imajinasi, sehingga siswa dapat hal perubahan yang tidak dapat di-
membangun konsep dan mendapat amati dengan indera mata, seperti pe-
pengalaman secara langsung.. rubahan struktur atau proses di ting-
Level submikroskopis maupun kat submikroskopis atau molekul
suatu hal yang nyata sama seperti le- imajiner hanya bisa dilakukan mela-
vel makroskopis. Kedua level ter- lui pemodelan (Tasker dan Dalton,
sebut hanya dibedakan oleh skala 2006).
ukuran. Pada kenyataannya level Keberhasilan pembelajaran ki-
submikroskopis sangat sulit diamati mia meliputi konstruksi asosiasi
karena ukurannya yang sangat kecil, mental diantara dimensi makrosko-
sehingga sulit diterima bahwa level pis, mikroskopis, dan simbolis dari
ini merupakan suatu yang nyata. representasi fenomena kimia dengan
Johnstone dalam Meirina (2013). menggunakan modus representasi
Representasi dikategorikan ke yang berbeda (Chang dan Gilbert,
dalam dua kelompok, yaitu represen- 2009).
tasi internal dan eksternal. Repre- Model pembelajaran SiMaYang
sentasi internal diartikan sebagai merupakan model pembelajaran
konfigurasi kognitif individu yang sains berbasis multipel representasi
diduga berasal dari perilaku yang yang dikembangkan dengan mema-
menggambarkan beberapa aspek dari sukkan faktor interaksi (tujuh konsep
proses fisik dan pemecahan masalah, dasar) yang mempengaruhi kemam-
sedangkan representasi eksternal da- puan pembelajar untuk mempresen-
pat digambarkan sebagai situasi fisik tasikan fenomena sains ke dalam ke-
yang terstruktur yang dapat dilihat rangka model IF-SO (Sunyono,
sebagai mewujudkan ide-ide fisik 2012). Tujuh konsep dasar pembe-
(Haveleun dan Zou, 2001). lajar tersebut adalah kemampuan
Menurut pandangan contruc- penalaran pembelajar (Reasoning;
tivist, representasi internal ada di da- R), pengetahuan konseptual pembe-
lam kepala siswa dan representasi lajar (conceptual; C); dan keterampi-
eksternal disituasikan oleh lingkung- lan memilih mode representasi pem-
an siswa (Meltzer, 2005) belajar (representation modes; M)
Banyak representasi dapat me- (Shonborn dan Anderson, 2006).
mainkan tiga peranan utama. Per- Pembelajaran yang menekankan
tama, mereka dapat saling meleng- pada proses imajinasi dapat mem-
kapi; kedua, suatu representasi yang bangkitkan kemampuan representasi
lazim dapat menjelaskan tafsiran ten- pembelajar, sehingga dapat mening-
tang suatu representasi yang lebih ti- katkan kemampuan kreativitas pem-
dak lazim; dan ketiga, suatu kombi- belajar. Kekuatan imajinasi akan
nasi representasi dapat bekerja bersa- membangkitkan gairah untuk me-
ma membantu siswa menyusun suatu ningkatkan keterampilan dan penge-
pemahaman yang lebih dalam ten- tahuan konseptual pembelajar (Haruo
tang suatu topik yang dipelajari et al., 2009).
(Ainsworth, 2008). Model pembelajaran SiMaYang
Kimia melibatkan proses-proses memiliki sintak dengan 4 fase pem-
perubahan yang dapat diamati dalam belajaran (Sunyono,2012). Keempat
hal (misalnya perubahan warna, bau, fase dalam model pembelajaran ter-
gelembung) pada dimensi makrosko- sebut memiliki ciri dengan akhiran
pis atau laboratorium, namun dalam “si” sebanyak lima “si”. Fase-fase
238| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 236-247
tersebut tidak selalu berurutan ber- Magnitude suatu tingkat ketika se-
gantung pada konsep yang dipelajari seorang meyakini usaha atau tindak-
oleh pembelajar, terutama pada fase an yang dapat ia lakukan. Strength
dua (fase eksplorasi-imajinasi). Oleh suatu kepercayaan diri yang ada da-
sebab itu, fase-fase model pembela- lam diri seseorang yang dapat ia
jaran yang dikembangkan dan hasil wujudkan dalam meraih performa
revisi ini tetap disusun dalam bentuk tertentu. Generality sebagai kele-
layang-layang, sehingga tetap dina- luasaan dari bentuk efikasi diri yang
makan Si-5 layang-layang atau di- dimiliki seseorang untuk digunakan
singkat SiMaYang (Sunyono, 2012). dalam situasi lain yang berbeda. Se-
Sunyono (2014) mengembang- makin tinggi efikasi diri individu ma-
kan lebih lanjut model SiMaYang ka semakin tinggi tingkat penyesuai-
tersebut dengan memasukan pende- an diri individu pada situasi yang di-
katan saintifik kedalam sintaknya. hadapi (Bandura, 1997).
