengan perintah dan didikan para guru, maka ia tidak beradab dengan Kitab dan sunah, 4 “PERBUATAN ADIL ANTARA ALLAH DAN HAMBA ITU TERLETAK PADA TIGA HAL; MEMINTA PERTOLONGAN, USAHA, DAN ADAB.” Siapa pun yang tidak berperilaku dengan adab para salik pemula (aéli bidayah), bagaimana ia bisa mengaku memiliki maqam para peraih puncak (ahli nihayah). Barang siapa tidak mengenal Allah maka dia tidak akan pernah menghampiri Nya, dan siapa saja yang tidak beradab dengan perintah dan larangan-Nya, berarti ia jauh dari adab. Adapun adab khidmah (pengabdian kepada Allah) ada- lah tidak melihat khidmah tersebut, namun melihat secara total Dzat yang membuatnya melakukan khidmah itu, yaitu adalah Allah swt. Karena ketaatannya, seorang hamba bisa mencapai sur- ga, dan dengan adabnya ia sampai kepada Allah swt. Selain ° o “wapsenensan [ a 0 @ https://books.google.co.id/bo« & fet ues mencarii -Seturns Seve Unt aemi Hanns <> wm a. Ghazal itu, tauhid merupakan suatu keharusan yang berkonseku ensi pada keimanan Jadi, barang siapa tidak memilikiiman, iatidakmemiliki tauhid, Dan man merupakan keharusan yang melahirkan konsekuensi syariat. Karena itu, barang siapa tak memiliki syariat maka ia tidak memiliki iman maupun tauhid, Di samping i melahirkan konsekuensi adab, Oleh sebab itu, barang siapa tak memiliki adab, ia tidak memiliki syariat, iman, mau- pun tauhid Meninggalkan adab adalah faktor yang menyebabkan seseorang “terusir”, Barang siapa tak berperilaku dengan adab yang, baik saat berada di karpet kehormatan, ia akan dikembalikan Ike pintu gerbang istana. Siapa pun tidak beradab di pintu gerbang istana, ia akan dikembalikan ke aturan binatang melata ‘Adab yang paling hermanfaat adalah mendalami aga ma, zuhud terhadap dunia, dan mengetahui kewajibanmu terhadap Allah swt. Jika seseorang yang telah mencapai , syariat juga menjadi kewajiban yang magam makrifat meninggalkan adab terhadap Allah, ia akan binasa bersama orang-orang binasa. Dikatakan, ada tiga yang hal jika bersamanya seseorang tidak akan terasing (ghurbah): menjauhi orang ragu, adab yang baik, dan menahan diri dari tindakan menyakiti Sebagian besar adab ahli ibadah adalah membersihkan hawa nafsu, mendidik anggota tubuh, memelihara ba tasan-batasan (perintah dan larangan), dan meninggallean syahvat Sementara adab kebanyakan orang khusus (khawash) adalah menyucikan hati, menjaga rahasia-rahasia (asrar), menepati janji, memelihara waktu, tidak menghiraukan berbagai bisikan, etika yang baik dalam proses pencarian o 2 © “wapenetcan [i 0 @ https://books.google.co.id/bo« 2 © alamania > <> a - fev dud mca Imam al-Ghazali tidur menyandar pada dinding Ka’bah dan menyelonjor kan kakiku, Kemudian, ‘Aisyah al-Makkiyah mendatangiku seraya berkata, ‘Wahai Abu ‘Ubaid, konon engkau adalah orang berilmu, maka itu terimalah kata-kata dariku; janganlah kau berada di dekat Kabah, kecuali dengan adab. Jika tidak demikian, namamu akan dihapus dari daftar orang-orang yang dekat (ablul qurb).” Abu ‘Ubaid pun mengatakan, “Aisyah termasuk salah seorang ahli makrifat.” Seorang sufi lain berkata, “Tetaplah mengikuti adab, baik lahir maupun batin. Setiap kali orang berperangai buruk secara lahir, pasti akan dihukum secara lahir. Dan setiap kali orang berbuat keburukan secaya batin, ja akan dihukum secara batin.” Adab adalah mengeluarkan apa yang bercokol di dalam potensi dan perangai, ke dalam tindakan nyata. Hal ini terjadi pada orang-orang yang memiliki karakter saleh. Karakter atau sajiyah adalah hasil perbuatan Allah. Manusia tidak memiliki kuasa untuk menciptakannya, seperti terciptanya api di dalam batang kayu. Ia murni per- buatan Allah. Andil manusia hanyalah melakukan usaha untuk mengeluarkan api itu. Demikianlah, jadi adab itubersumber dari karakter yang baik dan anugerah ahi. Ketika batin kaum sufi disiapkan Allah dengan karakter-karakter sempurna, maka dengan praktik dan latihan yang baik, mereka bisa mengeluarkan apa yang ada di dalam jiwa menjadi tindakan nyata, seraya ‘menjaga konsentrasi bahwa itu adalah ciptaan Allah. Dengan demikian, mereka masuk dalam golongan orang-orang yang beradab dan terdidik (muhadedzab), a “wupsenaira | ot Nouv urukmenesi dl) Ecce feu: ats 0 @ https://books.google.co.id/bo« & 2 Raut ath-Th Adab Abhi] Hadhrah Hahiyyab ferhadap Ahly Qurb Semua adab diterima dari Rasulullah saw. karena beliaulah tempat berkumpulnya adab, baik lahir maupun batin. Allah swt. telah memberitahukan tentang kualitas adab beliau saat berada dalam hadhrah (yaitu ketika beliau berada di Sidratul Muntaha bersama Jibril, ed) dengan firman-Nya, Taman Kebenavan cab Gy pall psu "Penglikatarnnya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.” (QS, an-Najm [53]: 17) Inilah salah satu adab yang samar (ghamidh), yang ha nya dimiliki Rasulullah saw, Di samping itu, Allah swt. juga telah mengabarkan perihal kelurusan hati beliau yang suci dalam “berpaling” dan “menyambut”. Beliau berpaling dari selain Allah dan hanya mengha- dap kepada-Nya, Beliau meninggalkan seluruh bumi dan negeri dunia dengan seluruh bagiannya; seluruh langit dan negeri akhirat beserta segala bagiannya. Beliau tak pernah menyesali apa yang lepas darinya karena berpaling dari itu semua, Allah swt. berfirman, “Supaya kalian jangan berdw ka cita terhadap apa yang luput dari kalian.” (QS. al-Hadid [57]: 23) Konteks ayat di atas berlaku umum. Kalimat "ja! 1 u" adalah pemberitahuan tentang kondisi Nabi saw. dengan sifat khusus, diambil dari makna ayat yang ditujukan untuk umum. Maka, kalimat “;i) 15 G" adalah kondisi beliau dalam hal berpaling (dari dunia dan akhirat beserta isinya). Sedangkan dalam kondisi menyambut, beliau meneri- ma apa yang disampaikan kepadanya dengan sepenuh hati oS o “upstream (2) 0 @ https://books.google.co.id/bo« ool ut ene Sets Ben: tamara tk} Arai a Ghazi dan jiwa, di tempat yang dekat dengan Jibril sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Kemudian, beliau berlari dari Allah karena malu, segan, dan hormat, Beliau menempatkan dirinya dalam lipatan kelemahan dan kefakiran, agar hawa nafsunya tidak leluasa dan me- lampaui batas. Sebab, perbuatan melampaui batas ketika sedang dalam kondisi serba cukup menjadi tabiat nafsu, sebagaimana firman Allah swt., “Ketahuilah! sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, Karena ia melihat dirinya serba cukup.” (QS. al-‘Alag [96]: 6-7) Pada saat mawahib? datang kepada ruh dan hati, nafsu mencuri-dengar. Jika ia memperoleh sedikit saja bagian “BARANG SIAPA TERHALANG DARI ADAB, BERARTI IA TELAH TERBENTENGI DARI SEGALA KEBAIKAN.” dari anugerah, maka ia merasa cukup, lalu berbuat melam- paui batas. Dari perbuatan melampaui batas ini kemudian muncul penyia-nyiaan terhadap kelapangan, Sementara itu, berlebihan dalam kelapangan akan menutup pintu kelapangan yang lebih banyak. Perbuatan melampaui batas itu terjadi karena sempitnya wadah jiwa untuk menerima pemberian. Musa as, mengalami salah satu dari dua kondisi ini (berpaling dan menyambut) saat berada di hadhrah (sisi Allah); matanya tak beralih dari yang dilihatnya, dan tidak 1 Maman bara beragam snugetah dan kara ah ep Kennan spit wen ‘ran yong rerupakan anagereh Hoh apa merits atau meneame, 0. & et) tue oere vt or ene sed Be tamara sD Rabi ath- Talib: Taman Kebenaran menoleh pada apa yang telah lepas darinya dengan menye- sal, karena adabnya yang baik. Akan tetapi, jiwanya dipenuhi anugerah, Dan saat itu lah nafsu mencuri-dengar, berharap mendapat jatah dan bagian. Ketika nafsu itu memperoleh bagian, ia merasa ser- ba cukup. Apa yang diperolehnya itu memenuhinya hingga tumpah ruah. Ruangnya menjadi sempit. Maka, hawa nafsu itu pun melampaui batas karena menyalahgunakan kelapangan. Ketika itu, Musa berkata, “Tampakkanlah (diri-Mu) kepaclaku agar aku dapat melihat kepada Engkau (QS. al-A'raf (7]: 143), Akan tetapi, Musa tak sanggup menerima itu. Dia tak kuat bersabar dan teguh dalam menerima tambahan anugerah. Disinilah perbedaan antaraal-Habib (Nabi Muhammad) dan al-Kalim (Nabi Musa). Sahl bin Abdullah at-Tustari ber- kata, “Rasulullah saw. tidak kembali kepada penyakssi hawa nafsunya itu, maupun apa yang dia saksikan, melainkan seluruh dirinya menyaksikan Tuhannya. Beliau menyaksi- kan sifat-sifat Allah yang tampak padanya, yang mengha- ruskannya tetap berada pada tempatnya saat itu.” Ungkapan ini diperuntukkan bagi mereka yang meng. anggap hal ini sesuai dengan apa yang telah kami jelaskan sebagaimana ucapan Sahl bin Abdullah di atas. Sungguh, Allah Mahatahu. o “Wapsenencvan (2) ee) ° Co Mle) 2) ex, 6 https://books.google.co.id, oO a ma sS = g = ej =f C1) & https:/books.google.co.id/boo 2] @ @ © <> x ool dare menean ide - Scenes Bettie Liars “Dp senesaran “Barang siapa menyia-nyiakan hikmah waktunya, ia adalah orang bodoh; barang siapa gegabah dengan waktunya, berarti ia orang yang lalai; siapa pun yang mengabaikan ont Yau Sursatmenearit did Sobel Beebe totam 8d PAHAMILAII, SULUK ADALAN proses penyucian akhlak, amal, dan pengetahuan. Suatu kesibukan untuk membangun lahir dan batin. Dalam kondisi ini, seorang hamba akan di buat lupa kepada Tuhannya, tetapi ia sibuk membersihkan batin agar siap untuk wushud.