Anda di halaman 1dari 14

Pembahasan no 2

(Abs sampel/ Abs standar) x Kadar standar


0,25/0,3 x 100 = 83,3 gr/dl

Pembahasan no 4
Pseudomonas Aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul,
mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar 0,5-1,0 µm.
Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat menfermentasikan karbohidrat. Pada uji
biokimia, bakteri ini menghasilkan hasil negatif pada uji [[[indol]], Merah Metil, dan Voges-
Proskauer. Bakteri ini secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman,
dan hewan. P. aeruginosa adalah patogen oportunistik. Bakteri ini merupakan penyebab utama
infeksi pneumonia nosokomial.
Ketika bakteri ini ditumbuhkan pada media yang sesuai, bakteri ini akan menghasilkan
pigmen nonfluoresen berwarna kebiruan, piosianin. Beberapa strain Pseudomonas juga mampu
menghasilkan pigmen fluoresen berwarna hijau, yaitu pioverdin. Pseudomonas aeruginosa
memproduksi katalase, oksidase, dan amonia dari arginin. Bakteri ini dapat menggunakan sitrat
sebagai sumber karbonnya

Pembahasan no 7
 Prinsip Protein urin Esbach : Asam pikrat dapat mengendapkan protein dan endapan ini
dapat diukur secara kuantitatif.
 Sampel : Urin 24 jam
 Interpretasi Hasil
Volume urine = 1,5 L/24jam Tinggi endapan = 0,4 g/L
Protein Loss = 0,4 g/L ´ 1,5 L/24jam = 0,6 g/24jam
 Nilai normal yaitu < 0,15 g/24jam.
 Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi
dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan
urin bersifat basa

Pembahasan no 8
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal
asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering
ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil
metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak
makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin didapatkan
kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal
leucin.

Pembahasan no 12
Isi Postulat Koch :
 Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.
 Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni.
 Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang sehat
 Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut

Pembahasan no 17
alkohol asam : HCL 3% dalam metanol 95%

Pembahasn No 18
Pemeriksaan urin pada ISK : positif Nitrit, leukosit >20, eritrosit, pos leukosir esterase, bakteri
pos

Pembahasan no 21
 Pengenceran = 100 : 0,5 = 200 x
 Bilik hitung 25 kotak dibagi 16 kotak? Kotak tengah (1 mm2). Vol : 0,1 mm3
 Faktor = 200 : 0,1 = 2000
 Sel = 148 x 2000 = 296.000 sel/mm3

Pembahasan no 22
 Protein urin metoda didih Banng
 Prinsip: Protein dalam urin akan membentuk kekeruhan atau gumpalan oleh asam karena
mendekati titik isoelektrik protein dibantu dengan pemanasan, sehingga terbentuk
kekeruhan, butiran, kepingan, atau gumpalan sesuai dengan banyaknya kandungan protein
dalam urin
 Reagen (Bang): Na-Acetat 11,8 gram, Asam asetat pekat 5,85 mL, dan aquadest ad 100
mL
 Cara Kerja:
1. Memasukkan 5 mL urin ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 0,5 mL pereaksi Bang
3. Mencampurkan sampai homogen dan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit.

Pembahasan no 25
 Media seleksif Vibrio Cholera adalah
media yg mengandung garam
 TCBS (Thiosulfat Citrat Bilesalt Sukrosa Paling utama
mineral untuk sumber energi
 Allkaline Taurocjolate tellurite (karbon dan nitrogen)
 Aranson agar
 Monsul agar
 MCA (untuk bakteri gram negatif)
 Sifat koloni : bulat, rata, cembung
 Morfologi dan fisiologis
 Bentuk Koma / batang bengkok
 Gram negative (merah)
 Gerak positif (motil) dg flagel monotrik
 Spora negative
 Aerob atau anaerob fakultatif
 Sifat biokimia : Meragi Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Manitol (Indol M/M), Gas dan H 2S
negatif
 Antigen : H (flagel) dan O (somatik), memiiki enterotoksin

