Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKO PNEUMONIA

Nama : M. Alam Kusuma Atmaja


NIM : 19020046

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

1. Pengertian
Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 ).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan olehbermacam-macam etiologi
jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia suatu peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau
dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi
sujono&Sukarmin,2009).

2. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi pneumonia :
1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum &
dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah suatu 
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-
anak atau kalangan orang lanjut usia.

2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial.


Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus
stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.

3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini
ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi
anatominya.

4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan organisme perusak.
( Reeves, 2001).
3. Etiologi
Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya penurunan
mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg
normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg
terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan
kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus,  jamur, protozoa, bakteri,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae

2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter,
virus) & sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini
menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan
diri maka timbulah gejala demam pada penderita.Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan
secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna
ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi
agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksitraktusrespiratoris bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang
disertai kejang karena demam yang tinggi.Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang
juga disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi
setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.Pada stadium permulaan
sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan
cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia.Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada
perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi
basah nyaring halus dan sedang.(Ngastiyah, 2005).
1. Pnemonia bakteri
Gejala :
a. Anoreksi
b. Rinitis ringan
c. Gelisah
Berlanjut sampai:
a. Nafas cepat dan dangkal
b. Demam
c. Malaise  (tidak nyaman)
d. Ekspirasi berbunyi
e. Leukositosis
f. Foto thorak pneumonia lebar
g. Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
h. Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

2. Pnemonia Virus
Gejala awal  :
a. Rhinitis
b. Batuk
Berkembang sampai :
a. Ronkhi basah
b. Emfisema obstruktif
c. Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu
3. Pneumonia mikroplasma
Gejala :
a. Anoreksia
b. Menggigil
c. Sakit kepala
d. Demam
Berkembang sampai :
a. Rhinitis alergi
b. Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
c. Area konsolidasi pada penatalaksanaan pemeriksa thorak

7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis ( meningkatnya
jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk mendeteksi agen
infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
(Sandra M, Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba (Sandra M, Nettina 2001 : 684).

2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal
atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan
haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
b. Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh
benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).

8. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalmrongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh ronggapleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yangmeradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (WhaleyWong, 2006)

9. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahapmelaui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salinnormal dan beta
agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer,2000).

10. Pencegahan Pada Anak


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan.
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian Fokus

a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.


b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai
batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus
yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang
misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.

Pola Pengkajian
1. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi
sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-
turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak
sekali Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan
pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya :
asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)Pengunaaan oksigen pada malam hari
atau terus -menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu
pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supraklatikula, melebarkan hidung).
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggiandiameter AP ( bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kukuabu- abu keseluruhan.
2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat,
disritmia, distensi vena leher(penyakit berat) edema dependen, tidakberhubungan
dengan penyakit jantung.Bunyi jantung redup (yang berhubungandengan peningkatan
diameter AP dada).Warna kulit / membrane mukosa : normalatau abu-abu/ sianosis
perifer. Pucat dapatmenunjukan anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah. Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema). Ketidakmampuan
untuk makan karena distress pernafasan.

Tanda : Turgor kulit buruk. Berkeringat. Palpitasi abdominal dapat menyebabkan


hepatomegali.

4. Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-
hari

karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadapaktifitas atau istirahat.

Tanda : Keletihan. Gelisah/ insomnia. Kelemahan umum / kehilangan masa otot.

5. Hygiene

Gejala :

Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas sehari- hari.

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan membrane alveolus kapiler, gangguan
penerimaan oksigen
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli

Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan inflamasi


trakeobronkial, pembentukan edema,peningkatan produksi sputum
Tujuan : Mengidentifikasi / menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas
Kriteria hasil : Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada
dispenia
Intervensi
a. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipneau, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada tidak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan cairan paru
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau / tak ada aliranudara dan bunyi nafas
adventius. Misalnya : krekels atau mengi
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
nafas bronchial ( normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
Krekels, ronki, mengi terdengar inspirasi dan / ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/ obstruksi
c. Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajari melakukan batuk,
misalnya dengan menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk
tinggi.Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru / jalan
nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanismepembersihan jalan nafas alami, membantu
silia untukmempertahankan jalan nafas pasien. Penekanan
menurunkanketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upayanafas
lebih dalam dan lebih kuat
d. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali kontraindikasi).Tawarkan air hangat
daripada dingin
Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
e. Lakukan penghisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu melakukan, karena batuk tidak efektif atau perubahan
tingkat kesadaran
f. Berikan sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.
Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati- hati, karena dapat menurukan upaya batuk /
menekan pernafasan
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungandengan perubahan
membrane alveolus kapiler, gangguan kapasitaspembawa oksigen darah, gangguan
pengiriman oksigen.
Tujuan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan dengan GDA dalam
rentang normal dan tidak ada gejala distress pernafasan
Kriteria Hasil : Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat adanya sianosis perifer
atau sirkulasi sentral
Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap
demam / menggigil. Namun, sianosis daun telinga, membrane mukosa, dan kulit
sekitar mulut menunjukan hipoksemia sistemik
c. Awasi frekuensi jantung / irama
Rasional : Takikardia biasanya ada karena demam/ dehidrasi. Tetapi juga dapat
merupakan respon terhadap hipoksemia
d. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktifitas
senggang
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen
untuk memudahkan perbaikan infeksi
e. Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
efektif
Rasional : tindakan ini mengingatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
secret untuk perbaikan ventilasi
f. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan. Jawab pertanyaan
dengan jujur, kunjungi dengan sering sesuai indikasi
Rasional : Ansietas adalah manifestasi masalah psikologisesuai dengan respon
fisiologi terhadap hipoksia. Pemberian keyakinan dan peningkatan rasa aman dapat
menurunkan komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek
merugikan dari respon fisiologi.
g. Berikan terapi oksigen dengan benar
Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg.
Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman dengan tepat dalam
toleransi pasien
3. Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan denganproses inflamasi
dalam alveoli
Tujuan : Menunjukan pola nafas tidak efektif dengan frekuensi dan kedalaman rentang
normal dan paru bersih
Kriteria Hasil : Partisipasi dalam aktifitas/ perilaku peningkatan fungsi paru
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catatupaya pernafasan,
termasuk penggunaan otot bantu/ pelebaran nasal
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja
nafas. Kedalaman pernfasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventius
seperti krekels atau mengi

Rasional : Bunyi nafas menurun / tidak ada jika jalannafas obstruksi sekunder
terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan nafas kecil ( atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan nafas

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bantu pasienturun dari tempat tidur dan
ambulasi dini.

Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan


pernafasan.Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen
paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.

d. Observasi pola batuk dan karakteristik sekret.


Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/ iritasi. Sputum berdarah
dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan ( infark paru) atau anti koagulan berlebihan

e. Berikan oksigen tambahan

Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

f. Berikan humidifier tambahan, misalnya nebulizer


Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.


jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai