ZZZZ
ZZZZ
kesehatan yang menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat. Infeksi
seringnya penggunaan terapi antibiotik yang tidak sesuai. Selain itu, HAIs
1
2
diantara 3,5% sampai 12%. Indonesia sebagai salah satu dari negara
HAIs yang baik dan belum melaporkan data atau tidak memiliki data yang
pada vena yang diakibatkan oleh iritasi kimia maupun karena iritasi
mekanik. Banyak hal yang dapat meningkatkan flebitis yaitu : jalur IV yang
infus (pH dan tonisitasnya ), ukuran surflu dan kanula yang dimasukkan,
Sampai saat ini belum ada angka yang pasti mengenai jumlah kejadian
flebitis yang terjadi di dunia, di Asia Tenggara HAIs sebanyak 10%, dan
indikator mutu pelayanan adalah angka kejadian HAIs yang rendah, yaitu di
yang ada di Indonesia yaitu 50,11% dan pada RS swasta sebesar 32,70%.
data dari rekam medik bahwa angka kejadian flebitis secara umum pada
dalam RSUD A.W Sjahranie Samarinda pada tahun 2014 sebesar 13,83%
terdapat 145 kasus. Selain itu, pada tahun 2011 Provinsi Banten
Data angka kejadian flebitis yang ada di salah satu Rumah Sakit X di
bisa dikatakan angka ini cukup tinggi dan Rumah Sakit harus
(Amaliah; Nursalam; dan Muhsinin 2017). Angka resiko infeksi juga dilihat
mampu menentukan ukuran kanula dan lokasi vena yang akan di insersi
seperti jenis larutan yang akan diberikan, lamanya terapi intravena yang
diharapkan, dan keadaan umum pasien (Smeltzer and Bare 2001). Perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan dan motivasi maka tidak akan
Domain yang sangat penting dan yang harus dimiliki seorang perawat
saat itu dan dilakukan secara langsung dengan ketua tim maupun
pelaksana (Suarli & Bahtiar 2009). Pengawasan kepala ruang sangat erat
(Simamora 2012).
dengan cara menjaga suatu program dapat berjalan dengan baik dan
HAIs. Jika suatu sikap dan perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran, sikap dan perilaku itu tidak akan berlangsung lama (Nursalam
2012).
Idaman Kota Banjarbaru pada Oktober 2018 dengan data angka kejadian
flebitis periode Januari s/d Mei tahun 2018 terjadi peningkatan dan
penurunan dengan standar 10%. Dari bulan Januari s/d Maret 2018 terjadi
7
sebanyak 2,2%, dan di bulan Mei terjadi penurunan kembali yaitu 1,2%.
penanganan pada flebitis rata-rata dengan melepas infus jika terjadi flebitis,
salep.
agar lebih baik. Hal ini dapat menjadikan acuan dan meningkatkan
(5,3%). Persamaannya yaitu pada salah satu variabel terikat metode cross
kelas III RSUD Ulin Banjarmasin”. Persamaan pada penelitian ini yaitu
yang mengacu pada aktivitas yang terlibat dalam koordinasi orang, waktu,
11
12
(Simamora 2012).
sikap dan perilaku perawat pelaksana, (c) melihat biaya yang sudah
14
b. Macam-macam Pengawasan
1) Pengawasan pendahuluan
2) Pengawasan pelaksana
c. Pentingnya Pengawasan
asuhan keperawatan.
c) Kesalahan-kesalahan
a) Akurat
b) Tepat waktu
dipahami.
organisasi.
g) Melakukan Koordinasi
h) Luwes/Fleksibel
bersifat fleksibel.
e. Metode Pengawasan
objektif.
sudah ditetapkan.
sudah di buat agar harapan yang sudah ditentukan bisa terwujud dengan
a. Pelaksanaan
b. Sasaran
c. Frekuensi
d. Tujuan
Tujuan di dalam supervisi yaitu para staf mempunyai bekal yang cukup
e. Teknik
2008):
b. Model ilmiah
kesalahan.
c. Model klinis
d. Model artistik
tersebut berupa:
a. Bimbingan
b. Pengarahan
dan target yang benar. Tugas seorang staf dapat dikatakan berjalan
c. Motivasi
(growth).
d. Evaluasi kerja
Menurut Suarli & Bahtiar (2009), prinsip pokok supervisi ada 5 yaitu :
c. Supervisi harus bisa menjalin kerjasama yang baik antara atasan dan
perkembangan.
