Disusun Oleh :
Dinda Melisri Joesa
NIM. 183310804
Dosen Pengampu :
Ns. Novi Herawati,S.Kep,M.Kep,Sp.Jiwa
A. Latar belakang
Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa
tidak ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa
tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara
untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak berdaya
masih dapat menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut, tetapi tidak
mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkannya karena kurangnya kontrol dan
sumber yang tersedia.
Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan
keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan
keinginan untuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat juga
harus menngunakan resiko bunuh diri.
Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya. Hal ini
muncul dalam berbagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih sering
dan lebih umum dirasakan daripada dilaporkan.
Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan tidak
fleksibel baik dalam pikiran , perasaan maupun perilaku.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Penyebab Keputusasaan
Beberapa factor yang terkait dengan keputusasaan yaitu perasaan
terbuang,adanya penurunan kondisi fisiologis,kehilangan kepercayaan pada
kekuataan spiritual,kehilangan kepercayaan pada nilai penting,stress jangka
panjang,pembatasan aktivitas jangka panjang yang mengakibatkan isolasi sosial.
Berdasarkan aspek biologis,psikologis,dan sosial,kondisi keputusasaan dapat
disebabkan oleh kondisi berikut ini.
a. Aspek biologis
Kondisi biologis yang menyebabkan terjadinya keputusasaan adalah
ada riwayat keluarga dengan depresi,status nutrisi,riwayat anoreksia dan BB
kurang atau berlebih,status kesehatan secara umum ; adanya riwayat
penyakit kronis,ketidakseimbangan system saraf dan elektrolit,paparan
terhadap racun atau alcohol.
b. Aspek psikologis
Kondisi psikologis yang menyebabkan terjadinya keputusasaan
adalah gangguan dalam komunikasi verbal,adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan (perpisahan atau penolakan),gangguan konsep diri; ideal diri
yang tidak realitis,motivasi yang kurang atau tidak ada dukungan sosial.
Self control yang kurang
c. Aspek sosial
Kondisi sosial yang menyebabkan terjadinya keputusasaan adalah
riwayat pendidikan; tidak sekolah/putus sekolah,pekerjaan dan pendapatan;
tidak berkerja atau pernah bekerja tapi diberhentikan serta sosial ekonomi
yang rendah,belum menikah atau kegagalan dalam berumah
tangga,spiritualitas yang kurang atau tidak menjalankan perintah
agama,pengalaman sosial masyarakat; pernah ditolak di kelompok sebaya
(Pitter,H Z,2011).
4. Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
b. Psikoterapi
Adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah
diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri
sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain
psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat
dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan
ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu,
psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh
seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk
memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Mana yang
baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan
perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri,
psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan
keluarganya.
c. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban
keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya
masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita
gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum
komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi
keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan,
kajian kitab suci dsb.
e. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di
lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam
program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi
kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian,
terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus,
bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini
berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling
sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke
keluarga dan ke masyarakat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus terkait
Ny. D usia 30 tahun datang ke RSJ RESPATI pada tanggal 19 november
2011, dengan wajah pasien tampak pucat, penampilan tampak lusuh dan tidak
terawat, saat ditanya pasien hanya diam dengan tatapan kosong. keluarga yang
mengantarkan mengatakan bahwa sudah satu bulan lebih sejak pasien ditinggal
oleh tunangannya pergi dengan wanita lain,pasien hanya mengurung diri
dikamar, tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan terlebih dengan keluarga.
keluarga juga mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah gagal dalam
berumah tangga (bercerai) sekitar 1 tahun yang lalu dengan alasan yang
sama,dan sejak gagal untuk yang ke-2 kalinya pasien putus asa dan tidak mau
mengenal laki – laki lagi,pasien juga pernah mencoba untuk mengakhiri
hidupnya.saat dilakukan pengkajian oleh perawat didapatkan hasil TB =160 cm,
BB =58 kg
Pengkajian
Biodata Pasien:
Nama :Ny. D
No.Register :098765
Agama : islam
Pendidikan : Sma
Umur : 30 thn
Alamat : Nologaten 23 A
Nama : Murtiyah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Nologaten
1. Keluhan utama :
1. Alasan Masuk :
Pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien selalu mengurung
diri di kamar, tidak mau bersosialisasi dan ada keinginan untuk
mengakhiri hidupnya.
2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang yang
tertutup
b. Faktor presipitasi :pasien putus asa dengna keadaannya
yang selalu mengalami kegagalan dalam menjalin suatu
hubungan
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : rambut pasien kusut, kulit kepala kotor tidak terdapat lesi,
tidak tampak hematom, tidak terdapat nyeri tekan.
