Anda di halaman 1dari 9

Gametofit

Protalium, fase gametofit paku.

Gametofit (gametophyte, dari gamos,


"kawin", dan phyton, "tumbuhan") adalah
bentuk kehidupan yang berfungsi
melakukan reproduksi seksual/generatif
pada organisme yang mengalami
pergiliran keturunan. Pada tumbuhan
daratan (Viridiplantae), pergiliran
keturunan diwakili oleh dua fase
kehidupan yang berulang-ulang:
gametofit dan sporofit.

Tumbuhan lumut
Gametofit tumbuhan lumut (lumut hati,
lumut tanduk, dan lumut daun/sejati)
adalah bentuk yang biasa dikenal oleh
orang dan menjadi sasaran untuk
identifikasi. Fase gametofit cenderung
untuk bertahan bertahun-tahun lamanya,
dan bahkan menopang kehidupan
sporofitnya. Suatu koloni gametofit dapat
menghasilkan sporofit berulang-ulang.
Gametofit tumbuhan lumut tumbuh dari
spora yang disebarkan oleh sporogonium
yang dibawa sporofit. Spora
berkecambah membentuk berkas-berkas
talus yang dinamakan protonema
(jamak: protonemata). Tumbuhan lumut
yang biasa dikenal sebenarnya adalah
struktur pembawa gamet (gametofora)
yang umumnya fotosintetik, jaringannya
terdiferensiasi (kormus), tetapi tidak
memiliki pembuluh angkut sejati
(trachea). Gametofora adalah haploid,
artinya hanya membawa separuh
bilangan genomnya. Gametofit menyerap
hara dari media tumbuh menggunakan
rhizoid[1]. Gametofora jantan akan
menghasilkan anteridium, yang
selanjutnya akan membentuk sel-sel
sperma. Gametofora betina akan
membentuk arkegonium pada ujungnya,
yang kemudian membentuk sel telur.

Nutrisi mineral juga disalurkan dari


bagian gametofit ke bagian sporofit yang
masih dalam tahap perkembangan.[2]

Tumbuhan paku
Pada tumbuhan paku, gametofit adalah
individu berbentuk seperti lumut hati
yang tipis, berukuran biasanya kurang
dari 1 cm, hidup di tempat-tempat
lembap dan basah. Sebutan untuk
individu gametofit paku adalah protalus
(prothallus, ketika baru berkecambah dari
spora) atau protalium (prothallium, dalam
bentuk dewasa dan siap menghasilkan
organ kelamin/seksual). Protalium tidak
memiliki pembuluh seperti bentuk
sporofit, bahkan cenderung thalloid
(menyerupai thallus, alias tidak
terspesialisasi sel-sel jaringannya).
Meskipun tidak menghasilkan akar sejati,
protalium membentuk rhizoid sebagai
penopang dan penyerap hara dari media
tumbuhnya. Gametofit paku kebanyakan
bersifat autotrof karena memiliki klorofil
untuk fotosintesis, tetapi hampir selalu
berasosiasi dengan cendawan tanah
dalam asosiasi mikoriza. Protalium
beberapa spesies bahkan sepenuhnya
mengandalkan cendawan untuk dapat
bertahan hidup karena tidak membentuk
klorofil, seperti Ophioglossum. Meskipun
ada pustaka menyatakan bahwa fase
sporofit paku lebih dominan daripada
fase gametofitnya[1], sejumlah spesies
memiliki gametofit yang hidup bertahun-
tahun lamanya di tanah semetara
sporofitnya hanya muncul satu musim
saja, untuk menghasilkan spora,
kemudian mati.

Tumbuhan berbiji
Gametofit pada tumbuhan berbiji tidak
pernah merupakan individu bebas, tetapi
menjadi parasit bagi sporofitnya.
Tumbuhan berbiji akan membentuk
struktur reproduktif khusus (strobilus
ataupun bunga, tergantung kelompok
tumbuhannya) sebagai persiapan
membentuk spora. Spora dibentuk
secara tersembunyi pada struktur itu.
Gahsnbdndjsosmns Seluruh tumbuhan
berbiji adalah heterospor, artinya
sporanya berbeda ukuran tergantung
kelaminnya: mikrospora adalah spora
yang akan membentuk gametofit jantan,
dan megaspora(atau makrospora,
ukurannya lebih besar) adalah spora
yang akan membentuk gametofit betina.
Serbuk sari (pollen), yang dibentuk di
kepala sari, adalah perkembangan
mikrospora menuju gametofit yang
terlindung oleh lapisan khusus.
Gametofit jantan berumur sangat
pendek, yaitu saat serbuk sari jatuh di
kepala putik, lalu tumbuh membentuk
pembuluh untuk mengantarkan sel
sperma / inti generatif menuju bakal biji
untuk membuahi sel telur dan sel
kutub/polar. Megaspora, di sisi lain,
berkembang di dalam bakal biji (ovulum).
Di dalam bakal biji terdapat kantung
embrio (embryo sac), yang
sesungguhnya adalah megagametofit
(gametofit betina).

Rujukan
1. ^ a b Susilowarno RG, Hartono RS,
Mulyadi, Mutiarsih TE, Murtiningsih,
Umiyati. 2007. Biologi SMA/MA Kls
X. Jakarta: Grasindo.
2. ^ Shaw AJ, Goffinet B. 2000.
Bryophyte Biology. Cambridge:
Cambridge University.

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Gametofit&oldid=16742599"

Lihat riwayat suntingan halaman ini.

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai