Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam pasal 3 meyatakan
bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara social dan ekonomis. Selanjutnya dalam pasal 46 dinyatakan bahwa
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyerluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dalam bnetuk kegiatan dengan pendekatan promotif,preventif,kuratif
dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan.
Teknologi yang dirancang khsus untuk membantu proses pengolahan data di rumah
sakit adalah teknologi informasi beruapa Sistem Informasi Manajemen (SIM) rumah
sakit. Informasi merupakan asset penting suatu rumah sakit dalam meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis
computer merupakan sarana pendukung yang sangat pentingm bahkan bias dikatakan
mutlak untuk operasionalrumah sakit. Sistem Informasi rumah sakit merupakan suatu
komponen yang penting dalam mewujudkan upaya peningkatan utu tersebut. Sistem
Informasi rumah sakit (SIMRS) adalah system komputerisasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan
koordinasi.
B. Tujuan Pedoman
Tersusunya pedoman penyelenggaraan program Sistem Manajemen di Rumah Sakit
sebagai dasar acuan seluruh kebijakan, prosedur dan program kerja yang terkait
dengan kegiatan SIM RS di Rumah Sakit St.Elisabeth Lela.
C. Ruang Lingkup
Pedoman Sistem Informasi Manajemen (SIM) ini juga menyediakan panduan bagi
pengembangan system informasi secara keseluruhan.
1. Planing
a. Penyusunan Pedoman Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
b. Penyusunan berbagai Kebijakan dan Prosedur
c. Penyusunan berbagai program kerja SIM
d. Pengorganisasian kegiatan dan aktivitas
2. Action
a. Pelaksanaan penggunaan aplikasi SIM-RS di semua unit pelayanan
RS.St.Elisabeth Lela
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan SIM-RS bagi staf SIM-RS
c. Pelatihan penggunaan aplikasi SIM-RS di tiap unit pelayanan yang
menggunakan aplikasi tersebut.
3. Monitoring dan Evaluasi
SIM RS St.Elisabeth Lela memonitoring penggunaan aplikasi SIM,
memaintanance apliasi SIM dan mendiskusikan dengan pihak ketigas apabila ada
permintaan yang berkaitan dengan fungsi-fungsi pada aplikasi SIM
4. Analysis Recommendation
Pada prinsipnya menganalisis data dan upaya pengolahan data hasil monitoring
yang dilakukan oleh SIM RS. Hasil analisis data tersebut kemudian berdiskusi
dengan seluruh instalasi /unit kerja terkait untuk mencari solusi dan rekomendasi
perbaikan system pelayanan.
5. Continuous Improvement Plan
Adalah monitoring rencana pelaksanaan tindak lanjut atau kegiatan perbaikan
agar sesuai dengan perencanaan untuk mengarah pada kemajuan yang lebih baik
atau unggul.
D. Batasan Operasional
1. Sistem
Adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel yang
teroganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu.
2. Sistem Informasi
Adalah suatu system dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang
bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat
menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan.
3. Sistem Informasi Manajemen
Adalah system perencanaan bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang
meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi dan prosedur oleh akuntansi
manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan atau
suatu strategi bisnis.
4. Website
Adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang terangkum dalam sebuah
domain atau subdomain yang tepatnya berada di dalam World Wide Web
(WWW) di dalam internet.
5. Jaringan
Adalah sebuah system yang terdiri atas computer-kompute yang didesain untuk
dapat berbagi sumber daya (printer, CPU) berkomunikasi dan dapat mengakese
informasi.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rumah Sakit
Bab 1 Pasal 1 ayat 4 berisi tentang dokumen elektronik adalah setiap infromasi
elektronik yang dibuat ditersukan dikirmkan diterima atau disimpan dalam bentuk
analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan dan atau didengar melalui computer atau system elektronik termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf,tanda angka, kode, akses, symbol atau perforasi yang memiliki
makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rumah Sakit
Bab 1 pasal 1 ayat 5 berisi tentang Sistem Elektronik adalah serangkaian
perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2006 tentag Rumah Sakit
adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara Negara, orang, badan
uasaha dan atau masyarakat.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Bab XI Pasal 52 ayat 1 berisi tentang setiap Rumah Sakit wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit
dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
BAB II

PENGORGANISASIAN UNIT KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

A. GAMBARAN UMUM UNIT KERJA

SIM RS adalah sebuah Unit Kerja yang berguna untuk menata manajemen RS yang baik dan
dapat dipertanggungjawabkan. Tiga poin penting dari sebuah Rumah Sakit adalah pasien dan
pegawai sebagai subjek, serta segala aktivitas di Rumah Sakit.

