BAB I
PENDAHULUAN
Jika ada gangguan yang terjadi gangguan sistem saraf yang mengendalikan konstriksi
dari pembuluh-pembuluh darah, maka akan terjadi syok neurogenik. Hal ini merupakan
kondisi yang mengancam jiwa yang biasanya terjadi setelah suatu jejas pada sumsum
tulang belakang dan penanganan medis segera diperlukan untuk mencegah kematian.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaturan sirkulasi oleh saraf
2. Untuk mengetahui pengaturan tekanan arteri oleh saraf
3. Untuk mengetahui syok neurogenik
4. Untuk mengetahui intervensi keperawatan yang benar pada kasus syok neurogenik
1.3. Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui pengaturan sirkulasi oleh saraf
2. Agar mahasiswa mengetahui pengaturan tekanan arteri oleh saraf
3. Agar mahasiswa mengetahui syok neurogenik
2
4. Agar mahasiswa mengetahui intervensi keperawatan yang benar pada kasus syok
neurogenik
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Melalui saraf simpatik spesifik yang terutama mempersarafi pembuluh darah organ
visera interna dan jantung
2. Hampir segera memasuki saraf spinalis perifer yang mempersarafi pembuluh darah
perifer.
2.2. Pengaturan Irama Jantung dan Konduksi Impuls oleh Saraf Jantung : Saraf
Simpatis dan Parasimpatis
Saraf simpatis pada jantung tersebar pada nodus SA dan nodus AV, sebagian kecil
lagi tersebar otot kedua atrium dan sangat sedikit yang langsung ke otot ventrikel.
Sebaliknya, saraf parasimpatis tersebar di semua bagian jantung, dengan pengaruh yang
kuat terlihat pada otot ventrikel demikian juga dengan semua bagian lain.
Efektivitas pompa jantung juga dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis
(vagus), yang sangat banyak menyuplai jantung. Untuk sejumlah nilai masukan tekanan
atrium, jumlah darah yang dipompa setiap menitnya (curah jantung) seiring dapat
ditingkatkan sampai lebih dari 100 persen melalui perangsangan simpatis. Sebaliknya
curah jantung juga dapat diturunkan sampai serendah nol atau hampir nol melalui
perangsangan vagus (parasimpatis).
4
Perangsangan simpatis yang kuat dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung pada
manusia dewasa muda dari frekuensi normal sebesar 70 kali denyut per menit menjadi
180 sampai 200 dan 250 kali denyut per menit (walapun jarang terjadi). Selain itu,
perangsangan simpatis juga meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung sampai dua
kali normal sehingga akan meningkatkan volume darah yang dipompa dan meningkatkan
tekanan ejeksi. Jadi, perangsangan simpatis sering dapat meningkatkan curah jantung
maksimum sebanyak dua sampai tiga kali lipat.
Perangsangan serabut saraf parasimpatis di dalam saraf vagus yang kuat pada
jantung dapat menghentikan denyut jantung selama beberapa detik, tetapi biasanya
jantung akan mengatasinya dan berdenyut dengan kecepatan 20 sampai 40 kali per menit
selama perangsang parasimpatis terus berlanjut. Selain itu, perangsangan vagus yang
kuat dapat menurunkan kekuatan kontraksi otot jantung sebesar 20 sampai 30 persen.
Meskipun sistem saraf parasimpatis sangat penting bagi banyak fungsi otonom
lainnya, seperti untuk mengendalikan berbagai aktivitas gastrointestinal, tetapi hanya
berperan kecil dalam pengaturan sirkulasi. Pengruhnya pada sirkulasi yang paling
penting adalah pengaturan frekuensi jantung melalui serabut-serabut saraf parasimpatis
yang menuju jantung melaui saraf vagus. Pada dasarnya, rangsangan parasimpatis
menyebabkan penurunan frekuensi jantung yang nyata dan sedikit penurunan
kontraktilitas otot jantung.
