Anda di halaman 1dari 10

Sistem Rotasi Tanaman Padi di Dataran Tinggi

Ria Heriawati, S.Pt, M.Si

Sistem rotasi tanaman padi umum dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan
dan menjamin ketersediaan pangan. Rotasi berupa rotasi tanaman ataupun rotasi berdasar
musim dengan sistem penanaman monokultur atau tumpang sari. Khususnya lahan dataran
tinggi yang sebagian besar merupakan lahan tadah hujan rotasi tanaman dipertimbangkan
berdasarkan musim. Rotasi tanaman pada lahan menentukan kondisi lahan karena berkaitan
dengan kondisi anaerobik dan aerobik lahan (antara siklus lahan basah dan lahan kering).
Siklus C dan N dalam tanah dipengaruhi oleh kondisi aerobik dan anaerobik lahan. Sehingga
kondisi lahan menjadi bervariasi tergantung musim. Kondisi tersebut berpengaruh pada
produksi sehingga perlu diketahui strategi budidaya dan manajemen efektif untuk
mempertahankan kesuburan tanah dan memaksimalkan hasil panen per unit input pada lahan
tersebut.
Namun budidaya pertanian padi dan gandum secara konvensional tidak saja memperburuh
sifat fisik tanah dan mengurangi air dan efisiensi penggunaan pupuk tetapi juga menyebabkan
stagnasi atau pengurangan hasil biji. Mempertahankan kualitas tanah pada tingkat yang
diinginkan adalah tugas yang sangat rumit dan sulit, karena rotasi lahan padi dataran tinggi
berbeda dengan lahan basah atau tanah dataran tinggi lainnya. Mereka dikaitkan dengan
siklus antara pengairan dan pengeringan dibawah kondisi aerob dan anaerob; seperti rotasi
mengubah siklus C dan N tanah dan membuat spesiasi bahan kimia dan efektivitas unsur hara
biologis elemen yang bervariasi pada setiap musim, meningkatkan keanekaragaman
organisme tanah dan membuat perubahan sifat fisik tanah lebih rumit (gambar 2). maka
sepenuhnya pengertaian karakteristik rotasi padi dataran tinggi yang berbeda dan sifat-sifat
tanahnya diperlukan dalam menjaga jesuburan tanah dan hasil tanaman. Meskipun teknik
budidaya bari dan pengelollan nutrisi, seperti sistem persiapan lahan minimum dan aplikasi
gabungan pupuk organik dan anorganik, telah diusulkan untuk mengatasi masalah ini.
Bagaimanapun juga, tindakan penanaman atau pengelolaan yang digunakan dalam rotasi padi
dataran tinggi, perbedaan respons padi dan musim dataran tinggi dan interaksinya, efek
jangka panjangnya, kekhasan daerah, perbedaan ekologis kondisi, manfaat ekonomi dan
ekologis, operabilitas, dan potensi penggunaan yang luas harus dipertimbangkan.
Rotasi tanaman padi - dataran tinggi adalah sistem tanam yang todak dapat dihindari di
daerah asia untuk memenuhi meningkatnya poermintaan makanan.
Namun praktek menanam padi dan gandum yang konvensional tidak hanya memburuj sifat
fisik tanah dan mengurangi efisiensi penggunaan air dan pupuk tetapi juga menyebabkan
stagnasi bahwan mengurangi hasil gabah.
Memelihara kualitas tanah pada tingkat yang diinginkan adalah tugas yang sangat rumit dan
sulit, karena rotasi padi-tanaman lahan kering berbeda dengan lahan basah dan lahan kering.
Hal tersebut berhubungan dengan berapa kali siklus antara pembasahan dan pengeringan
dibawah kondisi aerob dan anaerob; rotasi seperti mengubah siklus C dan N tanah dan
membuat spesiasi kimia dan efektivitas biologis unsur hara tanah bervariasi sesuai musim.
Meningkatkan keanekaragaman organisme tanah dan membuat perubahan fisik tanah lebih
rumit (gambar 2). Karena itu, pengertian penuh akan karateristik perbedaan rotasi padi-
tanaman lahan kering dan sifat-sifat tanahnya adalah diperlukan dalam memelihara kesuburan
tanah dan pasil panen. Meskipun teknik budidaya baru dan managemen nutrisi seperti olah
tanah minumin dan kombinasi aplikasi pupuk organik dan inorganik telah ditawarkan untuk
mengatasi permasalahannya. Investigasi dan penelitian yang luas tentang potensi efek
samping, dampak jangka panjang, dan penerimaan petani sangat diperlukan. Terlepas dari
pola penanaman atau langkah pengelolaan yang digunakan dalam rotasi padi - tanaman
dataran tinggi, respon yang berbeda dari rotasi padi - lahan kering dan interaksinya, efek
jangka panjangnya, kekhasan daerah, perbedaan kondisi ekologis, manfaat ekonomi dan
ekologis, operabilitas, dan potensi yang luas harus dipertimbangkan. Dengan melakukan itu,
rotasi padi - dataran tinggi benar-benar dapat mencapai pembangunan berkelanjutan.
Kondisi elektrolit tanah mempengaruhi produksi padi yaitu proses reduksi dan oksidasi
(redoks) yang terjadi pada lahan khususnya mempengaruhi stabilitas senyawa-senyawa besi
dan mangan. Perubahan potensial redoks merupakan parameter yang penting dalam
menentukan sifat elektro kimia suatu tanah sawah tergenang. Faktor yang mempengaruhi hal
tersebut adalah penerapan pupuk, langkah irigasi, metode olah tanah, dan jenis atau species
tanaman yang ditanam di dataran tinggi.
Gambar 1. Karakteristik rotasi padi pada dataran tinggi dan langkah perbaikannya
Di sadur dari Z.Wei, F.Teng, Chen, Y. Westby.P.A dan Jun.W dalam Review article Soil physicochemical and biological properties of paddy-upland rotation
Sawah tergenang mengakibatkan lahan dalam kondisi anaerobik dimana mikroorganisme
fakultatif dan obligat akan menggunakan oksidan anorganik selain oksigen sebagai akseptor
elektron seperti NO3-, Fe3+, Mn4+, CO2, N2, dan H+ direduksi menjadi N2, NH4, H2S, NH4+,
Fe2+, Mn2+, S2-. Akibatnya kerusakan struktur tanah, penurunan aerasi tanah, dan bulk density
tanah meningkat. Genangan air di sawah akan terjadi kelarutan besi dari ion Fe3+ menjadi Fe2+
yang berpotensi menyebabkan keracunan pada tanaman padi. Kondisi tersebut
mengakibatkan pH meningkat, menurunkan Eh dan meningkatkan ketersediaan P.
Pada lahan sawah yang dikeringkan, kondisi lahan menjadi aerob dan tanah siap
dikerjakan. Pada kondisi kering, kondisi elektrolit berada pada NO 3-, Fe3+, Mn4+, SO42-. Bahan
organik tanah pada kondisi aerob mengalami mineralisasi dan dekomposisi. Kondisi tersebut
mengakibatkan mikroorganisme aerobic hidup, aerasi tanah meningkat, dan kelembaban
tanah menurun.
Kandungan organik tanah
Potensial redoks mempengaruhi nilai N dalam tanah, ketersediaan P dan Si, kadar Fe 2+,
Mn2+, dan SO42- secara langsung dan kadar Ca2+, Mg2+, Cu2+, Zn2+ dan MoO42- secara tidak
langsung dan dekomposisi bahan organik dan H2S. Sehingga penurunan redoks harus
diseimbangkan melalui langkah perbaikan yaitu :
1) Mengurangi degradasi tanah yaitu mengurangi pengolahan tanah dan tanpa pengolahan
2) Perbaikan pupuk tanah yaitu aplikasi jerami padi, pemupukan organik dan pupuk lepas
lambat (slow release fertilizer).
Reaksi redoks terjadi hampir pada semua tanah, biasanya reaksi oksidasi berkaitan
dengan kondisi tanah berdrainase baik sedangkan proses reduksi berkaitan dengan kondisi
tanah berdrainase buruk atau bila terdapat air berlebih.
