Anda di halaman 1dari 11

PELAT LANTAI DENGAN METODE

ANALISIS DAN HASIL LAPANGAN

Fransiscus Leonardo
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9
Kemanggisan, Jakarta Barat – 11480, Fax. 5300244 fransiscus_Leonardo@yahoo.com
Fransiscus Leonardo, Made Suangga,

ABSTRAK

Pelat lantai merupakan salah satu sistem struktur yang menggunakan balok sebagai elemen penting.
Balok berada di setiap sisi pelat lantai tersebut sehingga beban yang diterima oleh pelat lantai dapat
disalurkan ke balok yang menumpunya. Sama seperti struktur lainnya pelat lantai memiliki beberapa
jenis perletakan yang nantinya akan dibahas dalam laporan ini. Beban yang diberikan pada pelat
menghasilkan besaran yang disebut lendutan pada pelat, lendutan pada pelat lantai juga tergantung
dari jenis perletakan pelat tersebut, Adapun perhitungan lendutan pada pelat lantai adalah untuk
mengetahui kemampuan pelat lantai dalam menerima beban, baik beban luar maupun beban dari
struktur itu sendiri. Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan lendutan pelat yang timbul
akibat beban merata yang diberikan. Adapun data lapangan digunakan untuk menjadi perbandingan
dengan nilai perhitungan dengan cara manual dan program. Penelitian ini juga membahas mengenai
penulangan pelat lantai dengan momen yang timbul pada pelat yang ditinjau sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ada. Studi parameter juga dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan program, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh parameter-paraneter yang ada
terhadap besarnya nilai lendutan pada pelat lantai.

Kata kunci : Metode M. Levy, Lendutan, Program SAP 2000

Pendahuluan

Latar belakang penulisan ini adalah karena banyaknya metode penelitian yang menganalisa
tentang pelat lantai. Dengan berbagai rumus pendekatan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini akan
dijelaskan mengenai program yang paling sering digunakan dalam menganalisa pelat dan
dibandingkan dengan metode analisa manual yaitu metode M. Levy, serta hasil lapangan yang ada.
Ruang lingkup yang digunakan dalma penelitian ini adalah:
• Analisa hanya dilakukan pada pelat lantai.
• Bangunan yang ditinjau adalah Electronic City Sudirman.
• Analisa hanya dilakukan untuk menghitung besarnya lendutan dan momen.
• Perhitungan lendutan yang digunakan adalah perhitungan analitis, dan program SAP 2000.
Adapun tujuan dari Penelitian ini yaitu:
• Menghitung besar lendutan yang terjadi pada pelat lantai dengan menggunakan metode analisis
dan program SAP.
• Melakukan perbandingan nilai lendutan di lapangan akibat beban yang diberikan dengan
perhitungan analitis dan program SAP.
• Melakukan perbandingan nilai momen beban yang diberikan antara perhitungan analitis dan
program SAP.
Pelat lantai merupakan salah satu sistem struktur yang menggunakan balok sebagai elemen
penting. Balok berada di setiap sisi pelat lantai tersebut sehingga beban yang diterima oleh pelat lantai
dapat disalurkan ke balok yang menumpunya. Akan tetapi pelat lantai juga mengalami
deformasi/lendutan akibat dari gaya yang diterimanya. Besarnya lendutan ini sangat bergantung pada
perletakan pelat di tepi-tepinya. Semakin kaku perletakannya maka besar lendutan pada pelat tersebut
akan semakin kecil. Contohnya besar lendutan pelat yang ditumpu secara sederhana akan lebih besar
jika dibandingkan pelat yang tepi-tepinya dijepit.

Metode Penelitian

Teknik Pengambilan Data

Metode penelitian yang digunakan berupa literatur. Data-data yang mendukung penelitian
digunakan sebagai dasar analisa perhitungan. Panduan perhitungan pada penelitian ini berdasarkan
standar perhitungan yang berlaku di Indonesia.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari data lapangan dari PT. Dharma
Moeljadi dan studi literature seperti buku S.Timoshenko dan buku Teori dan Analisis Pelat Rudolf
Azilard, dan sumber informasi lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian.