2.6. Peran Sistem Saraf dalam Pengaturan Tekanan Arteri yang Cepat
Dalam pengaturan tekanan aretri yang cepat, seluruh fungsi vasokonstriktor dan
kardioakselerator sistem saraf simpatis dirangsang bersamaan. Pada saat yang sama,
terjadi inhibis respirokal dari sinyal penghambat vagal parasimpatis ke jantung.
Akibatnya, timbul tiga perubahan utama secara serentak, yang masing-masing membantu
meningkatkan tekanan arteri. Ketiga perubahan tersebut antara lain:
1. Hampir seluruh arteirol dalam sirkulasi sistemik akan berkontraksi. Hal ini akan
sangat meningkatkan tahanan perifer total, dan dengna demikian meningkatkan
tekanan arteri.
2. Pembuluh besar lain dalam sirkulasi, terutama vena akan berkontraksi dengan kuat.
Keadaan ini akan menggantikan darah yang keluar dari pembuluh darah besar di
perifer ke arah jantung, sehingga meningkatkan volume darah dalam ruang jantung.
Peregangan jantung kemudian menyebabkan jantung berdenyut dengan kekuatan
yang lebih besar sehingga memompa darah dalam jumlah yang lebih besar pula. hal
ini juga akan meningkatkan tekanan arteri.
3. Akhirnya, jantung secara langsung dirangsang oleh sistem saraf otonom, yang
selanjutnya memperkuat pompa jantung. Keadaan ini banyak disebabkan oleh
6
Ciri khas yang paling penting dari pengaturan tekana arteri oleh saraf adalah
kecepatannya dalam memberi respons, yang dimulai dalam waktu beberapa detik dan
seringkali menimbulkan peningkatan tekanan hingga dua kali normal dalam waktu 5
sampai 10 detik. Sebaliknya, penghambatan yang berlangsung tiba-tiba pada
perangsangan kardiovaskular oleh saraf dapat menurunkan tekana arteri sampai serendah
separuh nilai normal dalam waktu 10 sampai 40 detik. Oleh karena itu, pengaturan
tekanan arteri oleh saraf sejauh ini merupakan yang paling cepat dari seluruh mekenisme
untuk mengatur tekanan.
2.7. Sistem Vasokonstriktor Simpatis dan Pengaturannya oleh Sistem Saraf Pusat
Saraf simpatis membawa serabut saraf vasokonstriktor dalam jumlah yang banyak
sekali dan hanya sedikit serabut vasodilator. Serabut vasokonstriktor pada dasarnya
didistribusikan ke seluruh segmen sirkulasi. Distribusi ini lebih besar di sebagian
jaringan daripada jaringan lainnya. Efek vasokonstriktor simpatis ini terutama sangat
kuat di ginjal, usus, limpa, dan kulit tetapi kurang kuat di otot rangka dan otak.
1. Daerah vasokonstriktor
Daerah ini terletak bilateral di bagian anterolateral medulla bagian atas.
Neuron yang berasal dari daerah ini mendistribusikan serabut-serabutnya ke
7
Impuls simpatis dikirim ke medulla adrenal pada waktu yang bersamaan dengan
dikirimkannya impuls ke pembuluh darah. Impuls ini menyebabkan medulla
menyekresikan epineprin dan norepineprin ke dalam sirkulasi darah. Kedua hormone
ini dibawa ke aliran darah ke semua bagian tubuh, keduanya bekerja secara langsung
pada seluruh pembuluh darah dan biasanya menyebabkan vasokonstriksi, tetapi pada
jaringan tertentu epineprin menyebabkan vaodilatasi karena epineprin juga
mempunyai efek perangsangan reseptor adrenergic beta yang menyebabkan pembuluh
darah tertentu berdilatasi ketimbang konstriksi.
