II TINJAUAN PUSTAKA
sedangkan susu kambing komposisinya adalah 19% alfa S-1 kasein, 21% alfa S-2
kasein dan 60% beta kasein. Kasein susu kambing memiliki kandungan glisin
(terutama metionin), arginin serta kandungan sulfur yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan susu sapi.
Tabel 2 Perbandingan Komposisi Asam Lemak ASI, Susu Sapi, dan Susu
Kambing (Maheswari dan Ronny 2008)
Asam Lemak ASI Sapi Kambing
Asam butirat 0.4 3.1 2.6
Asam kaproat 0.1 1.0 2.3
Asam kaprilat 0.3 1.2 22.7
Asam kapriat 0.3 1.2 -
Asam laurat 5.8 2.2 4.5
Asam miristat 8.6 10.5 11.1
Asam palmitat 22.6 26.3 28.9
Asam stearat 7.7 13.2 7.8
Asam arachidonat 1.0 1.2 0.4
Asam oleat 36.4 32.3 27.0
Asam linoleat 8.3 1.6 2.6
Asam linolenat 0.4 - -
Asam C22-20 4.2 1.0 0.4
Asam arachidonat 0.8 1.0 1.5
2.2 Probiotik
Probiotik adalah suplemen makanan yang mengandung bakteri bermanfaat
dengan bakteri asam laktat (BAL) sebagai mikroba yang paling umum dipakai.
BAL telah dipakai dalam industri makanan bertahun-tahun karena mampu
memfermentasi gula (termasuk laktosa) dan karbohidrat lain menjadi asam laktat.
Definisi probiotik menurut Fuller (1992) yaitu makanan tambahan berupa
7
2.3 Prebiotik
Prebiotik menurut Gibson dan Fuller (1998) merupakan bahan pangan
tidak terdigesti yang memberikan efek kesehatan bagi tubuh dengan cara memacu
pertumbuhan probiotik dalam usus besar. Fooks et al. (1999) menyatakan bahwa
penambahan prebiotik pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu bakteri
probiotik dengan cara meningkatkan viabilitas atau kemampuan hidup dalam
sistem pencernaan. Peraturan FAO (2007) juga menegaskan bahwa prebiotik
bukan merupakan organisme ataupun obat, dapat dikarakterisasi secara kimia, dan
aman (foodgrade).
Sumber prebiotik secara alami diperoleh dari Air Susu Ibu (ASI), yaitu
dalam bentuk oligosakarida N-acetyl glucosamine dalam kolostrum. Prebiotik ini
hanya tercerna kurang dari 5% di usus serta dapat mendukung pertumbuhan
probiotik Bifidobacterium. Prebiotik dapat diperoleh dari sumber tanaman, seperti
bawang, asparagus, pisang, Cicorium intybus, tanaman Artichoke, dan beberapa
oligosakarida pada kedelai (Surono 2004). Prebiotik dapat diperoleh dengan
beberapa cara, yaitu ekstrasi langsung polisakarida alami dari tumbuhan,
hidrolisis polisakarida alami, atau sintesis enzimatik dengan enzim hidrolase atau
glikosil transferase yang mengatalisis reaksi transglikosilasi hingga terbentuk
oligosakarida sintetik dari mono serta disakarida (Grizard dan Barthomeuf 1999).
Berdasarkan penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa prebiotik
tidak dicerna oleh enzim, tetapi difermentasi oleh bakteri anaerob dalam usus
besar. Prebiotik yang telah difermentasi dalam usus besar menghasilkan asam
lemak rantai pendek (short chain fatty acid /SCFA), menstimulasi pertumbuhan
berbagai bakteri termasuk lactobacilli dan bifidobacteria, serta dapat
menghasilkan gas. Fortifikasi menggunakan bifidobacteria atau lactobacilli usus
dengan prebiotik dapat memperbaiki efek perlindungan usus besar terhadap
berbagai mikroorganisme patogen dalam usus.
9
2.4 Inulin
Inulin merupakan homopolimer furanosidik, yang berarti inulin
merupakan polimer yang tersusun atas monomer yang sama, yaitu fruktosa yang
berbentuk cincin bersegi lima atau furanosa. Inulin pertama kali diisolasi dari
tanaman Inula helenium. Inulin juga ditemukan dalam chicori, dandelion, dan
artichoke (Roberfroid 2000). Prebiotik ini juga dapat diperoleh dari bawang
merah, bawang daun, bawang putih, asparagus, pisang, gandum, dan barley
(Tungland 2000). Inulin juga dapat diekstraksi dari umbi dahlia (Zaharanti 2005).
10
Prebiotik jenis inulin tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan seperti
α-amilase ataupun enzim penghidrolisis lainnya, yaitu sukrase, maltase, dan
isomaltase, baik pada pH rendah maupun tinggi (Oku et al. 1984). Oleh karena
itu, inulin akan sampai ke usus dengan utuh sehingga dapat difermentasi oleh
probiotik.
Inulin merupakan fruktan dengan ikatan β (2-1) antar monomer pada poli
atau oligomernya. Terdapat unit glukosa pada ujungnya dengan ikatan α (1-2)
dengan monomer fruktosa, sehingga membentuk sukrosa (Niness 1999).