Pemodelan Pelat

Pemodelan pelat lantai pada program SAP 2000 dilakukan dengan memakai dua jenis
perletakan, yaitu sederhana dan jepit. Pemodelan pelat lantai dengan metode M. Levy dilakukan
dengan perletakan sederhana dikeempat sisinya, dan dilakukan juga paa perletakan jepit. Dan pelat
lantai di lapangan ditumpu dengan balok baja wf 750.200.10.16 di keempaat sisinya.

Pengujian di Lapangan

Pengujian pelat lantai di lapangan dilakukan dengan cara memberikan beban merata pada pelat
yang berupa air. Air diberikan dalam jumlah yang bertahap, dimulai dari tinggi air 14 cm, 28 cm, 42
cm, 56 cm. Lalu dilakukan pengukuran lendutan pada bagian tengah pelat dengan menggunakan alat
ukur dial gauge. Maka didapat empat besaran lendutan sesuai dengan tinggi air yang diberikan pada
pelat lantai.

BAB 3 Hasil dan Bahasan

3.1 Data Lapangan

Data lapangan berupa hasil nilai lendutan dengan variasi beban yang diberikan. Adapun
peraturan uji beban yang digunakan dalam pengujian lendutan pelat lantai dikutip dari “Tata Cara
Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI T-15-1991-03”.
Tabel 3.1 Data Lapangan
Tahap Loading
Waktu Tinggi air Dial Gauge
No. Hari Tanggal
[WIB] [cm] [mm]
1 Rabu 03-Juli-2002 14.23 0 0
2 Rabu 03-Juli-2002 16 14 0,65
3 Rabu 03-Juli-2002 17.1 28 2,85
4 Rabu 03-Juli-2002 23.53 42 5,25
5 Kamis 04-Juli-2002 2.2 56 8,15

3.2 Hasil Nilai Lendutan Dengan Metode Manual

Metode manual yang digunakan untuk menganalisa pelat lantai dalam penelitian ini adalah
metode M. Levy. Metode M. Levy menggunakan deret fourier daam matematika untuk
mendefinisikan fungsi lendutan dan beban yang ada pada pelat. Metode ini juga menganalisa peat
dengan menggunakan persamaan diferensial pelat yang didapat dari persamaan keseimbangan pada
pelat, dan digunakan kondisi-kondisi batas untuk mendefinisikan perletakan pelat di keempat sisinya.
Pada penelitian ini dilakukan dua pemodelan pelat lantai yaitu; pemodelan pelat dengan
perletakan sederhana pada keempat sisinya dan pelat dengan perletakan jepit pada keempat sisinya.

Tabel 3.2 Hasil Lendutan dan Momen Dengan Perletakan Sederhana


Tinggi Air Lendutan Momen Momen
No.
(cm) (mm) (x) (N) (y) (N)
1 0 0 0 0
2 14 1,946 3.815 2.51
3 28 3,892 8.185 5.02
4 42 5,838 12.277 7.53
5 56 7,784 16.37 10.04

Tabel 3.3 Hasil Lendutan dan Momen Dengan Perletakan Jepit


Tinggi Air Lendutan Momen Momen
No.
(cm) (mm) (x) (N) (y) (N)
1 0 0 0 0
2 14 0,551 1.855 1.023
3 28 1,101 3.709 2.046
4 42 1,652 5.564 3.069
5 56 2,203 7.419 4.092

3.3 Hasil Nilai Lendutan Dengan Program SAP 2000

Metode analisa dengan menggunakan program SAP 2000 adalah cara menganalisa struktur
yang peling sering digunakan sekarang. Program ini menggunakan metode elemen hingga dalam
menganalisa pelat lantai. Dengan membagi pelat lantai menjadi beberapa bagian yang diebut mesh.
Dalam penelitian ini pelat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu 6x6, 12x12, 24x24, 48x48.
Sama dengan metode sebelumnya pemodelan pelat lantai dilakukan dua kali yaitu; pemodelan
pelat dengan perletakan sederhana pada keempat sisinya dan pelat dengan perletakan jepit pada
keempat sisinya.
Tabel 3.4 Hasil Lendutan Program SAP 2000 Dengan Perletakan Sederhana
Tinggi Air Beban
No. 6x6 12x12 24x24 48x48
(cm) (kg/m2)
1 0 0 0 0 0 0
2 14 140 192,992 193,004 192,998 192,995
3 28 280 385,985 386,008 385,997 385,991
4 42 420 578,970 579,012 578,995 578,986
5 56 560 771,970 772,015 771,993 771,981