Sebagian besar pengaturan tekanan darah oleh saraf dicapai melalui refleks yang
berasal dari baroreseptor, kemoreseptor, dan reseptor tekanan rendah, yang semuanya
terletak di sirkulasi perifer di luar otak. Bila aliran darah yang menuju ke pusat
vasomotor dalam batang otak bagian bawah sangat berkurang sehingga menyebabkan
defisiensi nutrisi, yang menyebabkan iskemia serebral, neuron-neuron vasokonstriktor
dan akselerator di pusat vasomotor akan berespons secara langsung terhadap keadaan
iskemia dan menjadi sangat terangsang. Bila keadaan ini terjadi, tekanan arteri iskemia
seringkali meningkat sampai suatu nilai yang masih dapat dipompa oleh jantung. Efek ini
dianggap disebabkan oleh kegagalan darah yang mengalir lambat untuk membuang
karbon dioksida dari pusat vasomotor batang otak. Pada saat darah yang mengalir ke
pusat vasomotor hanya sedikit, konsentrasi karbon dioksida setempat meningkat secara
banyak dan mempunyai efek yang sangat kuat untuk merangsnag area pengatur saraf
vasomotor simpatis di medulla otak. Mungkin saja bahwa faktor lain seperti
9
pembentukan asam laktat dan substansi asam lainnya di pusat vasomotor juga
memperkuat perangsangan dan meningkatkan tekanan aretri. Peningkatan tekana arteri
sebagai respon terhadap iskemia cerebral dikenal sebagai respon iskemia sistem saraf
pusat atau respon SSP.
Meskipun respon iskemik SSP sangat kuat, hal ini tidak arti nyata sampai tekanan
arteri turun jauh di bawah normal, yakni turun sampai 60 mm Hg dan lebih rendah lagi,
danmencapai derajat perangsangan tertinggi pada tekanan 15 sampai 20 mm Hg. Oleh
karena itu, mekanisme ini bukanlah mechanism normal untuk oengukuran tekana arteri.
Sebaliknya, mekanisme ini terutama bekerja sebagai sistem pengatur tekanan arteri
dalam keadaan darurat yang bekerja dengan cepat dan sangat kuat untuk mencegah
penurunan tekanan arteri lebih lanjut bila aliran darah ke otak menurun sekali hingga
mendekati tingkat yang mematikan.
2.9. Peran Saraf Rangka dan Otot dalam Peningkatan Curah Jantung dan Tekanan
Arteri
a. Refleks kompresi abdomen
Bila refleks baroreseptor atau kemoreseptor terangsang, sinyal-sinyal saraf
juga dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju otot-otot rangka tubuh,
terutama oto-otot abdomen. Keadaan ini akan menekan seluruh tempat penyimpanan
vena di abdomen, membantu memindahkan darah keluar dari tempat penyimpanan
vascular di abdomen menuju jantung. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah darah
yang tersedia bagi jantung untuk dipompa. Efek yang terjadi pada sirkulasi sama
dengan efek yang disebabkan oleh impuls vasokonstriktor simpatis ketika impuls
tersebut menyebabkan konstriksi vena.
b. Peningkatan curah jantung dan tekanan arteri akibat konstriksi otor rangka selama
latihan fisik
Sewaktu oto-otot rangka berkontraksi selama latihan fisik, otot-oto tersebut
menekan seluruh pembuluh darah di tubuh. Bahkan persiapan untuk latihan fisik saja
sudah mengencangkan otot-otot, sehingga terjadi kompresi pembuluh darah dalam
otot dan abdomen. Akibatnya terjdai pemindahan darah dari pembuluh perifer ke
jantung dan paru, dengan demikian, akan meningkatkan curah jantung. Keadaan ini
merupakan efek yang penting dalam membantu meningkatkan curah jantung sebesar
5-7 kali lipat yang terkadang terjadi selama latihan fisik berat. Selanjutnya, kenaikan
curah jantung juga oenting untuk meningkatkan tekanan arteri semala latihan fisik.