Pasien yang datang memiliki data pasien, seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan
seterusnya.Pegawai RS juga memiliki data, seperti nama, unit kerja, pangkat, dan seterusnya.
Informasi-informasi yang demikian itu harus valid dan konsisten. Karena itulah diperlukan sebuah
sistem untuk menjaga kondisi yang demikian itu.

Informasi ini bukan hanya terkait antara pasien dan karyawan tapi juga kepada tagihan
pasien, Rekam Medis, pembukuan RS dan lain-lain. Sumber informasi ini harus dikelola dengan rapi
dan baik agar pengelolaan Rumah Sakit bisa ditingkatkan menjadi Rumah Sakit yang unggul dan
profesional.

1. Unit kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit St. Elisabeth Lela bertanggung
jawab dalam pengelolaan aplikasi SIM RS, MyHospital, seperti yang berhubungan dengan hak
akses user, data pasien, tarif rumah sakit, dan pemasangan SIM pada unit pelayanan terkait.

2. Unit kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit St. Elisabeth Lela bertanggung
jawab pengelolaan dan pengembangan website Rumah Sakit St. Elisabeth Lela. Website
merupakan sarana untuk berbagi informasi. Informasi-informasi yang dibagikan tersebut ada yang
bersifat statis dan dinamis.

B. VISI

Menjadi pelopor terpercaya dalam penerapan sistem teknologi informasi dalam mendukung
pelayanan rumah sakit.

C. MISI
1. Memberikan dukungan pengelolaan informasi untuk mendukung kegiatan pendidikan,
penelitian, dan pemeliharaan kesehatan.

2. Mempelopori inovasi pengembangan sistem teknologi informasi rumah sakit.

3. Menciptakan lingkungan akademik sebagai pusat pembelajaran pengembangan sistem teknologi


informasi rumah sakit.

D. FALSAFAH UNIT

Falsafah SIM RS:

Memberikan pelayanan SIM RS yang paripurna, guna mendukung dan menunjang pelayanan unit-
unit terkait di rumah sakit, agar pelayanan medis dan non-medis yang diberikan kepada pasien dapat
dengan cepat, tepat, efektif dan efisien.

E. NILAI UNIT

Untuk mendukung perawatan pasien dan administrasinya, SIMRS mendukung penyediaan informasi,
terutama tentang pasien, dalam cara yang benar, relevan terbarukan, mudah diakses oleh orang yang
tepat pada tempat/lokasi yang berbeda dan dalam format yang dapat digunakan. Transaksi data
pelayanan dikumpulkan, disimpan, diproses, dan didokumentasikan untuk menghasilkan informasi
tentang kualitas perawatan pasien dan tentang kinerja rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan
bahwa sistem informasi rumah sakit harus mampu mengkomunikasikan data berkualitas tinggi antara
berbagai unit di rumah sakit.

F. BUDAYA UNIT

‘Profesional Ramah Inovative Mampu Amanah ganti RS LELA PUNYA’ sebagai tagline dari
Rumah Sakit St. Elisabeth Lela mendasari budaya unit yang berlaku di SIM RS. Meskipun posisi
SIM RS berada di belakang layar, SIM RS harus memahami bahwa keberadaannya merupakan salah
satu penegak tiang keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan yang efektif,
efisien, cepat dan tepat kepada pasien. Di sisi yang lain, SIM RS sebagai pusat informasi dan
manajemen juga menjadi salah satu penentu keberhasilan manajemen rumah sakit dalam mengelola
tagihan pasien, Rekam Medis, pembukuan RS dan lain-lain. Sumber informasi ini harus dikelola
dengan rapi dan baik agar pengelolaan Rumah Sakit bisa ditingkatkan menjadi Rumah Sakit yang
unggul dan profesional.

G. TUJUAN

Menciptakan sistem informasi manajemen rumah sakit yang akurat, tepat waktu, serta terintegrasi
untuk mendukung kegiatan pendidikan, penelitian, dan pemeliharaan kesehatan di Rumah Sakit St.
Elisabeth Lela.

H. STRUKTUR ORGANISASI UNIT

I. TUPOKSI DAN URAIAN TUGAS


1. Kepala Unit Kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit St. Elisabeth Lela.

a. Tupoksi

Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di unit kerja SIM RS

b. Uraian Tugas

1. Membuat perencanaan kegiatan SIM RS Rumah Sakit St. Elisabeth Lela.

2. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di unit kerja SIM RS Rumah Sakit St. Elisabeth Lela.

3. Melakukan monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan kegitan di unit kerja SIM RS Rumah
Sakit St. Elisabeth Lela.