Model pembelajaran yang dikem- Hasil penelitian Sunyono (2009)
bangkan tersebut selanjutnya dina- dan Sunyono (2010) menunjukkan
makan model pembelajaran SiMa- bahwa untuk pembelajaran sains
Yang Saintifik atau model SiMa- (misalnya kimia) banyak konsep
Yang Tipe II dengan sintaknya tetap sains yang masih dianggap sulit un-
terdiri atas 4 fase. Perbedaannya tuk diajarkan pada peserta didik. Ke-
terletak pada aktifitas guru dan sis- banyakan guru dalam membelajarkan
wa. Pada model pembelajaran SiMa- konsep-konsep sains tersebut adalah
Yang Tipe II, aktifitas guru dan sis- dengan menanamkan konsep secara
wa disesuaikan dengan pendekatan verbal, latihan-latihan mengerjakan
saintifik (Sunyono, 2014). soal, dan kegiatan praktik laborato-
Model pembelajaran SiMaYang rium sangat jarang dilakukan. Pem-
Tipe II merupakan model pembela- belajaran sains yang berlangsung le-
jaran berbasis multipel representasi bih banyak direpresentasikan dengan
yang memiliki karakteristik sesuai hanya dua representasi, yaitu mak-
dengan landasan teori belajar kon- roskopis dan simbolis atau matema-
struktivisme, teori pemrosesan infor- tis, level submikroskopis tidak disen-
masi, dan teori dual coding tuh sama sekali.
(Sunyono, 2014). Hasil studi pendahuluan menun-
Menurut Bandura (1997) jukkan LKS yang digunakan me-
menjelaskan bahwa self efficacy atau ngambil dari buku dan membeli su-
efikasi diri merupakan persepsi dah jadi dari penerbit, LKS yang di-
individu akan keyakinan kemam- gunakan belum sesuai dengan urutan
puannya melakukan tindakan yang indikator pencapaian kompetensi,
diharapkan. Keyakinan efikasi diri LKS yang digunakan ternyata masih
mempengaruhi pilihan tindakan yang banyak ditemui kesulitan dalam
akan dilakukan, besarnya usaha dan penggunaannya baik dari segi baha-
ketahanan ketika berhadapan dengan sa, materi, dan soal, LKS yang digu-
hambatan atau kesulitan. Individu nakan belum disertai gambar mole-
dengan efikasi diri tinggi memilih kul, diagram, serta perpaduan warna
melakukan usaha lebih besar dan yang menarik, LKS yang digunakan
pantang menyerah. belum disertai pertanyaan untuk me-
Tiga dimensi dari efikasi yaitu ningkatkan efikasi diri siswa, LKS
magnitude, generality dan strength. yang digunakan belum dilengkapi
Putrizal, et al. LKS Materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit berbasis Multipel …. |239
% X in
S 100 % N adalah skor maksimal (skor ideal);
2) menghitung rata-rata presentase
S maks ketercapaian untuk setiap aspek pe-
dimana, % X in adalah persentase ja- ngamatan dari dua orang pengamat;
waban angket-i pada LKS berbasis 3) menafsirkan data keterlaksanaan
multipel representasi pada materi la- LKS sebagaimana Tabel 2.
