Anda di halaman 1dari 13

TA’LIM BA’DA SUBUH DIMASJID AL UKHUWAH PALM SEMI TANGGAL : 14-5-2016

‫رسالة تـفـقـّه في الدين‬


SYARAH HADIS : BINASA ORANG YANG
MENENTANG KITAB ALLAH DAN SUNNAH NABI-NYA
[TA’LIF : UST ABUBAKAR SHIDDIQ]

ِ ِ ِ
ِ ‫الف ِهم ِفي ْا‬
ِ َ‫لكت‬ َ َ‫ِ}اَّن َما َهل‬ ‫صـلَّى اهللُ َعـلَ ْي ِه َو َسـلَّ َم‬
{‫اب‬ ْ ‫ان قَبلَ ُك ْم بِا ْخت‬
َ ‫ك َم ْن َك‬ َ ُ‫قَ ْولُه‬1-
1- Rasulullah Saw bersabda : ‘Sesungguhnya orang yang sebelum kalian mereka celaka
dan binasa disebabkan perselisihan mereka pada kitab Allah’ {HSR. Muslim}

.‫ود في اقـَْو ِال ِهم وافـْ َع ِال ِهم‬ َ ‫ون المـُجـَ ِاو ُز‬
َ ‫ون الحـُُد‬ َ ُ‫ون الغـَالـ‬
َ ُ‫المتـَ َع ِّـمـقـ‬
ُ ‫ون{ أي‬
َ ُ‫المتـَنـَطـِّعـ‬
ُ ‫ }هلك‬: ‫قوله‬2-
2- Rasulullah Saw bersada : “Telah celaka dan binasalah orang orang yang keterlaluan”
Yakni Celaka dan binasalah orang orang yang berlebih lebihan dan melampau batas
terhadap Hudud {ketentuan hukum hukum Allah & Sunnah NabiNya} didalam perkataan
ucapan ucapan mereka dan perbuatan amaliyah mereka. {Hadis Shahih Jami’us Shaghir
Oleh Syaikh Nashiruddin Al Baniy}
‫ عليكم بالغلو فانما هلك من كان قبلكم بالغلو‬: ‫ قوله صلى اهلل عليه وسلم‬3-
3- Rasulullah Saw bersada sabda Rasul saw yang lain : “Jauhilah oleh kalian tentang
berlebih lebihan itu karena sesungguhnya orang orang sebelum kalian celaka dan binasa
sebab mereka berlebih lebihan terhadap Din Allah” { HSR. Muslim dan Shahih Jami’us
Shaghir Oleh Syaikh Nashiruddin Al Baniy}

‫الك َم ْن قَ ْب ـلََنا ُهَنــا َهال ُكهُ ْم ِفي ال ِّـد ْي ِن بِ ُك ْفـ ِـر ِه ْم‬ ِ ‫اد بِه‬ َ َ‫ ِ}اَّن َـمـا َهل‬:‫قوله صلى اهلل عليه وسـلم‬4-
َ ُ ‫ـك{ اَْل ُم َـر‬
‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم ِم ْن ِمث ِـل ِف ْع ِـل ِه ْم‬ ِ ‫اع ِهم فَحذ َّر رسو ُل‬
ِ ِ
ُ َ َ َ ْ ‫َوِا ْبت َد‬
4- Sabda Rasulullah Saw diatas : ‘Sesungguhnya orang yang sebelum kalian mereka celaka
dan binasa’ Yakni Yang dimaksudkan dengan celaka dan binasa orang yang sebelum kita
disini ialah Ahli kitab Yahudi dan Nasrani yang mereka celaka dan binasa didalam Din
dengan kekufuran {penolakan} mereka terhadap hukum hukum {syari’at} Allah dan
penolakan mereka terhadap Sunnah NabiNya, dan mereka selalu mengada adakan Hudud
Hukum dan syari’at baru {Muhdats / Bid’ah} yang tidak ada dalilnya dari Kitab Allah dan
Sunnah NabiNya, maka Rasulullah Saw memperingatkan dengan keras terhadap ummatnya
yang mukmin jangan seperti perbuatan mereka itu yang selalu mengada adakan syari’at
baru {Muhdats / Bid’ah}” {Minhajul Ilmi, Syarah Shohih Muslim oleh Imam An Nawawi}
Hamba Allah yang ta’at kepada hudud-Nya akan masuk kesurga, dan yang menentang
hudud-Nya akan masuk keneraka, sebagaimana kalam Allah Swt :

َ ‫ين ِفيهَـا َو َذِل‬


‫ـك‬ ِِ
َ ‫ـار َخالـد‬ ْ ‫ات تَ ْـج ِري ِم ْن تَ ْحتِهَـا‬
ُ َ‫األنه‬
ٍ ‫ط ِع اللَّه ورسـولَه ي ْد ِخْلــه جَّن‬
َ ُ ُ ُ ُ ََ َ ‫ود اللَّ ِه َو َم ْن ُي ِـ‬ َ ‫تِْلـ‬
ُ ‫ـك ُح ُـد‬
ٌ ‫ودهُ ُي ْد ِخْلهُ َن ًارا َخ ِال ًدا ِفيهَا َولَهُ َع َذ‬
ٌ ‫اب ُم ِه‬
‫ين‬ َ ‫ص اللَّهَ َو َر ُسولَهُ َوَيتَ َع َّد ُح ُد‬
ِ ‫ و َم ْن َي ْع‬.‫يم‬ ِ
َ ُ ‫اْلفَ ْو ُز اْل َعظ‬
Itu adalah Hudud Allah {ketentuan-ketentuan hukum dari Allah}. Barangsiapa taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir
didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang
besar. Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-
ketentuan hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal
di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. {Qs. 4 : 13-14}
Dan kalam Allah yang lain lagi :
1
ِ ُ‫ين ما لَم ي ْأ َذ ْن بِ ِه اللَّه ولَوال َكِلمةُ اْلفَص ِل لَق‬ ِّ ‫اء َش َر ُعوا لَهُ ْم ِم َن‬
‫ض َي َب ْيَنهُ ْم َوإِ َّن‬ ْ َ ْ َُ َ ْ َ ِ ‫الد‬ ُ ‫أ َْم لَهُ ْم ُش َر َك‬
‫آمُنوا َو َع ِملُوا‬ َِّ ِ ِ ‫تَرى الظَّ ِال ِمين م ْش ِف ِق‬. ‫اب أَِليم‬ ِ ِ َّ
َ ‫ين‬ َ ‫ين م َّما َك َسُبوا َو ُه َو َواقعٌ بِ ِه ْم َوالذ‬ َ ُ َ َ ٌ ٌ ‫ين لَهُ ْم َع َذ‬ َ ‫الظالم‬
‫ض ُل اْل َكبِ ُير‬
ْ َ‫ك ُه َو اْلف‬َ ‫ون ِع ْن َد َرِّب ِه ْم َذِل‬ ِ
ُ ‫ضات اْل َجَّنات لَهُ ْم َما َي َش‬
َ ‫اء‬
ِ ‫ات ِفي رو‬
َ َْ
ِ ‫َّالح‬
ِ
َ ‫الص‬
“Apakah mereka mempunyai sekutu sekutu {sembahan sembahan} selain Allah yang sekutu
sekutu itu mensyariatkan untuk mereka Dien yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. dan
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang Amat pedih. Kamu
Lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan kejahatan yang telah
mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. dan orang-orang yang beriman serta
mengerjakan amal shaleh berada di dalam taman taman surga, mereka memperoleh apa
yang mereka kehendaki di sisi Rab mereka. yang demikian itu adalah karunia yang besar.
{Qs. Asy Syuura : 21-22}

‫صـ ِل‬ ِ
Kalimat ْ َ‫َكل َمـ ةُ اْلف‬ “Ketetapan yang menentukan dari Allah”, maknanya adalah ketetapan
siksaan adzab dari Allah dineraka.itu yang sangat pedih dan lebih dasyat dan kekal dari
pada kebinasaan dan siksaan yang ada didunia.
‫ين َمـا لَ ْم َيـ ْأ َذن بِ ِـه اللّـهُ} هـذا اسـتفهام انكـاري اي ال الـه‬ ِ ‫اء َش َر ُعوْا لَهُ ْم ّم َن ال ّـد‬
ُ ‫ {أ َْم لَهُ ْم ُش َر َك‬: ‫وقوله‬
ِ ِّ ‫ان اللَّ ِه َر‬ َّ ِ ِ ‫اال اهلل كقوله }لَو َك‬
‫ ال ُي ْسـأَ ُل‬.‫ون‬ َ ُ‫ش َع َّما َيصـف‬ ِ ‫ب اْل َعـ ْـر‬ َ ‫ان في ِه َما آلهَةٌ ِإال اللهُ لَفَ َس َدتَا فَ ُس ْب َح‬ َ ْ
‫ـان ُك ْم َهـ َذا ِذ ْـك ُـر َم ْن َم ِع َي َو ِذ ْـك ُـر َم ْن‬
َ ‫أَِم اتَّ َخ ُذوا ِم ْن ُدونِـ ِـه ِآلهَـةً ُقـ ْـل َهــاتُوا ُب ْر َهـ‬. ‫َع َّما َي ْف َع ُل َو ُه ْم ُي ْسأَلُون‬
‫ـوحي ِإلَ ْي ِـه‬
ِ ‫ول ِإال ُنـ‬ ٍ ‫ـك ِم ْن رسـ‬
ُ َ َ ‫ َو َمـا أ َْر َسـْلَنا ِم ْن قَْبِل‬.‫ون‬ َ ‫ضـ‬ ُ ‫ق فَهُ ْم ُم ْع ِر‬ َّ ‫ون اْل َح‬ ِ
َ ‫قَْبلي َب ْل أَ ْكثَُر ُه ْم ال َي ْعلَ ُم‬
{‫ون‬ ْ َ‫أََّنهُ ال ِإلَهَ ِإال أََنا ف‬
ِ ‫اع ُب ُد‬
Dan kalamNya diatas : “Apakah mereka mempunyai sekutu sekutu {sembahan sembahan}
selain Allah, yang sekutu sekutu itu mensyariatkan untuk mereka Dien yang tidak diizinkan
Allah?”, ini kalimat Tanya untuk mengingkari, yakni Tidak ada sekutu sekutu dan segala
yang disembah dan diibadahi dilangit dan dibumi dengan haq selain hanya Allah saja.
Sebagaimana kalamNya yang lain : “Sekiranya ada di langit dan di bumi Ilah Ilah yaitu
sekutu sekutu {sembahan sembahan} selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak
binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.
Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.
Apakah mereka menjadikan dan mengambil Ilah Ilah sekutu sekutu {sembahan sembahan}
selain-Nya? Katakanlah Ya Muhammad : "Unjukkanlah hujjah kalian! (Al Quran) ini adalah
peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang yang
sebelumku, sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu mereka
berpaling. Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Ilah {sembahan} yang haq melainkan Aku,
Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". {Al Anbiyaa : 22-25}

Dan kalam Allah yang lain lagi :

‫يم َو ُمو َسـى‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ـك ومـا و‬ ِ َِّ ‫صـى بِ ِـه ُن ـ‬ ِّ ‫ع لَ ُك ْم ِم َن‬


ِ ‫الد‬
َ ‫صـ ْيَنا بـه إ ْب َـراه‬ َ َ َ َ ‫وح ا َوالذي أ َْو َح ْيَنـا إلَْي‬ ً َّ ‫ين َمـا َو‬ َ ‫َش َر‬
‫وه ْم ِإلَْيـ ِـه اللَّهُ َي ْجتَبِي‬
ُ ‫ين َـمـا تَـ ْـد ُع‬ ِ ِ ِ
َ ‫يمــوا الـ ِّـد‬
َ ‫ين َوال تَتَفََّرقُــوا فيــه َكُبـ َـر َعلَى اْل ُم ْش ـ ِرك‬
ِ ْ ‫و ِعيس ـى أ‬
ُ ‫َن أَق‬ َ َ
ِ ِ ِ ِ
ُ ‫اء َوَي ْهدي ِإلَْيه َم ْن ُين‬
‫يب‬ ُ ‫ِإلَْيه َم ْن َي َش‬

2
Dia {Allah} telah mensyari'atkan bagi kalian tentang Din apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah Din itu [1] dan janganlah
kalian berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik tentang Din yang
kalian seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada Din itu orang yang dikehendaki-Nya
dan memberi petunjuk kepada (Din)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). {Qs. 42 : 13}

Ket [1]. Yang dimaksud: Din di sini ialah men-Tauhidkan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala HududNya, semua
perintah dan larangan-Nya

‫ـون‬ ِ ‫ﺍﺭﺴﻝ ﺍﷲ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻠﺭﺴﻞ ﻤﺒﺸﺭﻴﻦ ﻭﻤﻧﺫﺮﻴﻥـ ﻭﻗﻭﻝ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﻠﻰ رسـال مب ِّش ـ ِرين وم ْنـ ِـذ ِر‬
َ ‫ين لَئال َي ُكـ‬
َ َُ َ َُ ُ ُ
ِ َّ ‫الرس ِل و َك‬ ِ َّ ِ ‫ِل َّلن‬
ً ‫ان اللهُ َع ِز ًيزا َحك‬
‫يما‬ َ َ ُ ُّ ‫اس َعلَى الله ُح َّجةٌ َب ْع َد‬
Allah telah mengutus para Rasul yang membawa berita gembira dan yang membawa
peringatan, sebagaimana kalam Allah Swt yang lain : “Rasul-Rasul itu pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah
Allah sesudah diutusnya Rasul-Rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana (Qs 4 : 165)

Untuk menyembah dan mentauhidkan Allah sajalah tujuan diutusnya para Rasul, yang mana
mereka memberikan kabar gembira dan memberikan peringatan ancaman, dan Allah telah
menurunkan bersama mereka kitab yang benar sebagai wahyu dari Allah agar para Rasul
memutuskan perkara diantara manusia dengan kitab itu apa yang mereka perselisihkan,
Dan Nuh selaku Rasul pertama, yang meneima wahyu untuk mengajak ummatnya kembali
mentauhidkan Allah. Setelah mereka menyekutukan Allah dengan menyembah Thaghuut
dan menyembah ahli kubur. Sebagaimana kalamNya yang lain :

ِ ‫اهيم وإِ س ـم‬ِ ِ ِ ِِ ِ ‫النبِي‬ ٍ ‫ـك َك َـمـا أ َْو َح ْيَنــا ِإلَى ُنـ‬
َ ‫ِإَّنا أ َْو َح ْيَنــا ِإلَ ْيـ‬
‫اق‬
َ ‫يل َوإِ ْس ـ َح‬
َ ‫اع‬ َ َّ ‫ـوح َو‬
َ ْ َ َ ‫ِّين م ْن َب ْعــده َوأ َْو َح ْيَنــا إلَى إ ْبـ َـر‬
ِ
‫ورا‬ً ‫ان َوآتَْيَنا َد ُاو َد َزُب‬
َ ‫ون َو ُسلَ ْي َم‬
َ ‫ون َس َو َه ُار‬ َ ‫يسى َوأَُّي‬
ُ ‫وب َوُي‬ َ ‫األسَباط َو ِع‬ ْ ‫وب َو‬ َ ُ‫َوَي ْعق‬
Sesungguhnya Kami telah memberi wahyu kepadamu {Muhammad] sebagaimana Kami
telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa,
Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud. {Qs. 4 : 163}
Dan kalamNya yang lain :

‫ُم ٍة ِإال َخال ِفيهَا َن ِذ ٌير‬


َّ ‫ق َب ِش ًيرا َوَن ِذ ًيرا َوإِ ْن ِم ْن أ‬
ِّ ‫ك بِاْل َح‬
َ ‫ِإَّنا أ َْر َسْلَنا‬
Sesungguhnya Kami telah mengutus kamu {Muhammad} dengan membawa yang haq
kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak
ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan {Qs. Fathir
Ayat : 24}

Kata ِّ ‫بِ ــاْل َح‬


: ‫ق‬ “Dengan membawa yang haq kebenaran” adalah Dinut Tauhid dan semua
syari’at-Nya dan Sunnah NabiNya.