Sifat fisik tanah dari Rotasi Padi dataran tinggi
Rotasi tanaman padi di dataran tinggi setiap tahunnya tumbuh berselang dan saling
mempengaruhi. Meskipun begitu, kebutuhan tanaman padi berbeda dengan tanaman dataran
tinggi lainnya. Kondisi lahan tumbuh tanaman padi dibiarkan tergenang dalam kondisi
berlumpur dan anaerob. Sebaliknya tanaman dataran tinggi lain (sorgum/jagung) tumbuh baik
pada lahan kering dengan kondisi aerob. Beberapa manfaat ditemukan pada budidaya padi di
bawah kondisi berlumpur dimana lumpur menciptakan lapisan bajak yang dapat mengurangi
konduktivitas hidrolik untuk meminimalkan kerugian perkolasi air dan meningkatkan
efisiensi penggunaan air dan nutrisi serta memicu serangkaian perubahan sifat fisik tanah.
Efek negatif dari kondisi tersebut yang juga merupakan efek negatif dari tanaman di
dataran tinggi diketahui bahwa genangan air dapat memperburuk sifat fisik tanah dengan
merusak agregat tanah, membentuk hardpans pada kedalaman yang dangkal dan
menyebabkan perubahan ukuran pori yang diinduksi dalam distribusi. Menurunkan indeks
kerucut setelah genangan dan mendapatkan kekuatan selama tahapan ambesan tanah akibat
genangan air dan kepadatan curah tanah (Bulk Density) (BD) meningkat dan konduktivitas
hidrolik menurun 30 dan 60 hari setelah genangan.
Rotasi padi pada dataran tinggi untuk jangka panjang dapat merubah properti fisik lahan.
Dampak buruk pada lahan setelah aplikasi penerapan rotasi pada sawah yang tergenang pada
waktu lama menunjukkan sedikit perubahan struktur granular tanah dan porositas kapiler
meningkat, dan perubahan potensi redoksi tanah. Huang dan Ding menunjukkan bahwa
kestabilan agregat tanah meningkat 12,54% setalah penerapan rotasi padi. Namun
pengaruhnya pada bulk dencity memiliki hasil yang berbeda. Besaran BD mempengaruhi
daya penetrasi akar. Pemadatan tanah menyebabkan tingkat perkecambahan rendah dan
perkembangan akar terbatas. Rotasi padi-gandum menunjukkan pengurangan hasil hingga 8-
9% ketika gandum ditabur setelah penanaman padi kondisi tergenang dibandingkan setelah
penanaman padi kondisi tanpa genangan. Farooq et al menyimpulkan bahwa efek genangan
pada tanaman berikutnya bervariasi untuk jenis tanaman yang berbeda
Efek kerusakan dari budidaya dengan olah lahan yang sering sudah lama di ketahui, jadi
sistem olah lahan minimal atau tanpa olah lahan dipraktekkan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas tanah dari rotasi tanaman padi di dataran tinggi. Dibandingkan dengan
pengolahan tanah konvensional, lahan tanpa olah tanah memiliki sedikit gangguan tanah dan
kerusakan struktur tanah, mendorong pembentukan makroagregat tanah, meningkatkan
stabilitas menahan air pada agregat tanah dan resistensi penetrasi tanah. Stabilitas
makroagregat atau agregat stabil tanah air merupakan agregat yang tanah air atau agregat
yang tidak hancur oleh pembasahan. Pemberian bahan organik segar yang kontunue (20
ton/ha) mampu memelihara agregat makro. Tanah yang tidak diolah selama dua musim
tanam tetapi selalu di beri bahan organik segar mampu menjaga kualitas makroagregat tanah.
Pengaruh pengolahan tanah terhadap kematapan agregat bersifat langsung dan tidak
langsung. Perubahan tidak langsung terjadi melalui perubahan kadar organik tanah baik
jumlah maupun posisinya. Pengolahan tanah menghancurkan fraksi bahan organik yang tidak
terlindungi secara fisik dalam makroagregat berupa pemantap agregat sementara yang
berfungsi mengikat mikroagregat menjadi makroagregat. Penerapan pengolahan tanah
minimum dan pemberian bahan organik secara kontinue merupakan teknik pengolahan tanah
yang mampu mempertahankan kualitas agregat tanah. Bahan organik merupakan pemantap
agregat tanah, dapat dipertahankan.
Sifat Kimia tanah dari Rotasi Padi dataran tinggi
Perubahan musim utama
Kesuburan dalam jangka panjang harus dipertahankan agar budidaya keberlanjutan.