Tabel 3.5 Hasil Lendutan Program SAP 2000 Dengan Perletakan Jepit
Tinggi Beban
No. 6x6 12x12 24x24 48x48
Air (cm) (kg/m2)
1 0 0 0 0 0 0
2 14 140 0,59357 0,56355 0,55461 0,55166
3 28 280 118,714 112,711 110,923 110,332
4 42 420 178,071 169,066 166,384 165,498
5 56 560 237,429 225,422 221,845 220,664

3.4 Perbandingan Nilai Lendutan

Pada penelitian ini dilakukan perbandingan niali lendutan dengan tujuan mengetahui
pendekatan antara kedua metode yang dipakai terhadap data lapangan, dan mengetahui perletakan di
lapangan.

Tabel 3.6 Perbandingan Lendutan Dengan Perletakan Sederhana


Tinggi Air Beban Metode M. Levy SAP 2000 Dial Gauge
No.
(cm) (kg/m2) (mm) (mm) (mm)
1 0 0 0 0 0
2 14 140 1,93 1,93 0,65
3 28 280 3,87 3,86 2,85
4 42 420 5,79 5,79 5,25
5 56 560 7,73 7,72 8,15

Gambar 3.1 Perbandingan Lendutan


Tabel 3.7 Perbandingan Lendutan Dengan Perletakan Jepit
Tinggi Air Beban Metode M. Levy SAP 2000 Dial Gauge
No.
(cm) (kg/m2) (mm) (mm) (mm)
1 0 0 0 0 0
2 14 140 0,55 0,55 0,65
3 28 280 1,10 1,10 2,85
4 42 420 1,65 1,65 5,25
5 56 560 2,20 2,20 8,15

Gambar 3.2 Perbandingan Lendutan

3.5 Pemerikasaan Lendutan Pelat

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Pemeriksaaan lendutan ini berdasarkan pada “Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI T-15-1991-03”.

δijin = 12 mm

δ yang terjadi = 7,73 mm < δ ijin = 12 mm

Plat beton dalam memikul Beban uji sebesar 560 kg/m² masih berperilaku full elastic. Hal ini
dapat diketahui sebab defleksi maksimum yang tercatat belum melewati batas yang ditetapkan.

3.6 Studi Parameter

Dalam penelitian ini dilakukan studi parameter yang berupa modulus elastisitas (E) dan tebal
pelat (t). Adapun tujuan dari studi parameter ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
modulus elastisitas beton (E) dan tebal pelat lantai (t) terhadap besarnya lendutan yang terjadi.
Studi ini dilakukan menggunakan program SAP 2000 seperti yang telah dilakukan sebelumnya
dengan menggunakan dua jenis perletakan yaitu sederhana dan jepit, tetapi nilai kedua parameter E
dan t diubah sebesar ± 5% sampai 20% dari data lapangan. Seperti yang telah diketahui besar kedua
parameter ini di data lapangan adalah sebesar :
Tabel 3.8 Nilai Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas
No %
(Mpa)
1 20% 28.143,54
2 15% 26.970,90
3 10% 25.798,25
4 5% 24.625,60
5 0% 23.452,95
6 -5% 22.280,31
7 -10% 21.107,66
8 -15% 19.935,01
9 -20% 18.762,36

Tabel 3.9 Besar Tebal Pelat


No % Tebal Pelat (cm)
1 20% 18,00
2 15% 17,25
3 10% 16,50
4 5% 15,75
5 0% 15,00
6 -5% 14,25
7 -10% 13,50
8 -15% 12,75
9 -20% 12,00

