Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMISAHAN II

SOKLETASI

Disusun Oleh

Shafira Nurullita Ariyanto P27235019096


Vanza Dayrell - Amartya P27235019097
Vina Zulfatul Chusna P27235019098
Widyastutik P27235019099
Zulfa Kolisoh P27235019100
Zulia Qodrun Nissa P27235019101

PROGRAM STUDI D III ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN

JURUSAN ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

2019/2020
SOKLETASI
I. TUJUAN
a. Mempelajari prinsip ekstraksi sokletasi
b. Melakukan ekstraksi sokletasi

II. DASAR TEORI


Ekstraski merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutan
terhadap dua cairan yang tidak saling larut yang berbeda. Sedangkan sokletasi yaitu
ekstraksi padat cair yang berkesinambungan.Ekstraksi biasanya dilakukan menggunakan
suatu alat yang dinamakan soklet. Prinsip dari sokletasi yaitu penyarian secara
berkesinambungan dimana cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan
terkondensasi, molekul-molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun ke
dalam slonsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas
bulat setelah melewati pipa siphon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif
menjadi sempurna (Vogel, 1985).
 Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
sampel padat dengan cara penyarian berulang-ulang dengan pelarut yang sama, sehingga
semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Jika
senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka
teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain
di mana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan
dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut
sokletasi (Voight, 1995).
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalau baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.Ekstraksi yang dilakukan
menggunakan metoda sokletasi, yakni sejenis ekstraksi dengan pelarut organik yang
dilakukan secara berulang- ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan, dengan
menggunakan alat soklet.Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan
rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh.Minyak nabati umumnya larut baik dalam
pelarut organik, seperti benzen dan heksan.Untuk mendapatkan minyak nabati dari
bagian tumbuhan dapat dilakukan metode sokletasi dengan menggunakan pelarut yang
sesuai (Nazarudin, 1992).
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari
material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah labu didih,
ekstraktor dan kondensor.Sampel dalam sokletasi perlu dikeringkan sebelum disokletasi.
Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk mengilangkan kandungan air yang
terdapat dalam sample sedangkan dihaluskan adalah untuk mempermudah senyawa
terlarut dalam pelarut. Di dalam sokletasi digunakan pelarut yang mudah
menguap.Pelarut itu bergantung pada tingkatannya, polar atau non polar (Nazarudin,
1992).

Menurut Kateren (1986), alat sokletasi terdiri dari instrumen berikut ini :
a. Kondensor, berfungsi untuk pendingin dan juga untuk mempercepat proses
pengembuna
b. Timbal, berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya
c. Pipa F, berfungsi sebagai jalannya uap bagi pelarut yang menguap dari proses
penguapan
d. Sifon, berfungsi sebagai perhitungan siklus bila pada sifon larutannya penuh
kemudian jatuh ke dalam labu alas bulat maka hal ini dinamakan satu siklus
e. Labu alas bulat, berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya
f. Hot plate, berfungsi sebagai pemanas larutan
Menurut Guenther (1987), syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses
sokletasi:
1. Pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter, metil klorida
dan alcohol
2. Titik didih pelarut rendah
3. Pelarut dapat melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan
5. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau nonpolar)

Menurut Guenther (1987), Keuntungan metode ini adalah :

1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung
2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
3. Pemanasannya dapat diatur
Menurut Guenther (1987), Kerugian dari metode ini :
1. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah
terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
2. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
3. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut
dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat
yang berada di bawah kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif

Heksana (C6H14) atau CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 merupakan pelarut non polar


yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69 oC, pada T dan P normal
berbentuk cair.Senyawa ini merupakan fraksi petroleum eter yang ditemukan
oleh Castille da Henri.Secara umum Heksana merupakan senyawa dengan 6 rantai
karbon lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyak mentah.Heksana biasanya
digunakan dalam pembuatan makanan termasuk ekstraksi dari minyak nabati (Voight,
1995).

Biji kemiri mengandung 50%-60% berat minyak. Minyak kemiri dapat diperoleh
dengan cara diperas ataupun dengan cara ekstraksi. Jika diperas dalam kondisi dingin,
maka minyak atsiri yang keluar akan bewarna kuning muda serta rasa dan bau yang tidak
enak. Namun jika diperas dalam kondisi panas, minyak yang keluar akan bewarna gelap
serta bau dan rasa yang tidak enak. Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat unik yaitu,
minyak ini mudah mengering bila dibiarkan diudara terbuka.Oleh karena itu, minyak
kemiri dapat digunakan sebagai minyak pengering dalam industri minyak serta
varnish.Minyak pengering memiliki derajat ketidakjenuhan yang tinggi karena sebagian
besar tersusun atas asam lemak tak jenuh dan memiliki sifat mudah teroksidasi dan
membentuk polimer berupa lapisan film.Minyak biji kemiri juga dapat terbakar sehingga
dapat digunakan sebagai bahan bakar misalnya bahan bakar untuk penerangan.Minyak
kemiri memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi dan dapat berfungsi sebagi
minyak pengering (Arlene, 2013).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah seperangkat alat sokletasi,
alat gelas laboratorium, timbangan analitik, spatula, batang pengaduk, water bath,
cawan porcelen, lem, dan statif.

B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah serbuk simplisia biji
kemiri, n-heksana, kertas saring, dan kapas.