َِّ ‫َهو‬ ِ ٍ ‫ك علَى َش ِر‬


‫ون‬
َ ‫ين ال َي ْعلَ ُم‬ َ َ ْ ‫األم ِر فَاتَّبِ ْعهَا َوال تَتَّبِ ْع أ‬
َ ‫اء الذ‬ ْ ‫يعة م َن‬
َ َ َ ‫ثَُّم َج َعْلَنا‬
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dan Sunnah dari urusan Dien,
maka ikutilah syariat dan Sunnah itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui {Qs. Al Jatsiyah : 18}
3
Syaikh Muhammad bin Abdul wahab berkata : sungguh Allah telah mengutus para Rasul-
Nya yang mana mereka membawa berita gembira yaitu Dien dan syari’atNya, siapa yang
taat kepada mereka masuk surga, dan mereka membawa peringatan ancaman siapa yang
menentang mereka masuk neraka, dan yang paling utama seruan para Rasul itu adalah
mengajak ketauhid dan menjauhkan thoghuut. Rasul awal adalah Nuh As, dan yang terakhir
adalah Muhammad Saw, sebagaimana kalam Allah Swt yang lain :

‫وت فَ ِم ْنهُ ْم َم ْن َهـ َـدى اللَّهُ َو ِم ْنهُ ْم َم ْن‬


َ ‫اغ‬ ُ َّ‫اجتَنُِبــوا الط‬
ْ ‫اعُبـ ُـدوا اللَّهَ َو‬ ِ ‫ُم ٍة َر ُس ـوال أ‬
ْ ‫َن‬ ِّ ‫ولَقَـ ْـد َب َعثَْنــا ِفي ُكـ‬
َّ ‫ـل أ‬ َ
ِّ ِ ِ ِ َّ ‫ت َعلَ ْي ِه‬ ْ َّ‫َحق‬
َ ِ‫ان َعاقَبةُ اْل ُم َكذب‬
‫ين‬ َ ‫ف َك‬
َ ‫ض فَ ْانظُ ُروا َك ْي‬ِ ‫األر‬ ْ ‫الضاللَةُ فَس ُيروا في‬
Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat :supaya mereka
menyerukan "Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang
telah pasti kesesatan baginya . Maka berjalanlah kalian dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan Dien dan menolak syari’at Allah itu” {Qs.
An Nahl : 36}
Syaikh Ibnul Qoiyim RA berkata :

‫ﺍﻟﻄﺎﻏﻮﺖ ﻤﺎ ﺘﺠﺎﻮﺯ ﺑﻪ ﺍﻟﻌﺑﺩ ﺤﺩﻩ ﻤﻥ ﻤﻌﺑﻭﺩ ﺍﻭ ﻤﺘﺑﻭﻉ ﺍﻭ ﻤﻄﺍﻉ‬


Thoghuut itu adalah segala apa yang melampaui batas dengannya dari suatu yang
disembah / di ibadati, atau di ikuti, atau di taati, oleh seorang hamba

Ibnu Qoiyim menghendaki dengan ini, bahwa tauhid tidak sempurna melainkan dengan
beribadat hanya kepada Allah saja dan tidak menyekutukannya serta menjauhi segala
thoghuut. Kata “Thoghuut“ musytaq {pecahan} dari kata “Thogho atau Thughyan, yakni
segala sesuatu yang melampaui batas hukum syari’at Allah, diantaranya “Ghuluw ‘anis
syai’in” {berlebih-lebihan dari sesuatu}, dan seperti kata Thogho , dalam kalam Allah

َ ُ‫ب ِإلَى ِف ْر َع ْو َن ِإَّنه‬


‫ط َغى‬ ْ ‫ا ْذ َه‬
Pergilah kamu {Musa} kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah Thogho {melampaui batas}
menentang hokum Allah dan sunnah NabiNya”. {Qs An Nazi’at : 17}

Dan Fir’aun ini Raja yang sangat durhaka, dan melampaui batas, bahkan dia mengatakan
dirinya : “Akulah Rab kalian semua yang paling tinggi”. Orang yang menyeru manusia
tunduk pada dirinya dalam kekuasaannya, dan segala intruksinya wajib dipatuhi, meskipun
bertentangan dengan aqidah tauhid dan peribadatan kepada Allah, orang yang seperti ini
sama dengan Fir’aun. sebagaimana kalam Allah dalam Qs. An Nazi’at : 21-26}

‫ـال ِـ‬
‫اآلخ َـر ِة‬ َ ‫َخ َذهُ اللَّهُ َن َكـ‬ ْ ‫ـال أََنــا َرُّب ُك ُم‬
‫ فَأ َـ‬.‫األعلَى‬ َ ‫ فَقَـ‬.‫ـادى‬
َ ‫ فَ َح َشـ َر فََنـ‬.‫ ثَُّم أ َْدَبـ َـر َي ْسـ َعى‬.‫صـى‬
َ ‫ب َو َع‬
َّ
َ ‫فَ َكــذ‬
‫ك لَ ِع ْب َرةً ِل َم ْن َي ْخ َشى‬ َ ‫ ِإ َّن ِفي َذِل‬.‫َواألولَى‬
Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha
menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru
memanggil kaumnya. Seraya berkata:"Akulah Rab kalian yang paling tinggi". Maka Allah
mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Rabnya).
Maka semua Ashnam dan Autsan {berhala-berhala, Pemimpin, dan dukun} yang diibadahi,
yang diseru selain Allah adalah Thoghuut. Dan Ulama suu’ yang mengajak kepada syirik
atau kekufuran atau mengajak kepada bid’ah, atau menghalalkan apa yang Allah haramkan,
dan sebaliknya mengharamkan apa yang Allah halalkan maka mereka itu adalah Thoghuut.
Dan orang yang menolak dan berpaling dari syari’at islam dan sunnah Rasulullah Saw
4
adalah Thoghuut. Dan semua sifat yang ghuluw yang melampaui had dan hududul-lahi
{yaitu batas ketentuan hukum hukum Allah} dan Sunnah Rasul-Nya, dalam aqidah,
ubudiyah, syari’ah, itu adalah Thoghuut.
Dan kalam Allah Swt yang artinya : “Mereka menjadikan orang-orang alimnya {mengikuti
hukumnya} dan rahib-rahib mereka sebagai Ilah selain Allah dan Al Masih putera Maryam,
padahal mereka hanya disuruh menyembah Allah yang Esa, tidak ada Ilah selain Dia. Maha
suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. {Qs. At Taubah : 31}