Perbandingan antara tanah di bawah vegetasi alami dengan tanah lapisan atas yang
dibudidayakan mengungkapkan bahwa penggunaan lahan pertanian yang berkepanjangan
mengubah besarnya keragaman dan variabilitas spasial dari sejumlah sifat tanah, terutama
yang terkait dengan kesuburan. Rotasi lahan padi pada dataran tinggi berbeda dengan lahan
basah atau lahan dataran tinggi lainnya, karena pergantian musim basah/kering dan
perubahan kondisi anaerbic/aerobic, spesiasi kimia dan efektivitas biologis unsur hara tanah
bervariasi sesuai musim.
Dalam kondisi banjir, potensi redoks padi rendah dimana senyawa NO3-, Fe3+, Mn4+, dan
SO42- masing-masing dikurangi menjadi NH4+, Fe2+,Mn2+, dan S2-. Maka banjir meningkatkan
ketersediaan P, K, Si, Mo, Cu, dan Co dan mengurangi ketersediaan N, S, dan Zn. Sebaliknya
selama musim tanam di dataran tinggi, potensi redoks meningkat dengan demikian
mengoksidasi unsur hara tanah dan mengubah efektivitas unsur-unsur yang disebut di atas.
Gupta et al berpendapat bahwa di sebagian besar tanah sawah, ketersediaan P awalnya
meningkat pada banjir dan tanaman bertemu dapat memenuhi persyaratan P dari residu P
yang diterapkan pada penyusutan gandum. Li et al., menunjukkan efisiensi aplikasi pupuk K
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan baik padi maupun tanaman berikutnya menyingkirkan
sejumlah besar K nyata menghasilkan keseimbangan K negatif dalam tanah tanpa
memperhatikan apakah pupuk K diterapkan sesuai dosis anjuran. Di Cina dan India,
kekurangan Mn sering terjadi pada gandum dari sistem rotasi padi - gandum yang mengarah
pada penurunan produksi. Kecuali pada rotasi lahan padi dataran tinggi yang jarang
menggunakan mikronutrien. Penurunan ketersediaan Mn di dataran tinggi adalah alasan
utama defisiensi Mn. Perubahan kadar air tanah mempengaruhi pH tanah sehingga
mempengaruhi keseimbangan kimia dan akibatnya mengubah bentuk dan efektivitas unsur
hara tanah.
Siklus C dan N di bawah kondisi lahan rotasi padi dataran tinggi
Produktivitas tanah terkait erat dengan status bahan organik tanah (SOM), penting untuk
mineralisasi suntrisi, perbaikan struktur tanah dan favorable hubungan tanah dengan air.
Degradasi struktur tanah sering terjadi secara intensif dalam ekosistem karena penipisan
bahan organik tanah. Tiessen et al melaporkan selama 20 - 30 tahun kehilangan 1% carbon
organik dalam budidaya serealia setiap tahunnya. Dekomposisi SOM umumnya terjadi lebih
lambat dalam tanah tergenang dari pada tanah yang diangin-anginkan; namun siklus antara
kondisi anaerobik dan aerobik rotasi padi dataran tinggi menghasilkan laju dekomposisi SOM
yang lebih besar. Selama musim padi, jumlah dan aktivitas pengurangan bakteri meningkat
yang tidak hanya mengarah pada dekomposisi bahan organik tanah dan kotribusi akumulasi
pada bahan organik tanah lebih rendah tetapi juga mendorong produksi zat beracun seperti
CH4. Selama musim tanaman dataran tinggi, fiksasi N biologis berkurang dan memudahkan
mineralisasi SOM. Dengan demikian mempercepat kehilangan SOM. Kumari et al
mengemukakan bahwa siklus C pertama bergabung menjadi makroagregat (>0,25 mm)
kemudian membentuk inti dari mikroagregat baru. Perlindungan ini membatasi oksidasi
dengan menciotakan lingkungan yang kurang menguntungkan untuk aktivitas mikroba dan
dengan demikian mengurangi laju dekomposisi setengah atau lebih. Akibatnya, pengolahan
lahan berlebihan dan praktek pertanian ekstraktif mengurang persediaan karbon organik tanah
(SOC). Praktek pemupukan yang tidak seimbang atau tidak tepat dan penanaman intensif
tanpa pengembalian sisa tanaman dan input organik lainnya mengakibatkan kehilangan SOM.
Jenis tanah dan pilihan spesies tanaman dapat mempengaruhi kandungan SOM. Hasil
menunjukkan bahwa tekstur tanah yang lebih ringan mengandung C organik terurai yang
lebih tinggi dan total C menurun dibandingkan tanah bera.
