Anda di halaman 1dari 5

Riky Hidayat/27

DIII Manajemen Aset / 4-04


RESUME PUBLIC ASSET PERFORMANCE MEASUREMENT IN INDONESIA AND
AUSTRALIA
Pembicara I: Bapak Encep Sudarwan

Barang milik negara adalah semua barang yang diperoleh dari APBN atau perolehan lainnya yang
sah. BMN memiliki siklus pengelolaan mulai dari perencanaan sampai pengawasan dan
pengendalian. Siklus ini saling berhubungan dan tidak mutlak berurutan pelaksanaannya, atas siklus
ini akan dilakukan evaluasi kinerja BMN maupun SDM yang mengelola dan menggunakan BMN.
Latar belakang evaluasi kinerja BMN yakni adanya permasalahan pengelolaan BMN seperti:

a. Nilai BMN memiliki potensi yang sangat besar dan diharapkan menjadi sumber revenue
tetapi belum dieklola dengan baik
b. Banyaknya permasalahan terkait pengelolaan BMN, terutama setelah revaluasi banyak
ditemukan BMN yang penggunaannya tidak sesuai tusi, BMN idle, BMN berlebih, bahkan
BMN yang tidak ditemukan berupa tanah, bangunan, jalan dan irigasi tetapi biaya
pemeliharaannya ternyata diajukan sehingga menjadi temuan BPK.
c. Pengambilan keputusan tidak didasarkan pada pengukuran kinerja BMN.

Oleh karena itu, DJKN melakukan Reformasi Transformasi Kelembagaan DJKN dengan cara
melakukan portofolio aset dan mendorong K/L melakukan pengelolaan BMN secara optimal untuk
mewujudkan misi DJKN yakni mewujudkan optimalisasi penerimaan, efesiensi pengeluaran, dan
efektivitas pengelolaan kekayaan negara.

Dalam pengelolaan aset publik dalam hal ini BMN, terdapat lima masalah utama berdasarkan
penelitian yang pernah dilakukan yakni:

1. Kepemilikan dan pemindahtanganan kepemilikan. Masalah terkait kepemilikan ini adalah


kurangnya rasa memiliki juga berlebihnya rasa memiliki. Ada satker yang kurang “rasa
memiliki” terhadap BMN yang digunakan, sebaliknya ada juga satker dengan rasa memiliki
yang berlebihan sehingga BMN yang digunakan tidak ingin dipindahtangankan padahal BMN
tersebut menganggur sehingga optimalisasi kinerja BMN tidak terpenuhi.
2. Tahapan dan proses pengelolaan. Terdapat dua pihak dalam pengelolaan BMN yakni
pengguna dan pengelola. Pengguna dalam hal ini K/L atau satker harus menanamkan bahwa
mereka sebagai pengguna bukan pemilik.
3. Pengukuran kinerja aset. Pengukuran perlu dilakuakn agar kita mengetahui bagaimana
efisiensi penggunaan aset yang seharusnya , apakah aset tersebut telah digunakan sesuai
tusi sebagai fungsi utama aset/BMN tersebut sampai sejauh mana aset bisa menghasilkan
revenue dan mengurangi costi juga perlu dilakukan.
4. Visi dan Misi pengelolaan khususnya di DJKN dimana paradigma yang ada belum berubah
dari asset administrator menjadi asset manager.
5. Persepsi terhadap aset publik yang masih berbeda-beda diantara para pihak yang terlibat
dalam pengelolaan.
Nilai aset dalam LKPP cukup besar sehingga dilakukan portofolio aset yang juga dievaluasi secara
tahunan. Evaluasi portolio aset tahunan ini dilakukan dengan cara:

1. Memaksimalkan penggunaan/pemanfaatan BMN berupa lahan/bidang/tanah kosong


2. Mengidentifikasi dan mengumumkan K/L yang menggunakan BMN kurang optimal
3. Mengidentifikasi tanah dan atau bangunan yang memiliki potensi penggunaan/pemanfaatan
alternatif yang lebih baik