Maka mereka menjadikan orang Alim , Rahib-Rahibnya sebagai Ilah yang diikuti hukum dan
pendapatnya, dan mereka menyembah Orang Alim dan Rahibnya. Maka Adi bin Hatim
{seorang mantan nasrani} berkata kepada Rasulullah Saw : Sesungguhnya mereka tidak
pernah menyembah orang Alim dan rahib rahib mereka, maka Rasulullah Saw bersabda :
tidak, bahkan Orang Alim Dan Para Rahib mereka mengharamkan apa yang halal atas
mereka, dan menghalalkan apa yang haram bagi mereka, lantas mereka mengikuti
ketetapan hukum dari Orang Alim dan Rahib mereka, maka demikian itulah mereka telah
beribadat dan menyembah mereka {HSR. Turmizi, Baihaqiy, Thabrani, Ibnu Abi Hatim}
Maka bila kita isthinbathkan apa yang telah Rasul Saw nisbahkan mereka yang mengikuti
pendapat, ketetapan hukum selain dari Allah dan Rasul-Nya, dan kasus ahli kitab tersebut
yang mana Rasul Saw menegaskan bahwa mereka menyembah dan beribadat kepada
orang Alim dan Rahib mereka , disebabkan mereka bertaqlid kepada apa yang mereka
tetapkan, dengan demikian iman mereka tidak benar dan tidak sah karena mereka
berhukum dengan hukum thoghuut yang mereka ridho’i, begitu juga ummat Muhammad
Saw, Lihat kalam Allah Swt : {Qs. An Nisa Ayat : 60 – 61}
Dan iman seseorang itu tidak dianggap benar dan tidak sah, kecuali memenuhi tiga
perkara, yaitu :

‫ ﺍﻦ ﻴﻛﻮﻦ ﺍﻟﺘﺤﺎﻜﻡ ﻓﻰ ﻜﻞ ﻧﺯﺍﻉ ﺍﻟﻰ ﺮﺴﻮﻝ ﺍﷲ ﺺﻢ‬: ‫ﺍﻷﻮﻟﻰ‬


Yang pertama : Bahwasanya seseorang itu harus menjadikan setiap sesuatu dalam
perkara Dien, kepada hukum dan sunnah Rasulullah Saw sampai matinya.

‫ ﺍﻦ ﻴﻧﺷﺭﺡ ﺍﻟﺻﺩﻮﺭ ﺑﺤﻜﻤﻪ ﻭﻻ ﻴﻜﻮﻥ ﻓﻰﺍﻟﻧﻓﻮﺲ ﺤﺮﺝ ﻮﺿﻴﻖ ﻤﻨﻪ‬: ‫ﺍﻠﺛﺎﻧﻰ‬


Yang kedua : Bahwasanya seseorang itu harus melapangkan dadanya untuk menerima
ikhlas dan mengamalkan hukum dan sunnahnya dan tidak ada dalam hatinya suatu rasa
keberatan dan kesempitan dari menerima dan mengamalkannya

‫ﺍﻥ ﻴﺤﺼﻞ ﺍﻟﺘﺴﻟﻴﻡ ﺑﻗﺑﻮﻝ ﻤﺎ ﺤﻜﻡ ﺑﻪ ﻭﺗﻧﻓﻴﺫﻩ ﺒﺩﻮﻥ ﺍﻧﺤﺭﺍﻒ‬


Yang ketiga : Bahwasanya seseorang akan menghasilkan penyerahan diri dan Iman
kepada Allah dengan menerima apa yang telah Rasul Saw menghukum dengannya, dan
menetapkannya tanpa menolak dan berpaling sedikitpun dari hukumnya.
Ibnu Qoiyim RA berkata dalam kitab Shawa’iqil mursalah : 3 / 828, Bahwah Allah telah
bersumpah dengan Diri-Nya, sesungguhnya kita tidak dianggap beriman sehingga kita
menjalankan semua hukum dan sunnah Rasulullah Saw apa yang terdapat diantara kita,
dan kita harus melapangkan dada kita dengan menerima dan mengamalkan hukum dan
sunnah NabiNya, dan kita menyerahkan diri kita sepenuhnya terhadap keputusan
hukumNya, dan kita tidak menentang dengan akal, pendapat, dan hawa nafsu, sungguh
Allah bersumpah akan menolak keimanan mereka yang mendahulukan akal, pendapat,
atau hawa nafsunya diatas hukum Rasul Saw, bahwasanya mereka bukan orang mukmin
secara maknawiyah, meskipun mereka telah beriman secara lafdziyah. Dan bahwasanya
setiap orang yang tidak berhukum dengan apa yang telah Allah turunkan dengan Rasul-
Nya, maka Kafir, Dzalim, Fasiq, {Qs. 5 : 44, 45, 47. Qs. 2 : 254 .At Taubah : 84. Qs. 3 : 32}
5
‫ وعظنـا رسـول اللّـه صـلّى اللّـه عليـه‬: ‫عن أبى نجيح العرباض بن سارية رضى اللّه عنه قـال‬5-
‫كأنهـ ــا‬
ّ ، ‫ يارسـ ــول اللّـ ــه‬: ‫ فقلنـ ــا‬،‫وس ـ ـلّم موعظـ ــة بليغـ ــة وجلت منهـ ــا القلـ ــوب وذرفت منهـ ــا العيـ ــون‬
‫ـأمر عليكم عبـد وإ ّنـه من‬ّ ‫ وان ت‬،‫ اوصـيكم بتقواللّـه وال ّسـمع والطّاعـة‬: ‫ قال‬،‫مودع فأوصنا‬ ّ ‫موعظة‬
‫ضـوا‬
ّ ‫ ع‬،‫ـديين‬ ّ ‫ فعليكم بس ّـنتى وس ّـنة الخلفـاءـ الراشـدين المهـ‬،‫يعش منكم بعـدي فسـيرى اختالفـا كثـيرا‬
٠)‫فإن ك ّل بدعة ضاللة (رواه ابوداود والترمذى‬
ّ ‫واياكم ومحدثات األمور‬
ّ ،‫بالنواجذ‬
ّ ‫عليها‬
5- Dari Abu Najih Al-'Irbadh bin Sariyah ra., ia berkata : Rasulullah saw. memberi nasihat
kepada kami. Nasihat itu menggetarkan hati dan mencucurkan air mata kami. Maka kami
bertanya : "Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan merupakan nasihat yang terakhir,
maka berilah kami wasiat." Beliau bersabda : "Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap
selalu bertakwa kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, serta tetap mendengar
perintah dan taat, walaupun yang memerintahkan kalian itu seorang budak. Sesungguhnya
siapa saja yang hidup di antara kalian setelah aku wafat nanti maka niscaya dia akan
melihat banyak perselisihan. Maka wajib atas kalian memegang teguh akan sunnahku dan
sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan berpegang teguhlah pada
sunnah-sunnah itu dan jauhilah oleh kalian setiap urusan-urusan yang dibuat-buat (bid'ah).
dalam Din Sesungguhnya setiap bid'ah itu sesat." (HSR. Abu Daud dan At-Turmudzi)
Maka dalam Dinul Islam wajib bagi seorang mukmin untuk memahami tentang Pengertian
Bid’ah dan Sunnah supaya kita selamat dan aman dari peringatan keras Rasulullah Saw
tidak celaka dan binasa seperti perbuatan Ahli kitab Yahudi dan Nasrani itu yang selalu
mengada adakan syari’at baru {Muhdats / Bid’ah}.

