Abstrak
Zakat adalah salah satu komponen utama dalam system ekonomi Islam, ia menjadi
mesin penggerak bagi kesimbangan antara si kaya dan si miskin. Posisinya semakin sangat
diperlukan ketika dihadapkan kepada permasalah sosial ekonomi yang tidak berpihak
kepada orang-orang miskin. Sebagai social control zakat menjadikan tidak terjadi perbedaan
yang berlebihan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, ia menjadikan harta itu
tidak hanya berputar pada orantg-orang kaya saja, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-
Hasyr ayat 7. Begitu bermanfaatnya zakat sehingga Khalifah Abu Bakar memerangi orang-
orang yang tidak mau membayar zakat.
Permasalahan zakat yang dihadapi saat ini sangat kompleks, dari mulai masih
adanya sebagian orang yang tidak mau membayar zakat, distribusi zakat yang belum tertata
rapi hingga permasalah fiqh tentang pengembangan dan ijtihad bagi model-model zakat
produktif. Permasalah terakhir inilah yang menjadi pembahasan makalah ini.
Zakat produktif adalah menjadikan uang zakat tidak hanya bersifat konsumtif dalam
arti langsung habis dimakan, akan tetapi harta zakat digunakan untuk modal usaha agar bisa
mengentaskan kemiskinan para mustahik zakat. Dengan modal usaha ini diharapkan
mustahik zakat suatu saat akan menjadi sseorang muzaki.
Strategi pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZ Kota Sukabumi berupa
“pinjaman” modal dan dana bergulir bagi para mustahik zakat yaitu para fakir miskin yang
berada di wilyah Kota Sukabumi. Program ini mendapat respon antusias dari para golongan
lemah di wilayah ini. Dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh kseimpulan bahwa
model zakat produktif ini sangat bermanfaat bagi para mustahiq zakat sehingga diharapkan
ke depan bisa terus dikembangkan.
! "# dengan makalah ini diharapkan semakin
&'
( ) * + &' , -. / $% jelas bagaimana sandaran hukum dari
masalah ini, begitu juga aplikasinya di
,0 2 1 2 3 /4 5 6' 7 8 3 - 2 7 89 tengah masyarakat.
,0 :; Penulisan makalah ini menggunakan
metode deskriptif analisis di mana data-
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanya- datanya bersumber dari literatur-literatur
lah untuk orang-orang fakir, orang- yang ada relefansinya dengan judul
orang miskin, pengurus-pengurus makalah, baik dalam bentuk kitab-kitab
zakat, para mu'allaf yang dibujuk fiqh klasik, buku-buku para ulama
hatinya, untuk (memerdekakan) kontemporer dan juga hasil dari pencarian
budak, orang-orang yang berhutang, tema terkait di internet, adapun tekhnik
untuk jalan Allah dan untuk mereka yang digunakan adalah dengan
yang sedang dalam perjalanan, menginventarisir pendapat-pendapat para
sebagai suatu ke-tetapan yang ulama klasik dan cendekiawan
diwajibkan Allah, dan Allah Maha kontemporer, setelah data tersebut
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS terkumpul langkah berikutnya dianalisa
At-Taubah: 60 dan disimpulkan dari berbagai pendapat
yang ada. Penelitian ini juga didukung oleh
Ayat ini menyebutkan bahwa para data-data terkini yang berasal dari
mustahiq zakat adalah fakir, miskin, penelitian lapangan yang telah dilakukan di
‘Amilin, gharimin, ibnu sabil, muallafah Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten
qulubuhum, orang yang berada fi sabilillah Sukabumi.
serta pembebasan para budak ( riqab ).1
Sebagian dari mereka adalah orang-orang A. Pendayagunaan Zakat
yang lemah kondisi ekonominya, karena itu 1. Definisi
di antara tujuan diberikannya zakat adalah Pendayagunaan mempunyai kata
agar mereka dapat memperbaiki kehidupan dasar daya dan guna kemudian diberi
ekonominya menjadi lebih baik. awalan pe dan akhiran an, menurut kamus
besar Bahasa Indonesia bahwa kata daya
* Dosen STAI Syamsul Ulum Sukabumi berarti kemampuan melakukan sesuatu dan
1
Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di, Taisir Karim kata guna yang berarti manfaat sehingga
Ar-Rahman fi Tafsir kalam Al-Manan, Jam'iyyah kata pendayagunaan berarti pengusahaan
Ihya At-Turats Al-Islami, Kuwait, 2003, hal. agar mampu men-datangkan hasil dan
459-460.