Pembahasan no 27
 Media selektif salmonella : SSA (bulat, keabuan, cembung, rata)
 Sifat biokimia Typhy :
 Meragi glukosa, maltose, manitol, tidak meragi Laktosa, sukrosa (Indol M/K)
 Gas Negatif
 H2S positif (sedikit)
 Sifat biokimia Paratyphy :
 Meragi glukosa, maltose, manitol, tidak meragi Laktosa, sukrosa (Indol M/K)
 Gas Positif
 Paratyphy A : H2S Negatif Paratyphy B dan C : H2S positif banyak
 Morfologi
 Gram negative batang
 Spora negative
 Motil (SCA positif) dengan flagel peritrik
 Aerob atau fakultatif anaerob

Pembahasan no 28
Prinsip Pemeriksaan ALT :
L alanine + αketoglutarate ALT Pyruvate + L glutamate
Pyruvate + NADH + H+ LDH L lactate + NAD+ + H2O
Prinsip Pemeriksaan AST :
L aspartate + αketoglutarate ALT Pyruvate + L glutamate
+
Oxaloacetate + NADH + H MDH L malate + NAD+ + H2O

Pembahasan no 36
Sampel urin yang ditunda akan menyebabkan bakteri mercerai ureum membentuk amoniak
sehingga urin menjadi basa.

Pembahasan no 37
Perhitungan MCV

Pembahasan no 38
Bakteri meragi laktosa : E. coli dan Klebsiella.
E. coli pada MCA : warna merah muda
Klebsiela pada MCA : warna keabuan
E. coli memiliki patogenitas diare seperti disentri yang disebabkan Shigella (feses dg
mukus)

Pembahasan no 40
Pengenceran = 10 : 0,5 = 20x
Vol Bilik hitung = 16 kotak (4 x 1 mm2 x 0,1 mm) = 0,4 mm3
Faktor = 20 / 0,4 = 50
Leukosit = 52 x 50 = 2.600 sel/mm3
Pembahasan no 42
1. Rhematoid Faktor berupa antibody yang bereaksi dg human antibodi
 Metode rapid slide aglutinasi
 Prinsip : Ag yg merupakan suspensi partikel latex yang dilapisi gamma globulin
manusia akan membentuk aglutinasi dengan factor rhematoid dalam serum
pasien.
 RF adalah IgM/IgG yang membentuk complex dengan Ab yang terdeposit pada sinofial.
 Sampel : Serum unhemolisis, unlipemik, stabil 24 jam 2-80C.
 Sensitifitas 8 iu/ml. dilakukan pengenceran hingga 1/32 = kadar 256 iu/ml.

2. Anti Streptolysin O berupa antibodI yang bereaksi Ag ASO


 Metode rapid slide aglutinasi
 Prinsip : Ag yg merupakan suspensi partikel latex yang dilapisi Streptolysin O akan
membentuk aglutinasi dengan antibodi spesifik pada sampel pasien dengan infeksi
streptokokus β hemolitik
 Sampel : Serum unhemolisis, unlipemik, stabil 24 jam 2-80C.
 Sensitifitas 200 iu/ml

3. CRP (C Reaktif Protein / protein fase akut) Antigen yang bereaksi dg Ab


 CRP tidak disebabkan bakteri. Meningkat pada awal infeksi merupakan pertahanan non
spesifik
 Prisip : Suspensi partikel latex yang dilapisi dengan antibody akan membentuk
aglutinasi dengan antigen CRP dalam serum pasien
 Sampel : Serum unhemolisis, unlipemik, stabil 24 jam 2-80C.
 Sensitifitas 6 mg/L

4. RPR (Rapid Plasma Reagin) mendeteksi Ab


 Plasma regain adalah metode non trponema untuk mendeteksi sifilis berupa skrining
test
 Prinsip : Suspesi partikel latex yang dilapisi antigen non treponema bereaksi dengan
antibody spesifik dalam serum pasien (reagin) membentuk aglutinasi hitam.
 Sampel : Serum / plasma unhemolisis, stabil 24 jam 2-80C.
 Interpretasi : titer tertinggi yang masih menunukan aglutinasi
5. TPHA (Treponema Pallidum Haem Agutinasi) mendeteksi Ab
 Prinsip : Antigen Treponema Pallidum yang menempel pada eritrosit unggas akan
bereaksi dengan Ab spesifik membentuk haem aglutinasi.