‫ق‬ ِ َ‫ُخـتِ ِـرعُ َعلَى َغ ْي ِر ِمث‬


ِ ‫ال َسابِـ‬ ْ ‫ َما أ‬.ُ‫ف ْالبِ ْد َعة‬
ُ ‫تَ ْع ِر ْي‬
Defenisi Bid’ah. Imam Asy Syathibi berkata, bid’ah secara Etimulogi bahasa bermakna :
“Segala sesuatu yang diada adakan atau dibikin bikin dalam bentuk yang belum ada contoh
asalnya” {Kitab Al I’tishom, oleh Asy Syathibi}
Ulama Ahli Ushul menta’rifkan bid’ah secara Syara’ Terminologi ada dua macam :

Bid’ah itu adalah : “Thariqah {jalan yang dijalani} َ ‫ ِه َي‬: ُ‫ اَْلبِ ْد َعـ ـ ـ ـ ـ ـ ة‬-1
‫ط ِر ْيـقَـ ـ ـ ـ ـ ـ ـةُ في الـ ـ ـ ـ ـ ــدين‬
yang diada-adakan atau dibuat buat didalam
Dien {agama} yang dipandang menyamai ‫مخترعـ ـ ـ ـ ــة تضـ ـ ـ ـ ــاهى الشـ ـ ـ ـ ــرعية يقصـ ـ ـ ـ ــد‬
syari’at, dimaksud dengan mengerjakannya
untuk mencapai kedekatan diri didalam
beribadat kepada Allah Swt” {Kitab Al I’tishom,
‫بالسـ ـ ـ ــلوك عليهـ ـ ـ ــا المبالغـ ـ ـ ــة في التعبـ ـ ـ ــد هلل‬
Imam Asy Syathibi,dan Kreteria Bid’ah dan
Sunnah, Prof. DR. Hasbi Ash Shiddiqi} ‫سبجانه‬

‫لمـتَ ـلَ ــقَى‬ ِّ ‫لح‬ ِ َ‫ث علَى ِخال‬ ِ ْ ‫ َم ـا أ‬-2


Bid’ah itu adalah : “Sesuatu yang diada-adakan
yang berlawanan / bertentangan dengan yang
ُ ‫ـق ْا‬ ‫ف ْا َـ‬ َ َ ‫ُحـ د‬
haq yang datang dari Rasulullah Saw, baik ٍ ‫اهلل ِم ْن ِعْلٍم اَو َعمـ ـ ٍـل اَو َـحـ‬
‫ـال‬ ِ ‫ول‬ ِ ‫َع ْن رس ـ ـ‬
berupa Ilmu, Amal atau pun keadaan sifat ْ َ ْ ُ َ
amalannya diada-adakan itu dengan suatu
syubhat, atau karena dianggap baik yang
‫ان َو ُج ِعـ ـ ـ َل ِد ْيًنـ ـ ــا‬ ِ ‫بَِنـ ـ ـ ْـو ِع ُش ـ ـ ـ ْبهَ ٍة اَ ْو ِا ْستِ ْح َس ـ ـ ـ‬
‫طا ُم ْسـتَ ِـق ْي ًما‬ ِ ‫قَ ِو ْيما و‬
dipandang sebagai ajaran Dien {agama} yang
lurus dan benar” {Imam Asy Syamany dalam ً ‫ص َرا‬ َ ً
kitab Hasyiyah Ad Durr dan kitab Al Bahrur

6
Raa’iq}

Dalam hal ini segala bid’ah dalam Dien {agama} adalah sesat tidak ada bid’ah yang
hasanah didalam Dien, oleh karena itu Sufyan Ats Tsauri {seorang Tabi’in, ahli hadis}
berkata : “Iblis dan syaitan lebih mencintai ahlul bid’ah dalam beribadahnya daripada orang
yang maksiyat” Karena orang yang melakukan maksiyat cendrung Taubat, tetapi melakukan
bid’ah dalam ibadah tidak cendrung taubat, karena perkara amal ibadat itu dianggapnya baik
Allah Swt berfirman :

ِ ِ‫ونهم َع ِن ال َّسـب‬
‫يل‬ ْ ُ َ ‫صـ ُّد‬ ٌ ‫ط ًانا فَهُـ َـو لَـهُ قَـ ِـر‬
ُ ‫ َوإِ َّنهُ ْم لََي‬.‫ين‬ ْ ‫ش َع ْن ِذ ْـك ِـر ال َّـر ْح َم ِن ُنقَي‬
َ ‫ِّض لَــهُ َشـ ْي‬ ُ ‫َو َم ْن َي ْع‬
‫ون‬ َ ‫ون أََّنهُ ْم ُم ْهتَ ُد‬
َ ‫َوَي ْح َسُب‬
Siapa saja yang berpaling dan menolak dari pengajaran Allah Yang Maha Pemurah, maka
Kami adakan baginya syaitan {yang cendrung membisikkannya berbuat syirik dan bid’ah}
maka syaitan itulah yang menjadi teman setianya yang selalu menyertainya. Dan
sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar
{Al Qur’an & Sunnah NabiNya} dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.
{Az Zukhruf : 36-37}

‫ضَّي ِة‬ َْ َ ْ َ ُ ْ ُُ َ ‫ ِه َي‬: ‫ُّـنةُ ِفي اللُّ َغ ِة‬


ِ ‫ط ِر ْيقَةٌ َخ ْيره اَو َش ُّره ولَو َغ ْير مر‬ َّ ‫اَلس‬
Ta’rif Pengertian Sunnah dalam bahasa adalah : “Jalan yang tetap kita jalani {telah menjadi
tradisi untuk kita jalani} dalam kehidupan yang baiknya atau yang buruknya, meskipun di
ridho’i atau tidak” {Lisanul Arab : 13/225. Irsyadul Fuhul oleh Imam Asy Syaukani}

Ulama Ahli Ushul menta’rifkan Sunnah dalam Isthilah syara’ Terminologi, ada dua :

‫لم ْســلُو َكةُ ِفي ال ـ ِّـد ْي ِن‬ َّ


َ ‫ الس ــنة هي اَلط ِر ْيقَــةُ ْا‬-1
Sunah itu adalah : “Jalan yang ditempuh /
yang dijalani didalam Dien, dengan
ِ ‫ـأن س ـلَ َكها رس ـو ُل‬
‫اهلل ص ــلى اهلل علي ــه وس ــلم‬ ُ َ َ َ َّ ‫بِ ـ‬
sesungguhnya telah dijalani oleh
Rasulullah saw {sejak diutus sampai
wafatnya} dan juga telah dijalani oleh ‫لح ِد ْي ِث‬ ‫صـو ُل ْا َـ‬ ِِ ِ ِ
ُ ُ‫ا‬. }‫ف الصَّال ِح م ْن َب ْعـده‬ َّ ‫اَ ِو‬
ُ َ‫السل‬
Salafus shalih dari setelah wafatnya beliau”
{79 : ‫ص َحابِ ْي‬ ِ
{Ushulul hadis : 19. Dan Maa Ana wa ْ َ‫ َو َما اََنا َعلَْيه َوا‬19 :
Ashhabiy : 79}

‫ـي صــلى‬ ِّ ِ‫النـب‬


َّ ‫ص َد َر َع ِن‬ ُّ
َ ‫ السنة هي ُكل َما‬-2
Sunah itu adalah : “Setiap apa yang
berasal dari Nabi Saw selain al Qur’anul
Karim dari semua ucapannya dan ‫آن ْال َكـ ـ ـ ِـر ْيِم ِم َن‬
ِ ‫اهلل علي ـ ـ ــه وس ـ ـ ــلم َغ ْيـ ـ ـ َـر ْالقُ ـ ـ ـ ْـر‬
perbuatannya dan taqrirnya dari apa apa
yang membaikkan suatu dalil untuk suatu ً‫ص ـِل ُح َدِل ْيال‬ ِ
ْ ‫ـال َوالتَّـ ْقـ ـ ِـر ْي ِر م َّما ُي‬ ِ ‫ال وْاالَ ْفعـ‬
ِ
َ َ ‫ْاالَ ْقـ َـو‬
hukum syar’i yang terperinci” {Kitab As
Sunan wal Mubtada’at, wa ushulul hadis} ‫ـ‬.‫ـص ْي ِـل َّـي ِة‬
ِ ‫ِلحـ ْكِم َشر ِعي تَـ ـ ْف‬
ْ ْ ُ

ِ ‫ُّـنةُ ِهي‬
ٌ‫ض ٌّد بِ ْد َعة‬ َّ ‫ اَلس‬: ‫ول‬ ِ ‫ال اَ ْهـ ُل ْا‬
ِ ‫لعْلِم وْاالُص‬ َ َ‫ق‬
َ ُ َ
Para ahli Ilmu dan Ushulul hadis berkata : “Sunnah itu adalah lawannya bid’ah”.

