Anda di halaman 1dari 3

Bab 2

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA UMAR BIN


KHATTAB

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA UMAR BIN KHATTAB

Umar bin Khattab memerintah atau menjadi khalifah selama 10 tahun 6 bulan yaitu dari
tahun 13 H-23 H (634 M-644 M). Beliau meninggal pada usia 63 tahun pada bulan Dzul Hijjah
disebabkab dibunuh oleh seorang berkebangsaan Persia yang bernama Abu Lu`lu yang menyimpan
dendam kepada Umar bin Khattab yang telah menaklukkan negrinya.

Jenazah Umar bun Khattab dikebumikan di samping kuburan Abu Bakar r.a dan Rasulullah
SAW. [3]

Banyak kemajuan yang dialami oleh umat Islam dan agama Islam pada masa khalifah Umar
bin Khattab, diantara kemajuan yang dialami pada masa Umar bin Khattab adalah sebagai berikut  :
[4]

1.      Penyebaran (ekspansi) syari`at Islam ke luar Jazirah Arab

Khalifah Umar bin Khattab melanjutkan misi penyebaran Islam ke luar jazirah Arab seperti
yang telah dilakukan oleh Khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq. Pada akhir masa
pemerintahan Abu Bakar r.a beliau berhasil menyatukan kembali yang ada di jazirah Arab setelah
adanya gerakan pembangkangan. Sementara daerah di luar jazirah Arab yang berhasil dikuasai
adalah daerah Ubullah (terletak di pantai teluk Persia), lembah mesopotomia, Hirat, Dumat al-Jandal
yang berada di Suriah, sebagian daerah perbatasan Palestina, Suriah dan sekitarnya.

Perluasan wilayah pada zaman Umar bin Khattab berlangsung kurang lebih 10 tahun; dengan
waktu yang relatif cukup singkat daerah yang dikuasai oleh umat Islam bertambah secara
spektakuler. [5] Daerah yang berada di bawah kekuasaan khalifah Umar bin Khattab terbentang dari
Tripoli (Afrika Utara) di barat sampai Persia di timur; dari Yaman di selatan sampai Armenia di utara.

Kegemilangan penaklukan daerah-daerah pada masa pemerintahan Umar bin Khattab


ditandai dengan penaklukan Suriah dan Palestiana yang pada saat itu berada dalam kekuasaan
Byzantium; sementara Byzantium sendiri bisa dikuasai pada tahun 636 M juga Damaskus bisa
dikuasai pula pada tahun tersebut. Tahun 638 M daerah Darussalam juga bisa dikuasai. Pada tahun
639 M dilakukan penyerangan ke daerah-daerah yang berada di negeri Mesir, dan dalam kurun tiga
tahun Mesir dapat dikuasai.

Tahun 641 M negara Palestina dan Suriah dapat dikuasai secara penuh; dan tahun 642 M
sebagian daerah Persia dan daerah Palestina dapat dikuasai; serta ketika beliau

wafat kedua negara tersebut dapat dikuasai sepenuhnya. Penaklukan-penaklukan daerah strategis
ini menaikkan citra Islam di mata dunia. [6]

2.    Administrasi Negara
Bertambah luasnya daerah di bawah kekuasaan Islam membuat Umar berfikir bagaimana
cara mengelola dan mengatur roda pemerintahan yang berada di bawah kekuasaannya.

Maka selanjutnya Umar bin Khattab membuat terobosan dengan melahirkan inovasi-inovasi
dalam mengelola pemerintahannya. Dalam berbagai riwayat, Umar ditampilkan sebagai sosok yang
mampu mengatasi persoalan-persoalan administrasi di wilayah yang baru. [7] Diantara inovasi yang
beliau lakukan adalah dalam hal pengadministrasian negara; contoh inovasi-inovasi yang beliau
lakukan adalah sebagai berikut :

a.      Menyatukan dan mengorganisir orang-orang Arab yang telah masuk Islam ke dalam sebuah
wadah persemakmuran agama-militer, di mana para anggotanya adalah kaum muslimin, karena bagi
mereka yang non muslim tidak bisa menjadi tentara perang.

b.       Umar berasumsi bahwa tidak ada agama lain di semenanjung Arab yang dilindungi selain Islam,
maka Umar mengusir orang-orang Yahudi Khaibar yang tinggal di Jericho dan tempat-tempat
lainnya; serta orang-orang Kristen Najran yang melarikan diri ke Suriah dan Irak.