Sifilis adalah T. pallidum yang masuk ke dalam tubuh melalui jaringan kulit kelamin dapat
merusak jaringan tubuh. Ag tsb dianggap benda asing sehingga tubuh membentuk Ab yang
disebut Reagin dan T. pallidum juga membentuk Ab spesifik
Ab Trep dapat disebabkan jaringan yg rusak sehinga dapat menghasilkan positif palsu,
sedangkan Ab non Trep langsung dibentuk karna adanya bakteri.

Pembahasan no 43
 Vena yang tepat umtuk pengambilan darah
 vena mediana cubiti
 vena cephalica
 vena basilica
 Pemasangan Touniquet 2-3 inchi/ 5-10 cm/ 4–5 jari di atas vena yang akan dipungsi). 
Pembendungan tidak lebih dari 1 menit

Pembahasan no 46 (Hematologi)
 Hemoglobin
o Metode : Talquist, Sahli, CuSO4, cyanmeth Hb
o Reagen drabkin yaitu KCN, K3Fe(CN)6 fungsinya untuk oksidasi Hb menjadi meth Hb
o Prinsip : Darah diencerkan dengan reagen drabkin, Hb akan dioksidasi menjadi meth
Hb oleh
K3Fe(CN)6 lalu diubah menjadi Hb sianida oleh KCN yang diukur serapannya pada pj
gelombang 540 nm. Hasil dibandingkan dengan kurva standar atau dengan factor
pengkali.
 Hematokrit (PCV/packed cell volume)
o Metode Mikro Ht, Makro Ht
o Darah dengan antikoagulan
o Prinsip : Darah dengan antikoagulan pada pipa kapiler atau tabung disentrifug pada
kecepatan dan waktu tertetu. Pemadatan eritrosit dinyatakan dalam %.
 Jumlah Eritrosit
o Reagen Hayem / Gower (As asetat lasial dan Na Sulfat) / Formalsitrat (Larutan
isotonis menjaga bentuk eri)
o Prinsip : Darah diencerkan dengan larutan isotonik dg perbandingan tertentu
sehingga menjaga bentuk eri. Sel dihitung menggunakan B.H. dan mikroskop
pembesaran obj 40 x.
o Pengenceran : 100x (darah batas 1 pengencer batas 101) / 200x (darah batas 0,5)
 Jumlah Leukosit
o Reagen Turk untuk melisiskan sel tidak berinti (eri dan Tc)
o Prinsip : Darah diencerkan dengan larutan turk. Asam asetat glasial melisiskan sel
tidak berinti dan leukosit akan terwarnai oleh gentian violet 1% Sel dihitung
menggunakan B.H. dan mikroskop pembesaran obj 10 x.
o Pengenceran : 10x (darah batas 1 pengencer batas 11) / 20x (darah batas 0.5) /25x
 Jumlah trombosit
o Direk
Reagen Amonium oxalate 1 % / Rees Ecker (Formalin dan BCB)
Prinsip : Darah diencerkan denga rees ecker akan melisiskan leukosit dan tidak
melisiskan eritrosit dan terwarnai oleh BCB. Jumlah Tc dihitung dh B.H. dan
mikroskop obj 40x. Sedangkan Amonium oxalate 1 % dapat melisiskan eritrosit tetapi
tidak memberi warna.
 Indirek (Fonio)
Prinsip : SAD diwarnai dengan wright/giemsa, dihitung jumlah Tc dalam 1000 eritrosit
pembesaran obj 100x.
Jumlah Tc per µl darah = (jml Tc SAD : jml eri SAD) x jml eri per µl darah
 LED
o Metode : wetergren, wintrobe
o Reagen pengencer Na sitrat 3,8 %/ 0,1 M / NaCl 0,85 %
o Prinsip : Kemngukur kecepatan pengendapan eritrosit dengan pembentukan
rouleaux dengan mengukur jarak plasma.
o Fase : agregasi, pengendapan, pemadatan
 Retikulosit
o Reagen BCB (Brom Cresol Blue 1% dalam metyl alcohol/ NaCl fis) / New Metylen
Blue
o Prinsip : SAD diwarnai dengan NMB/BCB (pewarnaan supravital) akan mewarnai
ribosom dan sisa RNA pada retikulosit. Sel dihitung per 1000 eritrosit pembesaran
obj 100x.
o Perhitungan = jm reti SAD : jml eri SAD x 100%
o Jml sesungguhnya = % reti : 100 x jml eritrosit per µl darah
 Eosinofil
o Reagen Eosin 2 % (Aceton 5-10% untuk menghambat lisisnya leko dan aquadest
untuk melisiskan eri)
o Prinsip : Darah diencerkan dengan pengencer, membuat granula eosinofil yg bersifat
basa menyerap zat warna eosin yg bersifat asam. Sel lain akan lisis, eosinofil
dihitung pad B.H. fuch rosental dengan mikroskop obj 100x.
o Vol Fuch rosental = 1 mm2 x 16 kotak x 0,2 mm (tinggi)
o Pengenceran 10x / 20x