Tata cara evaluasi kinerja BMN diatur dalam KMK No. 349/2018 dengan petunjuk pelaksanaan dari
Pasal 41A PMK 52/2016. Indikator pengukuran kinerja aset/BMN diantaranya:

1. Untuk kepentingan umum, artinya BMN yang existing harus digunakan sesuai tusi satker
untuk pelayanan dan kepentingan umum sebagaiman diatur dalam peraturan perundang-
undangan
2. Manfaat sosial, diukur sesuai kriteria UN, OPEC, UNDP, dan standar nasional lainnya
3. Tingkat kepuasan satker pengguna terhadap aset yang digunakan
4. Potensi penggunaan lain di masa yang akan datang. Contoh riil uang sedang dikaji adalah
terkait dengan rencana pemindahan ibukota ke Kalimantan sehingga perlu kajian mendalam
terhadap BMN yang ada di Jakarta.
5. Segi ekonomi dengan melihat kelayakan finansial suatu aset
6. Kondisi teknis dengan melihat kondisi teknis suatu aset untuk menentukan kebijakan apakah
suatu aset cukup dengan pemeliharaan rutin, harus direnovasi, atau lebih ekonomis jika
dihapuskan.

Adapun proses evaluasi portofolio aset tahunan:

1. Mengidentifiukasi dan menginventarisasi seluruh aset, untuk saat ini baru tanah dan
bangunan saja.
2. Mengevaluasi seluruh portofolio berdasarkan kriteria kepemilikan aset dan rencana
pemerintah dengan memperhatikan portofolio risk
3. Pengumpulan data dengan metode-metode dan pengolahan data dengan aplikasi portofolio
aset
4. Mengevaluasi keseluruhan portofolio terhadap program prioritas pemerintahdan potofolio
risk
5. Mengimplementasikan perubahan struktur portofolio

Dalam proses evaluasi oleh tim evaluasi tentu hasil akhirnya dibuatkan laporan evaluasi. Tim
evaluasi dalam proses evaluasi ini adalah tim evaluasi yang dibentuk KPKNL dengan beranggotakan
tiga orang yang diketuai oleh Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara. Output berupa laporan
evaluasi harus sesuai ketentuan berikut:

1. sesuai dengan format ketentuan SE-03/KN.2/2019 dan ND. 172/2020


2. satu laporan evaluasi dibuat untuk satu atau lebih BMN dalam Lokasi yang sama
3. Scorecard penilaian kinerja yang ditampilkan merupakan penilaian kinerja atas agregat
dalam suatu lokasi yang sama
4. Setelah ditandatangani oleh tim, laporan evaluasi diunggah ke dalam aplikasi SIMAN fiur
portofolio aset
atas hasil evaluasi, terdapat beberapa kriteria aset yang existing dengan opsi tindak lanjut sebagai
berikut:

Kondisi Aset Existing Opsi tindak lanjut


Optimal dan sesuai kebutuhan Pemeliharaan rutin
Under-performing • Modifikasi desain
• Perubahan prosedur opersional
• Perubahan prosedur pemeliharaan
Belum dapat memenuhi • Membeli atau membangun baru, baik
kebutuhan layanan publik menggunakan modal sendiri atau bekerja sama
dengan pihak lain
• Menyewa dari pihak lain
• Meminjam dari pihak lain
Melebihi kebutuhan • Dijual
• Disewakan
• Dipinjamkan ke pihak lain
• Dihibahkan

Perlu diketahui bahwa pengukuran kinerja BMN bukanlah secara nominal karena sejak awal BMN
diadakan tujuannya untuk penyelenggaraan tusi satker. Atas kinerja BMN, ada beberapa
rekomendasi dengan ketentuan rekomEndasi maksimal tiga alternatif yakni:

Kinerja Rekomendasi
BMN berkinerja sangat baik • Mempertahankan sesuai peruntukannya
• Dapat melakukan pemeliharaan rutin
BMN berkinerja baik • Mempertahankan aset sesuai peruntukannya
• Memperbaiki aspek yang belum baik
BMN bekerja cukup atau buruk • Memperhatikan aset sesuai peruntukannya
tetapi dengan perbaikan pengelolaan
menyeluruh seperti investasi tambahan dan
perubahan bentuk
• Mengubah peruntukan aset dengan perbaikan
pengelolaan menyeluruh, seperti investasi
tambahan dan perubahan bentuk
• Meminahtangankan aset