* Adapun hal-hal yang merusak suluk seorang salik ada dua macam; mengambil keringanan (rukkshah) melalui berbagai takwil, dan bermakmum kepada para pengikut syahwat yang kerap berlaku salah Barang siapa menyia-nyiakan hikmah waktunya, ia ada- lah orang bodoh; barang siapa gegabah dengan waktunya, berarti ia orang lalai; siapa pun yang mengabaikan waktu- nya, maka ia orang yang lemah. Keinginan seorang murid belum benar sebelum Allah dan Rasul-Nya menjadi bisikan hatinya, di siang hari ia berpuasa, lidahnya tak bicara, Scbab banyak makan, bicara, dan tidur, membuat hati keras. Keinginannya juga belum benar sebelum punggungnya melakukan rukuk, keningnya bersujud, matanya berlinang dan terpejam, hatinya berse- dih, dan lidahnya berzikir. Dengan ungkapan yang lebih sederhana, seluruh ang- gota tubuhnya sibuk karena Allah swt, memerhatikan tugas 1 Vhashor arapan pencagsian mists dengan Tun, ed. ” 2s 00) ane 0 @ https://books.google.co.id/bo« atamente <> Raubhat alk Traibiee: Taman Kebenaran yang diberikan Allah dan Rasul-Nya, serta meninggalkan apa yang tak disukai Allah dan Rasul-Nya. la memegang erat sifat wara’, meninggalkan sepenuhnya segala hasrat, dan melihat semua anugerah yang dikaruniakan Allah kepadanya a berusaha dengan sungguh-sungguh agar semuanya bertujuan mencari ridha Allah, bukan mencari pahala; sebagai ibadah, bukan kebiasaan, Karena, siapa yang me lihat sosok yang menjadi tujuan amalnya, terhadapnya, bukan sibuk tak melihat amalnya. Selain itu, dirinya pun meninggalkan seluruh syahwat. Sehingga, kehendak seseorang menjadi benar ketika ja meninggalkan upaya pribadinya dan menevima aliran takdir, seperti dikatakan, ia akan sibuk Aku ingin bertenu dengannya tapi ia ingin meninggalkanku maka kutinggalkan apa yang kukehendaki, untuk apa yang ia kehendaki Dengan demikian, lenyaplah dari makhluk dengan hu- kum Allah; dari keinginanmu melalui perintah Allah; dari kchendakmu dengan perbuatan Allah, Maka, saat itulah engkau layak menjadi wadah ilmu Allah Karena tanda kefana‘an (kelenyapan)-mu dari makhluk adalah keterputusanmi dari mereka, berhubungan dengan mereka, dan putus asa terhadap apa yang ada di tangan mereka. Tanda kelenyapanmu dari dirimu dan hawa nafsu- mu adalah meninggalkan amal dan ketergantungan kepada sebab dalam mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. o 2 © “Tupper (5) 0 @ https://books.google.co.id/bo« & o a oatmeal (amas tune <)> fet ¥ od uk ence eer sete Unt semi “apieniawen (2) masa: Ghazi Maka dari itu, jangan menggerakkan sesuatu untukmu denganmu; jangan bersandar padamu untukmu; jangan membela; jangan membahayakan dirimu, Akan tetapi, serahkanlah semua itu kepada Dzat yang sejak awal telah ‘menguasainya agar terus menguasainya sampai akhir, se- bagaimana Dia menguasainya saat engkau tak sadar dalam rahim dan menyusu dalam buaian. Di samping itu, tanda lenyapmu dari kehendakmu dengan perbuatan Allah yaitu jika engkau sama sekali tak menghendaki sesuatu. Sebab, engkau tidak akan meng- hendaki kehendak lain bersamaan dengan kehendak Allah, tetapi perbuatan-Nya berlangsung padamu, hingga engkau menjadi kehendak dan perbuatan-Nya. Engkau tenang dan tenteram, lapang dada, wajahmu bercahaya, dan sejahtera. Engkau dikendalikan oleh qudrah, diseru oleh lidah azali, diajar olch Pemilik kerajaan, yang memberimu pakaian dari cahaya halal, serta menempat- kanmu pada kedudukan para orang-orang saleh terdahulu dan pemilik ilmu. Menekun! Uzlaht Seorang salik wajib menekuni uzlah agar dapat mengalah kan musuh-musuhnya, Uzlah ada dua macam; wajib dan ke- utamaan. Uzlah wajib adalah uzlah dari keburukan beserta segala hal yang mengikntinya, Sedangkan uzlah keutamaan adalah uzlah dari sikap berlebihan dan yang menyertainya. Ada yang mengatakan bahwa khalwat bukan terma- suk uzlah, Khalwat berarti menghindar dari orang lain, {7 Gaiah mengasingkan di unuk beberapa asst der hiukephuk natu dan dunia ‘dengan melakukan berbaga! macarn fyaghan dalam rangka mene tua Alo 0 @ https://books.google.co.id/bo« 2 © al aut mene Sees Gen atamenaa © <> R dha ath- Thali: Taman Kebenaran sementara uzlah yaitu menjaubi nafsu dan apa yang ia serukan serta yang melalaikan dari Allah. Ada yang mengatakan, keselamatan itu ada sepuluh bagian; satu bagian dalam uzlah, sembilan lainnya terletak dalam diam, Ada pula yang mengungkapkan, hikmah ada sepuluh bagian; sembilan di antaranya dalam diam terha- dap apa yang tak berguna, dan yang kesepuluh terletak dalam uzlah dari manusia. Berkaitan dengan yang terakhir, kebanyakan orang menyesal karena bicara, tetapi sedileit orang yang menyesal sebab diam. Demikian pula ada yang mengatakan, khalwat adalah asal dan bergaul dengan orang lain (khalatah) merupakan hal baru, Maka, sescorang yang menckuni khalwat berarti ia berpegang kepada asal, dan tidak bergaul kecuali secu kupnya. Kalau pun bergaul, ia selalu diam karena diam adalah asa Jika ada orang bersih davi zamanku itulah yang dicari tantas, di manakah seetu orang itu ‘Ada yang berkata, “Khalwat itu dengan hati sehingga ia tenggelam sepenuhnya bersama Allah swt, Hatinya iktikeaf, terpesona, dan rindu kepada’Nya, seraya meyakini seakan akan Dia hadir di hadapannya.” Seseorang mengatakan bahwa prinsip pertama bagi salik hendaknya ia memperba nyak zikir dengan hati dan lidah, hingga zikir itu mengalir ke seluruh tubuh dan otot-ototnya Lalu, zikir itu beralih ke hatinya, Saat itulah lidahnya diam dan hatinya tetap berzikir dengan mengucapkan o “Wapsenecvan (2) 0 @ https://books.google.co.id/bo« & o Halamen2 > <> a et ¥ dd ura ence il - dari keseluruhan dirinya karena totalitas-Nya, hingga seolah-olah ia di hadapan-Nya, seba gaimana firman Allah, ' lg seth ab ast HS) 2s “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari int? Kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (QS. Ghafir [40]: 16) Ketika itu, Allah ber-tajalli menuju hatinya hingga ia bergetar dan terpesona, Mengalami kemabukan dan keha- diran (hudhur), menghormati dan mengagungkan. Hatinya tak lagi bisa menampung selain tujuannya yang paling agung, seperti dikatakan, "Orang-orang yang sampai pada puncak kehadiran (ahlul hudhur) tak membutubkan selain kesaksian-Nya.” Allah swt. berfirman, Dae daley “Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.” (QS. al-Burnj [85]: 3) Berkaitan dengan firman ini, ada yang mengatakan bahwa yang menyaksikan adalah Allah, dan. yang disak- sikan merupakan pantulan keindahan kehadiran Allah 0 @ https://books.google.co.id/bo« ftv a ue ener ii etre Serie unten tama» <> Raut ath-Tralibin: Taman Kebenaran sebagai puncak bergantungnya segala sesuatu (Hadhrah Shamadiypah). Jadi, Dialah yang menyaksikan dan yang disaksikan. Duhai kekasihku, tutuplah kedua pelupuk matamu, dan saksikanlah apa yang kaulihat. Jika engkau berkata “Ketika itu aku tak bisa melihat’, maka hal itu menjadi salah sebab kau melihat dengan mata, Namun, gelapnya wujud yang begitu dekat dengan mata hatimu tidak kauketahui. Jika kauingin melihat dan menyaksikannya di depanmu, semen: tara kedua pelupuk matamu tertutup, kurangilah sedikit wujudmu, atau jauhilah wujudmu, Sedangkan cara untuk sedikit mengurangi dan menjauhinya dengan mujahadah, Makna mujahadah yaitu mengerahkan upaya untuk mengusir yang lain; wujud, nafsu, dan setan. Sementara me- ngerahkan usaha itu ditentukan dengan eara-cara berikut: Pertama, mengurangi makanan secara bertahap. Hal ini dikarenakan kekuatan wujud, nafsu, dan setan, berasal dari makanan sehingga bila makanan dikurangi, berkuranglah kekuatan mereka. Kedua, meninggalkan dan meleburkan pilihan di dalam pilihan guru yang tepercaya supaya la memilihkan sesua- tu yang lebih maslahat. Hal ini dikarenakan murid ibarat bocal yang belum mencapai perolehan orang dewasa, atau orang bodoh yang boros. Keduanya harus memiliki washi, wali, qadhi, atau penguasa yang mengatur urusan mereka Ketiga, cara berikutnya seperti cara al-Junaid ra, yaitu dengan delapan syarat: Melanggengkan wudhu; melestari- kan puasa; membakakan diam; melanggengkan Ichalwat; meneruskan