Mata : mata pasien tidak konjungtivitis, sayu, tidak terdapat edema,
terdapat lingkaran hitam di kelopak mata bawah.
Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman
Telinga : telinga pasien simetris, tampak kotor, tidak ada gangguan
pendengaran
Mulut : mukosa bibir klien kering, tidak terdapat stomatitis, gigi
pasien kurang bersih
Ekstremitas atas ka/ki : tonus otot kuat
3. Psikososial
Saat dirumah pasien banyak tinggal di rumah,hanya mengurung diri
dikamar, jarang melakukan aktivitas di luar rumah, bahkan pasien malas bekerja.
4. Konsep diri
a. Gambaran diri atau citra tubuh:pasien memandang dirinya adalah seorang
wanita yang kurang beruntung
b. Identitas diri :pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita
c. Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah seorang istri
d. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa lebih baik dia tidak mengenal laki-laki
lagi
e. Harga diri : Pasien mengatakan dirinya tidak berguna lagi,dan putus asa.
5. Hubungan sosial
Sebelum bercerai dan dibawa ke rumah sakit pasien adalah sosok yang tidak
mudah putus asa, pasien adalah seorang istri yang sangat menyayangi
keluarganya, pasien menganggap keluarganya sangat berarti baginya. Hubungan
sosial pasien dengan lingkungannya sangat baik, tetapi setelah ditinggal oleh
tunanganya untuk yang ke 2 kalinya pasien merasa seperti sendiri sehingga hanya
mengurung diri dikamar.
6. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam.
b. Kegiatan ibadah : dulu pasien merupakan sosok yang rajin
beribadah
7. Status Mental
a. Penampilan : Penampilan pasien kuang rapi, tidak terurus, tampak
lelah dan putus asa
b. Pembicaraan : pasien sering tidak focus dan melamun dengan
tatapan kosong
8. Aktivitas motorik
a. Hipomotorik :pasien terlihat diam tidak banyak melakukan aktivitas
b. Hipermotorik : Tidak ada aktivitas hipermotorik yang dilakukan
oleh pasien
c. TIK : Tidak nampak TIK pada diri pasien
d. Agitasi : pasien nampak benci dan marah karena kegagalannya
dalam menjalin suatu hubungan.
e. Grimaseren : Pasien tidak menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak
disadari olehnya.
f. Tremor : pasien tidak menunjukkan adanya tremor
g. Kompulsif : pasien tidak menunjukkan kompulsif yang dilakukan
10. Afek
12. Persepsi
pasien merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya merupakan kesalahan dirinya.
15. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan
saat ini.
RENCANA KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
Dinda Melisri Joesa
NIM. 183310804
Dosen Pengampu :
Ns. Novi Herawati,S.Kep,M.Kep,Sp.Jiwa
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan
(NANDA,2014). Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu
dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh
individu baik verbal maupun non verbal. Intervensi yag dapat dilakukan untuk
mengatasi ketidakberdayaan adalah mengenali dan mengekspresikan emosi,
memodifikasi pola kognitif yang negative (latihan berfikir positif) , berpartisipasi
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan perawatan dan termotivasi
untuk aktif mencapai tujuan mencapai tujuan realstis (standar asuhan
keperawatan,2011)
B. TUJUAN
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ketidakberdayaan
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan ppada pasien ketidakberdayaan
2. Untuk mengetahui diagnose pada pasien ketidakberdayaan
3. Utuk mengetahui intervensi keperawatan pada pasien ketidakberdayaan
4. Untuk mengetahui implementasi paa pasien ketidakberdayaan
5. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien ketidakberdayaan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Penyebab Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan,ketidakadekuatan koping sebelumnya (seperti depresi),serta
kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan (Departement of
Health,2010). Faktor terkait ketidakberdayaan yaitu :
a. Kesehatan lingkungan
Hilangnya privasi,milik pribadi dan control terhadap terapi
b. Hubungan interpersonal
Penyalahgunaan kekuasaan,hubungan yang kasar
c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen
Penyakit kronis atau penyakit yang melemahkan kondisi
d. Gaya hidup ketidakberdayaan
Mengulangi kegagalan dan ketergantungan
a. Factor predisposisi
Factor biologis
Factor biologis yang berkaitan dengan masalah
ketidakberdayaan adalah menderita penyakit kronis (riawayat
melakukan general check up,tanggal terakhir periksa), adanya
riwayat sakit panas lama saat perkembangan bali sampai kejang-
kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal,temporal dan limbic.
Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan. Misalnya : kanker terminal atau penyakit fisik
yang bersifat kronis lainnya (Audrey Berman,Shirlee
Snyder,2016).
Factor psikologis
faktor psikologis yang berkaitan dengan masalah
ketidakberdayaan adalah pengalaman perubahan gaya hidup
akibat lingkungan tempat tinggal,ketidakmampuan menjalankan
peran akibat penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan,ketidakpuasan dengan kehidupan (tujuan hidup
yang sudah dicapai),merasa frustasi dengan kondisi
kesehatannya dan kehidupannya yang sekarang,pola asuh orang
tua pada saat klien anak hingga remaja terlalu otoriter atau
terlalu melindungi/menyayangi,motivasi : penerimaan umpan
balik negaitf yang konsisten selama tahap perkembangan balita
hingga remaja. Kurang minat dalam mengembangkan hobi dan
aktivitas sehari-hari,pengalaman aniaya fisik,baik sebagai
pelaku,korban maupun sebagai saksi,self control : tidak mampu
mengontrol perasaan dan emosi,mudah cemas,rasa takut akan
tidak diakui,gaya hidup tidak berdaya,kepribadian : mudah
marah,pasif,dan cenderung tertutup (Amenta,1982).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Informasi Umum
Inisial klien :
Usia :
Jenis kelamin : Perempuan laki-laki
Suku :
Status perkawinan : Belum menikah Menikah Janda/Duda
Alamat :
Psikososial:
Bagaimana perasaan klien terhadap sakit yang dialami, bagaimana hubungan social
klien sejak mengalami sakit tersebut, apakah karena sakit yang dialami
mengakibatkan perubahan psikologis/ perasaan, perubahan tingkat
ekonomi/pekerjaan.
Konsep diri:
Apakah penyakit fisik yang dialami mempengaruhi:
1. Citra tubuh,
Jelaskan : ………………………………………………………………………
2. Identitas diri,
Jelaskan…………………………………………………………………………
3. Peran,
Jelaskan …………………………………………………………………………
4. Ideal diri,
Jelaskan …………………………………………………………………………
5. Harga diri,
Jelaskan …………………………………………………………………………
e. Sumber Koping
(Uraikan sumber koping yang dimiliki klien seperti kemampuan personal klien,
keyakinan klien terhadap kondisi yang dialami, dukungan sosial dari
keluarga/kelompok teman jika ada, akses terhadap pelayanan kesehatan
terjangkau/terdapat kendala).
Jelaskan:
Status Mental
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras
Lambat
Gagap
Inkoherensi
Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Aktivitas motorik
Lesu Tik
Tegang
Grimasem
Gelisah
Agitasi
Tremor
Jelaskan Kompulsif
……………………………………………………………………………………
4. Alam perasaan
Sedih Putus asa
Ketakutan Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Keluarga
1. Genogram
2. Tipe keluarga
Nuclear family Diad family
Extended family Single parent family
3. Hubungan klien dengan kepala keluarga
Kepala keluarga
Orang tua
Istri
Anak
Lain-lain, sebutkan:
……………..
f. Mekanisme Koping
(Apa yang telah dilakukan klien terkait dengan kondisi/masalahnya)
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
g. Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
Subjektif: 1 ………………………………..
Objektif:
Subjektif: 2 ………………………………..
Objektif:
h. Diagnosa Keperawatan
a.…………………………………………………………
b. …………………………………………………………
i. Aspek Medik
Diagnosa Medik : (Terkait dengan penyakit fisik klien)
B. Diagnosa Keperawatan
Ketidakberdayaan
b. Pada Keluarga
SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
a) Bina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
2) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan pasienn dan cara
merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
b) Membuat kontrak (informed consent) duakali pertemuan latihan cara merawat
ketidakberdayaan pasien
c) Bantu keluarga mengenal ketidakberdayaan:
1) Menjelaskan ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta
akibatnya
2) Menjelaskan cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu mengembangkan
motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan situasi dan memotivasi cara afirmasi
positif yang telah dilatih perawat pada pasien
d) Sertakan keluarga saat melatih pasien melakukan afirmasi positif
SP2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol
perasaan ketidakberdayaan dan follow up
a) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien & kondisi pasien
b) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan mengontrol bagian tubuh yang
masih dapat dilakukan pasien walaupun sedang sakit. Anjurkan keluarga member
semangat dan memuji jika pasien melakukannya
d) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan kondisi pasien
yang perlu dirujuk (klien tidak mau terlibat dalam perawatan diri) dan cara merujuk
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Zaini,Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis
dan Komunitas. Yogyakarta : Penerbit Deepublish