dapat dijabarkan:
a. Bersifat profesional.
keperawatan.
staf.
keperluan.
kedudukan.
a. Kepala Ruangan
c. Kepala seksi
tidak langsung.
d. Kepala Bidang
26
akan digunakan.
dikeluarkan oleh RSD Idaman Kota Banjarbaru No.65 tahun 2018 tentang
2.6 Pengetahuan/Kognitif
sebaliknya perilaku akan kurang awet bila tidak ada pengetahuan yang
28
2010).
a. Mengenal (know)
b. Memahami (Comprehension)
c. Aplikasi (application)
situasi dan kondisi yang nyata. Dalam konteks atau situasi tertentu,
d. Penyelidikan (analysis)
kriteria tertentu yang tidak keluar dari susunan organisasi yang terikat.
e. Penyusunan (synthesis)
telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
sendiri.
a. Jenjang Pendidikan
memberikan pengetahuan.
memperluas pengetahuannya.
c. Budaya Masyarakat
kepercayaan.
d. Pengalaman
30
e. Sosial ekonomi
akan terpenuhi.
atau angket terkait objek yang akan diteliti dari responden (Notoatmodjo
2.7 Flebitis
Flebitis adalah HAIs yang dialami oleh pasien selama 3x24 jam dengan
Komplikasi yang sering terjadi di ruang rawat inap terkait terapi IV pada
Rahmadani 2017).
Flebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun
mekanik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang merah, nyeri
pemasangan jalur IV. Komplikasi terjadi akibat dari cairan atau obat yang
2002).
terpisah lalu terbawa ke dalam aliran darah yang masuk ke jantung, maka
menyebabkan kematian.
ditentukan oleh canggihnya alat yang ada, tetapi ditentukan oleh perilaku
merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini
pemasangan kateter intravena sebagai akibat dari cara kerja yang tidak
tidak boleh lebih dari 72 jam kecuali untuk penanganan darah. Apabila
pasang selang infus yang baru ke dalam vena yang lain. Berikan kompres
hangat, lembab dan panas pada tempat yang terjadi flebitis, ini akan
a. Rubor (Kemerahan)
2016).
b. Kalor (Peradangan)
c. Odem (Pembengkakan)
d. Dolor (Nyeri)
pH lokal dari tubuh maupun konsentrasi dari ion tertentu yang dapat
2016).
33
2.7.3 Etiologi
kolonisasi bakteri yang disebabkan dari perawatan infus yang tidak baik.
2.7.4 Patofisiologi
pergerakan sel darah putih terutama netrofil dari aliran darah menuju area
menimbulkan nyeri akibat tekanan dari edema pada daerah ujung saraf.
membran sel yang juga berkontribusi terhadap proses inflamasi, nyeri dan
demam.
34
flebitis yaitu :
a. Memberi informasi
b. Keterampilan perawat
tersebut.
Pada orang yang lebih dewasa, penusukan infus pada orang yang
tangan.
35
f. Jenis cairan
lebih tinggi.
g. Host agen
Ada beberapa faktor dari infus perifer yang berisiko terjadinya flebitis
yaitu:
Jenis kelamin
(Fitriyanti 2015).
Umur
infeksius, imunodefisiensi)
Status Gizi
(Hirawan et al 2014).
Ukuran kateter
ukuran yang lebih kecil risiko yang ditimbulkan juga lebih kecil
yaitu bahan yang modern lebih lembut dan tidak mudah terbelit
Lokasi insersi
adanya mikropartikel).
(Fitriyanti 2015).
2015).
Pencegahan flebitis dari para ahli dalam Perry & Potter (2005) yaitu :
bergantian
telapak tangan.
kuman.
c. Rotasi infus
mikroorganisme.
d. Asseptic dressing
terjadinya flebitis.
42
43
Fungsi Manajemen
Variabel :
Independen
1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian
(organizing)
3. Ketenagaan (staffing)
4. Pengarahan (actuating)
5. Pengawasan (controlling)
Variabel Dependen
Supervisor
Pengetahuan Perawat
Flebitis
Pencegahan Flebitis :
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Banjarbaru.
Banjarbaru.
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh perawat pelaksana (pp) yang
masih berstatus aktif bekerja di ruang rawat inap RSD Idaman Kota
Banjarbaru dengan jumlah 101 orang yang terdiri dari lulusan DIII sampai
ners yang menjabat sebagai PNS maupun BLUD di Ruang Nuri, Ruang
Kenari, Ruang Kasuari, Ruang Camar, Ruang Merak, dan Ruang VIP
Murai.