Pupuk N merupakan sumber N terpenting untuk tanah dan 3 jalan utama kehilangan
unsur N melalui penguapan amonia, denitrifikasi, dan pencucian. Kesemuanya dipengaruhi
oleh aplikasi N, kondisi kelembaban tanah, dan praktek olah lahan. Akibatnya rotasi tanaman
pada dataran tinggi secara signifikan mempengaruhi siklus N di tanah karena kondisi tanah
dan air yang berlawanan dan nutrisi yang dibutuhkan kedua tanaman berbeda. Emisi N 2O
sering terjadi selama periode pengeringan daripada periode banjir, hal tersebut menunjukkan
bahwa pergantuan pengairan dan pengeringan dapat meningkatkan emisi N2O. Akumulasi N
anorganik selama musim tanam dataran tinggi akan menguap ke lingkungan segera setelah
banjir. Bueno dan Ladha menemukan bahwa ada hubungan yang jelas antara parameter bahan
organik dan serapan N dengan penurunan kelompok C yang mengakibatkan penyerapan N
rendah. Selain itu, siklus tanah C dan N saling mempengaruhi aksi mikrobiologis.
Interaksi antara padi sawah dan tanaman di dataran tinggi membuat siklus C dan N tanah
menjadi lebih kompleks, dengan demikian, meningkatkan kesulitan pengelolaan air dan
nutrisi dari rotasi tersebut. Rotasi padi pada dataran tinggi umumnya mengganggu
penyimpanan C dan N tanah dibawah kondisi budidaya dan pengelolaan petani saat ini. Efek
yang sama pada rotasi padi pada dataran tinggi (Padi-Gandum) pada tanah dengan pupuk
berbeda.
Dibandingkan dengan tipe pemanfaatan lahan lain seperti rotasi padi diberakan dan
rotasi beras-gandum, adalah tidak efisien dalam mempertahankan atau meningkatkan
kesuburan tanah. Sementara itu, rotasi padi - tanaman bunga (chinese milk vetch) dapat
meningkatkan kandungan N tanah. Para peneliti telah menunjukkan bahwa manfaat legume
dalam rotasi tidak hanya menyebabkan fiksasi N biologis tetapi juga meningkatkan
ketersediaan nutrisi, memperkaya kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, mengurangi
penyakit dan meningkatkan kolonisasi mikoriza yang bisa membantu mempertahankan
produktivitas dalam jangka panjang pada sistem berbasis tanaman biji-bijian, oleh sebab itu,
sistem tanam gandum dapat beragam dengan menggunakan kacang-kacangan sebagai
pengganti tanaman. Aplikasi pupuk organik, termasuk pupuk kandang, sisa tanaman atau
jerami, dan kompos. Juga merupakan ukuran yang efektif untuk memperbaiki kesuburan
tanah dan menjaga produktivitas tanah. Namun, status penggunaan pupuk organik dan
karakteristik pemanfaatan dan siklus nutrisi saat ini di klarifikasi ada tiga perbedaan sebelum
penggunaan pupuk organik pada rotasi padi di dataran tinggi. Kandungan nutrisi dari pupuk
organik yang berbeda dan karakteristik pelepasannya. Aturan kebutuhan pupuk tanaman
berbeda seperti kebutuhan waktu dan jumlah. Dan interaksi antara padi dan tanaman tinggi
lainnya seperti pengaruh sisa kesuburan tanah pada tanaman berikutnya.
Sifat Biologis tanah dari Rotasi Padi dataran tinggi
Mikroorganisme tanah terlibat dalam berbagai proses biokimia dan sangat penting dalam
menjaga kesuburan tanah dan hasil tanaman. Keragaman mikroorganisme rizosfer bermanfaat
bagi kesehatan tanah dan interaksi trofik di dalamnya dengan pengaruh rhizosfer (affect the
aboveground komunitas tanaman di atas tanah. Tanaman yang berbeda memiliki komunitas
mikroba tanah yang berbeda dan rotasi tanaman memberikan konsentrasi dan keragaman
material organik lebih baik keduanya mengarah pada komunitas mikroba yang lebih beragam.