7 8
Abu Bakar Muhammad, Tereamahan Subul As- Shalih Al-Fauzan, Mulakhas Al-Fiqh, Darul Ibnu
Salam II, Al-Ikhlash : Surabaya, 1991, hal. 479. Haitsam, Kairo, 2003, hal. 219-221.
14
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian
16
Modern hal. 133 Imam Asy-Syaukani, Nailul AutharJuz III, Darul
15
Abu Bakar Muhammad (Penerjemah) Kalam Ath-Thayib, Damaskus.tahun 1999, Hal.
Terjemahan Subulus Salam II. hal. 588 77.
keluarganya.17 Demikian juga seperti yang kaum fakir, miskin, Amil zakat21 serta para
dikutip oleh Sjechul Hadi Permono yang Muallaf22. Namun yang lebih diutamakan
menukil pendapat Asy-Syairozi yang dari mereka adalah golongan fakir dan
mengatakan bahwa seorang fakir yang miskin. Selain mereka hanya mendapatkan
mampu tenaganya diberi alat kerja, yang zakat konsumtif atau keperluan tertentu
mengerti dagang diberi modal dagang, saja seperti ibnu sabil, fi sabilillah,
selanjutnya An-Nawawi dalam syarah Al- gharimin dan hamba sahaya. Tabel di
Muhazzab merinci bahwa tukang jual roti, bawah ini menjelaskan tentang distribusi
tukang jual minyak wangi, penjahit, tukang mustahiq yang dapat memperoleh zakat
kayu, penatu dan lain sebagainya diberi produktif :
uang untuk membeli alat-alat yang sesuai,
ahli jual beli diberi zakat untuk membeli Non-
No Asnaf Produktif Ket.
barang-barang dagangan yang hasilnya Produktif
cukup buat sumber penghidupan tetap.18 1 Fakir
Pendapat Ibnu Qudamah seperti yang
dinukil oleh Yusuf Qaradhawi mengatakan 2 Miskin
“Sesungguhnya tujuan zakat adalah untuk 3 Amil
memberikan kecukupan kepada fakir
miskin….”19 Hal ini juga seperti dikutip 4 Muallaf
oleh Masjfuk Zuhdi yang membawakan 5 Riqab -
pendapat Asy-Syafi’i, An-Nawawi, Ahmad
bin Hambal serta Al-Qasim bin Salam 6 Gharimin -
dalam kitabnya Al-Amwal, mereka
berpendapat bahwa fakir miskin hendaknya 7 Ibnu Sabil -
diberi dana yang cukup dari zakat sehingga Fi
8 -
ia terlepas dari kemiskinan dan dapat Sabilillah
mencukupi kebutuhan hidupnya dan
keluarganya secara mandiri.20 Pada tabel terlihat bahwa kelompok
Secara umum tidak ada perbedaan fakir dan miskin menjadi prioritas dalam
pendapat para ulama mengenai di- menerima zakat produktif, sehingga kepada
bolehkannya penyaluran zakat secara merekalah diberdayakan zakat jenis ini.
produktif. Karena hal ini hanyalah masalah Adapun mengenai amilin dan muallaf pada
tekhnis untuk menuju tujuan inti dari zakat asalnya mereka juga dapat diberikan harta
yaitu mengentaskan kemiskinan golongan zakat dalam bentuk ini, namun hal ini akan
fakir dan miskin. disesuaikan dengan keadaan zaman apakah
memang diperlukan atau tidak. Berbicara
3. Pendayagunaan Zakat bagi Mustahiq mengenai pendistribusian bagi fakir dan
Zakat miskin maka seberapa besar hak atau
Di antara mustahiq zakat yang berhak bagian mereka dalam zakat ?
untuk menerima zakat produktif adalah Sebelum menjawab pertanyaan di
atas terlebih dahulu harus kita perhatikan
beberapa kebijakan dalam rangka
pemberdayaan zakat sebagai langkah awal,
17
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, Penerbit PT. di antara kebijakan tersebut adalah,
Gunung Agung Jakarta, cet. VII 1997 hal. 246 Pertama kebijakan yang bersifat umum,
18
Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka
Pembangunan Nasional, op.cit. hal. 58-59.
