Anda di halaman 1dari 5

Obat Sistem Kardiovaskular dan Pirai

I. TEORI SINGKAT
Sistem Kardiovaskular merupakan sistem yang penting dalam transportasi
zat-zat kimia yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan suatu
penyakit yang seringkali mengancam jiwa. Dalam sistem kardiovaskular,
terdapat berbagai jaringan dan organ yang berkaitan. Secara ringkas,
jaringan dan organ yang terlibat dalam sistem kardiovaskular meliputi:
 Sel darah: sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
keping darah (platele/ keping darah), serta sel-sel lain yang terlibat
dalam kekebalan tubuh
 Pembuluh darah: aorta, vena, kapiler
 Jantung
Terdapat beberapa fungsi dari sistem kardiovaskular, antara lain:
 Transpor berbagai macam zat kimia: nutrisi, oksigen/ karbondioksida,
zat sisa, hormon
 Pengaturan suhu tubuh
 Terlibat dalam sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel darah putih
 Pembekuan darah dan penutupan luka (fungsi hemostasis)
Sistem kardiovaskular, jantung dan pembuluh, dikoordinasikan melalui sistem
saraf dan hormon. Sistem saraf yang mengatur jantung dan pembuluh antara
lain saaf vagal dan sistem saraf otonom, utamanya saraf simpatik. Hormon-
hormon yang mengatur sistem kardiovaskular secara langsung antara lain
hormon korteks adrenal (glukokortikoid dan mineralokortikoid/aldosteron),
hormon medulla adrenal (adrenalin/ epinefrin dan norepinefrin), angiotensin.
Penyakit-penyakit pada sistem kardiovaskular pada umumnya merupakan
penyakit degeneratif baik yang diturunkan ataupun tidak. Mengacu pada
jaringan dan organ dari sistem kardiovaskular, penyakit/ gangguan kesehatan
berkaitan dengan sistem kardiovaskular akan banyak berkaitan dengan
jantung, pembuluh, serta sel-sel darah. Kadangkala terdapat penyakit/
gangguan yan beririsan di antara ketiga jaringan/ organ tersebut.
Pada bab ini, beberapa penyakit/ gangguan yang akan dibahas pada bab ini
antara lain:
 Hipertensi (jantung dan pembuluh)
 Gangguan pembekuan darah (terkait dengan trombosis dan stroke)
 Aritmia (jantung)
 Anemia
 Hiperlipidemia/dislipidemia
 Angina pectoris
Antihipertensi
Hipertensi atau seringkali dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi
merupakan penyakit degeneratif bersumber pada jantung atau pembuluh
darah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem kardiovaskular,
jantung dan pembuluh, diatur oleh sistem saraf dan hormon. Sistem saraf
yang mengatur terutama sistem saraf simpatik. Pada kondisi normal, tekanan
darah manusia dapat meningkat karena adanya faktor pemicu seperti
perubahan emosi, atau sebagai salah satu upaya tubuh untuk meningkatkan
suplai nutrisi dan oksigen, seperti pada saat olaharaga. Namun pada kondisi
yang tidak normal, seperti pada hipertensi, pengaturan tubuh menjadi sedikit
terganggu sehingga tanpa ada pemicu apapun, tekanan darah meningkat.
Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh kerja jantung (kekuatan dan frekuensi
denyut jantung), serta hambatan perifer pada pembuluh darah. Semakin
tinggi kerja jantung dan hambatan perifer pada pembuluh darah, tekanan
darah akan meningkat. Oleh karena itu, beberapa hal yang mengakibatkan
kenaikan tekanan darah antara lain:
 Peningkatan volume darah, peningkatan volume darah akan
mengakibatkan kerja jantung meningkat dan hambatan pada pembuluh
darah juga meningkat
 Penyempitan pembuluh darah, penyimpatan pembuluh darah akan
mengakibatkan aliran darah tertahan dan berefek pada peningkatan
tekanan pembuluh dan memicu jantung untuk memompa lebih kuat.
 Peningkatan frekuensi denyut jantung, terutama terjadi saat saraf
simpatis terpicu.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, sasaran dari obat antihipertensi
adalah: menurunkan volume cairan tubuh (plasma darah), melebarkan
pembuluh darah, serta mengurangi frekuensi denyut jantung.
Tekanan darah yang terukur sebenarnya merupakan tekanan darah terhadap
pembuluh arteri. Dua tekanan yang terukur adalah sistolik dan diastolik.
Tekanan sistolik merupakan tekanan darah terhadap dinding arteri maksimal
saat jantung memompa secara maksimal yaitu ketika bilik jantung (ventrikel)
memompa darah. Adapun tekanan diastol merupakan tekanan darah terhadap
dinding arteri terendah yang dihasilkan saat bilik jantung berelaksasi untuk
pengisian darah dari serambi. Batasan tekanan darah:

Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi I 140-159 90-99
Hipertensi II >160 >100