zikir “La ilaha illa Allah”; melanggengkan hu- bungan hati dengan guru dan memanfaatkan ilmu darinya o Et) “wapsenenvan [ arcu 9urnatmenea at lt — schema Beco atamenza <> dengan meleburkan perbuatan dalam tindakan guru; me- netapkan penafian pemikiran; mengekalkan untuk tidak membantah Allah dalam segala hal yang datang dari-Nya, baik bahaya maupun manfaat, dan meninggalkan permin- taan surga atau berlindung dari neraka kepada-Nya. Selanjutnya, perbedaan antara wujud, nafsu, dan setan pada maqam penyaksian (musyahadah) bahwa pada mula nya wujud itu sangat gelap; jika sedikit jernih, ia tampak di depanmu dalam bentuk mendung hitam; bila menjadi singgasana setan, ia akan berwarna merah; manakala su- dah membaik dan kerendahannya menghilang, tinggallah kebenarannya Sehingga ia semakin jernih dan putih layaknya kapas Apabila nafsu it memiliki sumber seperti memancar dari pusat mata air Apabila ia menjadi singgasana setan, ia seolah mata kege- lapan dan api, Mata airnya lebih kecil karena setan sama sekali tak membawa kebaikan, Sementara itu, pancaran nafsu itu kepada wujud, dan wujud dididik olchnya, Jika nafsu ini jernih dan bersih, ia pancarkan kebaikan kepada wujud. Ketika nafsu meman- carkan keburukan, maka lahirlah keburukan dari wujud. terlihat, warnanya biru ibarat langit. Ta Dengan demikian, setan adalah api yang tak jernih, bercampur dengan gelapnya kekufuran tingkat tinggi. Sehingga terkadang setan mewujud di depanmu dalam bentuk lelaki tinggi yang berwibawa. Ia berjalan seakan mencari jalan masuk ke dalam dirimu. Jika kau menghendakinya pergi, ucapkanlah dalam ha- timu “Wahai yang Maha Menolong orang-orang yang me- minta pertolongan, berilah pertolongan kepadaku.” Maka setan pun meninggalkanmu. o ‘| 2} © “wapsenenan ( out cuteness Ben a atamenze > <> Ras ‘Boawaf ‘Tasawuf berarti mencampakkan nafsu dalam ibadah dan menggantungkan hati dengan hal-hal fahiah. Ada yang mengatakan, tasawuf adalah menyembunyikan kemiskin an dan melawan penyakit. Berkaitan dengan hukum seorang sufi, selayaknya kefa- bie: Tema Kebenaran kiran menjadi perhiasannya, sabar menjadi minumannya, ridha menjadi binatang tunggangannya, dan tawakal men- jadi tingkah lakunya. Hanya Allah swt. yang memberinya kecukupan, Ja gunakan anggota tububnya untuk ketaatan. Ia potong syahwat dan bersikap zuhud terhadap dunia, wara’ pada segala jatah nafsu, dan sama sekali tak memiliki keinginan pada dunia. Jika ia harus mengambil dunia, keinginan terscbut tidak melampui batas kecukupannya. Hatinya bersih dari noda, sangat mencintai Tuhannya, dan berlari kepada Allah dengan sirri-nya. Segala sesuatu berlindung dan damai bersamanya, tetapi ia sama sekali tidak berlindung kepada sesuatu, Dalam arti, ia tidak memiliki kecenderungan terhadap apa pun, tidak merasa tenteram bersama apa pun selain se- sembahannya, sembari berpegang kepada yang lebih utama dan lebih penting. Ia pun senantiasa lebih berhati-hati da lamurusan agama, dan mendahulukan Allah atas segalanya. Sahl bin ‘Abdullah berkata, “Seorang sufi adalah orang yang hatinya bersih dari noda-noda dan penuh pikiran. Baginya, tak ada bedanya antara emas dan batu.” Ada pula yang mengatakan, “Tasawuf berarti menjernihkan hati dari pertemanan dengan makhluk, meninggalkan akhlak yang biasa, memadamkan sifat-sifat kemanusiaan, mela- wan ajakan-ajakan nafsu, menetapi sifat-sifat ruhaniah, & ‘| 2 © “wapsenenan ( 0 @ https://books.google.co.id/bo« on nour urumenesi det Econo tua: atamenzs © <> Imam a Ghazi berpegang kepada ilmu-ilmu hakiki, dan mengikuti syariat Rasulullah saw.” Seseorang berkata, “Sufi adalah orang yang sclalu membersihkan waktu dari noda dengan menyucikan hati dari kotoran nafsu, Sedangkan yang membantunya adalah kefakirannya yang terus-menerus kepada tuannya. Dengan kefakirannya yang terus-menerus, ia mampu mengetahui noda Setiap kali nafsu bergerak dan muncul dalam satu perilaku, ia segera mengetabui dengan mata hatinya yang waskita, lalu segera berlari dari nafsu menuju Tuhannya. Dengan selalu membersihkan. hati terjadi kesatuan, dan dengan gerak nafsu terjadi perpecahan dan noda. Dia ber. pijak kepada hati bersama Tuhannya, dan dengan berpijak pada nafsu bersama hatinya. Allah swt, berfirman, decal, lig ab Selb 1355 ‘Wahaiorang-orangyangheriman, hendaklah kalian merja- di orang-orang yang selalu menegakkan (kebenarar) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.” (QS. al-Ma*idah [5]: 8) Inilah Kewajiban nafsu kepada Allah yang dapat terwu- jud melalui tasawuf. Dasar-dasar Tasawuf Dasar-dasar tasawuf di antaranya: Mengonsumsi makanan halal, mengikuti akblak, perbuatan, perintah, dan sunah Rasulullah saw. Dalam hal ini, barang siapa tidak meng- hafal al-Quran dan tidak menulis hadis, maka ia tak bisa dijadikan panutan, Karena ilmu kita terikat oleh Kitab dan o 2 © im ina 0 @ https://books.google.co.id/bo« Be 22 Tembahlanteleedar Teens on Yaoi urukmenesi de —Eccunnsfxuta:uatsimis Rava aih-Thaibiee: Taman Kebenaran « 2 © > a “apsenencvan (2) Sunah, Dan mazhab ini diambil dengan wara’ dan ketakwa: an, bukan dengan pengakuan-pengakuan. Pada awalnya tasawuf adalah ilmu, tengahnya amal, dan akhirnya pemberian, IImu bisa mengungkap tujuan, amal membantu mencari, dan pemberian mencapai puncak harapan. Sementara pengikut tasawuf ada tiga tingkatan; ting- katan murid yang sedang mencari, tingkatan menengah yang sedang berjalan, dan tingkatan puncak yang telah wushul, Murid adalah pemilik waktu, yang menengah peri lik hal, dan tingkat puncak adalah pemilik keyakinan, Hal yang paling utama bagi mereka adalah menghitung nafas, 4 “KEBANYAKAN ORANG MENYESAL KARENA BICARA, TETAPI SEDIKIT ORANG YANG MENYESAL SEBAB DIAM.” Magam murid adalah mujahadah dan mukabadah (ber- susah payah), mencieipi kepahitan dan melawan kesenang- a serta hal-hal yang mengikuti nafsu, Magam golongan menengah; mengalami berbagai kesulitan dalam mencari murad (yang dikehendaki), memelihara kejujuran, dan me- ngenakan adab dalam berbagai maga. la dituntut berpegang pada adab dari berbagai tingkat an, dan termasuk orang yang mengalami bermacam-macam hal karena masih berpindah dari satu hal ke hal lain. Maka, inilah yang disebut pertambahan, Keadaan golongan puncak adalah kejernihan, keteguh an, memenuhi setiap panggilan Allah, dan telah melampaui berbagai maqam. la berada pada posisi yang kokoh (tamkin); tidak berubah oleh berbagai kesulitan, dan tidak terpenga- ruh dengan beragam ahwal. 0 @ https://books.google.co.id/bo« 2 © fe ¥ a dues mene etre Seve unten tamara? = <> Imam al Ghazal Tak ada bedanya antara keadaan sulit maupun lapang, ditahan maupun diberi, kesulitan maupun kesetiaan, Makannya seperti laparnya, tidumnya layaknya terjaganya, Semua kebahagiaannya (huzhuzh) telah Fana’ dan yang tersisa tinggal hak-haknya (huqua). Lahirnya bersama makhluk, sedangkan batinnya bersa- ma Allah, Inilah ahwal Nabi saw. Sekiranya seseorang dari tingkatan puncak ini berdiri di atas dataran bumi tertinggi, lalu tertiup angin kencang, ia tetap bergeming seujung rambut pun. Sehingga ada yang mengatakan bahwa mereka disebut sufi karena berada di barisan terdepan di hadapan Allah; dengan ketinggian tekad dan penghadapan mereka kepada Allah, Berdiri di hadapan Allah dengan hati mereka. Golongan Melameafiyahy Dalam hukum Mulamati, seseorang dituntut untuk tidak memamerkan kebaikan dan tidak menyembunyikan kebu- rukan. Dengan ungkapan lain, otot-otot seorang Mulamati telah mencicipi rasa ikhlas dan mengetahui kejujuran seca- ra pasti. Ia merasa tidak senang ketika ada seseorang yang mengetahui ahwal dan amalnya. Bagi mereka, Malamatiyah merupakan keistimewaan yang lebih dalam berpegang teguh dan ikhlas. Mereka berpandangan untuk menyembunyikan ahwal dan me: nikmati penyembunyian tersebut schingga jika amal dan ahwal mereka terlihat seseorang, mereka merasa gerah layaknya orang durhaka yang merasa gerah karena perbu- atan maksiatnya terungkap. Jadi, Mulamati adalah markas TGoiongan Maiematiyah adalah para et yang menyembunykan hakka hesalchan mereka dem menjagn di dn fina, en o “wapsenenvan [ 0 @ https://books.google.co.id/bo« 2 © tra guru menea jt lt — sche Bethune Lal rus atamenze <> Resa ath- Tibia: Taman Kebenaran terbesar untuk tempat dan posisi ikhlas, serta berpegang dan bersandar kepadanya. Dan, seorang sufi akan Iebur dalam keikhlasan Abu Yaqub as-Sausi berkata, “Ketika mereka menyak- sikan ikhlas dalam keikhlasan mereka, maka keikhlasan tersebut membutubkan keikhlasan.” Seorang sufi berkata, “Kebenaran ikhlas adalah lupa melihat makhluk karena selalu menyaksikan Allah swt., sedangkan