Periodonsium adalah jaringan penyangga gigi yang terdiri dari jaringan gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum yang melekat pada akar gigi.1 Penumpukan plak bakteri pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak dirawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal berupa kerusakan serat ligamen periodontal dan tulang alveolar.2 Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. SKRT tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut ke dua terbanyak diderita masyarakat ± 70%, dan sebesar ± 4-5% penduduk menderita penyakit periodontal lanjut yang dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas, saat ini paling banyak di temukan pada usia muda.3 Penyakit periodontal di Indonesia menduduki urutan ke dua tertinggi yang terjadi di masyarakat.4 Hampir 98,5% penduduk Indonesia terserang penyakit ini.5 Berbagai bentuk periodontitis, bentuk yang paling umum terjadi yaitu peridodontitis agresif, peridodontitis kronis, periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik dan periodontitis ulseratif nekrosis.6 Hasil penelitian epidemiologi di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa 90% populasi menderita berbagai bentuk penyakit periodontal, dan 10-20% dari populasi ini menderita periodontitis berat.7 Periodontitis kronis merupakan penyakit peradangan pada jaringan pendukung yang disebabkan oleh mikroorganisme.8,9,10 Periodontitis disebabkan oleh reaksi imun antara bakteri dan host.11 Aktivitas sistem imun dapat menyebabkan kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar yang progresif.8,9,10 Faktor primer penyebab penyakit periodontal adalah bakteri. Faktor sekundernya berupa kegagalan restorasi,
Universitas Sumatera Utara
karies, sisa makanan, desain gigi tiruan yang buruk, pesawat ortodonti dan kebiasaan merokok.12 Pemeriksaan yang akurat untuk mendeteksi perkembangan penyakit periodontal serta faktor risikonya masih sangat sulit. Beberapa bentuk pemeriksaan telah dikembangkan guna mendeteksi perkembangan penyakit periodontitis. Terdapat tiga cairan pada rongga mulut seperti cairan sulkus gingiva, serum dan saliva. Bentuk pengumpulan dan pemeriksaan yang sederhana dari cairan sulkus gingiva dan saliva dapat digunakan dalam penentuan status periodontal serta memonitor respon pengobatan yang dilakukan.13 Berdasarkan penelitian Wei dkk. status oksidan total pada serum, saliva, dan cairan sulkus gingiva lebih tinggi pada kelompok periodontitis kronis dibandingkan kelompok kontrol sehat, dan peningkatan status oksidan total tidak hanya didapati secara lokal melainkan juga secara sistemik.14 Saliva terdiri dari air, protein, elektrolit, cairan sulkus gingiva, bakteri, dan molekul organik. Selain itu juga terdapat komponen antioksidan yang mempengaruhi terjadinya proses inflamasi.11 Antioksidan banyak dilepaskan pada daerah inflamasi oleh PMNs untuk melindungi dari serangan radikal bebas.14 Spesies Oksigen Reaktif (SOR) seperti O2 dan H2O2 yang dihasilkan oleh PMNs selama proses fagositosis dapat menyingkirkan patogen periodontal dan merusak pejamu.8 SOR dapat menyebabkan peroksidasi lipid pada DNA, kerusakan protein, oksidasi enzim, dan menstimulasi monosit dan makrofag untuk menghasilkan sitokin pro-inflamatori, yang dapat menyebabkan stres oksidatif dan gangguan pada integritas sel.8,9 Stres oksidatif didefinisikan sebagai kondisi ketidakseimbangan produksi SOR dan status anti-oksidan endogenus. Antioksidan mengalami deplesi, kemampuan gingiva terhadap stres oksidatif dan memelihara jaringan normal serta mengontrol kerusakan yang disebabkan oleh bakteri mengalami gangguan.15 Tingginya stres oksidatif ditunjukkan oleh rendahnya status antioksidan selular, dan didukung oleh tingginya produk peroksidasi lipid.16 Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan tingkat stres oksidatif pada pembuluh darah tepi pasien periodontitis dibanding dengan pasien sehat.10 Pada
Universitas Sumatera Utara
saliva orang sehat terdapat total oksidan dan antioksidan yang seimbang. Ketika manusia kondisinya kurang sehat total oksidan lebih tinggi dibanding status antioksidan total yang tersebut disebabkan oleh stres okdidatif.8 Stimulus dari luar maupun dari dalam dapat menyebabkan penurunan status antioksidan total dan berdampak pada peningkatan produksi radikal bebas, sebagai contoh dampak dari merokok terhadap sistem antioksidan.17 Hasil penelitian dari Miricesue dkk. menunjukkan bahwa antioksidan yang terkandung dalam saliva perokok, penderita liken planus, dan periodontitis lebih sedikit dibanding pada subjek yang sehat. Sama halnya Novakovic dkk. dalam studinya menunjukan adanya penurunan status antioksidan total.8 Berdasarkan penelitian Mojtaba dkk. juga didapatkan status antioksidan total yang rendah pada laki-laki. Temuan tersebut menunjukan dampak merokok yang dapat menghancurkan sistem pertahanan serta meningkatkan stres oksidatif.17 Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Chapple dkk. dalam penelitiannya menunjukkan tidak adanya perbedaan status antioksidan total antara pasien periodontitis kategori ringan, berat serta pasien sehat.8 Status oksidan total pada serum lebih tinggi dibandingkan pada saliva, dan kadar tertinggi terdapat pada cairan sulkus gingiva. Hasil ini didukung oleh penelitian Akalin dkk yang menyatakan bahwa status oksidan total pada jaringan periodontal pasien periodontitis kronis lebih tinggi.14 Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian 1.Untuk mengetahui status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis 2.Untuk mengetahui status antioksidan total pada saliva subjek dengan periodonsium sehat
1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Untuk memperoleh pengetahuan tambahan kepada para tenaga medis mengenai status antioksidan total pada saliva subjek periodontitis kronis dan subjek dengan periodonsium sehat. 2. Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya tentang status antioksidan total saliva pada pasien periodontitis kronis. 3. Sebagai dasar untuk mengembangkan suatu bahan yang dapat meningkatkan status antioksidan total dalam perawatan penyakit periodontal di bidang kedokteran gigi