7
Para ahli Ilmu dan ushulul hadis telah memakai kata Sunnah untuk menjadi lawan kata
Bid’ah. Sedangkan ahli Fiqh tidak. Jadi makna Ta’rif Sunnah yang benar dan yang diakui
oleh ahli hadis dan ahli ushul sejak masa Nabi dan Sahabatnya, sedangkan makna Ta’rif
sunnah oleh ahli Fiqh datang kemudian dibelakang sesudah masa Sahabat dan Tabi’in.

‫ب َعلَى تَْر ِك ِه‬ ِِ ِ


ُ َ‫اب َعلَى ف ْعله َوالَ ُي َعاق‬
ِ َّ ‫ اَلس‬: ‫ال اَ ْهـ ُل ْال ِـفـ ْق ِـه‬
ُ َ‫ُّـنةُ ه َي َما ُيـث‬ َ َ‫ق‬
Ahli Fiqh berkata : “Sunnah itu adalah suatu amalan yang akan diberikan pahala orang yang
mengerjakannya dan tidak berdosa {atau disiksa} bagi orang yang meninggalkannya”
Ahli Fiqh yang terkontaminasi dengan ahli kalam {Filsafat} yang membuat Ta’rif sunnah
menjadikan suatu I’tiqad, dengan mengamalkan sunnah {atau perbuatan sunnat} akan
diberikan pahala dan meninggalkannya tidak berdosa, tetapi mereka tidak memisahkan
antara Sunnah dan bid’ah, maka orang yang demikian I’tiqadnya disebut : “Ahlu Sunnah Wal
jama’ah”, makna ini timbul diawal abad keempat hijrah, mereka menamai golongan
Asy’ariyah dan Maturidiyah, dan terus berkembang sampai sekarang, sementara Asy’Ariy
dan Maturidiy telah taubat, kembali kesunnah dalam Makna Ta’rif ahli Hadis dan Ushul.

DAN SUNNAH INI TERBAGI DALAM TIGA MACAM

1. {ٌ‫}وا ِج َبة‬.
َ Yaitu Kewajiban 2. {ٌ‫}مأَ َك َدة‬.
ُ Yaitu Perintah 3. {ٌ‫وب ة‬
َ ‫}م ْن ُد‬.
َ Yaitu Anjuran
untuk mengerjakan suatu Anjuran untuk mengerjakan untuk mengerjakan suatu
perintah ibadah fardhu dan suatu ibadat yang sangat amalan yang dicontohkan
hukum hukum syar’i secara dianjurkan oleh Nabi saw Nabi Saw namun jika
mutlaq, jika ditinggalkan namun jika ditinggalkan ditinggalkan tidak berdosa
berdosa besar {akan tidak berdosa {tidak disiksa} {tidak disiksa} {seperti shalat
disiksa}. Dan jika ditolak {seperti shalat Rawatib, dll} dhuha’, saum senin dan
dan dinafikan kafir murtad kamis, dll}

Kewajiban kita dari segala yang diperintahkan Nabi Saw dalam ibadat dan hukum hukum
syar’i secara mutlaq harus dikerjakan, hal ini sesuai dengan perintah ayat dan hadis, serta
kaedah ushul :

ِ َ‫اَاْل َص ُل ِفي ْاالَم ِر ِلـي ـ ْقـت‬


ِ ‫ضىـ ْالو ُج‬
‫وب‬ ُ َ ْ ْ
Hukum asal pada setiap perintah menghendaki keharusan dan wajib untuk dikerjakan, tidak
boleh ditinggalkan” {Kitab Ushul Fiqh, As Sulam}
Dan setiap perintah anjuran Nabi Saw dalam ibadat baik yang mu’akadah maupun yang
mandubah dikerjakan sesuai dengan kesanggupan kita jangan ghuluw {berlebih lebihan},
tetapi satu keharusan meninggalkan segala yang dicegah dan yang dilarang oleh Nabi Saw
wajib ditinggalkan secara mutlaq. Hal ini berdasarkan sabda beliau :

‫ط ْعـتُ ْم َوِا َذا َنهَ ْـيــتُ ُك ْم َع ْن َش ْي ٍء فَ ْانـتَهُ ْوا‬ ِ ٍ ِ


ْ ‫ا َذا اَ َم ْرتُـ ُك ْم بِ َش ْيء فَأْتُْوا م ْنهُ َما‬6-
َ َ‫است‬
6- “Apabila aku memerintahkan kalian suatu urusan ibadah mu’akadah maupun yang
mandubah maka kerjakanlah sesuai kesanggupan kalian dan apabila aku melarang kaian
dari sesuatu urusan, maka hendaknya harus kalian tinggalkan” {HSR. Bukhori dan Muslim}.
Hadis Mauquf {ucapan atau perbuatan Sahabat} yang ditaqrir oleh Rasulullah Saw dengan
hukumnya marfu’ dapat dipegang sebagai hujjah dalam Din, sebagaimana apa yang
dikatakan oleh Imam Ahmd.
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسـلَّ َم‬ ِ ِ ِ ُ ‫السـ َّـنـ ِـة ِع ْـن َـدَنا اَلتَّ َـم َّس‬
َ ‫اب َر ُسول اهلل‬
ُ ‫ص َح‬ َ ‫ك بِ َما َك‬
ْ َ‫ان َعلَ ْيه ا‬ ُّ ‫صو ُل‬
ُ ُ‫ا‬

8
“Dasar dasar landasan sunnah menurut kami adalah berpegang dengan apa yang dipegang
atasnya Sahabat Rasulullah Saw” {Syarah Ushul Ahli Sunnah : 1/156}

َ‫صـ ـ ـلَّى اهللُ َعلَ ْيـ ـ ِـه َو َسـ ـ ــلَّ َم فَال‬ ِ ِ َ ‫ـل ِعَبـ ـ‬
ُّ ‫ ُكـ ـ‬: ‫ـال‬
َ ‫اب َر ُسـ ـ ـول اهلل‬
ُ ‫صـ ـ ـ َح‬
ْ َ‫ـادةُ لَ ْم َي ـ ْف َعـ ـ ـ ـْلهَا ا‬ َ ‫ َع ْن ُح َذ ْيـ ـ ــفَةُ قَ ـ ـ‬7-
{‫وها }رواه ابو داود‬ َ ُ‫تَ ـ ْف َـعـل‬
7- Dari Huzaifah dia berkata : “Setiap Ibadat yang tidak pernah dilakukan oleh Sahabat
Rasulullah saw maka janganlah kalian melakukannya” {HR.. Abu Daud}
Dan empat Imam Fuqaha telah berkata :