2. Staf Unit Kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit St. Elisabeth Lela

a. Tupoksi

1. Mengelola aplikasi SIM RS

2. Mengelola dan mengembangkan website Rumah Sakit St. Elisabeth Lela

b. Uraian Tugas Staf Unit Kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit St. Elisabeth
Lela

1. Melakukan proses Input, Edit, dan Void tindakan pada aplikasi SIM RS jika diperlukan

2. Input master tarif tindakan pada aplikasi SIMRS

3. Update master data Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia pada
aplikasi SIM RS

4. Melakukan upgrade versi aplikasi SIMRS pada tiap-tiap unit pelayanan

5. Melakukan penanganan komplain / keluhan penggunaan aplikasi SIM RS pada tiap-tiap


unit pelayanan

6. Training On the Job pada tiap-tiap unit pelayanan

7. Update defenition Anti Virus Microsoft Security Essential pada komputer/PC pada tiap-
tiap unit pelayanan

8. Mengikuti rapat

9. Melakukan registrasi sidik jari pada mesin absensi untuk karyawan

c. Uraian Tugas Staf Unit Kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) RS St/ Elisabeth Lela
1. Melakukan proses Input, Edit, dan Void tindakan pada aplikasi SIM RS jika diperlukan

2. Melakukan penanganan komplain / keluhan penggunaan aplikasi SIM RS pada tiap-tiap


unit pelayanan

3. Melakukan void obat pada aplikasi SIM RS jika diperlukan

4. Training On the Job pada tiap-tiap unit pelayanan

5. Mengikuti rapat

J. TATA HUBUNGAN KERJA

a. Tata Hubungan Kerja Internal

Pengaturan hubungan kerja yang menyangkut unit-unit kerja di dalam suatu organisasi
merupakan tata hubungan kerja internal. Berdasarkan pengertian tersebut tata hubungan kerja
perlu dibuat untuk unit-unit kerja yang cenderung tumpang tindih atau memang memerlukan
kerjasama yang harus diatur dengan tata hubungan kerja. tata hubungan kerja perlu dibuat
terutama untuk tugas-tugas yang bersifat strategis yang memerlukan kejelasan peran, wewenang
dan tanggung jawab dari masing-masing unit kerja.

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penyusunan tata hubungan kerja internal
adalah:

1. Mengidentifikasi tugas-tugas yang cenderung tumpang tindih atau benar-benar


memerlukan pengaturan kerja sama.

2. Menetapkan unit kerja yang menjadi pelaku utama dari setiap tugas.

3. Menetapkan peran unit-unit terkait dalam pelaksanaan setiap tugas.

4. Menetapkan urutan kegiatan yang harus dilakukan untuk melaksanakan/menyelesaikan


setiap tugas, sesuai dengan peran masing-masing unit.

b. Tata Hubungan Kerja Eksternal

Tata hubungan kerja eksternal adalah pengaturan hubungan kerja antara unit-unit kerja dalam
suatu organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut. Hubungan kerja dengan unit
organisasi lain tersebut dapat berupa kerjasama lintas program ataupun lintas sektor.
Adapun bentuk hubungan dengan unit-unit kerja di luar organisasi dapat berbentuk:
1. Hubungan teknis fungsional yaitu hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara dua
atau lebih unit organisasi yang secara teknis mempunyai fungsi yang sama.

2. Hubungan koordinatif yaitu hubungan dalam rangka penyatuan upaya dan daya dengan
unit kerja lain untuk mencapai tujuan bersama.

K. PENILAIAN KINERJA (KINERJA UNIT DAN INDIVIDU)

a. KPI UNIT

 A. INDIKATOR INPUT

1. Ketersedian SOP Unit SIM


Judul Ketersediaan SOP Unit Kerja SIM
Dimensi mutu Efektivitas, Efisiensi Pelayanan
Tujuan Tersedianya Standard Operational Prosedure (SOP) unit SIM

Definisi operasional Standard Operational Prosedure (SOP) adalah Standar prosedur


yang seharusnya ada untuk optimalisasi pelayanan rumah sakit
Frekuensi pengumpulan data 1 Tahun
Periode analisis 1 Tahun
Numerator Jumlah SOP unit SIM yang tersedia
Denominator Jumlah SOP yang seharusnya ada sesuai standar
Sumber data Sub Komite penjaminan Mutu dan Patient Safety
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM

2. Tersedianya Dokumen Laporan Kinerja Triwulan Unit Kerja SIM


Judul Ketersediaan Laporan Operasional SIM
Dimensi mutu Akuntabilitas
Tujuan Mengetahui kinerja dari unit kerja SIM

Definisi operasional Laporan Kinerja triwulan merupakan laporan yang berisi tentang
kinerja unit SIM setiap triwulannya.
Frekuensi pengumpulan data 3 Bulan
Periode analisis 2 Minggu
Numerator 1
Denominator 1
Sumber data Unit Kerja SIM
Standar Tersedianya Laporan Triwulan
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM
 B. INDIKATOR PROSES

3. Persentase Laporan yang Diselesaikan Tepat Waktu Unit Kerja SIM


Judul Persentase pengumpulan laporan
Dimensi mutu Ketepatan

Tujuan Mengetahui persentase pengumpulan laporan setiap unit kerja


secara tepat waktu.