Kinerja suatu Aset dapat diukur dari:

1. Tertib hukum, tertib fisik, dan tertib administrasi


2. Revenue yang bisa dihasilkan, dalam hal ini PNBP
3. Kesesuaian BMN dengan Standar Barang dan Standar Kebutuhan / SBSK
4. Utilisasi aset
5. Pensertifikatan untuk tanah
6. Manfaat ekonomi yang dihasilkan

Tahapan awal implementasi dan target implemetasi:


Pada tahun 2019 telah diadakan ploting dan saat ini (2020) telah dilakukan implementasi awal batch
1 yang akan dilanjutkan dengan implementasi awal batch 2 dan 3 pada tahun 2021 dan 2022 sampai
pelaksanaan yang berkelanjutan di tahun-tahun berikutnya. Pada tahun ini terjadi perubahan target
evaluasi karena faktor pandemi covid-19 sehingga target evaluasi yang sebelumnya sebanyak 11.166
NUP menjadi 5.375 NUP.

Isu terkini terkait pengelolaan BMN:

Direncanakan adanya Limited Concession Scheme atau kerja sama terbatas untuk pembiayaan
infrastruktur terhadap aset yang kurang optimal. Skema ini disebut juga asset recycle dimana aset
yang kinerjanya kurang optimal akan diambil alih dan ditawarkan kepada penawar tertinggi dalam
jangka waktu yang cukup lama misal 30 tahun kemudian skema pembayarannya adalah pembayaran
sekaligus di awal dengan mempresent valuekan nilai pemanfaatan aset tersebut. Uang yang
dihasilkan akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Skema ini sudah memiliki payung
hukum dalam PP terkait pengelolaan BMN yang terbaru yakni PP 28 tahun 2020.
Pembicara II: Ibu Conny Susilawati

Siklus pengelolaan aset meliputi planning > acquire > operation >performance measurement >
disposal dan kembali ke planning. Untuk setiap siklus ini harus direncanakan dengan matang dan ada
pertimbangan untuk pengambilan keputusan di setiap siklus.

Pengelolaan aset di Australia memiliki sistem yang disebut Strategic Asset Management (SAM) yang
terstruktur, menyeluruh, dan terintegrasi. Khususnya di Queensland Government, dahulu sistem
manajemen aset ini belum berlaku. Sejak SAM diberlakukan, sudah ada guide line guide line yang
jelas dan komprehensif mengenai pengelolaan aset di Queensland.

Manfaat Strategic Asset Management (SAM):


1. Sebagai struktur untuk proses pengelolaan
2. Sebagai kerangka kerja untuk perkembangan strategi
3. Alat dan metode pengelolaan
4. Pedoman mengambil keputusan terkait penawaran jasa aset
5. Mengurangi biaya terkait siklus aset untuk memberikan jasa dan program dengan standar
yang spesifik
6. Kerangka kerja pada sektor publik
7. Manajemen resiko

Asset performance analisis sebelum melakukan pengadaan aset

1. Melihat status aset


2. Melihat target ke depan dari aset
3. Analisa gap
4. Opsi prioritas selanjutnya yakni:
• Reform atau meningkatkan kinerja aset melalui perubahan pada institusi dan hukum
yang telah ada
• Better use atau meningkatkan kinerja aset melalui permintaan terhadap aset yang
berpengaruh dengan memperhatikan teknologi, pricing, dll.
• Improve existing atau meningkatkan kinerja aset melalui penghematan biaya dan
modal kerja melalui infrastruktur yang sudah ada
• New atau menambah aset baru sebagai piligan terakhir

Kinerja aset yang baik melalui pengukuran seharusnya:

1. Meningkatkan return kepada stakeholder


2. Mengurangi resiko
3. Adanya kepastian cash flow
4. Memenuhi tujuan
5. Adanya penambahan nilai pada aset

Anda mungkin juga menyukai