5 6213117596112257334
5 6213117596112257334
Pendahuluan
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak
digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. (1)
Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran
mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara
terdapat pita suara dua buah membran mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang
rawan. (1)
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara
melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan
meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak,
menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui
celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus
laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar. (1)
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama
(kronis). Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradangan
akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih
serius. (1)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas
ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam kartilago
thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang. Plica vocalis
palsu adalah dua lipatan membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini
tidak terlibat dalarn produksi suara.
Gambar pita suara
Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi
krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum
seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior ), ligamentum krikotiroid medial,
ligamentum krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringeal, ligamentum
hiotoroid lateral, ligamentum hiotiroid media, ligamentum hioepiglotica, ligamentum
ventricularis , ligamentum vocale yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan
kartilago tiroid dan ligamentum tiroepiglotica.
3. Pendarahan (2)
Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang yaitu a.laringitis superior dan
a.laringitis inferior.
Arteri laryngeus superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri
laryngitis superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran
tirohioid bersama-sama dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian
menembus membran ini untuk berjalan kebawah di submokosa dari dinding lateral dan
lantai dari sinus piriformis, untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.
Arteri laringeus interior merupakan cabang dari a.tiriod inferior dan bersama-
sama dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring
melalui daerah pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di dalam arteri itu
bercabang-cabang memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan
a.laringis superior.
Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga memberikan
cabang yang berjalan mendatar sepanjang membrane itu sampai mendekati tiroid.
Kadang-kadang arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membran
krikotiroid untuk mengadakan anastomosis dengan a.laringeus superior.
Vena laringeus superior dan vena laringeus inferior letaknya sejajar dengan
a.laringis superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior
dan inferior.
4. Pembuluh Limfe (2,3)
Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal. Disini
mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan vocal
pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan inferior.
Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus piriformis
dan a.laringeus superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan kelenjar dari bagian
superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan
kebawah dengan a.laringeus inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam,
dan beberapa dintaranya menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.
B. FISIOLOGI (2)
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi
serta fonasi.
Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing
masuk kedalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara
bersamaan. Terjadi penutupan aditus laring ialah akibat karena pengangkatan laring ke
atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilogo aritenoid
bergerak ke depan akibat kontraksi m.tiro-aritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya
m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter. Penutupan rima glotis terjadi karena
adduksi plika vokalis. Kartilago arritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi
otot-otot intrinsik. Selain itu dengan reflex batuk, benda asing yang telah masuk ke
dalam trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret
yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.
Fungsi respirasi dan laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glottis.
Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis
kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka. Dengan
terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan dapat
mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah
tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme,
yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong
bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain. Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan
membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada
diatur oleh peregangan plica vokalis. Bila plica vokalis dalam aduksi, maka
m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid kebawah dan kedepan, menjauhi
kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan
menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam
keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. Krikoaritenoid akan
mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor.
Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.
II. DEFINISI
Suatu pradangan kronik pada laring yang menyebabkan mukosa laring
hiperemis dan edema. (3)
III. ETIOLOGI
Laryngitis kronis sering disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum yang
berat, polip hidung atau bronchitis kronik. Mungkin juga disebabkan oleh
penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau biasa berbicara keras.
Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal dan kadang-
kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasia skuamosa. (3)
IV. KLASIFIKASI
Laringitis kronis terbagi menjadi non-spesifik dan spesifik. (4)
A. Non-Spesifik laringitis kronis
Sering merupakan radang kronis yang disebabkan oleh infeksi pada saluran
pernapasan, seperti selesma,influensa,bronkhitis atau sinusitis. Akibat paparan zat-zat
yang membuat iritasi,seperti asap rokok, alkohol yang berlebihan, asam lambung atau
zat-zat kimia yang terdapat pada tempat kerja.Terlalu banyak menggunakan suara,
dengan terlalu banyak bicara, berbicara terlalu keras atau menyanyi (vokal abuse).
Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis, permukaan yang tidak rata dan
menebal.(3,4)
Gejala klinis yang sering timbul adalah berdehem untuk membersihkan
tenggorokan. Selain itu ada juga suara serak, Perubahan pada suara dapat berfariasi
tergantung pada tingkat infeksi atau iritasi, bisa hanya sedikit serak hingga suara yang
hilang total, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, sakit tenggorokan, tenggorokan
kering, batuk kering, sakit waktu menelan. Gejala berlangsung beberapa minggu
sampai bulan.(3,4)
Pada pemeriksaan ditemukan mukosa yang menebal, permukaannya tidak rata
dan hiperemis. Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka perlu
dilakukan biopsi. (3,4)
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab terjadinya laryngitis dan
simtomatis. Pengobatan terbaik untuk langiritis yang diakibatkan oleh sebab-sebab
yang umum, seperti virus, adalah dengan mengistirahatkan suara sebanyak mungkin
dan tidak membersihkan tenggorokan dengan berdehem. Bila penyebabnya adalah zat
yang dihirup, maka hindari zat penyebab iritasi tersebut. Dengan menghirup uap
hangat dari baskom yang diisi air panas mungkin bisa membantu. Bila anak yang
masih berusia batita atau balita mengalami langiritis yang berindikasi karahcroup, bisa
digunakan kortikosteroid seperti dexamethasone. Untuk laringitis kronis yang juga
berhubungan dengan kondisi lain seperti rasa terbakardi uluh hati, merokok atau
alkoholik, harus dihentikan. (5)
Untuk mencegah kekeringan atau iritasi pada pita suara : (4,6,7)
1. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok tidak
langsung. Rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi
pada pita suara.
2. Minum banyak air . Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat
tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan.
3. Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering . Bila
mengalami langiritis, hindari kedua zat tersebut diatas.
4. Jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan. Berdehem tidak akan
berakibat baik, karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal
peda pita suara dan meningkatkan pembengkakan. Berdehem juga akan
menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir dan merasa lebih
iritasi , membuat ingin berdehem lagi.
Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset bertahap
dengan gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya akumulasi mukus
berlebih dalam laring. Dalam pemeriksaan laringoskopi biasa dijumpai sekresi mukus
endolaringeal tebal dalam kadar ringan hingga sedang, eritema dan edema lipatan pita
suara serta inkompetensi glotis episodik selama fase fonasi.(4)
Pada kasus laringitis kronis alergi, tatalaksana meliputi edukasi kepada pasien
untuk menghindari faktor pemicu. Medikasi antihistamin loratadine atau fexofenadine
dipilih karena tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi mukus yang tebal dan
lengket dapat di atasi dengan pemberian guaifenesin. (6,7)