rutan elektrolit dan non-elektrolit, Teknik analisis aktivitas siswa
S adalah jumlah skor jawaban, dilakukan dengan mengolah data ha-
sil pengamatan oleh pengamat de-
Smaks adalah skor maksimum yang di- ngan langkah-langkah sebagai beri-
harapkan; 6) menghitung rata-rata kut 1) menghitung persentase
persentase angket dengan rumus se- aktivitas siswa untuk setiap pertemu-
bagai berikut: an dengan rumus :
%Xi
% X in %Pa = x100%
n dimana, Pa adalah persentase aktivi-
dimana, % X i rata-rata persentase tas siswa dalam belajar di kelas, Fa
angket-i pada LKS berbasis multipel adalah frekuensi rata-rata aktivitas
representasi pada materi larutan siswa yang muncul, Fb adalah freku-
elektrolit dan non-elektrolit, ensi rata-rata aktivitas siswa yang di-
% X in adalah jumlah persentase amati, 2) persentase aktivitas siswa
yang relevan dan yang tidak relevan
angket-i pada LKS berbasis multipel dengan pembelajaran untuk setiap
pertemuan dan menghitung rata-rata-
Putrizal, et al. LKS Materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit berbasis Multipel …. |241
% X in
S 100 % dan ideal, multipel representasi, mo-
del pembelajaran SiMaYang Tipe II
S maks dan, efikasi diri. Pada tahap analisis
dimana, % X in adalah persentase ja- kurikulum didapatkan analisis kon-
waban angket-i pada LKS berbasis sep, analisis KI (Kompetensi Inti),
multipel representasi pada materi la- analisis KD (Kompetensi Dasar),
rutan elektrolit dan non elektrolit, silabus, dan RPP (Rencana Pelaksa-
S adalah jumlah skor jawaban, naan Pembelajaran).
Studi lapangan dilakukan di kota
Smaks adalah skor maksimum yang Bandar Lampung dengan mengambil
diharapkan; 4) menghitung rata-rata 3 sekolah yaitu SMAN 3 Bandar
persentase angket dengan rumus Lampung, SMA Perintis 1 Bandar
sebagai berikut: Lampung, dan SMA Perintis 2
%Xi
% X in Bandar Lampung. Studi lapangan
n dilakukan dengan meminta satu
orang perwakilan guru bidang studi
dimana, % X i adalah rata-rata per- kimia yang mengajar di kelas X
sentase angket-i pada LKS berbasis untuk mengisi angket dan tiga orang
multipel representasi pada materi la- siswa kelas XI perwakilan dari ma-
rutan elektrolit dan non-elektrolit, sing-masing sekolah tersebut.
% X in adalah jumlah persentase Berdasarkan studi lapangan, di-
angket-i pada LKS berbasis multipel ketahui bahwa LKS yang digunakan
representasi, n adalah jumlah butir mengambil dari buku dan membeli
soal; 5) menafsirkan persentase ang- sudah jadi dari penerbit; LKS yang
ket secara keseluruhan sebagaimana digunakan belum sesuai dengan uru-
Tabel 2 (Sudjana,2005). tan indikator pencapaian kompetensi;
242| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 236-247
Pada uji coba terbatas penilaian rata untuk aspek kemenarikan men-
respon siswa, siswa diminta untuk capai 90,76% rentang tersebut masuk
memberi respon terhadap keterbaca- dalam kategori “sangat tinggi”.
an dan kemenarikan LKS yang telah
dikembangkan. 2) Keefektivan
Respon siswa terhadap keterba- Penilaian aktivitas siswa dilaku-
caan dan kemenarikan LKS berbasis kan melalui observasi selama proses
multipel representasi dengan meng- pembelajaran. Aktivitas siswa yang
gunakan model pembelajaran SiMa- relevan mengalami peningkatan pada
Yang Tipe II pada materi larutan setiap pertemuan. Aktivitas siswa
elektrolit dan non-elektrolit dilaku- yang relevan 81,67% pada pertemu-
kan oleh 25 siswa kelas X MIA 6 di an pertama meningkat menjadi
SMA Negeri 3 Bandar Lampung. 85,50% pada pertemuan kedua selan-
Secara keseluruhan dapat disim- jutnya 89,94% pada pertemuan ke-
pulkan bahwa aspek keterbacaan pa- tiga. Persentase rerata aktivitas sis-
da LKS berbasis multipel representa- wa yang relevan termasuk tinggi yaitu
si dengan menggunakan model pem- 85,70% dan persentase rerata ak-
belajaran SiMaYang Tipe II dapat di- tivitas tidak relevan siswa yaitu
katakan terbaca dengan baik, keterba- 14,30%.
caan mencapai 91,31% rentang terse- Peningkatan penguasaan konsep
but masuk dalam kategori “sangat ting- larutan elektrolit dan non-elektrolit
gi” dapat terlihat melalui n-Gain. Hasil
Secara keseluruhan dapat disim- analisis deskriptif kuantitatif yang
pulkan bahwa aspek kemenarikan yang terdiri dari nilai rerata pretes,
pada LKS berbasis multipel repre- postes, dan n-Gain untuk penguasaan
senttasi dengan menggunakan model konsep tertera pada Tabel 8.
pembelajaran SiMaYang Tipe II da-
pat dikatakan menarik, dimana rata-
244| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.1 Edisi April 2015, 236-247