IV. CARA KERJA


Pertama, timbang serbuk simplisia biji kemiri sebanyak 45gram.Bungkus kemiri
dengan kertas saring dan ujung atas bawah ditutup dengankapas.Selanjutnya masukkan
kemiri yang telah dibungkus ke dalam alat sokletasi. Kemudian masukkan n-heksana
sebanyak 60% volume labu ekstraksi dan lakukan ekstraksi selama 1,5. Selanjutnya
ekstrak yang diperoleh diuapkan dalam cawan porcelain di atas water bath
hinggadiperoleh ekstrak kental. Terakhir, timbang massa dari ekstrak tersebut dengan
timbangan analitik.
V. HASIL

Massa simplisia awal 45 gram


Massa cawan kosong 68,50 gram
Massa cawan + ekstrak kental 83,7 gram
Massa ekstrak 15,2 gram

%Rendemen 33,8%

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan proses ekstraksi dengan metode sokletasi. Sokletasi
adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam sampel padat
dengan cara penyarian berulang-ulang dengan pelarut yang sama sehingga semua
komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Sampel yang
digunakan adalah serbuk simplisia biji kemiri sebanyak 45 gram.Biji kemiri dipilih
karena mudah didapatkan dan tersedia dalam jumlah banyak.
Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang sampel sebanyak 45gram yang
kemudian dibungkus dengan kertas saring dan ujung atas bawah ditutup dengan kapas,
lalu dimasukkan kedalam alat sokletasi.Berikutnya memasukkan n-heksana kedalam labu
ekstraksi.Proses sokletasi berlangsung, dimana pelarut (n-heksana) yang telah menguap
ke kondensor menetes kembali ke tabung soklet dan membasahi sampel sampai tinggi
pelarut dalam tabung sokletsama tinggi dengan pelarut pada pipa sifon, lalu pelarut
seluruhnya akan masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu seterusnya (efek sifon).
Lalu dilakukan ekstraksi selama 1,5jam yang biasanya sekitar 15 siklus dengan maksud 1
siklus adalah dari cairan penyari menguap membasahi sampeldalam timble dan mulai
mengisi sifhon arm sampai siphon arm terisi penuh dan turun kembali ke labu alas bulat.
Pelarut n-heksana dipilih karena tidak reaktif dan inert, dalam reaksi organik
karena bersifat non polar dan memiliki narrow destillation range dan selective power,
sehingga tidak memerlukan tingkat pemanasan yang tinggi dan daya ekstraksi yang
tinggi. Sehingga menjadikan heksana sebagai pelarut yang baik untuk mengekstrak zat
aktif dari biji kacang-kacangan atau flax seperti minyak kemiri.
Proses ekstraksi oleh pelarut n-heksana ini terjadi secara berulang-ulang, dan
selama proses tersebut serbuk simplisia biji kemiri akan terekstraksi. Apabila ekstrak
sudah sampai pada batas “pipa U” atau pipa siphon, maka ekstrak akan turun ke labu dan
mendidih kembali. Proses ini berjalan kontinu sampai semua ekstrak terekstraksi.
Semakin banyak frekuensi ekstraksi yang dilakukan, maka semakin banyak pula ekstrak
yang akan terekstrasi dari sampel serbuk biji kemiri.
Jumlah siklus ekstraksi akan mempengaruhi hasil ekstrak yang diperoleh. Jumlah
ekstrak serbuk simplisiabiji kemiri yang didapat yaitu 15,2 gram dari total serbuk
simplisia biji kemiri awal yang digunakan yaitu 45 gram. Sehingga diperoleh rendemen
sebesar 33,8%. Semakin lama waktu ekstraksi menghasilkan berat ekstrak yang semakin
meningkat. Hal ini disebabkan suhu semakin meningkat, tegangan dari permukaan
pelarut dan gaya tarik menarik antara zat pelarut dan terlarut dapat diperkecil, serta titik
didih pelarut menunjukkan kemampuannya untuk berubah menjadi uap, sehingga
menghasilkan jumlah ekstrak yang meningkat.

VII. KESIMPULAN
1. Prinsip ekstraksi sokletasi adalah pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
zat padat dengan cara penyarian secara berulang dengan menggunakan pelarut
tertentu sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi
2. Estrak yang diperoleh adalah 15,2 gram
3. Rendemen yang diperoleh sebesar  33,8%
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, dkk. 2012. “Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Alpukat (Persea gratissima)
Menggunakan Katalis Heterogen Kalsium Oksida (CaO),” Jurnal Teknik Kimia.

Nazarudin, dkk. 1992. Pengembangan Minyak Biji Karet di Indonesia. Surabaya:Indonesian


Press.

Voight, R. 1995. Buku pelajaran teknologi farmasi, diterjemahkan oleh soendani N.S., UGM


Press ,Yogyakarta.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi I. Jakarta :
PT. Kalman Media Pustaka.

Kateren, 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta : Universitas


Indonesia Press.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri jilid I. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Arlene, A. 2013.“Ekstraksi kemiri dengan metode soxhlet dan karakterisasi minyak


kemiri”. Jurnal Teknik Kimia. Vol 2 (1) : 6-10.
LAMPIRAN

Diketahui :

 Massa simplisia awal = 45 gram


 Massa cawan kosong = 68,50 gram
 Massa cawan + ekstrak kental = 83,7 gram
 Massa ekstrak = (massa cawan kosong + ekstrak kental) – massa cawan kosong
= (83,7 gram - 68,50 gram)
= 15,2 gram

Ditanya : berapa %rendemen?

massa ekstrak
Jawab :%rendemen= x 100 %
massa simplisia mula−mula

15,2 gram
%rendemen= x 100 %
45 gram

%rendemen=33,8 %

Anda mungkin juga menyukai