Hingga saat ini, terdapat beberapa kelompok obat antihipertensi, antara lain:
 Diuretika/ saluretika
 Beta-blocker
 Perintang saluran kalsium (calcium channel blocker)
 Angiotensin converting enzyme inhibitor/ penghambat enzim
pengubah angiotensin (ACE-inhibitor)
 Perintang reseptor angiotensin (ARB)
 Antihipertensi yang mempengaruhi sistem saraf pusat
Diuretika/saluretika
Diuretika ditujukan untuk mengurangi volume plasma darah (cairan tubuh)
dengan harapan bahwa penurunan volume plasma darah akan memicu
penurunan tekanan darah. Diuretika bekerja dengan meningkatkan
pengeluaran air pada ginjal. Sedangkan saluretika bekerja melalui peningkatan
pengeluaran mineral seperti natrium dan kalium di ginjal yang akhirnya
memicu pengeluaran air secara berlebihan. Namun kadangkala istilah diuretika
mencakup saluretika juga.Terdapat beberapa macam diuretika dan saluretika,
antara lain:
 Diuretika osmotik
Secara sederhana diuretik ini bekerja dengan meningkatkan tekanan
osmosis dalam tubulus nefron. Dengan peningkatan tekanan osmosi
dalam tubulus nefron, air akan lebih mudah disekresikan melalui
tubulus. Air akan menuju tekanan osmosis yang tinggi. Beberapa obat-
obatan yang memiliki sifat ini antara lain: manitol, sorbitol, gliserol
serta ureum. Terdapat beberapa kekurangan dari obat ini, antara lain:
Ureum : daya kerja lemah, rasa tidak enak, menyebabkan gangguan
usus
Manitol dan Sorbitol, hanya dapat digunakan secara parenteral (i.v)
dan dapat menyebabkan udema paru – paru.
 Diuretika asetazolamid
Diuretika jenis ini bekerja dengan meningkatkan meningkatkan
pengeluaran HCO3- serta Na+, K+, serta air. Penggunaan sekarang hanya
pada glaukoma, untuk mengurangi produksi cairan dalam mata. Salah
satu efek samping dari penggunaan obat ini adalah penurunan pH
darah. Obat yang termasuk kelompok ini adalah asetazolamid,
metazolamid, serta diklorfenamid.
 Diuretika tiazida
Diurerika tiazida seringkali merupakan obat lini pertama yang
digunakan dalam terapi hipertensi. Diuretik tiazida menghambat
absorpsi Na+ dan Cl- di tubulus distal. Obat yang masuk kelompok ini
adalah hidroklortiazida (HCT), Klortalidon, Klopamida, Indapamida.
Obat ini merupakan lini pertama pada pasien hipertensi tanpa
komplikasi.
 Diuretika loop
Diuretika loop bekerja pada lengkung Henle dengan menghambat
penyerapan kembali Na+, K+, Cl- sehingga air tidak diserap kembali.
Beberapa obat yang termasuk kelompok ini adalah: Furosemida,
Bumetanida dan Asam Etakrinat.
 Diuretika hemat kalium
Diurerika hemat kalium menghambat kerja hormon aldosteron
sehingga penyerapan Na+ terhambat, namun tidak mengakibatkan
pengeluaran K+. Oleh karena itu, dibandingkan dengan diuretika yang
lain, diuretik ini tidak mengakibatkan penurunan kalium. Hal ini yang
mengakibatkan efek samping dari diuretik ini adalah hiperkalemia.
Obat yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah triamteren,
amilorida, serta spironolakton.
Penggunaan diuretika akan mengakibat frekuensi buang air kecil menjadi lebih
sering. Oleh karena itu, senantiasa disarankan untuk digunakan di pagi hari.
Hindari penggunaan di malam hari. Selain itu, penggunaan diuretik, yang tidak
termasuk diuretik hemat kalium, cenderung mengakibatkan penurunan kadar
kalium dalam tubuh yang salah satu efeknya adalah perasaan lemas. Oleh
karena itu, disarankan untuk menggunakan suplemen kalium. Selain
diindikasikan pada hipertensi, diuretik diindikasikan pula pada udem
(penumpukan cairan dalam tubuh), untuk memperlancar buang air kecil
terutama pada orang dengan batu ginjal.
Beta blocker
Sesuai dengan namanya, obat ini digunakan untuk menghambat kerja sistem
saraf simpatik β. Saraf simpatik β, terutama β 1 memiliki peran dalam
peningkatan kerja jantung serta penyempitan pembuluh darah. Oleh karena
itu, penghambatan kerja reseptor epinefrin dan norepionefrin untuk sistem
saraf ini dapat menjadi salah satu upaya untuk menurunkan tekanan darah.
Obat golongan ini dibagi menjadi β blocker non selektif yang menghambat
kerja β1 dan β2 serta β blocker yang lebih selektif terhadap β 1
(kardioselektif). Obat β blocker non selektif memiliki efek samping yang
lebih besar untuk mengakibatkan sesak nafas dibandingkan dengan β blocker
yang lebih selektif terhadap β1.
 β blocker non selektif meliputi: propanolol, nadolol, timolol
 β blocker kardioselektif meliputi: atenolol, bisoprolol, metaprolol
beberapa efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan obat-obat ini
antara lain:
 sesak nafas
 bradikardia
 penurunan kadar gula darah
 hipotensi
 lesu

Anda mungkin juga menyukai