10
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh dan
compliance atau daya regang dinding pembuluh darah yang bersangkutan. Tekanan
maksimum yang ditimbulkan diarteri sewaktu darah disemprotkan masuk ke dalam arteri
selama sistol (tekana sistolik) rata-rata adalah 120mmHg. Tekanan minimum didalam
arteri sewaktu darah mengalir ke luar ke pembuluh dihilir selama diastol (tekanan
diastolik) rata-rata adalah 80mmHg. Sedangakan tekanan pada nadi adalah perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik (Sherwood, 2006).
Pengaturan tekanan arteri jangka pendek dilakukan oleh sistem saraf simpatis,
terutama melalui efek sistem saraf pada kapasitansi dan tahanan vaskular perifer total
dan kemampuan memompa jantung. Sedangkan pengaturan untuk jangka panjang
bekaitan dengan homeostasis volume cairan tubuh, yang ditentukan oleh keseimbangan
antara asupan dan keluaran cairan. Bila tubuh mengandung banyak cairan ekstrasel,
volume darah dan tekanan arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan ini kemudian
mempengaruhi ginjal untuk mengeksresikan kelebihan cairan ekstrasel, sehingg
pengembalian tekanan kembali normal (Guyton dan Hall, 2006).
a. Refleks Baroreseptor
Setiap perubahan pada tekanan darah rata-rata akan mencetuskan refleks
baroreseptor yang diperantarai secara otonom. Sistem baroreseptor bekerja sangat
cepat untuk mengkompensasi perubahan tekanan darah. Baroreseptor yang
penting dalam tubuh manusia terdapat di sinus karotis dan arkus aorta.
11
Selain refleks dan respon tersebut, pengaturan tekanan darah intermitten dan
jangka panjang juga dipengaruhi secara vasoaktif, meliputi:
Dalam kondisi normal, sistem saraf otonom mempertahankan body’s vascular tone
pada tahap yang baik untuk menjaga tekanan darah dan aliran darah yang dibutuhkan
untuk menjaga agar perfusi jaringan tetap adequate dan pemenuhan kebutuhan oksigen
terpenuhi.
Akan tetapi pada kondisi syok neurogenik, penurunan atau kehilangan sistem saraf
simpatetik mengakibatkan sistem saraf parasimpatik mendominasi sehingga hal ini
menyebabkan terjadinya vasodilatasi peripheral dan bradikardi. Bradikardi menurunkan
terjadinya cardiac output, sedangkan vasodilatasi menyebabkan blood redistribution
yang akan mengarah pada hypovolemia, yang kemudian menghasilkan hipotensi dan
end-capillary hypoxemia. Hal terparah yang akan terjadi akibat hal ini adalah shunting
of oxygen rich blood away dari jaringan di sekitar lokasi cedera primer, yang paling
berisiko mengalami cedera sekunder. Berikut adalah diagram patofisiologi terjadinya
syok neurogenik :
15
A. Etiologi
2) Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada
fraktur tulang.
B. Patofisiologi
Pada keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran vaskuler dengan akibat
sekunder terjadi berkurangnya cairan dalam sirkulasi. Syok neurogenik mengacu
pada hilangnya tonus simpatik (cedera spinal). Gambaran klasik pada syok
neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi atau vasokonstriksi kulit.
C. Manifestasi Klinis
17
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih
lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa
quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien
menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan
darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat
berwarna kemerahan.
D. Penatalaksanaan
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan
sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang
berkumpul ditempat tersebut.
1) Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).
4) Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
seperti ruptur lien). Obat-obatan tersebut seperti:
18
Agama : Islam
Alamat : Mulyorejo Barat
2. Riwayat kesehatan
Belum pernah mengalami syok neurogenik sebelumnya
3. Gejala Utama
Denyut nadi mengalami takikardi karena mengalami penggumpalan darah dalam
arterior, kapiler dan vena, maka suhu tubuh menjadi lebih hangat dan cepat berwarna
kemerahan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tidak memiliki riwayat penyakit jantung, belum pernah mengalami trauma, tidak
mengalami infeksi.
B. Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan (serebral, kardiopulmonal, perifer) berhubungan dengan
menurunnya aliran darah karena vasokontriksi, trauma jaringan/tulang.
Tujuan: gangguan perfusi jaringan dapat diatasi
Kriteria hasil:
a. Akral hangat
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Capilary fill time < 2
d. Urin output 1 ml/kgBB/jam
Intervensi dan Rasional:
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload, afterload dan
kontraktilitas miokard)
Tujuan: penurunan curah jantung dapat diatasi
Kriteria hasil:
a. Pasien mencapai stabilitas hemodinamik. Frekuensi nadi tidak kurang dari 80
kali/menit, dan tidak lebih dari 100x/menit. Tekanan darah tidak kurang dari
120/70 mmHg, dan tidak lebih dari 120/80 mmHg.
b. Pasien tidak menunjukan aritmia.
c. Kulit tetap hangat dan kering.
d. Pasien tidak menunjukan adanya edema pada kaki.
e. Pasien mencapai aktivitas dengan denyut jantung dalam batas normal.
f. Penurunan beban kerja jantung
Intervensi dan Rasional:
1. Memantau dan mencatat tingkat kesadaran ,denyut dan irama jantung, dan
tekanan darah sekurang-kurangnya setiap 4 jam atau lebih sering bila
diperlukan.
Rasional: Untuk mendeteksi hipoksia serebral akibat penurunan curah jantung
2. Melakukan auskultasi bunyi jantung dan suara napas minimal setiap 4 jam.
Laporkan suara napas yang tidak normal sesegera mungkin.
Rasional: Bunyi jantung tambahan dapat mengindikasikan dekompensasi
jantung awal ; suara napas tambahan dapat mengindikasikan kongesti pulmonal
dan penurunan curah jantung.
3. Atasi aritmia secara tepat sesuai instruksi.
Rasional: untuk mencegah krisis yang mengancam hidup.
21
BAB III
KESIMPULAN
Sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Serabut-serabut saraf vasomotor simpatis meninggalkan medulla spinalis melalui semua
saraf spinal toraks dan melalui satu atau dua saraf spinal lumbal pertama. Serabut-serabut
ini segera masuk ke dalam rantai simpatis yang berada di tiap sisi korpus vertebrata.
Kemudian serabut ini menuju sirkulasi melalui dua jalan :
Sebagian besar pengaturan tekanan darah oleh saraf dicapai melalui refleks yang
berasal dari baroreseptor, kemoreseptor, dan reseptor tekanan rendah, yang semuanya
terletak di sirkulasi perifer di luar otak. Bila aliran darah yang menuju ke pusat
vasomotor dalam batang otak bagian bawah sangat berkurang sehingga menyebabkan
defisiensi nutrisi, yang menyebabkan iskemia serebral, neuron-neuron vasokonstriktor
dan akselerator di pusat vasomotor akan berespons secara langsung terhadap keadaan
iskemia dan menjadi sangat terangsang. Bila keadaan ini terjadi, tekanan arteri iskemia
seringkali meningkat sampai suatu nilai yang masih dapat dipompa oleh jantung. Efek ini
dianggap disebabkan oleh kegagalan darah yang mengalir lambat untuk membuang
karbon dioksida dari pusat vasomotor batang otak.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Lewis dkk. 2011. Medical-Surgical Nursing. America: Elsevier Mosby
Karen dkk. 2009. Trauma Nursing Fourth EditionI. America: Saunders Elsevier
https://id.wikipedia.org/wiki/Saraf_parasimpatis
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38691/4/Chapter%20II.pdf
http://www.hetfkunand.org/uploads/1/2/5/7/12573182/mengenal_syok_het-2.pdf
http://www.americannursetoday.com/assets/0/434/436/440/4172/4174/4208/4210/256f41df-
38e7-4bb1-9771-a4c73f49102a.pdf
http://benthamopen.com/contents/pdf/TOPEDJ/TOPEDJ-7-16.pdf