‫السـ َّـنةُ َو ِف ْعلُــهُ ِه َي‬


ُّ ‫ضى َعلَى ِف ْعِلـ ِـه فَتَْر ُكــهُ ُهـ َـو‬
ِ َ‫مع ِقي ِام ْالمـ ْقـ ــت‬
ُ َ ََ ‫صلَّى اهللُ َعلَ ْي ِه َو َسـلَّ َم‬ ُّ ِ‫النـب‬
َ ‫ـي‬ َّ ُ‫َما تََر َكه‬
ٌ‫ومة‬ ِ
َ ‫ب ْد َعةٌ َم ْذ ُم‬
“Apa saja yang ditinggalkan oleh Nabi saw sementara ada orang yang hendak menunaikan
atas perbuatannya itu, maka yang telah Nabi Saw tinggalkan itulah sunnah, dan
mengerjakannya adalah suatu bid’ah tercelah”
ِ ‫اهلل تَعــالَى ِاالَّ وقَـ ْـد اَمرتُـ ـ ُكم بِ ِـه و ـمـا تَــر ْكت َشـيءا يـب ِـعـ ُـد ُكم ع ِن‬
‫اهلل‬ ِ ‫ما تَــر ْكت َشـيءا يـقّ ِّـرب ـ ُكم ِالَى‬8-
َ ْ ُْ ً ْ ُ َ َ َ ْ َْ َ َ ْ ُ ُ ًْ ُ َ َ
َّ ِ
ُ‫تَ َعالَى اال َوقَ ْد َنهَ ْـيـتُـ ُك ْم َع ْنه‬
8- Rasulullah Saw bersabda “Tiada aku tinggalkan sesuatu yang dapat mendekatkan diri
kalian kepada Allah Swt melainkan sungguh aku telah perintahkan kalian mengerjakannya,
dan tiada aku tinggalkan sesuatu yang dapat menjauhkan diri kalian kepada Allah Swt
melainkan sungguh aku telah cegah dan larang kalian untuk mengerjakannya” {HSR.
Thabraniy}
Demikian pula dalam menjadikan sunnah Rasul Saw sebagai pegangan dalam beramal
ibadat baik perintah yang Fardhu, maupun anjuran yang Mu’akad, dan yang Mandub harus
didasarkan dengan hadis hadis yang “Maqbul Ma’mulun Bihi” {yang shahih yang dapat
diamalkan}. Dan juga harus mengetahui bahwa ada hadis Maqbul Ghairu Ma’mulun Bihi”
{yang shahih tidak dapat diamalkan, karena telah dinasakh hukumnya}
Imam Al Barbahari berkata :

َ‫ـار فَاتَّ ِه ْـمـهُ َعلَى ْا ِال ْسـالَِم َوال‬


ِ ‫ط َع ُن ِفي ْاالَثَ ِار اَ ْو َي ُر ُّد ْاالَثَـ َـار اَ ْو ُي ِر ْيـ ُـد َغ ْيـ َـر ْاالَثَـ‬
ْ ‫الر ُج َل َي‬ َّ ‫ت‬ ِ
َ ‫َوا َذا َس ِم ْع‬
ِ ‫الصديق لَست تَ ِاركاً َشيءا َكان رسو ُل‬
‫اهلل َي ْع َمـ ُل بِـ ِـه‬ ِ ِ ُ ‫تَـ ـ ُشـ‬
ُ َ َ ًْ ُ ْ ّ ‫ قال ابو بكر‬.ٌ‫ب َهـ َـوي ُم ْـبـتَ ــَع‬ ُ ‫صاح‬ َ ُ‫ك اَّنه‬
‫ت َش ْي ًءا ِم ْن اَ ْم ِره اَ ْن اَ ِز ْي َغ‬ ِ َّ ِ
ُ ‫ت بِ ِه َوِاِّن ْي آَل َ ْخ َشى ا ْن تََر ْك‬ُ ‫اال َع ِمْل‬
Apabila engkau mendengar seseorang mencela Sunnah atau menolak Sunnah atau
menghendaki yang selain Sunnah Nabi Saw {Bid’ah}, maka ragukanlah dia tentang
keislamannya dan janganlah engkau ragu bahwasanya dia adalah seorang pengikut hawa
nafsu, lagi pelaku bid’ah {Kitab Syarhus sunnah : 51}. Abubakar As Shiddiq Ra berkata :
Tidaklah aku meninggalkan sesuatu perbuatan yang Rasulullah Saw telah melakukannya
kecuali aku selalu mengamalkannya sesungguhnya aku sangat takut jika aku meninggalkan
perintahnya {sunnahnya} niscaya aku akan tersesat binasa” {Kitab Syarhus sunnah : 51}
Dari Abi Qilabah, dia berkata :

‫اهلل فاَ ْعلَ ْم ِاَّنهُ ضاَ ُّل‬


ِ ‫ات ِكتَاب‬
َ ِّ ‫الر ُج َل بِالسَُّّن ِة فَقَا َل َ"د ْعناَ ِم ْن َه َذا َو َه‬
َّ ‫ت‬ َّ ‫ِا َذا‬
َ ْ‫حدث‬
Jika kamu menyampaikan kepada seseorang dengan satu sunnah Nabi Saw kemudian
orang tersebut berkata :”tinggalkan ini {sunnah}, dan berikan kepadaku kitab Allah saja”,
maka ketahui-lah bahwasanya dia seorang yang sesat” {Thabaqat Ibnu Sa’ad : 7 / 184}

9
‫الر ُج ُل َعلَى ْاآلثَ ِار َي ْنَب ِغى اَ ْن َّيـتَ ِه َّم َعلَى ْا ِال ْسالَِم‬ َ ‫ف ِا َذا‬
َّ ‫ط َع َن‬ ِ َ‫السل‬
َّ ‫ال اَ ْهـ ُل السَُّّن ِة ِم َن‬
َ َ‫ق‬
Abul Qasim Al Ashbahani berkata : Telah berkata Ahlus Sunnah dari kaum salaf, “apabila
seseorang mencerca atau menghina Atsar dan Sunnah Nabi Saw, maka sudah pantas
baginya untuk diragukan ke-Islamannya” {Kitab Al Hujjah Fii bayanil Mahajjah : 2 / 428}
Dan sudah jelas Ta’rif Sunnah dan Bid’ah, bahwa bid’ah dan Sunnah dua perkara yang
sangat berbeda, dan tidak boleh Sunnah tercampur dengan bid’ah, begitu banyak ayat dan
hadis menyuruh kita untuk berpegang dengan sunnah dan menolak bid’ah. Dan banyak
para ulama Ahlus Sunnah dari kalangan salafus shalih serta yang mengikuti manhaj mereka
mencerca pelaku bid’ah, bahkan, orang yang sudah mengetahui sunnah tetapi tidak mau
mengamalkannya dan tetap konsisten dengan perbuatan Muhdats dan Bid’ahnya, maka
layak baginya diragukan Nilai Iman dan Islamnya. Maka untuk pelaku Muhdats / Bid’ah serta
yang wala’ {loyal} kepada mereka akan mendapatkan laknat dari Allah, Malaikat, Para Nabi,
dan Ummatnya yang Ittibaa’ dengan sunnahnya {HSR. Bukhori dan Muslim}, sebab
hakikatnya mereka termasuk golongan Nifaq, yang telah merusak ushulul Islam yang
dibawa oleh Nabi saw. !!! Hadanal-lahu waiyaka ‘Ajmain.
Maka oleh karena itu wajib mengikuti sunnah Rasulullah Saw dan Atsar Sahabat, serta ta’at
kepada mereka menjadi suatu keharusan, dan yang menolak keta’atan kerpada Rasulullah
Saw, menjadi kafir, sebagaimana dalil dalil dibawah ini :

‫صـِل ِه‬ َّ ِ ِّ ِ ِ ِ‫ول ِم ْن َب ْعـ ِـد ـمـا تََبَّي َن لَـهُ اْلهـ َـدى وَيتَّبِـع َغ ْيـر سـب‬
َ ‫يل اْل ُم ْـؤ ِمن‬
ْ ‫ين ُن َوله َمـا تَ َـولى َوُن‬ َ َ ْ َ ُ َ َ ‫الر ُس‬ ِ ‫و َم ْن ُي َش ِاق‬
َّ ‫ق‬ َ
ِ ‫تم‬
.‫ص ًيرا‬ َ ‫َجهََّن َم َو َس‬
َ ْ ‫اء‬
Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan
yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali. {Qs. An Nisaa’ : 115}