Tabel 4.1 Populasi di ruangan rawat inap Rumah Sakit Daerah Idaman
Kota Banjarbaru yang diambil di hari Senin, 15 Oktober 2018.
Pendidikan Jumlah
No. Ruang
D3 Skep Ners Populasi
1. Ruang Nuri Lt. 2 (Bedah) 12 1 6 19
45
46
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
Ket :
n : Besarnya sampel
N : Besar populasi
Kriteria Inklusi :
Kota Banjarbaru.
Kriteria Eksklusi :
47
48
sampel dari tiap strata secara acak. Teknik ini menjadikan setiap subjek
Tabel 4.2. Sebaran jumlah sampel penelitian pada ruangan rawat inap
Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer karena
diperoleh langsung dari responden dan data sekunder yang diperoleh dari
kuesioner bagian usia dan masa kerja oleh perawat pelaksana ditulis
dengan angka serta pada bagian JK, jenjang karir dan status
pendidikan diberi tanda (√). Data yang didapat melalui kuesioner ini
melibatkan 3 orang ahli (expert). Nilai Conten Validity Index (CVI) yaitu
0,94. Ini artinya instrument peneliti untuk penelitian sudah valid semua
reliabel.
Nilai terendah : 0 x 18 = 0
(jawaban salah).
a. Validitas
izin untuk meminta hasil uji valid dari pemilik kuesioner dengan
Conten Validity Index (CVI) yaitu 0,94. Ini artinya instrument penelitian
b. Reliabilitas
a. Tahap Persiapan
izin dilakukan peneliti untuk mengambil data sebagai data dari studi
b. Tahap Pelaksanaan
menemui satu per satu kepala ruangan untuk diberikan surat izin
dilakukan pada pagi hari tanggal 11 Desember 2019 sampai sore hari,
per satu ruang rawat inap dan meminta izin untuk bertemu responden
hari kedua dilakukan pada hari Kamis, 12 Desember 2019 dari pagi
pada pagi hari dan lanjut pada sore hari didapatkan sebanyak 17
pagi hari dan malam hari didapatkan 7 responden. Lanjut sampai hari
Senin, 23 Desember 2019 dilakukan pada pagi hari dan malam hari
mendaptkan 3 responden.
Teknik pengumpulan data berasal dari dua data. Pertama, data primer
oleh peneliti. Kedua, data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data
a. Editing
dikumpulkan.
b. Coding
penelitian, yaitu :
57
a) Jenis kelamin :
1) Laki – laki : 1
2) Perempuan : 2
b) Jenjang Karir :
1) PK I :1
2) PK II :2
3) PK III :3
4) PK IV :4
5) PK V :5
c) Pendidikan terakhir :
1) DIII + S1 Keperawatan : 1
2) S1 Keperawatan : 2
3) Profesi Ners : 3
1) Selalu :5
2) Sering : 4
3) Kadang-kadang : 3
4) Jarang :2
5) Tidak pernah : 1
Benar = 1
Salah = 0
c. Entry Date
58
d. Cleaning
e. Tabulating date
penelitian.
4.7.1 Univariat
responden yang meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja, jenjang karir
dan pendidikan.
4.7.2 Bivariat
0,0002, jadi uji yang di gunakan oleh peneliti yaitu korelasi spearman
Sakit Daerah Idaman di Kota Banjarbaru, Jalan Trikora No. 115 Guntung
2019.
antara lain :
bagi peneliti.
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Hal ini
d. Kerahasiaan (confidentiality)
60
pada tahun 1961. Motto dari RSD Idaman Kota Banjarbaru yaitu
Dalam), Ruang Kasuri (Penyakit Dalam), Ruang Merak (Anak), dan Ruang
Hasil analisis data demografi yang meliputi usia, jenis kelamin, jenjang
Tabel 5.1 Disribusi data demografi menurut jenis kelamin, jenjang karir,
dan pendidikan (n=81).