Pembahasan no 48 (Entamoeba histolityca)


Hospes : manusia
Penyakit : amoebiasis
Trofozoid : - Ukuran 15 – 60 mikron
- Ektoplasma jernih dan homogen, membentuk pseudopodia
- Endoplasma berbutir halus, terdapat sisa makanan, bakteri, eritrosit
- Kariosom (nukleulus) sentral
- Berkembang biak secara belah pasang
Kista : - Ukuran 20 mikron
- Bulat / lonjong
- Memiliki dinding dan inti
- Terdapat lisong dan vakuola glikogen pada endoplasma (pada kista muda)
Daur hidup :
Kista matang (bentuk infektif) – di usus halus ekskistasi – usus besar (trofozoid) – infasi
jaringan atau dikeluarkan melalui feses.

Pembahasan no 51 (Urinalisa)
 Protein
o Metode
- Asam Sulfosalisilat 20 % : 8 tetes + 2 ml urin
- Asam Asetat 6% : 4 tetes + 2/3 tabung urin
- Heller : 3 ml Asam nitrat
- Didih Bang (Na asetat dan as asetat glasial) : 0,5 ml + 5 ml urin
- Osgood : untuk protein bence jones
o Prinsip : protein membentuk gumpalan dalam suasana asam
 Glukosa
o Metode Benedict (8 tetes + 5 ml urin)
o Metode Fehling (2 ml + 0,5 ml urin )
o Prinsip : Glukosa urin akan mereduksi ion cupri menjadi ion cupro dalam suasana basa
 Keton
o Metode Rothera ross
o Prinsip : Na nitropusida bereaksi dengan keton dalam urin pada suasana basa
membentuk cincin ungu
o Caker : 5 ml urin + sepucuk rothera (Na nitripusida) + 1-2 ml NH4OH
 Urobilin
o Metode Schlesinger (seng asetat dalam alkohol)
o Urobilin dg Schlesinger membentuk fluoresens hijau.
o Sampel urin yang lama, urobilinogen akan dioksidasi oleh iodium membentuk urobilin.
Sehingga positif urobilin negative urobilinogen.
 Urobilinogen
o Metode erlich / Wallace diamond (dimetilaminobenzaldehid dan HCL pekat)
o Prinsip : Urobilinogen urin dg erlich membentuk warna merah dalam suasana asam.
o Caker : 10 ml urin + 1 ml erlich, lihat samar merah jika merah pekat lanjutkan
pengenceran
o Normal : pengenceran 1:20 positif 1:40 negatif
 Bilirubin
o Metode Harrison, Reagen : BaCl 10% dan Fuchet (FeCl)
Prinsip : Bilirubin urin diendapkan oleh BaCl lalu dioksidasi oleh FeCl dalam suasana
asam menghasilakn biliverdin hijau.
Caker : 5 ml urin + 5 ml BaCl saring Presipitat + Fouchet
o Metode Smith Rossin, Reagen : Iodium 1 % (oksidator bilirubin)
Caker : 3 ml urin + iodium Dilihat cincin hijau pada batas cairan.
Pembahasan no 52
 Anemia sideroblastik : disebabkan kelainan kromosom x atau pengaruh obat/kemoterapi.
Dan disebabkan defisiensi zat besi
 Anemia megaloblastik : garna gangguan sintesis asam bukleat DNA pada defisiensi vit
B12 / asam folat
 Anemia defisiensi besi
 Anemia aplastick : kegagalan sumsum tulang memproduksi sel disebabkan kongenital.
DItemukan kelainan eri makrositik, penurunan trombo, ganulosit dan limfosit, MCV,
meningkat
 Anemia hemolitik dibagi dua jenis, intrinsic dan ekstrinsik
Intrinsik : kongenital seperti thalassemia dengan gambaran anemia sel sabit
Ektrinsik : karna penghancuran akibat infeksi, tumor, leukemia

Pembahasan no 53
100 sel trombosit dalam 1.000 eritrosit, dengan jumlah eritrosit 4.000.000 sel/ul.
100 /1000 x 4jt = 400.000 sel/ul

Pembahasan no 54
 Tes Rivalta : untuk membedakan transudate – eksudat
100 ml aquadest + 1 tetes asam asetat glasial. Kekeruhan menunjukan positif
 Tes Pandy : pemeriksaan protein dalam LCS dengan larutan fenol jenuh
 Nonne Apelt : pemeriksaan globulin dalam LCS dengan larutan ammonium sulfat jenuh

Pembahasan no 57 (mikologi)
Aseksual
 Blastosprora
- Terbentuk karna pertunasan (di ujung sel/ septum hifa) disebut sel ragi bertunas
- Ex: Candida, Criptococcus, Saccharomyces
 Arthrospora
- Terbentuk karna fragmentasi hifa, spora berbentuk bulat/ lonjong / seperti rantai
- Diameter spora = hifa
- Ex: Geotrichum, Oidiodendron, Monilla sitophila
 Klamidiospora
- Dibentuk dari pelebaran hifa (terminal, lateral, interkaler)
- Ex: Epydhermaphyton floccosum, Candida albicans dan tropicalis
 Sporangiospora
- Dibentuk dari sporangium
- Ex: Rhizopus, Absidia, Mucor
 Konidiospora
- Dibentuk dari ujung sterigma yg terfragmentasI, spora tersusun seperti rantai, bulat
- Ex: Aspergilus, Penicillium, Paecilomyces, Scopulariopsis
 Aleuriospora
- Dibentuk langsung dari konidiofor. Dibagi menjadi makro (multisel) dan mikro (unisel)
- Makrokonidia : Dermaphyton (Curvularia, Mikrosporum gypseum, Mikrosporum
canis) dan Epydhermaphyton
- Mikrokonidia : Tricophyton rubrum
Seksual
 Zigospora
- Zigot yg dibentuk dari fusi dua hifa sejenis. Zigot bersisi spora
- Ex: Basiodiobolus
 Arkospora
- Dibentuk dari dua jenis hifa membentuk kantung jernih (askus), berisi 4-8
askuspora memanjang seperti pisang
- Ex : Piedra hortai

Pembahasan no 59
Pengenceran = 100 x Vol B.H 0,1 mm2 faktor = 1000 x 300 sel = 300.000 sel/ul

Pembahasan no 63
E. coli pada media MCA : bulat, merah muda, cembung, rata, kering
E. coli pada media EA : hijau methalik / kilat logam, dst
Meragi semua gula, SCA neg, TSIA K/K gas + H2s neg, motil

Pembahasan no 70
Prinsip Kreatinin metode Jaffe : Kreatini dalam serum bereaksi dengan larutan pikrat bersifat
alkalis membentuk warna kemerahan. Warna yg terbentuk sebanding dengan kadar kreatinin
pada panjang gelombang 510 nm.

Pembahasan no 101 (Nematoda usus)


