Eksplorasi Timah
Eksplorasi Timah
Pengertian Timah
Timah merupakan logam putih keperakan, logam yang mudah ditempa dan
bersifat fleksibel, memiliki struktur kristalin, akan tetapi bersifat mudah patah jika
didinginkan. Timah dibawah suhu 13,20C dan tidak memiliki sifat logam sama
sekali. Timah biasa disebut sebagai timah putih disebabkan warnanya putih
mengkilap, dan memiliki struktur kristal tetragonal. Tingkat resistansi
transformasi dari timah putih ke timah hitam dapat ditingkatkan dengan
pencampuran logam lain pada timah seperti seng, bismuth, atau gallium.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi, akan tetapi
diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral
cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2,
dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain
dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral
sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-
besi-timah-belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral
kompleks dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini
biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak.
Mayoritas timah saat ini digunakan untuk membuat patri solder. Patri solder
adalah campuran timah dan timbal yang digunakan untuk menyambungkan pipa
dan membuat sirkuit elektronik. Timah juga digunakan sebagai pelapis untuk
melindungi logam lainnya seperti timbal, seng, dan baja dari korosi. Aplikasi lain
untuk timah termasuk paduan logam seperti perunggu dan timah, produksi kaca
menggunakan proses Pilkington, tempat pasta gigi, dan dalam pembuatan tekstil.
Unsur timah hadir dalam batuan beku dari kerak bumi sekitar 0,001
persen, termasuk langka tetapi tidak jarang; kelimpahan di dunia sama besarnya
seperti unsur kobalt, nikel, tembaga, dan cerium, dan itu pada dasarnya sama
dengan kelimpahan nitrogen. Dalam kosmos ada 1,33 atom timah per 1 × 106
atom silikon, kelimpahan kurang lebih sama dengan niobium, ruthenium,
neodymium, atau platinum. Timah kosmik merupakan produk penyerapan
neutron. Kekayaan dalam isotopnya tercatat stabil.
Timah terjadi pada butir logam asli tapi sebagian besar sebagai oksida
Stannic, SnO2, di kasiterit mineral, satu-satunya mineral timah signifikan yang
komersial. Logam ini diperoleh dari kasiterit dengan reduksi (pengangkatan
oksigen) dengan batu bara atau coke dalam tungku peleburan. Tidak ada
persediaan timah yang bermutu tinggi yang diketahui. Sumber utama adalah
endapan aluvial, rata-rata sekitar 0,01 persen timah. Jenis mineral yang memiliki
kandungan unsur Timah :
1. Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO2.
Berbentuk kristal dengan banyak permukaan mengkilap sehingga
tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak
translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan
logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di alluvial atau
aluvium
2. Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah. Rumus
kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral yang
dipakai untuk memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar 28%
timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna
biru hingga abu-abu.
3. Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah,
timbal, antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah
Pb2Sn4FeSb2S14. Cylindrite membentuk kristal pinakoidal triklinik
dimana biasanya berbentuk silinder atau tube dimana bentuk nyatanya
adalah gulungan dari lembaran kristal ini. Warna cylindrite adalah abu-
abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali ditemukan di
Bolivia pada tahun 1893.
B. Pembentukan Timah
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada
daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan
turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya
terdiri dari endapan aluvium, eluvial, dan koluvium.
Genesis kehadiran timah bermula dengan adanya intrusi granit yang
diperkirakan ± 222 juta tahun yang lalu pada Masa Triassic Atas, magma yang
bersifat asam mengandung gas F dan Cl yang membawa unsur Sn (SnF4 dan
SnCl4 yang bersifat volatile) bereaksi dengan air meteoric (H2O), atau melalui
proses pneumatolitik hidrotermal menerobos bereaksi dengan air meteoric (H2O)
dan mengisi celah retakan yang ada, di mana terbentuk reaksi dasar:
SnF4 + H2O -> SnO2 + HF2 atau SnCl4 + 2H2O -> SnO2 + 4Cl2
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah
fase pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik-hidrotermal
tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal. Fase yang terakhir
ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti
ekonomi, dimana larutan yang mengandung timah dengan komponen utama silica
(Si02) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar dan bidang perlapisan. Sampai
ini ada dua jenis utama timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu timah
primer dan timah sekunder. Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada
batuan granit daerah sentuhannya, sedangkan endapan timah sekunder
kebanyakan terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat
di darat maupun di laut. Produksi delapan puluh persen dari endapan timah
sekunder yang merupakan hasil proses pelapukan endapan timah primer,
sedangkan sisanya ada dua puluh persen berasal dari endapan timah primer itu
sendiri. kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya
(genesa).
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe mineralisasi utama yang
membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah yang menempati
Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan
“Central Belt” di Malaysia dan Thailand (Mitchel, 1979).
Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit,
sedangkan pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Timah putih dalam bentuk
cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan sekunder.
Pada tubuh bijih primer, kandungan kasiterit terdapat pada urat maupun dalam
bentuk tersebar.
Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan timah
primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih timah
primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya timah putih,
baik dalam bentuk mineral kasiterit maupun berupa unsur Sn.