Mulamati itu melihat makhluk hingga amal dan ahwal-nya tak tampak?” Selain itu, Ja'far al-Khaladi berkata, “Aku bertanya ke- pada Abu Qasim al-Junaid, “Apakah ada perbedaan antara ikhlas dan jujuz?” Ia menjawab, “Benar, kejujuran adalah pangkal dan yang pertama, sedangkan ikhlas merupakan cabang yang mengikutinya.” Lantas, ia berkata, “Ada perbe daan antara keduanya. Karena ikblas itu tidak terjadi melainkan setelah mela- kukan amal.” la juga berkata, “Sesungguhnya, itu tiada lain adalah pemurnian keikhlasan, dan kemurnian keikhlasan terletak dalam pemurnian. Oleh karena itu, di dalam ke- ikhlasan ini terletak hal orang Mulamati, dan pemurnian keikblasan merupakan hal orang sufi. Kemurnian yang berada dalam pemurnian menjadi buah akhir (mukhalasah) keikhlasan, yaitu fana”-nyahamba dari bentuk dirinya karena melihat keberdiriannya. Sebab yang Maha Berdiri, bahkan tidak melihat keberdiriannya karena tenggclam dalam Dzat darijejak-jejak dan lepas dari noda ketertutupan. Inilah ohwal seorang sufi, Sementara seorang Mulamati tinggal di dalam ruang-ruang keikhlas- annya, tanpa melihat hakikat keikblasannya. Inilah perbedaan tegas antara Mulamati dan sufi Seorang Mulamati, meski berpegang teguh kepada tali 8 a “upset OC) & https:/books.google.co.id/boo —] @ talamenzs =< | > s “Wapsenairn ( atau 9urnat manent i — schema ses Iara Ghacati keikhlasan dan beralaskan hamparan kejujuran, ia masih mengalami sisa penglihatan terhadap makhluk. Alangkah bagusnya sisa tersebut mewujudkan keikh: lasan dan kejujuran. Dan, sufi adalah kebersihan dari sisa sisa amal ini. Meninggalkan dan beruzlah dari makhluk secara total dengan mata fana” dan tidak abadi. la melihat kejernihan tauhid dan menyaksikan rahasia firman Allah, “Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah” (QS. al-Qashash [28]: 88) Sebagaimana seorang sufi dalam ketidaksadarannya mengatakan, “Di dunia dan akhirat ini tidak ada wujud se- penyembunyian afwal oleh seorang Mulamati karena salah satu dari dua hal; pertama, untuk memastikan keikhlasan dan kejujuran; kedua—yang lebih sempurna— untuk menutupi ahwal dari selainnya dengan jenis selain dirinya » “HIKIMAH ADA SEPULUH BAGIAN; SEMBILAN DI ANTARANYA DALAM DIAM TERHADAP APA YANG TAK BERGUNA, DAN YANG KESEPULUH TERLETAK DALAM UZLAH DARI MANUSIA.” Sebab, orang yang menyepi bersama kekasih tidak suka dilihat oleh selain dirinya. Bahkan karena kesungguhan cintanya, sampai sampai ia tidak rela seseorang melihat cintanya kepada kekasih, Hal ini meski sudah tinggi, tetapi di jalan orang sufi masih ada penyakit dan kekurangan. Dengan demikian, seorang Mulamati lebih maju dari orang yang bertasawuf, dan lebih tertinggal daripada seorang sufi. ‘Ada yang mengatakan, salah satu dasar para penganut Malamatiyah adalah zikir yang terdiri dari empat macam; zikir secara lisan, zikir dengan hati, zikir dengan sirri, dan » 0 @ https://books.google.co.id/bo« our» aur gurnat mene jt i lamers <> lunnia Geuane- Radha ath- Thalibiae: Taman Kebenran zikir secara ruh, Jika zikir ruh sudah benar, hati dan lidah berhenti berzikir. Kondisi ini disebut zikir haibah. Apabila zikirhati sudah benar maka isan tak mampuberzikir. Inilah zikir anugerah dan nikmat. Dan, jika hati lalai dari zikir maka lisan mulai berzikir, dan ini menjadi zikir kebiasaan. Masing-masing zikir di atas memiliki penyakit. Penyakit ikir ruh adalah dilihat oleh sir7i. Penyakit zikir sirri dilihat oleh hati; penyakit zikir hati dilihat oleh nafsu; penyakit zikir nafsu yaitu melihat zikir dan mengagungkannya seka- ligus meminta pahala, atau menyangka dengan zikir itu ia telah mencapai suatu magam. Bagi mereka, manusia yang paling rendah nilainya ada- lah orang yang ingin menampakkan zikirnya, dan menarik simpati manusia dengan berzikir. Rahasia dari prinsip yang mereka jadikan pijakan adalah zikir ruh merupakan zikir kenikmatan; zikir sirri adalah zikir sifat-sifat; zikir hati dari anugerah dan kenikmatan yaitu zikir terhadap jejak-jejak sifat; zikir nafsu itu terancam penyakit. Jadi, arti ucapan mereka, “Melihatnya sirri kepada rah” menunjukkan kesungguhan fana’ ketika zikirnya Dzat. Pada saat itulah, zikir kebesaran (haibah) adalah zikir sifat- sifat atau hadirnya kebesaran. Sedangkan adanya haibah menuntut wujud atau bekas, dan hal itu berlawanan dengan kondisi fana” Dengan demikian, zikir sirri disebabkan hadirnya ke besaran. la adalah zikir sifat-sifat yang menyadarkan kede- katan, Sementara itu, zikir kedekatan yang juga zikir anu- gerah dan kenikmatan menyadarkan akan jauhnya sesuatu yang menyibukkan, guna mengingatkan kenikmatan dan kelalaian terhadap Pemberi nikmat. Sibuk dalam melihat pemberian dan lupa terhadap Sang Pemberi merupakan bentuk jauhnya derajat a Et) “wp senean | oat cu 9uraatmenean nin - scien Bemis ~ Lat Iams al-Gha zl Dan, memerhatikan nafsukarena melihat tujuan menja- dipersiapanbagi wujudnyaamal. Inilah kekurangan sesung. guhnya. Demikian macam-macam golongan sufi. Sebagian lebih tinggi dari sebagian lain. Dan, Allah Mahatahu 25 «il 72% 8 06 6 2) 0 a https://books.google.co.id, a = c a8 z 7 ra 0 a http s://books.google.co.id/b: 2 °o QS YER $e) [ee | rerttantecicieae > | robaceeenni talons <> a oat you 9uraatmenea atin - scien Be “Posisi ijtihad terhadap suluk seperti posisi istinja terhadap wudhu. Jadi, barang siapa tidak beristinja berarti tidak memiliki wudhu. Dan siapa pun yang tak memiliki wudhu, maka shalatnya tidak sah” PTW oat vou Sureutmencanietidid—.Eeteye perbutne nat KeTAHUILAH, MAKNA WUSIUL adalah manakala hamba mampu melihat hiasan Allah dan tenggelam karena-Nya. Jika ia melihat kepada pengetahuannya, ia tak melihat hal lain selain Allah. Bila ia melihat tujuan hidupnya, ia tidak melihat yang lain selain Dia.la secara total sibuk dengan Allah; dalam segala hal yang dia saksikan maupun tujuan hidup. Dalam hal ini, ia tidak menoleh (mengandalkan) kepada dirinya sendiri untuk mengisi lahir dengan ibadah, atau mengisi batin dengan penyucian akhlak. Semua itu merupakan bentuk penyucian dan menjadi awal perjalan- an, Puncaknya adalah ketika ia telah lepas sepenuhnya dari dirinya sendiri dan ber-tajarrud® hanya untuk-Nya, hing- ga seolah-olah ia adalah Dia. Inilah yang disebut wushul. Karena itu, pahamilah sebaik-baiknya. Adapun makna wishal yaitu melihat dan menyaksikan Allah di dunia dengan rahasia hati, serta menyaksikan Allah dengan mata kepala di akhirat. Schingga makna wishal bukanlah pertemuan dzat (manusia) dengan Dzat (Allah). Mahasuci Allah dari semua itu. Seorang sufi berkata, Mataku senantiasa dapat melihat-Nya meski tempat-Nya jauh dari tempatku 15 Tigemrad penarkan dt can segela-sesuatuselan Ach sevara ata, argu gurnat mene jt in falomense = << | > a - Si ale alan os Rawuthat ah Thali Taman Keloenaran Selanjutnya, pahamilah bahwa fondasi jalan tasawuf ada ompat hal; jjtihad, suluk, saiv (perjalanan), dan tha ir (terbang), {itihad adalah mengetahui hakikat-hakikat Islam secara pasti, Suluk yaitu mengetahui dengan pasti berkaitan de- ngan hakikat-hakikat keimanan. Sair (berjalan) berarti me- ngenal hakikat-hakikat ihsan dengan sesungguhnya, dan thair (terbang) artinya mengalami ekstase (jadeb) dengan jalan berlaku dermawan dan ihsan menuju makrifat Sang Raja Pemberi Anugerah. Posisi ijtihad terhadap suluk seperti posisi istinja terha dap wudhu, Jadi, barang siapa tidak beristinja berarti tidak memiliki wudhu, Dan siapa pun yang tak memiliki wudhu, maka shalatnya tidak sah. Demikian pula, seseorang yang tidak melakukan su- luk, ia tidak melakukan sair (perjalanan), Sedangkan thair berarti wushul sehingga jalan dan tingkatan orang-orang wushul disebut thair (terbang). Inilah jalan para salik dan tingkatan para pelaku. Dan, Allah Mahatahu. atishal Ats-Tsauri berkata, “Iteishal'adalah penyingkapan hati dan penyaksian rahasia-rahasia Wabi dalam maqam keterka: guman (dzwhul)." Ketahuilah, ittishal dan ketersambungan (muwashalah) itu tergantung pada isyarat para guru, Setiap orang yang mencapai jernihnya keyakinan melalui pencerapan (drauq) dan cinta (wajd), berarti ia berada dalam satu derajat wushul Tingkatan mereka berbeda-beda. Di antara mereka ada yang menemukan Allah melalui perbuatan; satu derajat tajalli, hingga perbuatannya maupun perbuatan selain di- rinya menjadi fana” Karena ia telah berdiri bersama Allah atamanaz > <> a. to ene “Seek em pews [2 Imam al-Ghazali swt, Dalam keadaan ini, ia tak lagi membuat rancangan maupun pilihan. Inilah satu tingkatan wushu Ada pula yang diberhentikan pada magam kebesaran (haibah) dan kedamaian karena apa yang tersingkap bagi hatinya yaitu melihat keagungan dan keindahan. a ber- tajalli melalui sifat-sifat, dan berada pada satu derajat dalam magam wushul. Selain itu, ada juga yang naik ke maqam fana* sembari ‘ melihat cahaya keyakinan dan penyaksikan pada batinnya. Ta tak lagi mengenali wujudnya karena penampakan yang dialaminya. Inilah jenis tajalli Dzat khusus bagi kaum ‘Mugarrabin sekaligus satu tingkatan wushul. Di atasnya ada hagqul yagin. Orang-orang khusus (hash) di dunia ini dapat menyaksikannya. Tingkatan ini bisa dikatakan sebagai berjalannya cahaya penyaksian dalam totalitas diri seorang hamba schingga ruh, hati, naf su, bahkan anggota lahirnya menggapai cahaya tersebut. Demikian inilah tingkatan wushul yang paling tinggi. Jika berbagai hakikat telah dikenali secara pasti, maka dengan kemuliaan ini hamba mengetahui bahwa ia bera- da pada tingkatan pertama. Lantas, di manakah wushul? Sangat jauh. Persinggahan jalan menuju wushul tak pernah bisa dilewati di akhirat yang abadi, terlebih dengan umur duniawi yang begitu singkat. Dan, Allah Mahatahu. Br BVM Melos.) OTM CTT LEE Makna Tauhid dan nyingkapan (Mukasyafah) “Barang siapa jatuh ke dalam lautan tauhid, maka dari waktu ke waktu ia akan semakin haus.” (Al-Junaid) arcu guru menea at it schema Bemus Lat TAUHID DAN PENYINGKAPAN menjadi sandaran sekaligus buah dari bashirah, mukasyafah, musyahadah, mu‘ayanah, hidup, yakin, ilham, firasat, Selain itu, tauhid berarti me misahkan yang dahulu (qadim} dengan yang baru (huduts), berpaling dari makhluk, dan menghadap kepada yang Mahadahulu, hingga tak melihat keunggulan diri diban ding orang lain. Sebab, sekiranya ia melihat diri dalam keadaan menge- sakan Allah atau yang lain, hal itu sama halnya telah men- duakan, bukan mengesakan Dzat Allah yang kadim dengan sifat keesaan dan ciri ketunggalan. Dj antara tabiat makhluk yaitu memiliki kesamaan, kemiripan, pertemuan, perpisahan, perbandingan, berse- belahan, berbaur, hulul, keluar, masuk, berubah; hilang, berganti, berpindah dari kesucian divi, serta kebersihan sifat-sifat-Nya yang telah terampas. Kekurangan tak bisa disandarkan kepada kesempurnaan keindahan-Nya. Kesempurnaan keindahan keesaan-Nya suci dari peng- amatan pikiran. Keagungan keabadian-Nya bersih dari desakan kerancuan zikir. Bahkan, ungkapan-ungkapan para punggawa kefasihan pun tak mampu menggambar- kan kebesaran-Nya Mereka yang terlebih dahulu berada dalam belantara makrifat tidak mampu mendefinisikan Dzat Allah swt. 4 ey ery ah alamo =| Resudhitath- Talib: Taman Kebenaran Mahasuci IImu-Nya untuk diketahui indra dan pencarian analogis. Para pemilik mata hati (bashirah) yang berada dalam sinar keagungan-Nya tidak mempunyai jalan untuk pura-pura buta dan tak sadar. Jika engkau bertanya di mana? Maka tempat adalah amakhluk-Nya. Bila engkau bertanya kapan? Waktu juga cip- taan-Nya. Ketika engkau bertanya bagaimana? Persamaan dan bagaimana merupakan kreasi-Nya. Dan tatkala englau bertanya berapa? Maka ukuran dan kuantitas juga terma- suk makhluk-Nya, 4 “ALLAH MEMBUAT KEPUTUSAN MENURUT TUNTUTAN HIKMAH, DAN SESUATU YANG LAHIR BERDASARKAN HIKMAH TAK ADA YANG MERUBAHNYA,” Ajal dan keabadian ter masuk dalam keluasan-Nya. Alam semesta dan tempat terlipat dalam hamparan-Nya. Dzat Allah itu suci dari segala yang termuat akal, pemahaman, indra, dan analogi. Karena semuanya adalah baru, maka yang baru tidak mengetahui kecuali yang baru sebagai dalil wujudnya dan bukti penyaksiannya. Mengenali magam ini merupakan bentuk ketidakmam- puan, dan ketidakmampuan mengetahui pengetahuan adalah pengetahuan. Tak ada yang bisa mengetahui esensi Yang Esa kecuali Yang Esa sendiri. Semua yang dicapai oleh pengetahuan sescorang yang mengesakan sckadar menjadi puncak pengetahuannya, bukan puncak Yang Esa, Mahasuci Allah dari semua itu. Maka, siapa pun yang mengaku mengetahui Yang Esa, pada hakikatnya ia adalah orang yang teperdaya dan terti- pu. Allah swt. berfirman, “Dan kamu telah ditipu terhadap 2 on noua urea mene Senco Bente: Lat tamer <> o “Tupsenanaan (5) Iw a-ha zal Allah oleh (setan) yang amat penipu.” (QS. al-Hadid [57]: 14). Inilah isyarat ketertipuan tersebut. Tauhid Pada awalnya, tauhid adalah menafikan pembedaan dan berdiri di atas segalanya. Akhirnya, ketilea orang yang ber- tauhid melakukan pemilahan, ia tenggelam dalam mata se- mua, dan di mata keseluruhan dengan mata semua seraya memandang pemilahan. Masing-masing menjadi bagian dari semua, dan pemi- lahan tersebut tidak mencegahnya dari yang lain, Inilah ke sempurnaan tauhid, manakala tauhid menjadi sifat paten pada diri orang yang bertauhid. Kegelapan gambaran wujudnya memudar dan melemah dalam tumpukan pancaran cahaya tauhid, Dan cahaya ilmu tauhid bersembunyi dan tenggelam dalam cahaya ahal- nya, seperti tenggelamnya bintang-bintang ke dalam caha- ya matahari Ketika pagi merekah, cahayanya mengalahkan sinar bintang-bintang. Dalam magam ini, wujud abli tauhid tenggelam dalam persaksian keindahan Sang Maha Esa dalam pandangan semua. la tidak menyaksikan selain Daat Yang Esa beserta sifat-sifat-Nya, dan ditarikoleh gelombang Iautan tauhid dan tenggelam dalam mata penyatuan. Al-Junaid berkata, “Itu artinya, gambaran-gambaran memudar dalam dirinya, dan ilmu-ilma masuk ke dalam- nya. Dan Allah swt. tak pernah berubah.” Ada yang menga- takan, “Barang siapa jatuh ke dalam lautan tauhid, maka dari waktu ke waktu ia akan semakin haus.” 8 (en Vedi lroomiinad lene jou Lalas tamer <)> Raudhtath- Thali: Tanna Keberaran Mocam-macam Tauhid Pahamilah, tauhid menegaskan lima prinsip yang harus diyakini oleh sctiap mukalaf (orang dewasa yg wajib menja lankan hukum agama). Pertama, Wujud Allah untuk membebaskan divi dari pandangan ateisme; kedua, keesaan Allah untuk membe- baskan diri dari kemusyrikan; ketiga, penyucian Allah dari keberadaan sebagai substansi maupun aksiden, akibat dari keduanya, sekaligus membebaskan diri dari penyerupaan; keempat, penciptaan Allah dengan kekuasaan dan. kehen- dak-Nya terhadap segala sesuatu selain Dia, dan untuk membebaskan diri dari ungkapan sebab dan akibat; keli ma, perancangan Allah tethadap semua ciptaan-Nya guna membebaskan diri dari pengaturan tabiat, bintang bin tang, dan malaikat. Sedangkan firman Allah, selain Allah”, menunjukkan kelima hal ini Fiada Tuhan Kaum Muslimin sepakat, Allah swt. memiliki segala kesem- purnaan dan bersih dari segala kekurangan, tetapi mereka berselisih pendapat tentang beberapa sifat Allah. Sebagian mereka meyakini bahwa sifat-sifat itu adalah kesempurna- an, Sementara yang lain memandang sifat-sifat tersebut sebagai kekurangan sehingga mereka pun menafikan sifat Allah swt Berikut ini beberapa contoh terkait perihal di atas: Pertama, pendapat kaum Mulktazilah bahwa manusia adalah pencipta perbuatan-perbuatannya. Sebab, sekiranya Allah menciptakan perbuatan-perbuatan itu, lalu menisbat- kanya kepada manusia; atau seandainya Dia melakukan, padahal manusia tidak melakukan, lantas Dia menyiksanya “ tamenes © €> & “upsenancan (=) Imam al- Ghazal karena itu, padahal Dia tidak menciptakan perbuatan itu, berarti Dia telah menzalimi manusia Dan kezaliman merupakan kekurangan. Bagaimana bisa Dia melakukan sesuatu, lalu mencela orang lain karena sesuatu itu seraya berkata, “Bagaimana kau melakukannya? Mengapa kau melakukannya?” Adapun golongan Ahlus Sunnah mengatakan, “Kami menemukan kesempurnaan Allah dalam kesendirian. Menafikan kehendak merupakan suatu aib dan kekurang- an, Penyiksaan Allah terhadap apa yang telah Dia ciptakan bukanlah kezaliman, dengan dalil penyiksaan terhadap binatang, orang-orang gila, dan anak-anak. Karena di da lam kera jaan-Nya, Allah bebas berbuat semau-Nya seper ti firman-Nya, odas ue JL Y "Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya.” (QS al-Anbiya* [21]: 23) Sehingga pendapat yang menganggap baik dan buruk adalah batil karena mereka berpendapat bahwa Dia ada lah Pencipta perbuatan-perbuatan manusia, Mereka juga berpandangan, penyiksaan terhadap mereka atas sesuatu yang tidak mereka ciptakan bisa jadi merupakan perbuatan Allah, dan itu tidak buruk, Kedua, perbedaan sekte Mujassimah’ dan Munazzihah.* Kaum Mujassimah mengatakan, "Andaikan Dia bukan ma- teri (jisim), berarti Dia tiada. Dan tidak ada aib yang lebih 7 Mijassinan adalah sekte yang menganggap Allah sebagai mater (jim), et {8 tamazzinah adolah goongan yang menoiak banwa Aish adalah mater, ed atx dig urea menea etait —-seteheoy partons uals alamenad © o Imam a- Ghai karenameninggalkan halitu adalah kekurangan. Sementara Mazhab Asy'ari mengatakan, hal ini tidak wajib atas Allah Karena keharusan merupakan kekurangan, dan kesempur naan-Nya. Jika Dia tidak terbelenggu oleh hamba, maka pertolongan adalah milik Allah. Pahamilah, barang siapa menisbatkan kehendak dan usaha kepada diri sendiri, ia termasuk Qadariyah. Dan siapa pun yang menafikan usaha dan kehendak ini dari dirinya berarti ia seorang Jabariyah. Barang siapa menisbatkan kehendak kepada Allah dan menisbatkan usaha kepada hamba, berar tiia seorang Sunni dan sufi yang benar. Karena kekuasaan dan gerak hamba termasuk makhluk Allah. Keduanya men jadi sifat dan usaha seorang hamba. Selain itu, takdir (qadar) adalah nama untuk sesuatu yang terjadi dengan ketentuan perbuatan Sang Mahakuasa, sedangkan gadha” merupakan makhluk-Nya. Perbedaan antara qadha dan qadar; qadar lebih umum dan qadha® lebih Khusus. Perencanaan adalah gadar, dan menuntun gadar de- ngan segala ukuran dan keadaan menuju sesuatu yang dituntutnya termasuk gadha”. Dengan demikian, qadar adalah pengukuran sesuatu sebelum terjadi, dan qadiha” ya itu pemutusan persoalan, sebagaimana dikatakan, “Hakim telah memutuskan.” ‘Hawa Nafsu Ketahuilah, para pengikut hawa nafsu itu ada enam sekte. Setiap dua di antaranya berlawan satu sama lain. Enam ke- lompok tersebut adalah: Tasybih dan Ta’thil, Jabariyah dan Qadariyah, menolak dan mendukung. Tasybih dan Ta'thil ah 0 @ https://books.google.co.id/bo« 2 © einige > 00D a fo nau urement —Eccunns Geuta:uat emis sso Raut aih-Thaibine: Taman Kebenaran berlawanan; Jabariyah dan Qadariyah bertentangan; yang menolak dan yang mendukung berseberangan. Masing, masing terpecah menjadi dua belas sekte, Mercka semua menyimpang dati jalan lurus, dan hanya satu kelompok yang selamat, yaitu kelompok tengah-tengah; Ahlus Sunnah wal Jama'ah Kelompok Musyabihah dianggap berlebihan dan keterlaluan dalam memastikan sifat-sifat Allah, hingga menyerupakan-Nya dan menganggap mungkin bahwa Dia berpindah, hinggap, menetap, duduk, dan lain-lain. Kelompok Mu’athilah juga keterlaluan dalam menafikan penyerupaan Allah sehingga mereka terjerumus dalam penegasian (ta'thil. Sedangkan Jabariyah maupun Qadariyah sama-sama jauh dari jalan lurus, Karena siapa pun yang menafikan ke hendak dan usaha dari dirinya, malea ia seorang Jabariyah, dan siapa pun yang menisbatkan kehendak dan usaha pada iri sendiri, berarti ia termasuk Qadariyah, Lantas, barang siapa menisbatkan kehendak kepada Allah dan menyandar- kan usaha kepada hamba berarti ia seorang Sunni, Selain itu, kalangan Rafidhah dan Nashibah sama-sama jauh dari jalan yang lurus. Mazhab Rafidhah mengaku cinta kepada Ahlul Bait, tetapi berlebihan dalam memaki dan membenci para sahabat. Sebaliknya, mazhab Nashibah ber- lebihan dalam sikap fana’ tik terhadap para sahabat, hingga terjerumus dalam memusuhi Ahlul Bait dan menuduh Ali ra. sebagai orang zalim dan kufur. Maka, dalam hal ini Ahlus Sunnah menempuh jalan tengah. Mereka mencintai Ahlul Bait maupun para sahabat, dan Allah menjaga lidah mereka dari membicarakan salah satu dari keduanya, kecuali untuk menyanjung dan memu- jinya. Segala puji, sanjungan, dan syukur bagi Allah swt s feo us mene i cure Berman natn tami © <> o 2 © “Tupsenanaan (5) Imam al-Ghazati ‘Tentang Qadha’ Kadangkala, kata qadha’ diartikan, sebagai Sesuatu yang pasti terjadi (mubram), seperti firman Allah swt., bjs 35 5 J5e Loe al ai 158 ‘Maka apabila Dia menetapkan suatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah, "maka jadilah ia.” (QS. Ghafir [40]: 68) Selain itu, tidak jarang pula ditujukan untuk memberi- tahu tentang wajibnya hukum wajib bagi Allal, sebagaima. na firman-Nya, “Dan Tuhanmu telal memerintahkan supaya Kalian jangan menyembah selain Dia.” (QS. al-Isra’ (171: 23) Sebab, jika ini berarti ketentuan yang pasti, tentu tak ada sesuatu selain Allah yang disembah, Karena mustahil bila pengaruh tidak mengikuti pemberi pengaruh, Demikian pula firman-Nya, “Dan tidaklak aku menciptakan jin dan ma- nusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. adz-Dzariyat [51]: 56) Ayat ini berlaku sebagai pemberita- huan. Sebab, jika merupakan qadha” dan hukur yang wajib atas seluruh hamba, maka akan terjadi perselisihan karena tak ada sesuatu yang membedakan, Pahamilah, Allah swt. telah memutuskan perkara sejak zaman azali bahwa segala perbuatan dan perkataan terikat dan bergantung kepada hamba. Apa yang Dia putuskan maka Dia laksanakan sehingga tidak mungkin diubah, dan tak bisa juga dikatakan hahwa Allah merubah apa yang te- ah Dia putuskan. Karena Allah tidak mempertentangkan diri sendiri dalam perkara yang telah Dia putuskan, dan Dia tak 8 at ou gurnat mene lamas <> fescue perros uate Rauushat ath: Thaibiae Taman Kebenaran main-main serta tidak mengikuti hasrat. Dia membuat keputusan menurut tuntutan hikmah, dan sesuatu yang lahir berdasarkan hikmah tak ada yang merubahnya; apa yang Dia tentukan menurut perbuatan hamba layaknya menanam dan kawin; apa yang Dia tetapkan berdasarkan perbuatan hamba seperti doa dan istigfar Ketahuilah, Allah swt, telah menegaskan perbuatan hamba di beberapa tempat dalam al-Quran, seperti firman Nya, “Sebagai Balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan (QS. al-Waqi'ah [56]: 24) Atau dalam firman-Nya, “Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kaujumpai mereka," (QS. at-Taubah [9]; 5) Akan tetapi, Dia juga mene: gasikan perbuatan hamba di beberapa tempat lain, seper tifirman-Nya, a 36h5 oj Yee “Maka (yang sebenarnya) bukan kalian yang memburuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kalian yang melempar ketika kalian melempar, tetapi Allahiah yang melempar." (QS. al-Anfal [8]: 17) Ayat di atas mengandung hikmah bahwa Allah swt. menciptakan dan menentukan perbuatan hamba, semen- tara hamba-lah yang berusaha sekaligus menjadi sebab. Karena hamba yang melakukan ibadah, maka Allah yang membalasnya Andaikan bukan karena penisbatan perbuatan-perbu- atan tersebut dalam penciptaan maupun usaha, tentu tak ada yang menyembah dan yang disembah, Jadi, tampak o 2 © “Tuupoereneuay (5) 0 @ hitps://books.google.co.id/bo« 2 © anv ito unaimenemibt gi —:Sebelmns pein: unt emus atamenst <> Imam al-Giha zi jelas bahwa manusia adalah yang menyembah dan ber usaha, sedangkan Allah adalah Dzat Yang Disembah dan Menciptakan. Ketahuilah, perbuatan itu ada dua macam: (1) apa yang dilakukan hamba berupa usaha yang dinisbatkan kepada- nya. Karena itulah diturunkan kitab-kitab dan diutus para rasul as. Juga dipastikan hajat terhadap akal guna mene- gakkan hujjah dan menjelaskan sasarannya; (2) apa yang diperoleh hamba sebagai balasan, yaitu apa yang ada di tangan Allah dan di tangan hamba, Keduanya tidak terjadi, kecuali selaras dengan yang diusahakan hamba, sesuai firman-Nya, “Dan apa saja musibah yang me- nimpamu maka hal itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan Kesalahanmu).” (QS. asy-Syura [42]: 30), beserta ayat-ayat lain yang serupa s “LMU ITU LAYAKNYA MELIHAT API, DAN MAKRIFAT LAKSANA MENGGUNAKAN API GUNA MENGHANGATKAN TUBUH.” Maka dari itu, barang siapa memahami kalimat di atas, ia dapat memahami maksud firman Allah yang dinisbatkan kepada hamba. Sebagai contoh, algojo memotong tangan pencuri, Bisa dikatakan yang memotong adalah si algojo karena dialah yang berusaha Dapat juga dikatakan yang memotong adalah Allah me- lalui tangan algojo karena Allablah yang membalas tangan yang dipotong tersebut ketika terlihat si algojo. Bisa juga dikatakan bahwa si pencuri adalah orang yang memotong tangannya sendiri karena dialah yang memulai kejahatan sehingga tidak memperoleh selain apa yang telah ia perbuat. 