c.        Orang Dzimmi, penduduk wilayah taklukkan akan mendapat perlindungan dari penguasa muslim
dan tidak diwajibkan militer, karena Islam melarang orang non muslim menjadi angkatan perang.

d.        Berkaitan dengan masalah perpajakan yang berada di daerah taklukkan wajib membayar pajak;
sementara mereka yang masuk Islam tidak dibebankan untuk membayar pajak tapi diganti dengan
kewajiban membayar zakat.

e.        Ghanimah menurut Umar adalah berupa harta bergerak dan tawanan perang; sementara tanah
dan mata uang dipandang sebagai fay dan menjadi hak komunitas Islam secara keseluruhan.

f.         Adanya sensus penduduk yang merupakan sensus pertama yang terjadi dalam sejarah
perjalanan umat. Sensus ini dilakukan untuk membagikan pendapatan negara. Dalam hal pembagian
harta negara tersebut, Umar membaginya menjadi tga golongan, yaitu :

Aisyah sebagai bagian dari ahlu al-bait mendapat jatah pendapatan sebesar rata-rata 12.000
dirham/tahun.

                 Ø   Kaum Muhajirin dan Anshar mendapat rata-rata 4000-5000 dirham/tahun

 Ø  Tentara prajurit arab besaran pembagian pembagian harta negara berdasar pada aktif dan sumbangsih
orang tersebut besaran tanggungannya berkisar antara 500-600 dirham/tahun

 Ø  Wanita, anak-anak bahkan klien, besaran tanggungan adalah 200-600  dirham/tahun.

3.      Membentuk Angkatan Perang Islam

Pembentukan tentara perang pada masa Umar bin Khattab lebih tertata rapih. Tentara perang
adalah orang muslim dari semua suku dan bangsa. Pasukan perang dipimpin oleh seorang komandan
dan panglima tertinggi (amǐr) adalah khalifah yang berada di Madinah yang memberikan otoritas
kepada para jendral.

Pada masa khalifah Umar ini, strategi-strategi perang telah ditanamkan kepada kaum
muslimin. Salah satunya adalah dengan menempatkan pasukan utama yang diapit oleh dua pasukan
sayap yang terdiri dari pasukan panah dan tombak; begitu juga dengan menempatkan regu
cadangan pada tempat-tempat yang strategis.

Yang tidak kalah penting berkaitan dengan masalah peperangan ini adalah dengan aturan
baru tentang masalah harta rampasan perang atau ghanimah. Kalau dulu ghanimah dibagikan secara
merata kepada seluruh pasukan perang, namun pada saat Umar harta rampasan yang boleh
dibagikan itu hanyalah berupa harta bergerak dan tahanan perang; sementara harta rampasan
perang berupa tanah dan mata uang menjadi hak seluruh komunitas muslim. Juga adanya
pengenalan istilah penggajian untuk para pasukan perang.

4.      Penanggalan Hijriyyah

Umar berijtihad bahwa untuk penanggalah tahun hijriyyah harus dimulai disaat Rasulullah
SAW dan para sahabat mengadakan hijrah ke kota Madinah.

 Baliau beralasan karena inilah titik awal penyebaran syari`at Islam ke seluru negri. Maka terhitung
sejak kepemimpinan beliau yaitu tahun 16 H (637 M) mulai dipergunakan penanggalan hijriyyah. [8]

5.      Pengumpulan tulisan-tulisan al-Qur`an

Khalifah Umar bin Khattab berfikir bahwa konsekwensi dari adanya peperangan–peperangan
yang terjadi adalah gugurnya para sahabat dalam peperangan tersebut; tak terkecuali para sahabat
yang tergolong para huffadz atau para penghafal al-Qur`an.

Maka berdasarkan realita yang terjadi, maka Umar memerintahkan untuk mengumpulkan
tulisan-tulisan al-Qur`an yang tersebar di antara para sahabat. Hal ini dilakukan oleh Umar bin
Khattab semata-mata untuk menjaga kemurnian al-Qur`an; kelak pengumpulan ini dijadikan sebagai
salah satu rujukan yang digunakan oleh khalifah Utsman bin Affan untuk membuat mushaf al-
Qur`an.

Di samping berinisiatif untuk mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur`an yang tersebar diantara


para sahabat, Umar pun berani berijtihad terhadap sesuatu yang tidak pernah terjadi pada zaman
Rasulullah SAW. Salah satu contoh bentuk ijtihad Umar bin Khattab adalah pelaksanaan shalat
tarawih secara berjama`ah.

Anda mungkin juga menyukai