Definisi operasional Laporan yang berisi tingkat perkembangan ketepatan


penyelesaian laporan triwulan selama satu tahun
Frekuensi pengumpulan data 1 Tahun
Periode analisis 2 Minggu
Jumlah laporan yang terkumpul tepat waktu selama 1 tahun
Numerator
pertriwulannya
Denominator Jumlah laporan keseluruhan yang seharusnya terkumpul (4 buah)
Sumber data Unit Kerja SIM
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM

4. Persentase Ketidakpatuhan Staf RS St. Elisabeth Lela Dalam Mengoperasikan Absensi


Fingerprint
Judul Ketidakpatuhan mengoperasikan absensi fingerprint
Dimensi mutu Efektivitas

Tujuan Mengoptimalkan data absensi pegawai RS St. Elisabeth Lela baik


dari segi informasi kehadiran maupun penggunaannya
Definisi operasional Ketidakpatuhan adalah ketidaktaatan pada peraturan
Frekuensi pengumpulan data Setiap Bulan
Periode analisis Setiap Bulan
Jumlah staf RS St. Elisabeth Lela yang tidak patuh dalam absensi
Numerator fingerprint yang tidak melakukan scan-in dan/atau scan-out pada
saat datang dan pulang kerja dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh staf RS St. Elisabeth Lela
Sumber data Unit Kerja SIM
Target ≤ 10%
Penanggung jawab Kepala Instalasi SDM

5. Waktu tanggap penanganan keluhan penginputan SIM RS St. Elisabeth Lela


Judul Penanganan Keluhan penginputan SIM
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Terselenggaranya penanganan keluhan dalam penginputan SIM
yang tepat waktu.
Waktu tanggap penanganan adalah waktu yang diperlukan dalam
Definisi operasional menangani keluhan pada penginputan SIM RS St. Elisabeth Lela
sejak diterima keluhan sampai keluhan terselesaikan
Frekuensi pengumpulan data Setiap Bulan
Periode analisis 1 Minggu

Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu penanganan keluhan sejak


diterima keluhan sampai keluhan terselesaikan
Denominator Jumlah seluruh keluhan yang masuk
Sumber data SIM
Standar <15 Menit
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM

6. Memperbaharui konten website Rumah Sakit St. Elisabeth Lela


Judul Konten website Rumah Sakit St. Elisabeth Lela
Dimensi mutu Ketepatan
Memberikan informasi terkini mengenai Rumah Sakit St.
Tujuan
Elisabeth Lela

Definisi operasional Pembaharuan konten website adalah memperbaharui konten-


konten di dalam website dalam jangka waktu tertentu
Frekuensi pengumpulan data 2 kali sepekan
Periode analisis 1 Bulan
Numerator Jumlah konten yang terupdate
Denominator Konten terupdate 2 kali sepekan
Sumber data Dari setiap instalasi/unit kerja RS St. Elisabeth Lela
Target Minimal 2 konten artikel sepekan
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM

 C. INDIKATOR OUTPUT

7. Kepuasan pengguna SIM RS


Judul Kepuasan Pengguna SIM RS
Dimensi mutu Kenyamanan

Tujuan Terselenggaranya penggunaan SIM RS yang mampu


memberikan kepuasan pelanggan
Kepuasan adalah pernyataan puas oleh pengguna terhadap SIM
Definisi operasional
RS
Frekuensi pengumpulan data Setiap Bulan
Periode analisis 1 Minggu
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pengguna SIM
Denominator Jumlah seluruh pengguna SIM RS
Sumber data Survei
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Unit Kerja SIM

b. KPI INDIVIDU

L. KEGIATAN ORIENTASI/DIKLAT

Rumah Sakit St. Elisabeth Lela senantiasa mengembangkan manajemen sumber daya manusia
yang baik, agar terwujud kuantitas dan kualitas pegawai yang mampu melaksanakan tugas dalam
rangka mencapai tujuan organisasi.