19 21
Yusuf Qaradhawi ( Asmuni SZ : Penerjemah ), Imam As-San'ani, Subulus Salam Syarah
Kiat Sukses mengelola Zakat, Media Da’wah, Bulughul Maram, Juz II cet : I. Jum’iyah Ihyau
Jakarta 1997, hal. 69-70. Turats Al-Islamy Kuwait
20 22
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, op. cit. hal. Imam Asy-Syaukani, Nailul AutharJuz III, Darul
246 Kalam Ath-Thayib, Damaskus.
yaitu segala daya dan upaya dalam rangka dari produktivitas mereka yang lebih
memanfaatkan hasil pengumpulan zakat tinggi.26
kepada sasaran dalam pengertian yang Dari semua pendapat di atas dapat
lebih luas sesuai dengan cita rasa syara’, disimpulkan bahwa zakat dapat disalurkan
secara tepat guna, efektif manfaatnya kepada para mustahiq zakat dari golongan
dengan distribusi yang serba guna dan fakir dan miskin dalam bentuk zakat
produktif, sesuai dengan pesan dan kesan produktif yang berupa modal usaha ataupun
syariat serta tujuan sosial ekonomi dari alat-alat untuk menjalankan usaha.
zakat. Kebijakan kedua yaitu Demikian juga penyaluran dapat berupa
pendayagunaan per mustahiq zakat, pelatihan-pelatihan serta keterampilan-
maksudnya adalah bahwa interpretasi dan keterampilan agar mereka dapat bekerja,
pengembangan pada tiap mustahiq dapat sekaligus dana zakat juga dapat digunakan
dilakukan sesuai dengan perkembangan untuk pembangunan pabrik-pabrik yang
zaman dan kemaslahatan ummat.23 mempekerjakan para fakir miskin.27
Sayid Sabiq dalam Fiqh As-Sunnah, Pendayagunaan zakat selain
mengatakan bahwa hendaklah ia (fakir memberdayagunakan para mustahiq zakat
miskin) diberi zakat sebesar jumlah yang juga dapat dilakukan dengan langkah lain,
dapat membebaskannya dari kemiskinan sebuah pendapat menarik dilontarkan oleh
kepada kemampuan, dari kebutuhan kepada Sahri Muhammad, beliau menggagas
kecukupan untuk selama-lamanya.24 tentang adanya Bank Zakat, yaitu sebuah
Senada dengan hal ini Hasbi Asy-Shiddiqy lembaga yang menjadi perantara antara
juga mengatakan bahwa pemberian kepada muzzaki dan mustahiq, yang fungsinya
fakir miskin haruslah dapat memenuhi sama dengan bank. Adapun ciri khusus dari
kehidupan mereka dan bisa dijadikan Bank Zakat adalah :
modal usaha.25 1. Tugas utama Bank Zakat adalah
Mengenai zakat produktif yang menghimpun dana zakat, infak dan
diberikan kepada fakir miskin maka dapat sedekah dan ditujukan kepada obyek-
berupa alat-alat untuk usaha, modal kerja obyek zakat yang telah ditentukan.
atau pelatihan keterampilan. Yang dapat 2. Bank Zakat beroperasi semata-mata
dijadikan sebagai mata pencaharian dan untuk mengembangkan dana zakat,
sumber hidupnya. Menurut M.A. Manan infak dan sedekah.
dalam “ Effects of Zakat Assessement and 3. Bank Zakat menyalurkan dana
Collection on the Re-distribution of income pinjaman tanpa bunga baik para
in Contemporary Muslim Caountries “ mustahiq zakat yang memerlukan
seperti dikutip oleh Sjechul Hadi Permono, modal usaha.28
mengatakan bahwa dana zakat dapat
didayagunakan untuk investasi produktif, Bila kita lihat ide di atas, saat ini
untuk membiayai bermacam-macam Bank Zakat tersebut dapat digantikan
proyek pembangunan dalam bidang posisinya dengan badan amil zakat ataupun
pendidikan, pemeliharan kesehatan, air lembaga amil zakat yang keduanya
bersih dan aktivitas-aktivitas kesejahteraan memang bergerak pada pengelolaan zakat
sosial yang lain, yang dipergunakan infak dan sedekah. Hanya saja ide Bank
semata-mata untuk kepentingan fakir Zakat lebih pada ingin menggantikan posisi
miskin. Pendapatan fakir miskin bank-bank konvesional yang ada saat ini,
diharapkan bisa meningkat sebagai hasil
23 26
Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka
Pembangunan Nasional, op.cit hal. 42 - 56 Pembangunan Nasional, op.cit. hal. 61-62.
24 27
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, hal. 106 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, op. cit. hal.
25
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, Bulan 249
28
Bintang, Jakarta, 1987, hal. 168 Sahri Muhammad, Zakat dan Infak, hal. 85-86.
kepadanya dengan modal keilmuan yang daripada menjadi buruh atau karyawan.
ada.31 Mereka itu tidak boleh diberi zakat, tetapi
Pola pendistribusian zakat produktif cukup diberi sedekah ala kadarnya, karena
haruslah diatur sedemikian rupa sehingga mereka telah merusak citra Islam. Karena
jangan sampai sasaran dari program ini itu para fakir miskin tersebut harus
tidak tercapai. Beberapa langkah berikut diseleksi terlebih dahulu, kemudian diberi
menjadi acuan dalam pendistribusian zakat latihan-latihan keterampilan yang sesuai
produktif : dengan bakatnya, kemudian baru diberi
1. Forecasting yaitu meramalkan, modal kerja yang memadai.33
memproyeksikan dan mengadakan Setelah mustahiq penerima zakat
taksiran sebelum pemberian zakat produktif ditetapkan selanjutnya adalah
tersebut. Amil zakat harus cermat dan selektif dalam
2. Planning, yaitu merumuskan dan memilih usaha yang akan dijalankan,
merencanakan suatu tindakan tentang pemahaman mengenai bagaiamana
apa saja yang akan dilaksanakan untuk mengelola usaha sangat penting terutama
tercapainya program, seperti penentuan bagi Amil mengingat dalam keadaan
orang-orang yang akan mendapat zakat tertentu kedudukannya sebagai
produktif, menentukan tujuan yang konsultan/pendamping usaha produktif
ingin dicapai, dan lain-lain. tersebut. Di antara syarat-syarat usaha
3. Organizing dan Leading, yaitu produktif dapat dibiayai oleh dana zakat
mengumpulkan berbagai element yang adalah :
akan membawa kesuksesan program 1. Usaha tersebut harus bergerak dibidang
termasuk di dalamnya membuat usaha-usaha yang halal. Tidak
peraturan yang baku yang harus di diperbolehkan menjual belikan barang-
taati. barang haram seperti minuman keras,
4. Controling yaitu pengawasan terhadap daging babi, darah, symbol-symbol
jalannya program sehingga jika ada kesyirikan dan lain-lain. Demikian
sesuatu yang tidak beres atau juga tidak boleh menjual belikan
menyimpang dari prosedur akan segera barang-barang subhat seperti rokok,
terdeteksi.32 kartu remi dan lain sebagainya.
2. Pemilik dari usaha tersebut adalah
Selain langkah-langkah tersebut di mustahiq zakat dari kalangan fakir
atas bahwa dalam penyaluran zakat miskin yang memerlukan modal usaha
produktif haruslah diperhatikan orang- ataupun tambahan modal.
orang yang akan menerimanya, apakah dia 3. Jika usaha tersebut adalah perusahaan
benar-benar termasuk orang-orang yang besar maka diusahakan mengambil
berhak menerima zakat dari golongan fakir tenaga kerja dari golongan mustahiq
miskin, demikian juga mereka adalah zakat baik kaum fakir ataupun miskin.
orang-orang yang berkeinginan kuat untuk
bekerja dan berusaha. Masjfuk Zuhdi Setelah usaha yang akan dijadikan
menyebutkan bahwa seleksi bagi para obyek zakat produktif ditentukan maka
penerima zakat produktif haruslah langkah berikutnya yaitu cara
dilakukan secara ketat, sebab banyak orang penyalurannya. Mengenai penyalurannya
fakir miskin yang masih sehat jasmani dan dapat dilakukan dengan model pinjaman
rohaninya tetapi mereka malas bekerja. yang “harus” dikembalikan, kata harus di
Mereka lebih suka menjadi gelandangan sini sebenarnya bukanlah wajib, akan tetapi
sebagai bukti kesungguhan mereka dalam
31
Lihat Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam melakukan usaha.
Perekonomian Modern, hal. 129
32
Anton Ath-Thoilah, Managemen, Fakultas Syari’ah
33
IAIN, Bandung 1994, hal. 43-46 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyyah, hal. 247
35
Anonimus, Pedoman Manajemen Zakat, op.cit
34
ibid, hal. 248. hal. 57.
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Darul Fikr:
Perekonomian Modern. Cet. II. Gema Beirut. 2005
Insani Press, Jakarta, 2002 Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan
Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy- Zakat Dalam Rangka Pembangunan
Syaukany, Nailul AutharJuz III, Nasional. 2005
Darul Kalam Ath-Thayib, Damaskus. T.M. Hasbi Ash-Shidiqi, Pedoman Zakat,
1999 Bulan Bintang, Jakarta, 1987
Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Yusuf Qaradhawi, Kiat sukses Mengelola
Perspektif Sosial. Pustaka Firdaus, Zakat. Media Dakwah, Jakarta, 1997
Jakarta, 1995 Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di, Taisir
Shaleh Al-Fauzan, Mulakhas Al Fiqh, Juz Karim Ar-Rahman fi Tafsir kalam Al-
II, Darul Ibnu Al-Jauzi, Saudi Arabia, Manan, Jam'iyyah Ihya At-Turats Al-
KSA. 2000 Islami, Kuwait, 2003