3.7 Hasil Studi Parameter Modulus Elastisitas

Setelah dilakukan perhitungan lendutan dengan kedua nilai modulus elastis (E) dalam program
SAP 2000, maka dihasilkan nilai lendutan;

Tabel 3.10 Hasil Lendutan Akibat Pergantian E dengan Perletakan Sederhana


Modulus Elastisitas
No % Lendutan (mm)
(Mpa)
1 -20% 18.762,36 9,645
2 -15% 19.935,01 9,079
3 -10% 21.107,66 8,575
4 -5% 22.280,31 8,125
5 0% 23.452,95 7,719
6 5% 24.625,60 7,353
7 10% 25.798,25 7,019
8 15% 26.970,90 6,714
9 20% 28.143,54 6,430
Gambar 3.3 Perbandingan Lendutan Dengan Perletakan Sederhana

Tabel 3.11 Hasil Lendutan Akibat Pergantian E dengan Perletakan Jepit


Modulus Elastisitas Lendutan
No %
(Mpa) (mm)
1 -20% 18.762,36 2,758
2 -15% 19.935,01 2,596
3 -10% 21.107,66 2,452
4 -5% 22.280,31 2,323
5 0% 23.452,95 2,203
6 5% 24.625,60 2,102
7 10% 25.798,25 2,006
8 15% 26.970,90 1,919
9 20% 28.143,54 1,839

Gambar 3.4 Perbandingan Lendutan Dengan Perletakan Jepit

Dari hasil studi parameter diatas dapat ditentukan apakah lendutan masih memenuhi batasnya
yaitu 12 mm, dengan rumus:
Ternyata nilai lendutan maksimum untuk perletakan sederhana dimana nilai modulus elastisitas
berkurang sebesar 20% adalah 9,64 mm. nilai ini masih berada dibawah nilai batas lendutan yang
telah ditentukan.
δ yang terjadi = 9,64 mm < δ ijin = 12 mm

Hal ini mengartikan bahwa tingkat kesensitifan nilai lendutan terhadap perubahan nilai modulus
elastis tidak begitu besar.

3.7 Hasil Studi Parameter Tebal Pelat

Setelah dilakukan perhitungan lendutan dengan kedua nilai tebal pelat (t) dalam program SAP
2000, maka dihasilkan nilai lendutan.

Tabel 3.12 Hasil Lendutan Akibat Pergantian t Dengan Perletakan Sederhana


Tebal Pelat Lendutan
No %
(cm) (mm)
1 -20% 12,00 15,051
2 -15% 12,75 12,556
3 -10% 13,50 10,582
4 -5% 14,25 9,001
5 0% 15,00 7,719
6 5% 15,75 6,670
7 10% 16,50 5,803
8 15% 17,25 5,079
9 20% 18,00 4,471

Gambar 3.5 Perbandingan Lendutan Dengan Perletakan Sederhana


Tabel 3.13 Hasil Lendutan Akibat Pergantian t Dengan Perletakan Jepit
Tebal Pelat Lendutan
No %
(cm) (mm)
1 -20% 12,00 4,305
2 -15% 12,75 3,578
3 -10% 13,50 3,025
4 -5% 14,25 2,564
5 0% 15,00 2,207
6 5% 15,75 1,907
7 10% 16,50 1,659
8 15% 17,25 1,453
9 20% 18,00 1,279

Gambar 3.6 Perbandingan Lendutan Dengan Perletakan Jepit

Dari hasil studi parameter tebal pelat diatas dapat ditentukan apakah lendutan masih memenuhi
batasnya yaitu 12 mm, dengan rumus:

Ternyata nilai lendutan maksimum untuk perletakan sederhana dimana nilai E berkurang
sebesar 20% adalah 15,203 mm. nilai ini telah melewati nilai batas lendutan yang telah ditentukan.
δ yang terjadi = 15,203 mm > δ ijin = 12 mm
Nilai lendutan masih tetap berada dibawah batas lendutan jika tebal pelat dikurangi sampai 10% yaitu
13,5 cm, dengan lendutan 10,67 mm
δ yang terjadi = 10,67 mm < δ ijin = 12 mm
Hal ini mengartikan bahwa tingkat kesensitifan nilai lendutan terhadap perubahan tebal pelat besar.
BAB 4 Simpulan dan Saran