Salah satu tahapan manajemen sumber daya manusia yang dilaksanakan di RS St. Elisabeth Lela
adalah program orientasi baik untuk pegawai baru atau pegawai lama. Program ini dapat
dilakukan manakala rumah sakit memperoleh pegawai baru ataupun tidak.
Orientasi umum berfokus pada pengenalan dan adaptasi lingkungan kerja secara non teknis,
terutama memahami company profile dan team work building. Kegiatan tersebut dilaksanakan
oleh Bagian SDM bekerjasama dengan Bagian Diklat dan Instalasi Diklat. Sedangkan orientasi
khusus berfokus pada pengenalan dan adaptasi lingkungan kerja secara teknis dan dilaksanakan
oleh unit kerja dimana pegawai baru tersebut ditempatkan.
Melalui program orientasi umum, pegawai baru diperkenalkan dengan struktur organisasi, visi,
misi, falsafah, tujuan, nilai-nilai dan budaya organisasi RS St. Elisabeth Lela. Disamping itu,
pegawai yang mengikuti orientasi juga dibekali pemahaman tentang produk layanan, sistem
keselamatan pasien dan prinsip-prinsip kerjasama tim.

M. PERTEMUAN/RAPAT (RAPAT RUTIN,INSIDENTIL)

Rapat merupakan bentuk komunikasi yang dihadiri oleh beberapa orang untuk membicarakan dan
memecahkan permasalahan tertentu, dimana melalui rapat berbagai permasalahan dapat
dipecahkan dan berbagai kebijaksanaan organisasi dapat dirumuskan. Pada unit kerja SIMRS St.
Elisabeth Lela, rapat internal dilakukan setiap bulan dengan tujuan untuk membahas dan
mengevaluasi kerja staf SIMRS. Selain itu, dalam rapat tersebut membahas tentang masalah-
masalah yang terjadi selama satu bulan dan mencari pemecahan masalahnya. Rapat internal
tersebut dihadiri oleh kepala unit kerja SIM-RS , staf SIM-RS, maupun staf dari unit terkait yang
berkaitan dengan pembahasan pada saat rapat.

N. PELAPORAN (HARIAN, BULANAN, TAHUNAN)

Laporan merupakan suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun


pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai
dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara
mereka. Pelaporan yang ada di unit SIM-RS St. Elisabeth Lela, yakni pelaporan bulanan.
Pelaporan bulanan ini berupa laporan triwulan KPI (Key Performance Indikator). Laporan KPI
merupakan laporan yang berisi pencapaian indikator-indikator kinerja dari unit kerja SIM-RS ini.
Laporan ini memperlihatkan jumlah persentase pencapaian tiap indikator per bulannya.
BAB III

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM

1. Pendidikan : Diploma III / Sarjana Komputer

2. Mampu mengoperasikan SIM RS baik Front end maupun back end

3. Dutamakan menguasai jaringan komputer

4. Menguasai database MySQL-SQL Server

5. Familiar/terbiasa dengan bahasa pemrograman HTML/PHP/Visual Basiq/Java

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Distribusi ketenagaan mengenai jumlah staf di unit SIM-RS menujukkan bahwa jumlah staf yang ada
di unit SIM-RS sudah cukup dalam menunjang proses pengelolaan SIM-RS St. Elisabeth Lela dan
tugas-tugas yang dilakukan oleh petugas SIM-RS St. Elisabeth Lela. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
staf SIM-RS yang saat ini berjumlah 3 orang dengan jadwal kerja shift yang telah ditetapkan.

C. JADWAL KERJA/SHIFT

Shift pagi : 07.30 – 14.30


Shift siang : 14.30 – 20.30

Jadwal Normal : Senin – Jumat: 07.30 – 16.00

BAB IV

STANDAR FASILITAS

A. STANDAR RUANGAN DAN DENAH

Ruangan operator

Ruangan operator adalah ruang khusus bagi pegawai SIM RS untuk memonitoring berjalannya
aplikasi NAMA program SIM RS di seluruh area Rumah Sakit yang menggunakannya. Melalui
ruangan ini, pegawai SIM RS selain memonitoring, juga melakukan maintenance, perbaikan data,
dan seluruh tugas pokok dan fungsi yang telah diuraikan sebelumnya.

Karena di ruangan ini terdapat data-data penting dan rahasia bagi Rumah Sakit, maka letaknya
seharusnya tidak berdekatan dengan area publik yang bias diakses dengan mudah oleh siapa saja,
bahkan bagi yang tidak berkepentingan. Biasanya ruangan SIM RS berdekatan dengan ruang direksi
ataupun tempat-tempat yang tidak terlalu strategis lainnya.