51 0 @ https://books.google.co.id/bo« 2 © fo Yaoi S urement) Ecce Guta: uate lamers <> o “waperetcaran [2 Rahat ath- Talib; Taman Kebenaran Jadi, perbuatan yang muncul dari Allah merupakan ba- lasan bagi pihak yang dipotong, sedangkan dari orang yang memotong berupa usaha, Hal tersebut tidak bertentangan satu sama lain Berkaitan dengan hal di atas, banyak dalil tegas yang di nyatakan dalam al-Quran. Barang siapa memahami kalimat ini dengan sungguh-sungguh, ia tidak akan takut kecuali kepada divi sendiri, dan tak akan berharap selain kepada Alla swe Ia berkata, “Di manakah hamba Allah? Kita semua da- lam Dzat Allah adalah orang-orang tolol.” Dalam arti, pan: dangan kita terhadap gadha’ -Nya menyiratkan prasangka bahwa hamba akan dimaafkan atas apa yang ia lakukan. Di samping itu juga menyiratkan suatu pandangan terhadap perintah dan larangan serta pilihan bebas ham. ba, yang mengantarkan dugaan bahwa hamba diperbudak melatui apa yang ia lakukan, Namun demikian, pernyataan yang benar berkenaan dengan hal ini jika diyakini bahwa hamba itu butuh kepada Allah dalam seluruh perbuatan, uucapan, dan ahwal-nya, Bahkan, ia bergerak dalam kehendak-Nya; tidak terpak sa dan tidak ditundukkan layaknya binatang dan benda- benda mati, Akan tetapi, ia memperoleh pertolongan dalam naungan sebab-sebab kebahagiaan dan kerendahan, atau tercampakkan dalam naungan sebab-sebab kesengsaraan Apabila dikatakan, kehendak (qudrat) yang baru memiliki jejak pada hal-hal yang dikuasai. Dan hal ini adalah ke- musyrikan yang samar, Bila kehendak tak memiliki jejak pada sesuatu yang dikuasai, hal itu berarti Jabariyah. OC) & https:/books.google.co.id/ooo —] © talemensa =< | > a. arcu guru menea att — schema Bethe Lat “Tu aendicaray ( Imam al-Ghazati Selain itu, ada pula yang mengatakan, “Disebut syirik hanya jika kehendak memiliki jejak pada penciptaan, sedangkan pengarubnya ada pada usaha, Dan, Allah swt. bukanlah Dzat yang berusaha schingga menciptakan persekutuan. Sebaliknya, apabila kehendak tidak memiliki jejak pada sesuatu yang dikuasai, berarti wujud-Nya sama dengan tiada. Itu sama halnya Dia Mahakuasa tanpa qudrat. Dan, ini mustahil. Pahamilah, barang siapa menyangka Allah telah menu- runkan kitab-kitab, mengutus para rasul, memerintah dan melarang, menasihati dan memberi janji kepada makhluk yang tak memiliki kekuatan dan pilihan bebas, berarti Dia berperangai cacat dan perlu diobati. Demikian ini disebabkan oleh perbedaan manusia da- lam menggali dalil al-Quran sebelum memahaminya, hing ga mereka terjerumus ke dalam Jabariyah dan Qadariyah. Karena mereka tak mampu membedakan antara kehendak Allah yang kadim dengan kehendak manusia yang baru. Perbedaan kedua kehendak ini bahwa kehendak yang kadim berdiri sendiri dalam menciptakan dan tak bisa diu- sahakan. Sementara kehendak yang baru berdiri sendiri da- lam bekerja, serta tidak memiliki kuasa untuk menciptakan. Kezaliman hanya dinisbatkan pada kehendak yang baru, sedangkan kehendak yang kadim bebas dari keza liman, sebagaimana firman Allah swt., “Sesunggulmya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit yun, akan tetapi manusia itulah pang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” (QS. Yunus [10]: 44) 3 OC) & hittps:/books.google.co.id/boc [2] falomense <)> 2 - ty du auc mene Sezunm Sextus atoms ee Rahat ath Tibi: Taman Kebenaran Perbedaan sAnfara Ilmmu dan Makrifal Makeifat adalah kedekatan itu sendiri, atau adanya sesuatu yang menyentub hati dan meninggalkan pengaruh padanya, lalu berpengaruh kepada anggota-anggota tubuh lainnya. Dengan kata lain, ilmu itu layaknya melihat api, dan makrifat laksana menggunakan api guna menghangatkan tubuh, Secara bahasa, makrifat berarti ilmu yang tidak me- ngandung keraguan. Sedangkan menurut istilah, ilmu yang tidak mengandung keraguan karena yang diketahui adalah Daal Allah swt. beserta sifat-sifat-Nya. Jika ditanyakan, “Apakah makrifat Dzat dan sifat itu?” Maka jawabannya, “Makrifat Dzat, jika seseorang mengetahui bahwa Allah itu Wujud, Esa, Sendiri, Dzat, Sesuatu Yang Agung, berdiri sendiri, dan tak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya. Sedangkan makrifat sifat-sifat yaitu bila engkau mengetahui Allah swt. ita Hidup, Maha Mengetahui, Mahakuasa, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan sifat-sifat lainnya.” Apabila ditanyakan, "Apakah rahasia makrifat itu?” Jawabannya, “Rahasia dan ruh makrifat adalah tauhid. Caranya, engkau menyucikan Hidup, Ilmu, Qudrat, Iradah, Pendengar, Penglihatan, dan Kalam-Nya dari keserupaan dengan sifat-sifat makhluk; tak ada sesuatu pun yang seru: pa dengan-Nya.” Ketika ditanyakan, “Apakah tanda makrifat itu?” Jawabnya, “Hidupnya hati bersama Allah karena Dia telah mewahyukan kepada Daud as., ‘Tahukah engkau apakah makrifat kepada-Ku itu? Nabi Daud menjawab, “Tidak? Maka Allah menjelaskan, “Hidupnya hati dalam menyaksikan Aku.” Apabila ditanyakan, “Lantas, pada maqam: apakah bisa terjadi makrifat hakiki?” Maka jawabannya, “Pada magam rulyah dan musyahadah dengan sirri hati. Ta tiada lain st OC) & https:/books.google.co.id/boo —] @ tame <> em ovo ramon i “SS pa Sporn Iw a. Ghazal menyaksikan makrifat (pengenalan) karena makrifat haki ix itu berada pada kedalaman kehendak. Kemudian, Allah menghilangkan beberapa hijab dan menunjukkan kepada mereka cahaya Dzat dan sifat-sifat- Nya dari balik hijab tersebut agar mereka mengenal-Nya. ‘Tetapi, Dia tidak melenyapkan seluruh hijab supaya orang- orang yang menyaksikan-Nya itu tidak terbakar. Dengan ungkapan altwal, seorang sufi berkata, Oh... andai Aku tampak tanpa hijab tentulah Aku melelehkan seluruh makhluk tapi hijab icu lembut maknanya dengan hijab iri hiduplah hati para pecinta ‘Ada yang mengatakan, “Matahari hati seorang makrifat itu lebih terang dan lebih cerah daripada matahari siang, Karena matahari siang itu terkadang mengalami gerhana, sedangkan matahari hati tak pernah mengalami gerhana; matahari siang tenggelam pada petang hari, sementara matahari hati tidak pernah tenggelam.” Berkaitan dengan hal ini, meveka melantunkan syair berikut, Sungguh, matahari siang tenggelam pada malam hari tapi matahari hati tak pernah tenggelam; siapa mencintai kekasih ia terbang kepadanya Karena rindu bertemu kekasihnya Dzun Nun berkata, “Hakikat makrifat yaitu melihat Allah dalam asrar, dikarenakan datangnya cahaya-cahaya yang halus.” Karena itu, mereka melantunkan, mete £0 hit “apenas nals at utente Rayuthat ath-Thalibine: Tamatn Kebwenaran Para ahli makrifat memiliki hati yang bisa mengetahui cahaya Allah dengam sirru sirri dalam hijab tuli dari makhluk, dan uta dari pandangon mereka bisu mengucapkan pengakuan dust Sebagian orang bertanya, “Kapankah hamba mengeta- hui dirinya telah mencapai makrifat?” Ia menjawab, “Jika ‘ di dalam hatinya sudah tak ada lagi ruang untuk selain Tuhannya." Seorang ulama sufi berkata, “Hakikat makrifat adalah mengetahui Allah tanpa perantara, tanpa gambaran, dan tanpa kekaburan,” Hal ini scbagaimana ketika ‘Ali bin Abi Thalib ditanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau menyembah Dat yang engkau lihat atau tak kaulihat?” Ali menjawab, Tidak, namun aku menyembah Dzat yang aku lihat tapi ti- dak dengan penglihatan mata, melainkan penglihatan hati.” Demikian pula saat Ja'far ash-Shadiq ditanya, “Apakah engkau telah melihat Allah?” la menjawab, “Aku tidaklah menyembah Tuhan yang tak kulihat.” Kemudian ia di tanya, “Bagaimana kaubisa melihat-Nya, sementara Dia adalah Dzat yang tak bisa ditangkap mata?” la berkata, “Penglihatan mata tak bisa melihat-Nya, tapi hati melihat- Nya dengan kesungguhan iman. Dia tak bisa diketahui dengan indra dan tak bisa diukur oleh manusia.” Seorang bijak ditanya tentang hakikat makrifat, ia pun menjawab, “Pengosongan sirri dari segala kehendak; me- ninggalkan kebiasaan; ketenangan hati di sisi Allah tanpa ikatan; dan tidak berpaling dari Allah kepada selain-Nya Tidak mungkin mengetahui hakikat Deat Allah maupun hakikat sifat-sifat-Nya, dan tak ada yang mengetahui 36 atv gurgurnatmeneajat i — schema Eecnunys— Lia! rs atamanse = <> o “wapseneiuan [ Imm al. Ghazal siapa Dia kecuali Dia sendiri. Dan, keagungan hanya milik Allah semata.” Bashirah, Mukesyafah, Musyatadah, dan Mu'ayenah Pada dasarnya, empat kata ini sinonim dan memiliki arti sama. Namun, terdapat perbedaan pada kesempurnaan penampakannya, bukan pada asalnya. Kedudukan bashirah terhadap akal seperti kedudukan sinar mata bagi mata. Kedudukan makrifat terhadap bashirah layaknya kedu- dukan bola matahari bagi sinar mata, yang menjadikannya bisa mengetahuihal-hal yang tampak maupun tersembunyi. Sedangkan hidup adalah taubid itu sendiri, seperti firman Allah swt., “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian ia Kami hidupkan.” (QS. al-An'am [6]: 122) Adapun yagin adalah manakala keyakinan dan ilmu telah menguasai hati serta tak ada lagi sesuatu yang berla- wanan, hingga keduanya melahirkan makrifat dalam hati Inilah yang disebut dengan yaqin. Karena hakikatnya yaitu jernihnya ilmu yang diusahakan (muktasab), hingga menja- dilayaknya ilmu primer (dharuri), Lalu hati menyaksikan segala hal yang disampaikan syariat, baik urusan dunia maupun akhirat, sebagaimana ungkapan, “Air itu meyakinkan (aiqana al-ma’)”jika bersih dari kekeruhan. Selanjutnya, ilham berarti tercapainya makrifat tanpa disertai sebab maupun usaha, melainkan melalui ilham dari Allah karena sucinya hati dari menganggap baik segala hal yang berada di dua alam (Kaunain), Sedangkan firasat (fara- sah) yaitu memahami pertanda atau sinyal yang datang dari Allah yang menjadi penghubung antara Dia dan hamba. Dia mempergunakannya untuk menunjukkan