4.1 Simpulan

Dari pelaksanaan penelitian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:


• Plat beton dalam memikul Beban Uji sebesar 560 kg/m² masih berperilaku full elastic. Hal ini
dapat diketahui sebab defleksi maksimum yang tercatat belum melewati batas yang ditetapkan
oleh SNI T-15-1991-03.
• Pada pemodelan SAP dilakukan pembagian pelat menjadi beberapa bagian yang disebut mesh.
Dari penelitian diatas dalam berbagai jenis perletakan dapat disimpulkan, semakin banyak pelat
dibagi menjadi bagian-bagian kecil, maka nilai lendutan semakin mendekati nila lendutan
dengan metode M. Levy.
• Nilai lendutan pelat dilapangan lebih mendekati nilai lendutan menggunakan perhitungan
manual dan program SAP2000 dengan perletakan sederhana dikeempat sisinya. sehingga dapat
disimpulkan perletakan pelat dianggap sederhana.
• Perbandingan nilai lendutan tepi sederhana yang didapat dari perhitungan manual dengan yang
terjadi di lapangan memiliki perbedaan sebesar 0.3% - 1%. Dimana nilai lendutan di lapangan
lebih kecil dari perhitungan manual. Artinya pelat dilapangan lebih kaku, hal ini disebabkan
oleh adanya pelat-pelat lain disekeliling pelat yang terhubung dengan pelat yang ditinjau.
Sehingga pelat-pelat tersebut menyumbangkan kekakuan kepada pelat yang ditinjau.
• Dalam studi parameter modulus elastis dapat disimpulkan bahwa nilai modulus elastis (E)
berpengaruh terhadap besar lendutan. Tetapi jika dibandingkan dengan studi parameter tebal
pelat (t) dapat dilihat pada grafik bahwa besar tebal pelat sangat sensitif terhadap besar
lendutan. Perbedaan lendutan antara studi parameter dan tebal pelat di lapangan cukup jauh.
• Dari data lapangan terdapat dimana bagian grafik tidak membentuk bentuk linear yaitu pada
saat beban dimulai dengan 140 kg/m2. Hal ini terjadi karena sebelum pemberian beban tidak
ada crack pada pelat beton yang berarti (pre-cracking), menandakan perilaku beton masih full
elastic.
• Setelah pemberian beban selanjutnya grafik lebih landai dibandingkan dengan sebelum beban
140 kg/m2. Hal ini terjadi karena pelat beton mulai mengalami keretakan. Ketika retak lentur
terjadi, kontribusi beton pada daerah tarik berkurang sehingga kekakuan lentur dari penampang
berkurang dan garis linear lebih landai dibandingkan dengan garis linear dengan beban sampai
140 kg/m2.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk perbaikan makalah ini, yaitu:
• Lebih baik dilakukan pengukuran modulus elastisitas. Apakah ada penurunan nilai
modulus elastisitas pada saat pengujian beban dilakukan.
• Lebih baik dilakukan juga uji kuat tekan beton. Untuk mengetahui K beton pada saat
pengujian

BAB 5 Referensi

Departemen Pekerjaan Umum (1971), Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Jakarta


H. Marcus (1932), Metode Penelitian Lenturan Pelat, Jakarta.
Rudolph Szilard (1989), Teori dan Analisis Pelat, Jakarta.
S. Timoshenko (1955), Strenght of Materials. (1st edition). Jakarta.
S. Timoshenko (1956), Strenght of Materials. (2nd edition). Jakarta.
S. Timoshenko (1956), Strenght of Materials. (3rd edition). Jakarta.
S. Timoshenko (1970), Teori Pelat dan Cangkang. (2nd edition). Jakarta.
S. Timoshenko dan J. N. Goodier (1988), Teori Elastisitas. (2nd edition). Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI T-
15-1991-03).
T. H. Evans (1939), Appl Mechanics, Jakarta.
BAB 6 Riwayat Penulis

Fransiscus Leonardo lahir di kota Jakarta pada 23 Juli 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada 2014.

Anda mungkin juga menyukai