Lebih detil tentang standard ruangan untuk SIM RS, karena ruangan ini harus terus berada dalam
pengawasan selama 24 jam, itu berarti seharusnya pegawai SIM RS bertugas 24 jam penuh dalam
sistem shift. Dengan keadaan seperti ini, ruangan SIM RS harus memiliki kenyamanan dan fasilitas
yang memadai.
Server

Ruang server tentu saja menyimpan komputer server yang menyimpan seluruh data milik rumah
sakit. Ruangan ini sebaiknya berdekatan dengan ruang SIM RS agar lebih mudah dimonitoring dan
dijangkau bila terjadi masalah. Selain itu, di dalam ruangan server perangkat elektronik yang ada
harus tetap menyala 24 jam. Karena itu untuk mencegah kerusakan perangkat akibat suhu yang
panas, ruangan harus tertutup dan dingin.

B. STANDAR SARANA DAN PRASARANA

Standar sarana dan prasarana SIM RS adalah memiliki komponen-komponen berikut ini:

a. Komponen input dan output

Komponen input adalah media untuk menangkap data yang akan dimasukkan ke dalam sistem,
seperti seperangkat komputer, printer, dan scanner.
b. Komponen teknologi

Teknologi merupakan aplikasi yang digunakan dalam sistem informasi. Teknologi digunakan
untuk menerima input, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output,
dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
c. Komponen basis data

Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu
dengan yang lain, tersimpan di peranagkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak
untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan
informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya
informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk
efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan
perangkat lunak paket yang disebut DBMS (Database Management System).
d. Komponen kontrol

Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur, air,
debu, kecurangankecurangan, kegagalankegagalan sistem itu sendiri, ketidak-efisienan, sabotase
dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan
bahwa halhal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-
kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
BAB V

TATA LAKSANA PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENELITIAN


SERTA

PELAYANAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) RS

A. TATA LAKSANA DIKLAT & PENELITIAN DI INSTALASI SIM-RS

Pelatihan dan pendidikan bagi pegawai RS St. Elisabeth Lela Mandiri secara keseluruhan dilakukan
secara bertahap dengan berbagai kualifikasi. Sebelum mulai bekerja, pegawai RS St. Elisabeth Lela
Mandiri yang baru wajib mengikuti orientasi selama 3 hari. Orientasi Pegawai Baru ini diberikan
sebagai pengenalan awal mengenai rumah sakit, mulai dari orientasi ruangan, budaya rumah sakit,
direksi dan staf rumah sakit dan tentu saja sesama pegawai rumah sakit yang baru.

Selanjutnya pegawai rumah sakit secara berkala diberikan berbagai jenis pelatihan. Materi-materi
pelatihan yang harus diikuti merupakan kualifikasi standar yang harus dimiliki oleh seseorang yang
bekerja di area rumah sakit, seperti pelatihan Fire Fighting, Pencegahan Infeksi dan sebagainya.

BAB VI
LOGISTIK
Logistik di rumah sakit adalah konsep yang kurang dipahami dan sering tidak dihargai, meskipun
meliputi bagian penting dari anggaran operasional rumah sakit. Studi menunjukkan bahwa sekitar 30%
sampai 45% dari pengeluaran rumah sakit didedikasikan untuk kegiatan logistik. Logistik di rumah sakit
tidak hanya layanan yang berhubungan dengan pembelian, toko dan farmasi, tetapi juga mencakup
layanan kesehatan seperti unit operasi dan ruang perawatan pasien.

Pengertian
Secara tidak sadar sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari kita telah melaksanakan fungsi logistik baik
itu di rumah kita atau di kantor, meskipun kenyataannya tidak selalu mempergunakan istilahnya. Logistik
adalah bagian dari instantsi yang tugasnya adalah menyediakan barang atau bahan yang dibutuhkan untuk
kegiatan operasionalnya instansi tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat dengan harga
serendah mungkin.

Tujuan
Kegiatan logistik sebenarnya punya tiga tujuan, Tujuan operasional agar tersedianya barang yang
bermutu, Tujuan keuangan, operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya. Dan
Tujuan keamanan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pencurian, penyusutan, dll.

Logistik SIM RS St. Elisabeth Lela

1. Komponen Input dan Output

Komponen input dan output adalah media untuk menangkap data yang akan dimasukkan ke
dalam sistem, seperti seperangkat komputer, printer, dan scanner.
2. Komponen Basis Data

Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu
dengan yang lain, tersimpan di peranagkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak
untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan
informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya
informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk
efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan
perangkat lunak paket yang disebut DBMS (Database Management System).
3. Komponen Penunjang

Komponen penunjang adalah komponen pelengkap yang membantu teknis tugas-tugas SIM RS
seperti alat tulis menulis, kertas, dan jenis alat tulis kantor yang standar.