Sampel melalui defekasi spontan dengan menemukan telur, cacing dewasa keluar melalui
hidung/mulut. Helmint dengan hospes manusia
 Ascaris lumbricoides
Daur hidup :
Telur matang (bentuk infektif) tertelan – melalui siklus paru menjadi larva – menjadi cacing
dewasa di usus halus – telur keluar bersama tinja
Manifestasi : mual, nafsu makan berkurang, diare, konstipasi hingga malnutrisi karna
malabsorbsi.
Bentuk telur bulat, 60-70 x 40-50 mikron. Dari telur yg dibuahi, decorticated, matag
(mengandung larva).
 Cacing tambang
Cacing dewasa Necator Americanus bentuk S dan Ancylistoma duodedale bentuk C
Bentuk telur : lonjong, dinding tipis, 40-60 mikron
Larva rabditiform 250 mikron dan filariform (bentuk infektif) 600 mikron
Daur hidup :
Telur – larva rabditiform – filariform (infektif) – menembus kulit – kapiler darah – siklus paru
– usus halus – cacing dewasa – telur dikeluarkan melalui feses
Manifestasi : ground itch (luka pada kulit), malnutrisi, hingga anemia mikrositik hipokrom
 Trichuris trichiura (Cacing tambang)
Cacing dewasa 3/5 seperti cambung dan bagian posteriornya gemuk, pada jantan
melingkar, pada betina tumpul
Telur : seperti tempayan dengan tonjolan jernih di kedua sisi. Telur matang (berisi larva)
bentuk infektif
Daur hidup :
Pematangan telur di tanah – telur matang tertelan – larva di usus halus – cacing dewasa di
kolon – telur keluar melalui feses.
 Strongyloides stercoralis
Telur : lonjong berlobus
Daur hidup :
Cacing dewasa di tanah – telur – larva rabditiform – filariform (infektif) – menembus kulit –
siklus paru – cacing dewasa di usus halus – telur – larva rabditiform keluar melalui feses.
 Enterobius vermicularis (cacing kremi)
Daur hidup :
Telur matang (infektif) tertelan – cacing dewasa di kolon – cacing betina bertelur di perianal
– telur melekat di sekitar perianal – autoinfeksi
Telur jarang dikelurkan memalui feses maka dilakukan swab rektal, gatal saat malam hari
Telur : lonjong asimetris
Gejala tidak khas terinfeksi cacing

Pembahasan no 103
Pengenceran =1000 : 10 = 100x Faktor = 100x10=1000
3
Vol BH = 0,1 mm
Tc = 300 x 1000 = 300.000 sel/ul

Pembahasan no 106 (plasmodium)


 Hospes perantara : manusia
 Hospes definitive : nyamuk Anopheles
 Daur hidup di manusia:
sporozoid masuk ke perdaran darah perifer melalui probosis anopheles betina – ke organ
hati – skizon – sebagian hipnozoid (dormant untuk P. vivax, sedangkan palcifarum tidak
ada skizogoni eksoeritrosit) – merozoid ke peredaran darah – trofzoid muda – matang –
skizon – merozoid (3x fase) – gametosit.
 Daur hidup di nyamuk :
Makro/mikrogamet – zigot/ookinet – ookista di dalam lambung – sporozoid di kelenjar liur

Plasmodium vivax (malaria tersiana)


 Masa inkubasi 12 – 18 hari
 Morfologi trofozoid muda : cincin 1/3 eri, tdp pada eri muda/retikulosit, eri yg terinfeksi > eri
normal. , titik halus schuffer, pigmen kuning tengguli
 Morfologi makrogamet bulat/lonjong, inti kecil dan padat, eksentrik. Masih tdp schuffer.
Mikrogamet inti besar dan diffuse, sentral. Masih tdp schuffer.
 Manifestasi : sindrom prodromal seperti sakit kepala, nyeri punggung, mual, malaise,
demam tidak teratur pada hari kedua-keempat lalu demam tinggi pada pagi dan sore,
menggigil, berkeringat

Plasmodium palcifarum (tersiana maligna)


 Masa inkubasi 9 – 14 hari
 Morfologi trofozoid muda : cincin 1/6 eri multiple dalam satu eri, tdp pada eri
muda/normosit, eri yg terinfeksi = eri normal. , titik halus maurer, pigmen hitam
 Morfologi makrogamet seperti pisang, inti kecil dan padat
 Morfologi mikrogamet seperti sosis, inti besar dan padat
 Dapat menyebabkan anemia normosit normokrom/hipokrom

Pembahasan no 107
Pengawet urin :
 Toluent : dapat menghambat pertumbuhan bakteri, 2-5 ml untuk urin 24 jam. Untuk px
keton dan glukosa
 Thymol : butir untuk urin 24 jam. Dapat mempertahankan kadar glukosa
 Formalin : 1-2 ml untuk urin 24 jam untuk px sedimen
 Asam sulfat pekat : untuk px ca, nitrogen, dapat menjaga pH urin < 4,5
 Na carbonat untuk px urobilinogen, 5 gr untuk urin 24 jam

Anda mungkin juga menyukai