Beberapa penelitian teleh melaporkan efek positif dari rotasi tanaman adalah kelimpahan
mikroorganisme. Sistem tanam dapat mempengaruhi nyata mempengaruhi komposisi,
gundukan, keragaman dan aktivitas komunitas bakteri tanah; bukti menunjukkan hubungan
antara jenis tanaman dan komposisi komunitas bakteri. Sebagai contoh, Bradyrhizobium sp.
dan Herbaspirillum sp. berkoloni pada interior kaki tanaman padi ketika ditanam secara
bergilir dengan tanaman legum, yang mungkin mempromosikan pertumbuhan dan
produktivitas padi. Selanjutnya, ketersediaan mikroorganisme tanah meningkatkan
ketersediaan unsur hara tanaman, terutama N dan P. Xuan et al mengindikasikan bahwa
rotasi tanaman memberikan penerapan yang baik untuk keseimbangan pemeliharaan dalam
lingkungan mikroba tanah untuk keberlanjutan budidaya.
Efek lain dari rotasi tanaman pada sifat biologis tanah adalah penyakit, terutama
penyakit yang ditularkan melalui tanah, dan penekanan gulma. Spesies tanaman yang berbeda
dengan beragam eksudat akar dan residu tanaman, menciptakan pola persaingan sumber
daya, gangguan alelopati (interaksi antar organisme dimana satu organisme dapat
menghambat pertumbuhan organisme lain), gangguan tanah, dan mekanis yang mengarah
kepada ketidak stabilan dan lingkungan tidak ramah untuk organisme kecil bisa bertahan
hidup. Studi menunjukkan bahwa rotasi tanaman adalah metode yang efektif untuk
mengurangi hama dan penyakit tanaman. Busuk batang pada tanaman Oil Seed Rape (OSR)
yang disebabkan oleh sclerotinia sclerotiorum adalah salah satu jamur yang paling umum.
Ding mengindikasikan sclerotinias hanya bisa bertahan 20 hari dalam kondisi banjir dan
dapat dikurangi dengan rotasi tanaman padi - tanaman dataran tinggi. Yuan et al.,
menunjukkan bahwa kejadian penyakit tersebut pada rotasi tanaman wijen dan rape 32,3%
lebih tinggi daripada rotasi tanaman padi - rape rotasi. Pseudomonas fluorescens dan
Burkhplderia vietnamensis berurutan didokumentasikan sebagai bakteri menguntungkan di
sawah yang meningkatkan produksi dan bertindak melawan penyakit hawar daun. Seperti
halnya tanaman biji-bijian merupakan tuan rumah nematoda yang baik, sedangkan tanaman
legum tahan terhadap parasit ini, hasil gabah ketika ditanam setelah kacang tunggak dan atau
kacang hijau secara signifikan lebih tinggi dari itu setelah tanaman sereal.
Efek pencegahan dari rotasi tertentu pada masa proliferasi spesies hama dapat dimediasi
oleh drainase terhambat dan pengolahan tanah khususnya tidak sampai dalam mana residu
tanaman di lapangan. Namun organisme tanah mungkin juga termasuk patogen tanaman atau
mikroorganisme perusak rizosfer, yang berdampak pada pertumbuhan negatif dan hasil
minimal, misalnya pada rotasi beras - gandum, penggerek batang, busuk batang, dan busuk
daun terjadi dalam gandum
Maka efek ritasi sawah dapat memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemanfaatan
kelebihan dan pengendalian kekurangan menjadi fokus penelitian lanjutan.

Daftar Pustaka

Nurida, N.L. dan Undang, K. Perubahan agregat tanah pada ultisols Jasinga terdegradasi
akibat pengolahan tanah dan pemberian bahan organik. Jurnal Tanah dan Iklim : No.
30/2009.
Ryoichi dan P. Supachai., From Maximization to optimization : A Paradigm shift in rice
production in Thailand to improve overall quality of life of stakeholders : Research
article., Hindawi Publishing Corporation., The Scientific World Journal., Volume 2014,
Article ID 604291, 11 pages., http://dx.doi.org/10.1155/2014/604291.
Z. Wei., F. Teng., C. Yong., P.W. Anthony dan J.R. Wan., Review Article., Soil
Physicochemical and Biological Properties of Paddy-Upland Rotation., Hindawi
Publishing Corporation., The Scientific World Journal., Volume 2014, Article ID
856352, 8 pages., http://dx.doi.org/10.1155/2014/856352.

Anda mungkin juga menyukai