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN DAN MANAJEMEN RISIKO
A. PENGERTIAN

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).

Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun
prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya. Manajemen
risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera
dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri.

B. TUJUAN

Tujuan keselamatan pasien, yaitu membangun kesadaran terhadap keselamatan pasien serta
terlaksananya implementasi keselamatan pasien dalam setiap kegiatan pelayanan di Rumah Sakit.

Tujuan adanya manajemen resiko, yaitu untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), serta untuk melaksanakan
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis lainnya perlu
diperhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode
pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja di sana perlu dilaksanakan, misalnya
perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan
alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah
sakit, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit juga ‘concern’ keselamatan dan hak-hak pasien
yang masuk kedalam program patient safety.
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber “best practices” yang berlaku secara
Internasional, seperti National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), the Centers for
Disease Control (CDC), the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the US
Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah
petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC), 41% petugas medis
mengalami absenteism yang diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan injury dan angka ini jauh lebih
besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei yangdilakukan terhadap 165 laboratorium
klinis di Minnesota memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak adalah needle sticks injury (63%)
diikuti oleh kejadian lain seperti luka dan tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah sakit sering
mengalami stres, yang merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan. Ketegangan otot
dan keseleo merupakan representasi dari low back injury yang banyak didapatkan di kalangan petugas
rumah sakit.
Keselamatan Kerja pada Unit Kerja SIM RS
Keselamatan kerja pada unit kerja SIM RS berfokus kepada peralatan-peralatan utama dan penunjang
yang digunakan oleh staf SIM RS selama melaksanakan tugasnya. Selain dari perangkat teknis, budaya
kerja staf SIM RS juga turut memengaruhi keselamatan staf tidak hanya dari sisi fisik tapi juga dari sisi
psikologis.
- Keselamatan Kerja ditinjau dari Instalasi Peralatan Kerja

 Dari segi instalasi peralatan kerja di unit SIM RS, penggunaan dan peletakan kabel-kabel
yang tidak tepat beresiko mencelakakan staf. Misalnya kabel-kabel yang tidak rapi dan
dibiarkan berserakan begitu saja.

 Selain itu penempatan pemancar sinyal WiFi yang terlalu dekat dengan staf juga beresiko
bagi kesehatan staf yang efeknya terlihat beberapa tahun yang akan datang.
 Penggunaan PC yang terlalu lama juga memengaruhi kesehatan staf dari sisi penglihatan
dan paparan radiasi komputer dalam jangka waktu yang lama.

- Keselamatan Kerja ditinjau dari Budaya dan Perilaku Kerja

Budaya dan perilaku staf SIM RS memengaruhi keselamatan psikologis staf. Pengaturan jadwal
shift dan jam kerja yang tidak tepat akan mengganggu kenyamanan staf dalam bekerja.
BAB IX

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pada unit SIM RS St. Elisabeth Lela akan mengarah pada keakuratan data atau
informasi yang ada di dalam sistem. Informasi yang terdaoat dalam sistem meliputi data pasien, seperti
nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan seterusnya. Juga data pegawai RS juga memiliki data, seperti
nama, unit kerja, pangkat, serta tagihan pasien, Rekam Medis, pembukuan RS dan lain-lain.
A. Nilai Informasi

Menurut Burch dan Strater dalam buku mereka, Information Systems: Theory and Practice, nilai
informasi itu didasarkan atas sepuluh sifat sebagai berikut :
1. Mudahnya dapat diperoleh

Sifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya dapat diperoleh keluaran informasi. Kecepatan
memperolehnya dapat diukur, akan tetapi berapa nilainya bagi pemakai informasi, sulit
mengukurnya.
2. Sifat luas dan lengkapnya

Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya mengenai volumenya,
akan tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifatnya ini sangat kabur dan oleh karena itu
sulit mengukurnya.
3. Ketelitian

Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran informasi. Dalam
hubungannya dengan volume data yang besar, maka biasanya terjasi dua jenis kesalahan, yakni
kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannya dengan permintaan para
pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi. Semua keluaran
lainnya tidak berguna akan tetapi masalah mempersiapkannya. Sifat ini sulit mengukurnya.
5. Ketepatan waktu

Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek, daripada siklus dapat
diperolehnya informasi : masukan, pengolahan dan pelaporan keluaran kepada para pemakai.
Biasanya agar informasi itu tepat waktu, lamanya siklus ini harus dikurangi. Dalam beberapa hal
ketepatan waktu dapat diukur.
6. Kejelasan

Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-istilah yang tidak jelas.
Membetulkan laporan dapat memakan biaya yang besar.
7. Keluwesan

Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak hanya dengan lebih
dari satu keputusan akan tetapi juga dengan lebih dari seorang pengambilan keputusan. Sifat ini
sulit mengukurnya, akan tetapi dalam banyak hal dapat diberikan nilai yang dapat diukur.
8. Dapat dibuktikan

Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji keluaran informasi
dan sampai pada kesimpulan yang sama.
9. Tidak ada prasangka

Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna
mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
10. Dapat diukur

Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi formal. meskipun
kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, klenik, dan sebagainya sering dianggap sebagai
informasi, hal-hal tersebut berada diluar lingkup pembicaraan kita.
Nilai informasi yang sempurna adalah bahwa mengambil keputusan diizinkan untuk memilih keputusan
optimal dalam setiap hal, dan bukan keputusan yang “rata-rata” akan menjadi optimal, dan untuk
menghindarkan kejadian-kejadian yang akan mengakibatkan suatu kerugian. Informasi ini tidak sempurna
karena lebih banyak memberikan perkiraan daripada memberikan angka yang pasti.
Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan, menurut Gordon B. Davis, adalah sebagai
berikut :
1. Tentukan tindakan-tindakan yang terbaik yang didasarkan atas kemungkinan-kemungkinan
sebelumnya.

2. Tentukan apakah tindakan itu akan berguna untuk memperoleh informasi sampel.

3. Tentukan ukuran sampel yang optimal.

4. Sampel

5. Perbaiki kemungkinan-kemungkinan sebelumnya didasarkan data sampel.

B. Mutu Informasi

Informasi berbeda dalam mutunya disebagiankan oleh penyimpangan atau kesalahan. Menurut
Gordon B. Davis kesalahan dapat disebagiankan oleh :
1. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.

2. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.

3. Hilang atau tidak terolahnya data.

4. Pemeriksaan atau pencatatan data yang salah

5. Dokumen (induk) sejarah yang salah (atau penggunaan dokumen sejarah yang salah)

6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan(misalnya kesalahan program komputer)

7. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja

Kesulitan karena peyimpangan dapat ditangani dalam pengolahan informasi melalui prosedur untuk
menemukan dan mengukur penyimpangan dan menyesuaikannya. Kesulitan karena kesalahan dapat
diatasi dengan :
1. Kontrol intern untuk menemukan kesalahan

2. Pemeriksaan intern dan extern

3. Penembahan “batas kepercayaan” kepada data,

4. Intruksi pemakai dalam prosedur pengolahan dan pengukuran agar para pemakai dapat menilai
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
BAB X

PENUTUP
Pedoman pengorganisasian unit kerja SIM-RS RS St. Elisabeth Lela Mandiri diharapkan dapat
memberikan kejelasan peran, fungsi dan kewenangan unit kerja SIM-RS sehingga dapat meningkatkan
kinerja dari unit ini.
Pedoman ini bukanlah sesuatu yang permanen, akan tetapi akan berubah mengikuti perubahan peraturan
yang berlaku, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, kebijakan pimpinan serta kondisi dan situasi
lingkungan. Untuk itu pedoman ini harus dievaluasi secara berkala.
Diharapkan pedoman ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi unit terkait dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi khususnya dalam penyusunan rencana kebijakan dan program di lingkungan RS St. Elisabeth
LelaMandiri.
BAB XIV
DAFTAR PUSTAKA
Proposal hospital information system      Pin.net 2007

Pengembangan sistem informasi                Basuki Suhardiman 2008

Anda mungkin juga menyukai

  • Untitled
    Untitled
    Dokumen1 halaman
    Untitled
    Michael susanto
    Belum ada peringkat
  • Indikator Mutu
    Indikator Mutu
    Dokumen1 halaman
    Indikator Mutu
    Michael susanto
    Belum ada peringkat
  • Asdf
    Asdf
    Dokumen3 halaman
    Asdf
    Michael susanto
    Belum ada peringkat
  • Asfdasdf
    Asfdasdf
    Dokumen3 halaman
    Asfdasdf
    Michael susanto
    Belum ada peringkat
  • Gvisus
    Gvisus
    Dokumen14 halaman
    Gvisus
    Michael susanto
    Belum ada peringkat
  • Metpen Mike
    Metpen Mike
    Dokumen3 halaman
    Metpen Mike
    Michael susanto
    Belum ada peringkat
  • 4ep2uman 2 - Ppra
    4ep2uman 2 - Ppra
    Dokumen19 halaman
    4ep2uman 2 - Ppra
    Michael susanto
    Belum ada peringkat