Barang milik negara adalah semua barang yang diperoleh dari APBN atau perolehan lainnya yang
sah. BMN memiliki siklus pengelolaan mulai dari perencanaan sampai pengawasan dan
pengendalian. Siklus ini saling berhubungan dan tidak mutlak berurutan pelaksanaannya, atas siklus
ini akan dilakukan evaluasi kinerja BMN maupun SDM yang mengelola dan menggunakan BMN.
Latar belakang evaluasi kinerja BMN yakni adanya permasalahan pengelolaan BMN seperti:
a. Nilai BMN memiliki potensi yang sangat besar dan diharapkan menjadi sumber revenue
tetapi belum dieklola dengan baik
b. Banyaknya permasalahan terkait pengelolaan BMN, terutama setelah revaluasi banyak
ditemukan BMN yang penggunaannya tidak sesuai tusi, BMN idle, BMN berlebih, bahkan
BMN yang tidak ditemukan berupa tanah, bangunan, jalan dan irigasi tetapi biaya
pemeliharaannya ternyata diajukan sehingga menjadi temuan BPK.
c. Pengambilan keputusan tidak didasarkan pada pengukuran kinerja BMN.
Oleh karena itu, DJKN melakukan Reformasi Transformasi Kelembagaan DJKN dengan cara
melakukan portofolio aset dan mendorong K/L melakukan pengelolaan BMN secara optimal untuk
mewujudkan misi DJKN yakni mewujudkan optimalisasi penerimaan, efesiensi pengeluaran, dan
efektivitas pengelolaan kekayaan negara.
Dalam pengelolaan aset publik dalam hal ini BMN, terdapat lima masalah utama berdasarkan
penelitian yang pernah dilakukan yakni:
Tata cara evaluasi kinerja BMN diatur dalam KMK No. 349/2018 dengan petunjuk pelaksanaan dari
Pasal 41A PMK 52/2016. Indikator pengukuran kinerja aset/BMN diantaranya:
1. Untuk kepentingan umum, artinya BMN yang existing harus digunakan sesuai tusi satker
untuk pelayanan dan kepentingan umum sebagaiman diatur dalam peraturan perundang-
undangan
2. Manfaat sosial, diukur sesuai kriteria UN, OPEC, UNDP, dan standar nasional lainnya
3. Tingkat kepuasan satker pengguna terhadap aset yang digunakan
4. Potensi penggunaan lain di masa yang akan datang. Contoh riil uang sedang dikaji adalah
terkait dengan rencana pemindahan ibukota ke Kalimantan sehingga perlu kajian mendalam
terhadap BMN yang ada di Jakarta.
5. Segi ekonomi dengan melihat kelayakan finansial suatu aset
6. Kondisi teknis dengan melihat kondisi teknis suatu aset untuk menentukan kebijakan apakah
suatu aset cukup dengan pemeliharaan rutin, harus direnovasi, atau lebih ekonomis jika
dihapuskan.
1. Mengidentifiukasi dan menginventarisasi seluruh aset, untuk saat ini baru tanah dan
bangunan saja.
2. Mengevaluasi seluruh portofolio berdasarkan kriteria kepemilikan aset dan rencana
pemerintah dengan memperhatikan portofolio risk
3. Pengumpulan data dengan metode-metode dan pengolahan data dengan aplikasi portofolio
aset
4. Mengevaluasi keseluruhan portofolio terhadap program prioritas pemerintahdan potofolio
risk
5. Mengimplementasikan perubahan struktur portofolio
Dalam proses evaluasi oleh tim evaluasi tentu hasil akhirnya dibuatkan laporan evaluasi. Tim
evaluasi dalam proses evaluasi ini adalah tim evaluasi yang dibentuk KPKNL dengan beranggotakan
tiga orang yang diketuai oleh Kepala Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara. Output berupa laporan
evaluasi harus sesuai ketentuan berikut:
Perlu diketahui bahwa pengukuran kinerja BMN bukanlah secara nominal karena sejak awal BMN
diadakan tujuannya untuk penyelenggaraan tusi satker. Atas kinerja BMN, ada beberapa
rekomendasi dengan ketentuan rekomEndasi maksimal tiga alternatif yakni:
Kinerja Rekomendasi
BMN berkinerja sangat baik • Mempertahankan sesuai peruntukannya
• Dapat melakukan pemeliharaan rutin
BMN berkinerja baik • Mempertahankan aset sesuai peruntukannya
• Memperbaiki aspek yang belum baik
BMN bekerja cukup atau buruk • Memperhatikan aset sesuai peruntukannya
tetapi dengan perbaikan pengelolaan
menyeluruh seperti investasi tambahan dan
perubahan bentuk
• Mengubah peruntukan aset dengan perbaikan
pengelolaan menyeluruh, seperti investasi
tambahan dan perubahan bentuk
• Meminahtangankan aset
Direncanakan adanya Limited Concession Scheme atau kerja sama terbatas untuk pembiayaan
infrastruktur terhadap aset yang kurang optimal. Skema ini disebut juga asset recycle dimana aset
yang kinerjanya kurang optimal akan diambil alih dan ditawarkan kepada penawar tertinggi dalam
jangka waktu yang cukup lama misal 30 tahun kemudian skema pembayarannya adalah pembayaran
sekaligus di awal dengan mempresent valuekan nilai pemanfaatan aset tersebut. Uang yang
dihasilkan akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Skema ini sudah memiliki payung
hukum dalam PP terkait pengelolaan BMN yang terbaru yakni PP 28 tahun 2020.
Pembicara II: Ibu Conny Susilawati
Siklus pengelolaan aset meliputi planning > acquire > operation >performance measurement >
disposal dan kembali ke planning. Untuk setiap siklus ini harus direncanakan dengan matang dan ada
pertimbangan untuk pengambilan keputusan di setiap siklus.
Pengelolaan aset di Australia memiliki sistem yang disebut Strategic Asset Management (SAM) yang
terstruktur, menyeluruh, dan terintegrasi. Khususnya di Queensland Government, dahulu sistem
manajemen aset ini belum berlaku. Sejak SAM diberlakukan, sudah ada guide line guide line yang
jelas dan komprehensif mengenai pengelolaan aset di Queensland.