No. KarakteristikResponden N %
JenisKeIamin
1. Laki-Iaki 37 45,7
2. Perempuan 44 54,3
Jenjang Karir
1. PK I 61 75,3
2. PK II 13 16,0
3. PK III 7 8,6
4. PK IV 0 0
5. PK V 0 0
Pendidikan
1. D III + S1 Keperawatan 53 65,4
2. S1 Keperawatan 6 7,4
3. Ners 22 27,2
61
62
63
berdasarkan usia dijelaskan dalam tabel 5.2 dan masa kerja dijelaskan
Pada tabel 5.2 menjelaskan tentang rata-rata usia responden yaitu 29,67
tahun, dengan usia terbanyak yaitu 25 tahun serta usia lebih muda yaitu
(n=81).
yaitu 4,88 tahun, dengan masa kerja terbanyak 2 tahun serta masa kerja
rawat Inap Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru. Hasil persepsi
5.4.
Supervisor
supervisor pada ruangan rawat inap Rumah Sakit Daerah Idaman Kota
tertinggi), dengan nilai yang paling sering muncul yaitu 32 serta skor
5,869.
Kadang- Tidak
Pernyataan
Selalu Sering Jarang Total
kadang Pernah
N % N % n % N % N % n %
Kadang- Tidak
Pernyataan
N % N % N % N % N % n %
flebitis pada ruangan rawat inap Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
dengan jumlah responden 81 sebesar 13,00 (72,2 dari nilai tertinggi) dengan nilai
yang paling sering keluar yaitu 12 serta skor pertanyaan terendah yaitu 9 dan
dalam pencegahan flebitis yang dipakai pada penelitian ini ada 2 komponen yaitu
benar dan salah. Maka diperoleh hasil tiap komponen yang paling banyak
Pengawasan Supervisor
0,00002 0,451
Pengetahuan Perawat dalam
Pencegahan Flebitis
68
rawat inap Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru dari total 81
responden didapatkan hasil analisis p value 0,00002 > 0,05 dan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,451 maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang
perawat dalam pencegahan flebitis pada ruangan rawat inap Rumah Sakit
rendah.
BAB 6 PEMBAHASAN
yang digunakan yaitu usia, jenis kelamin, jenjang karir, masa kerja, dan
pendidikan.
6.1.1 Usia/Umur
Pada usia, didapatkan hasil analisis univariat yang telah dilakukan penelti
rerata umur responden di ruangan yaitu 29,67 tahun, dengan rentang 23-
ruangan rawat inap Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru berada
bekerja pada usia dewasa awal (21-34 tahun). Demikian juga dengan
Peneliti berpendapat bahwa rata-rata usia yang berada pada rentang usia
23-45 tahun termasuk dalam usia produktif, yaitu usia yang sudah
keputusan yang tepat, serta mental yang sudah matang. Semakin tua
69
70
kepada pasien pada ruangan rawat inap Rumah Sakit Daerah Idaman
Kota Banjarbaru.
dan keterampilan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhanifah
Tetapi pada era saat ini dikarenakan faktor kebutuhan di ruangan serta
pasien salah satunya menjaga dan mencegah infeksi yang dapat terjadi
pendapat Siagian (2004) yang menyatakan bahwa dinilai dari segi fisik
mempunyai rasa empati yang lebih tinggi dan rasa keibuan dibandingkan
dengan laki-laki.
oleh Rizany dkk (2019) menyatakan lulusan diploma (81 peserta, 79,4%),
dengan jenjang karir perawat ketiga (PK III) (47 peserta, 46,1%), menikah
(84 peserta, 82,4%), dan gaji lebih rendah dari Rp. 3.000.000 (34 peserta,
tingkat pendidikan dan gaji yang lebih tinggi. Menurut penelitian Rizany
dkk (2019) dalam Hariyati & Fujinami (2017) menjelaskan bahwa jenjang
72
responden yaitu rata-rata 4,88 tahun dengan rentang 1-25 tahun. Sunaryo
Hal ini menunjukan bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka
pada sumber daya manusia sendiri. Sumber daya manusia menjadi faktor
karir yang lebih tinggi. Untuk mencapai jenjang yang tinggi pengetahuan
pekerjaan.
6.1.5 Pendidikan
pada karir, meningkatnya harapan apa yang diperoleh dari pekerjaan dan
ditanganinya.
yaitu 32,00 (75% dari nilai tertinggi) dari hasil tersebut dapat dikatakan
baik, karena melebihi nilai dari median atau nilai tengahnya. Hal ini
dikatakan baik bila mean ≥ 63,7 (66,7% dari 92) dan dikatakan kurang
bahwa supervisi supervisor dikatakan baik bila >46 – 72 (51,9% dari nilai
tertinggi) dan dikatakan kurang baik bila <18 – 45. Menurut Fazrin (2018)
bahwa supervisi akan dinilai baik jika sejalan dengan kinerjanya begitu pula
sebaliknya.