Roberfroid (1999) menyatakan hal yang sama bahwa fruktan tipe inulin memiliki
komposisi β-D-fruktofuranosa yang saling terhubung dengan ikatan β (2-1),
dengan monomer pertama dari rantainya adalah residu β-D-glukopiranosil atau
β-D-fruktopiranosil. Oleh karena itu inulin mampu digunakan sebagai pengganti
gula.
2.5 Yogurt
Yogurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang paling dikenal
masyarakat. Yogurt merupakan produk paling penting di Irak, Syiria, maupun
Turki. Sebutan yogurt berasal dari bahasa Turki “jugurt” yang berarti asam
(Rahman et al. 1992). Yogurt menurut SNI 2981 Tahun 2009 adalah produk yang
diperoleh dari fermentasi susu dan atau susu rekonstitusi dengan menggunakan
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dan atau bakteri
asam laktat lain yang sesuai, dengan/atau tanpa penambahan bahan pangan lain
dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Pada pembuatan yogurt, susu yang
akan difermentasi dipanaskan sampai 90oC selama 15-30 menit, kemudian
o
didinginkan sampai 43 C, diinokulasikan dengan 2% kultur campuran
(L. bulgaricus, S. thermophilus, L. acidophilus, dan Bifidobacterium) dan
dipertahankan pada suhu ini selama 4-5 jam sampai terjadi keasaman yang
dikehendaki yaitu 0.85 – 0.95% dan pada pH 4.0 – 4.5. Produk didinginkan segera
o
sampai 5 C untuk selanjutnya dikemas (Oberman 1985). Streptococcus
thermophilus dan L. bulgaricus mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam laktat
sehingga mengakibatkan konsistensi susu cair menjadi yogurt (Water 2003).
Tahap pemanasan pada pembuatan yogurt merupakan salah satu tahap
terpenting. Menurut Early (1998) pemanasan bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme vegetatif penghasil racun pada makanan, membunuh atau
mengurangi mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan makanan sehingga
mencapai level yang dapat diterima, denaturasi protein whey yang bertujuan untuk
mengubah tekstur pada akhir produk.
Komposisi produk fermentasi bergantung pada kondisi susu awal dan
metabolisme spesifik dari pertumbuhan kultur mikroorganisme (Oberman 1985).
Komposisi yogurt menurut SNI 2981 tahun 2009 harus memenuhi beberapa
kriteria nutrisi yang meliputi lemak, protein, abu, keasaman dan bahan kering
tanpa lemak (BSN 2009).
12
Yogurt umumnya dibuat dengan dua jenis kultur bakteri asam laktat
(BAL) yaitu L. bulgaricus dan S. thermophilus. Kedua jenis bakteri asam laktat
ini merupakan kultur yang diutamakan oleh standar United States Food and Drug
Administration (USFDA) untuk produk yogurt di Amerika Serikat (Water 2003).
Yogurt merupakan minuman kesehatan yang baik untuk diet/dietetic
purpose dan pengobatan/therapeutic purpose (Tamime dan Robinson 1999).
Yogurt baik dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa karena memiliki kadar
laktosa yang lebih rendah yaitu 2 – 3% dibanding dengan susu segar sebesar 4,8%
(Robinson 2002).
2.6 Starter
Starter merupakan salah satu komposisi terpenting dalam pembuatan
yogurt. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan pada starter, yaitu bebas
dari kontaminasi, pertumbuhan yang cepat, menghasilkan flavor yang khas,
tekstur dan bentuk yang bagus, tahan terhadap bakteriofage dan juga tahan
terhadap antibiotika. Penyiapan starter harus dilakukan pada kondisi aseptik untuk
menghindari kontaminasi oleh kapang, khamir, bakteri koliform dan infeksi
bakteriofage. Untuk memperolah yogurt dengan aroma dan tekstur yang bagus
diperlukan perbandingan kultur starter yang harus disesuaikan antara jumlah
L. bulgaricus dan S. thermophilus (Rahman et al. 1992).
Lactobacillus bulgaricus dan S. thermophilus jika dibiakkan secara
bersama maka akan memproduksi asam lebih banyak jika dibandingkankan
dibiakkan secara terpisah. Kedua bakteri ini merupakan bakteri asam laktat
homofermentatif yang terutama memfermentasi laktosa menjadi asam laktat.
Lactobacilli terlebih dahulu tumbuh dominan dan menghasilkan asam amino
glisin dan histidin. Asam amino ini akan merangsang pertumbuhan dari
Streptococci (Tamime dan Robinson 1999).
sekitar 90% asam laktat, dengan cara mengubah heksosa menjadi asam laktat
melalui jalur Embden-Meyerhof menjadi glukosa dan 2-Triofosfat (Batt dan Patel
2000). Bakteri L. bulgaricus termasuk jenis bakteri termofilik karena hidup secara
normal pada suhu 45oC. Selain menghasilkan asam laktat, L. bulgaricus juga
menghasilkan asetaldehid, aseton, asetoin, dan diasetil dalam jumlah yang cukup
rendah sekaligus mampu membebaskan asam amino valin, histidin, dan glisin
yang diperlukan oleh S. thermophilus. Dalam bentuk koloni bakteri ini mampu
bertahan hidup pada kondisi asam dengan pH 5.5.