Proses pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap
cebakan bijih timah putih pimer menghasilkan cebakan timah sekunder, yang
dapat berada pada tanah residu maupun letakan sebagai endapan koluvial, kipas
aluvial, aluvial sungai maupun aluvial lepas pantai. Tubuh bijih primer yang
berpotensi menghasilkan sumber daya cebakan timah letakan ekonomis adalah
yang mempunyai dimensi sebaran permukaan erosi luas sebagai sumber dispersi.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral
utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut,
arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral
ikutan. Sumber timah Indonesia merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara
(The South East Tin Belt), jalur timah terkaya di dunia yang membentang mulai
dari selatan China, Thailand, Birma, Malaysia sampai Indonesia.
4. Endapan Miencan
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif
secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.
Ciri-cirinya :
Endapan berbentuk lensa-lensa
Bentuk butiran halus dan bundar
5. Endapan Disseminated
Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan.
Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang
luas tetapi tidak teratur.
Ciri-cirinya :
Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
Terdapat pada lapisan pasir atau lempung
Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer yang
mempunyai nilai ekonomis. Batchelor (1973) mengemukakan tentang evolusi
“Sunda land Tin Placer” yaitu pembentukan endapan timah placer terjadi dalam
kurun waktu yang lama sejak kala Miosen Tengah dengan ditandai mineralisasi
primer tersingkap dengan skala yang besar. Tubuh pluton granit ini mengalami
pelapukan laterit dalam (deep laterite weathering) yang mengakibatkan komposisi
kandungan mineral yang tidak resisten lapuk meningalkan mineral-mineral berat
termasuk kasiterit dalam matriks kaolin kemudian mengalami erosi membentuk
endapan “elluvial placer”. Proses erosi berjalan terus yang menyebabkan endapan
ini tertranspor lebih jauh membentuk endapan kolovial placer, kejadian ini terjadi
pada Sunda Land Regolith selama Miosen bawah – Pliosen awal, tipe – tipe
endapan ini di Indonesia lebih dikenal dengan endapan timah kulit.
Proses ini dilanjutkan dengan proses “mass wasting” yang mengkibatkan
terakumulasinya endapan kollovial pada dasar lereng kulit (base of hillslope),
selama proses ini terjadi zona-zona sesar dan kekar sehingga alterasi / ubahan
hydrothermal tererosi. Akumulasi yang dibentuk dari hasil erosi ini mengandung
bongkah-bongkah regolith, karena kandungan air yang ada terlalu tinggi
menyebabkan terjadinya debris flow membentuk endapan “piedmont tin placer”
dengan ciri khas butiran timah yang kasar.
Endapan “Piedmont Tin Placer” mengalami reworking lagi dan
membentuk timah berukuran gravel yang tertransport pada lingkungan fluvial
yang dikenal dengan “Braided Stream Placer”. Endapan ini mengalami reworking
lagi membentuk endapan “Beach Placer” dengan karakteristik endapan lebih tipis
dan lebih luas dari pada endapan “Braided Stream Placer”. Variabel – variable
yang mempengaruhi konsentrasi (kekayaan) endapan timah placer adalah :
- Batuan sumber (source rock) : ukuran , kadar, distribusi butiran dari
daerah mineralisasi sebagai sumber.
- Tektonik : membentuk morfostruktur permukaan bumi.
- Iklim : mempengaruhi proses pada permukaan bumi yang meliputi
pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi.
Klasifikasi endapan timah placer yang didasarkan atas konsep lingkungan
pengendapan sedimen dan proses yang terjadi (Osberger, 1968, dalam Batchelor,
1973). Aspek – aspek ini mempengaruhi keberadaan dan terjadinya endapan
placer, genesa endapan timah placer tergantung pada beberapa aspek diantaranya :
- Sumber batuan yang mengandung endapan primer kaya akan kasiterit
- Pelapukan yang kuat sehingga mampu membebaskan mineral kasiterit
dengan mineral lainnya.
- Gerakan masa batuan yang lapuk sepanjang lereng
- Konsentrasi mekanis material lepas yang terjadi secara selektif dan
diendapkan kedalam suatu cekungan.
- Terhindar dari proses erosi selanjutnya
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (Sn0 2).
Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan
magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir
kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam
bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan.
Karena tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang
akan membentuk deposit dan batuan samping.
Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang
mengandung mineral kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke
permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk
mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn). Mineral ini terakumulasi dan
terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang diterobosnya, yang
akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan pada batuan
samping yang diterobosnya.
D. Manfaat
Penggunaan timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500
tahun sebelum masehi, sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum
masehi. Kebutuhan timah putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logam
timah putih bersifat mengkilap, mudah dibentuk dan dapat ditempa (malleable),
tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat. Kegunaan timah putih
di antaranya untuk melapisi logam lainnya yang berfungsi mencegah karat, bahan
solder, bahan kerajinan untuk cendera mata, bahan paduan logam, casing telepon
genggam. Selain itu timah digunakan juga pada industri farmasi, gelas, agrokimia,
pelindung kayu, dan penahan kebakaran. Timah merupakan logam ramah
lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan tidak berbahaya terhadap
kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk
pelapis/pelindung, dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam
dan seng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelat menyerap sekitar 34% untuk
solder 31%.