standar di rumah sakit. Menurut Handoko (2001) salah satu faktor yang
pengendalian semakin baik, maka akan semakin baik juga perawat dalam
mendapat nilai tertinggi dalam artian yang menjawab selalu maupun sering
dan 5 yaitu sebanyak 317. Pada pernyataan nomer 1 dengan item soal
terhadap flebitis yang dilakukan oleh perawat” dan item soal nomer 5
Di ruang Nuri, Camar, Kasuari, Merak, dan VIP Murai, mempunyai hasil
nomer 4 dan 7 responden juga di soal nomer 7. Di ruang Camar dan VIP
segi ketenagaan, harta, dan fasilitas yang sia-sia dapat dicegah. Menurut
laporan insiden yang terjadi disetiap tindakan” & item soal nomer 4
pelayanan agar tetap di puncak sehingga hasil kinerja dan efisiensi kerja
yang didapatkan juga tinggi. Hal ini sejalan dengan Suarli & Bahtiar
78
dijabarkan dalam bentuk tujuan, langkah kerja dan yang lainnya sebagai
bahan perbandingan dengan hasil yang dicapai atau yang bisa dikerjakan
terhadap staf agar pekerjaan bawahan bisa dikontrol dan didorong kearah
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ginting (2016) yang menunjukkan
adalah salah satu fungsi pokok dari kegiatan supervisi, dimana suatu
pekerjaan staf lebih baik dan berorientasi pada tujuan tindakan (Pratiwi,
pernah sebayak 5 responden (6,2%). Menurut peneliti, hal ini suatu yang
baik lagi.
median yaitu 13,00 (72,2 dari nilai tertinggi) dan ini sudah dinilai baik (B)
dari ULM. Hal ini berarti bahwa pengetahuan perawat dalam pencegahan
80 orang (98,8%).
Selanjutnya yang paling banyak jawaban benar yaitu item 12 tentang “sikap
perawat yang baik dalam melakukan pemasangan kateter agar tidak terjadi
81
tentang “yang bukan tanda dan gejala dari flebitis” sebanyak 70 orang
(86,4%) yang menjawab benar. Ini berarti pengetahuan perawat sudah baik
Pada item ini perawat seharusnya bisa mengetahui faktor resiko dari flebitis
pasien, hal ini sesuai dengan Lestari (2015) bahwa untuk memperoleh
dalam pencegahan flebitis hasil yang tertinggi dari setiap pertanyaan yang
bukan faktor resiko penyebab flebitis” yaitu 23. Pertanyaan di soal nomer
18 yaitu berkaitan dengan five moment hand hygine, ini sangat penting
untuk diketahui oleh perawat karena dilakukan dari sebelum kontak dengan
pasien sampai selesai kontak dengan pasien, hal ini dapat mencegah dari
nomer 11 terkait faktor resiko penyebab flebitis juga sangat penting untuk
di ketahui oleh perawat, karena jika perawat mengetahui apa saja faktor
82
resiko yang dapat menyebabkan flebitis, maka akan dengan mudah untuk
flebitis.
kuat. Penelitian ini memiliki nilai arah positif yang berarti semakin sering
penelitian yang dilakukan oleh Nur, Bahry dan Irwandy (2013) dalam
83
dengan menjalankan peran dan fungsi kepala ruang dengan baik melalui
riwayat penyakit.
budaya keselamatan pasien tergantung pada staf yang bekerja, jika staf
perawat dalam pencegahan flebitis pada ruangan rawat inap Rumah Sakit
dalam mencegah flebitis di ruangan rawat inap. Dari penelitian ini dapat
faktor lain yang mempengaruhi seperti motivasi dari supervisor dan .dari
data. Jam pelayanan dari perawat juga membuat peneliti untuk di minta
lain waktu sesuai jadwal dinasnya, itupun jika perawat tersebut tidak
7.1 Kesimpulan
berikut:
modusnya yaitu 32. Pada penelitian ini apabila semakin tinggi nilai
dari supervisor.
didapatkan nilai rata-rata 12,98 dari nilai median 13,00 (72,2 dari nilai
tertinggi) dan modusnya yaitu 12. Hasil ini mendekati nilai baik. Kota
walaupun sudah baik, karena hasil rata-rata dari nilai skor di bawah
87
88
7.2 Saran
a. Bagi Pendidikan
tetap pada flebitis tetapi digali lebih dalam lagi terkait flebitis.
keselamatan pasien.