‫ظا‬ َ ‫اع اللَّهَ َو َم ْن تََولَّى فَ َما أ َْر َسْلَن‬


ً ‫اك َعلَْي ِه ْم َح ِفي‬ َ ‫ط‬َ َ‫ول فَقَ ْد أ‬ َّ ‫َم ْن ُي ِط ِع‬
َ ‫الر ُس‬
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka. {Qs. An Nisaa’ : 80}

{‫}ر َواه ُم ْسِل ُم‬


َ َ‫صا اهلل‬
ِ ‫اع اهلل وم ْن ع‬
َ ‫صان ْي فَقَ ْد َع‬
َ َ َََ َ ‫ط‬ َ َ‫اعنِ ْي فَقَ ْد ا‬
َ ‫ط‬َ َ‫ َم ْن ا‬9-
9- Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa saja yang Ta’at kepada sunnahku maka niscaya
dia telah Ta’at kepada Allah, dan barangsiapa yang durhaka dan menentang sunnahku,
maka niscaya dia telah durhaka dan menentang Allah” {HSR. Muslim}

ِ ‫الرجا ُل ِإلَى اللَّه و ُهو اأْل َلَ ّد اْل َخ‬


) ‫صم‬ َّ ِ َّ َّ ‫قَولُه‬10-
َ َ َ ِّ ‫ض‬
ُ ‫ ( أ َْب َغ‬: ‫صلى الله َعلَْيه َو َسل َم‬
َ ُ ْ
10- Rasulullah Saw bersabda : “Orang orang yang sangat dibenci {dimurkai} oleh Allah
adalah dia orang yang banyak menentang {menyelisihi Al Qur’an dan Sunnah NabiNya}”
{HSR. Bukhori dan Muslim}

ِ ‫َما (اْل َخ‬


‫صـم) فَهُـ َـو‬ ‫َخ َذ ِفي َـجـانِب َـ‬
َّ ‫ َوأ‬. ‫آخ ر‬ َ ‫ومة أِل ََّنهُ ُكلَّ َما اُ ْحتُ َّج َعلَ ْي ِه بِ ُح َّج ٍة أ‬ ِ
َ ‫ص‬ُ ‫َو ( اأْل َلَ ّد ) َشديد اْل ُخ‬
ِ ‫ أَو ِإثْبات ب‬، ‫ق‬ ِ ِ ِ ‫اْلح ِاذق بِاْل ُخص‬
.‫اطل‬ َ َ ْ ٍّ ‫ومة بِاْلَباط ِل في َر ْفع َح‬ َ ‫ص‬ ُ ‫ َواْل َم ْذ ُموم ُه َو اْل ُخ‬. ‫ومة‬ َ ُ َ
Dan orang yang paling dibenci Allah dia adalah penentang yang sangat keras tentang
hukum Allah dan RasulNya, karena sesunggunya tatkala dia diberikan hujjah yang nyata
dari dalil dalil yang muhkam {yang sudah jelas dan terang} maka dia mengambil dalil lain
dan menjadikan dalil itu sebagai tandingan untuk membantah dalil yang telah jelas dan
10
ْ Al Khashim maknanya adalah, orang yang pandai atau lihai
ِ َ‫)الخ‬
terang. Dan adapun lafaz (‫صم‬
bersilat lidah dengan memperselisihkan dan mempertentangkan yang sudah jelas dan
terang kebenarannya. Dan dia membantah dan menentang {yang Haq} dengan yang batil
dalam menjauhkan yang haq itu serta menetapkan yang batil, dan orang yang semacam ini
adalah seperti mental Yahudi yang keras kepala. {Lihat Qs. 2 : 204}
SEPULUH PERINSIF DASAR KAEDAH KAEDAH UTAMA AHLU SUNNAH

1-Wajib mengimani seluruh nash nash Al Kitab dan ‫االيمانُ بجميع نصوص الكتاب والسنة‬
As Sunnah”

2-Telah tercakup secara sempurna didalam Al ‫الدين‬


ِ ‫اصول‬
ِ ‫اشتما ُل الكتابُ والسن ُة على‬
Qur’an dan As Sunnah semua masalah masalah
ushuluddin dan berikut dalil dalilnya
‫مساءله ودالءله‬

3-Tidak ada Nasakh {penghapusan} didalam ‫ال نسخ في اآلخبار وال في اصول الدين‬
Khobar {berita berita} dan Ushulud-Din”

4-Wajib mengembalikan suatu perselisihan kepada ‫رد التنازع الى الكتاب والسنة‬
Al Qur’an dan As Sunnah”

5-Wajib menolak adanya pertentangan antara nash- ‫درء التعـــارض بين نصـــوص الكتـــاب‬
nash Al Qur’an dan As Sunnah”
‫والسنة‬

6-Tidak ada pertentangan antara Naqli {wahyu} dan ‫درء التعارض بين النقل والعقل‬
Aqli {akal sehat}”

7-Dzohir nash nash sesuai dengan kehendak ‫النصـــوص مطابـقــــة لمــــراد‬


ِ ‫ظواهــــ ُر‬
pembuat syari’at” ‫الشارع‬

8-Dzohir nash nash dapat dipahami oleh ‫ظواهـــــرـ النصــــوص مفهومــــة لــــدي‬
Mukhathab {objek pembicara}”
‫المخاطبين‬

9-Wajib mengimani ayat ayat mutasyabbihat dan ‫االيمان بالمتشابه والعمل بالمحكمـ‬
mengamalkan ayat ayat yang muhkam”

10-Pemahaman para Salafus Shalih merupakan ‫حجيــة فهم الســلف الصــالح للنصــوص‬
hujjah dalam memahami nash nash Al Qur’an dan
nash nash As Sunnah”
‫الكتاب والسنة‬

‫َواعْ َتصِ مُوا ِب َحب ِْل هَّللا ِ َجمِيعًا َوال َت َفرَّ قُوا‬
Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali Allah, {Al Qur’an dan As Sunnah
NabiNya} dan janganlah kalian bercerai berai {Qs. Ali Imran : 103}
11
Dan Rasulullah Saw telah menyatakan agar ummatnya harus berpegang kepada Kitab Allah
dan sunnahnya, supaya mereka selamat.

‫ﻟﻗﺪ> ﺗﺭﻜﺕ> ﻓﻴﻜﻡ> ﺷﻴﺄﻴﻦ> ﺍﺤﺩ> ﻫﻤﺎ> ﻜﺘﺎﺐ> ﺍﷲ> ﻫﻮ> ﺤﺑﻝ> ﺍﷲ> ﻭﻤﻥ> ﺍﺘﺒﻌﻬﺎ> ﻜﺎﻥ> ﻋﻠﻰ> ﺍﻟﻬﺪﻯ> ﻭ> ﻤﻦ‬
‫ﺘﺮﻜﻬﺎ ﻜﺎﻦ ﻋﻟﻰ ﺍﻟﺿﻼﻟﺔ‬
Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian dua hal salah satunya adalah kitab
Allah dia adalah tali Allah, dan siapa saja yang mengikutinya adalah dia senantiasa berada
diatas Huda {petunjuk yang benar}, dan siapa saja yang meninggalkannya maka dia
senantiasa berada diatas kesesatan {HSR. Muslim}

‫رسالة تـفـقـّه في الدين‬


SYARAH HADIS : BINASA ORANG YANG
MENENTANG KITAB ALLAH DAN SUNNAH NABI-NYA

[TA’LIF : UST ABUBAKAR SHIDDIQ]

ِ ِ ِ
ِ ْ‫الف ِهم ِفي ا‬
ِ َ‫لكت‬ َ ‫ِا َّن َما َهلَ َك َم ْن َك‬
‫اب‬ ْ ‫ان قَبلَ ُك ْم ِبا ْخت‬

SYARAH
HADIS
BINASALAH
ORANG
YANG

12
TA’LIM BA’DA SUBUH DIMASJID AL UKHUWAH PALM SEMI TANGGAL : 14-5-2016

13

Anda mungkin juga menyukai