hukum- hukum batin. Hal ini tak bisa terjadi, kecuali dalam tingkat oat cu 9 ura menea nin = scien Read at ih: Thalibie Taman Keberarant perkiraan yang lebih rendah daripada ilham. Karena ilham tidak memerlukan pertanda, sedangkan firasat membutuh- kan pertanda, Begitu pula dengan ilham, ada yang umum dan yang khusus, Dan Allah swt, Mahatahu 58 Sear Vale MO loye2:) 0 a https://books.google.co.id, & 0 a http s://books.google.co.id/b: 2 °o QS YER $e) [ee | rerttantecicieae > | robaceeenni atamanea > <> we oat you 9uraatmenea atin - scien Be “Allah memiliki dua pasukan tentara; satu tentara bisa dilihat dengan mata, dan satu lagi hanya bisa dilihat dengan mata hati. Hati berlaku sebagai raja, sedangkan tentara-tentara tersebut berlaku sebagai pelayan dan pendukung” EERE fo Nouv S urement Ecc eu KeYrAHUILAH, EMPAT NAMA ini Saling berhubunigan (musy- tarak) dalam beberapa hal yang berbeda-beda. Dalam ke- sempatan ini kita akan menjelaskan makna masing-masing sejatih berkaitan dengan tema yang dimaksud. Pertama, kata al-qalb digunakan dalam dua pengertian: (1) daging melingkar yang diletakkan di sisi kiri dada, Di dalamnya terdapat lubang berisi darah hitam. Daging ini merupakan sumber dan tambang bagi ruh kehidupan; (2) kelembutan (lathifah) rabbani-ruhaniah yang memiliki hati jasmani yang bergantung kepadanya, seperti bergantung- nya aksiden pada materi dan sifat pada sesuatu yang disifa- ti, Kelembutan ini menjadi hakikat manusia yang mampu memahami, mengetahui, disapa, dituntut, diberi pahala, serta diberi hukuman. Kedua, ruh dalam konteks ini juga memiliki memiliki dua arti: (1) materi halus berwap yang dibawa oleh darah hitam. Bersumber dari lubang hati jasmani dan menyebar melalui otot-otot yang menancap ke scluruh bagian tubuh Aliran kelembutan ini bersemayam di dalam tubuh beserta pancaran cahaya kehidupan, rasa, penglihatan, pendengar an, dan penciuman ke anggota-anggotanya layaknya pan- caran cahaya lampu ke sudut-sudut rumah. Jadi, perumpamaan kehidupan seperti cahaya yang terpancar di tembok, dan rub ini laksana pelita. Aliran 6 C1) & https:/books.google.co.id/ooo EZ] @ a 20. Weidimieeiiae | (ene pears Pas ee aol euro uremeneanividlt —Setcunms Benutne Lazu “apace [ Radha uth Talib Tamar Keberaran dan gerak ruh dalam batin ibarat gerak pelita di sisi-sisi rumah akibat gerakan ponggetaknya. Karena itu, ketika para dokter menyebut kata ruh maka yang mereka maksud adalah makna ini; uap halus yang dimasak oleh subu hati; (2) kelembutan (lathifah) yang mengetahui dan memahami yang dimiliki oleh manusia Inilah salah satu dari dua nama al-galb, seperti yang dimaksud dalam firman Allah swt., “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, Ruh itu termasuk urusan ‘ Tuhan-ku.” (QS. al-Isra’ [17]: 85) Dengan ungkapan lain, rub adalah urusan rabbani yang menakjubkan, Dan kebanyakan akal dan pemahaman tak mampu mencapai hakikatnya. Ketiga, nafsu. Perihal ini juga mengandung dua arti: Arti pertama, yang merangkum dua potensi; marah dan syahwat pada manusia. Penggunaan inilah yang populer di kalangan sufi, yaitu nafsu asal yang mencakup sifat-sifat manusia yang tercela. Mereka mengatakan, “Adalah keha- rusan untuk meujahadat nafs dan menghancurkan syahwat- nya.” Hal ini juga disinggung dalam sabda Rasulullah saw., “Musuhmu yang paling keras adalah nafsume: yang berada i antara kedua lambungmu.” Arti kedua, kelembutan, yang berarti hakikat, jiwa, dan diri manusia. Tetapi digambarkan dengan bermacam- macam sifat menurut perbedaan ahwal-nya. Jika ia tenang di bawah perintah dan terhindar dari kekacauan karena melawan kehendak syahwat, ia disebut jiwa yang tenang (an-nafs al-muthma’innah). Allah swt. berfirman, “Wahai oat cui aureutmencanintidid cote perbuine Un tame <> o “wapsenenvan [ Imam a-ha jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tukanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (QS. al-Fajr [89]: 27-28) Nafsu dalam pengertian pertama tak bisa dibayangkan akan kembali kepada Allah karenaia dijauhkan dari-Nya se- kaligus menjadi pasukan setan, Jika ketenangannya belum sempurna, tetapi melawan nafsu syahwat, ia disebut de- ngan nafsu lawwamah. Namun bila tidak menolak syahwat, lalu tunduk kepada tuntutan syahwat dan ajakan-ajakan setan, maka ia disebut dengan nafsu ammarah bi as-su “TAK MUNGKIN SEORANG HAMBA BISA SAMPAI KEPADA ALLAH SELAMA IA TIDAK MENGHUN| TUBUH DAN MELAMPAUI DUNIA UNTUK MENJADIKANNYA BEKAL, MENUJU PERSINGGAHAN TERTINGGI.” Keempat, akal. Dalam konteks ini mengandung dua pengertian: 1) Akal yang digunakan dan ditujukan sebagai ilmu tentang hakikat-hakikat persoalan. Maka ia berarti sifat ilmu yang bertempat di dalam khazanah hati; 2) ter- kadang digunakan dan dimaksudkan untuk mengetahui imu. Jadi, ia adalah hati; kelembutan yang menjadi hakikat manusia. Karena itu, ketika kata al-qalb disebutkan dalam al Quran dan Sunnah, hal tersebut berarti sesuatu yang dapat memahamkan manusia dan mengetahui hakikat segala sesuatu Tidak jarang pula disematkan ungkapan samar (kina- yah) dengan sebutan “Hati jasmaniah” yang ada di dalam dada. Sebab, ia memiliki hubungan khusus antara bagian ini dengan kelembutan yang menjadi hakikat manusia, 6 C1} & hittps:/books.google.co.id/ooo EZ] @ Saree a fon LouiSurscmenesie Scum tine Una Segara Rahat ath-Thalibie: Taman Kebenaran sekaligus karena memiliki kaitan dengan seluruh tubuh dan berada di titik tengah. Dengan demikian, ia yang menguasai dan mengenda likan badan, serta menjadi titik pertama untuk mengurus dan mengatur badan. Dan hati jasmaniah dan dada bagi manusia layaknya Kursi ‘Arsy bagi Allah swt. ‘Renfara Hatt Pahamilah, dalam hati, rub, dan alam-alam lainnya, Allah memiliki tentara-tentara yang dikerahkan. Tak ada yang mengetahui hakikat dan rincian jumlah mereka selain Allah swt. Sekarang, kita akan menyebutkan beberapa tentara hati yang berkaitan dengan tema ini. Ketahuilah, Allah memiliki dua pasukan tentara; satu tentara bisa dilihat dengan mata, dan satu lagi hanya bisa dilihat dengan mata hati, Hati berlaku sebagai raja, se- dangkan tentara-tentara tersebut berlaku sebagai pelayan dan pendukung, Adapun tentara-tentara Allah yang bisa disaksilean dengan mata adalah tangan, kaki, telinga, mata, dan lisan. Atau secara sederhana, tentara hati bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: Kelompok pertama, pemantik yang mendorong untuk mendatangkan sesuatu yang sejalan dan bermanfaat, seper ti ketenaran. Dan kadangkala mendorong untuk menolak hal yang berseberangan dan berbahaya, seperti kemahiran. Pendorong ini disebut dengan kehendak (iradah). Kelompok kedua, penggerak anggota-anggota tubuh untuk mencapai berbagai tujuan. Hal ini disebut dengan kekuasaan (qudrah) sekaligus merupakan tentara yang ter- sebar di seluruh tubuh. 64 1) & https://books.google.co.id/bo« Et) timers << on Naud urement ld Eons xuinaunat emis wes Ira a Ghazal Kelompok ketiga, yang mengetahui dan memberitahu benda-benda layaknya mata-mata, seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa, dan peraba, Mereka terse: bar pada anggota-anggota lahir yang tersusun dari daging, leak, syaraf, darah, dan tulang, yang dipersiapkan sebagai sarana bagi tentara-tentara tersebut. Pekerjaan tentara kelompok ini disebut ilmu dan kesa- daran (idrak). Selain itu, kelompok ketiga ini juga merupa- kan tentara yang mengetahui. Tentara ini terbagi menjadi dua golongan: satu golongan menempati anggota-anggota lahir, seperti panca indra; pendengaran, penglihatan, pen iuman, perasa, dan peraba. Dan satu golongan lagi meng huni rumah-rumah batin, semisal rongga-rongga otak yang lima; indra musytarak (yang berkaitan), imajinasi, pemikir an, ingatan, dan memori. Potensi pertama, indra musytarak, yaitu indra yang menjadi tempat gambaran segala hal yang dihantarkan oleh indra lahir, sebagaimana gambar yang dilukis dalam cermin. Tempat kerjanya ada di bagian depan perut otak pertama Potensi kedua, imajinasi. Sebuah tempat penyimpanan indra musytarak yang berfungsi menampung hal-hal yang terlukis pada otak untuk disimpan sampai saat diperlukan, Karena hati hanya memiliki energi penerima dan tidak mempunyai energi penyimpan. Sementara imaji memiliki energi penyimpan dan tidak mempunyai energi penerima, ‘Tempat beroperasinya di bagian belakang perut otak. Potensi ketiga, ilusi. Tempat beroperasinya di bagi an depan perut otak belakang. Karena kerja ilusi adalah konsep-konsep partikular yang bermacam-macam dari berbagai gambaran yang tersimpan dalam imajinasi. Jadi, jaraknya jauh sebab ia terpengaruh oleh imajinasi 6

Anda mungkin juga menyukai