Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN PEMBERIAN TERAPI REMINISCENCEUNTUK MENGATASI

HARGA DIRI RENDAH

OLEH :

PUTU NADIA NARASWARI MUKTI

P07120018172

3.5

D3 KEPERAWATAN TINGKAT III-V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

D III KEPERAWATAN

2020
Pra Proposal

A. Bidang Penelitian
Keperawatan Jiwa
B. Topik Penelitian
Pemberian Terapi Reminiscence Untuk Mengatasi Harga Diri Rendah Pada Lansia
C. Masalah Penelitian
Gambaran Pemberian Terapi Reminiscence Untuk Mengatasi Harga Diri Rendah
D. Kronologis Penelitian
Menurut Keliat, B.A (2011), harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,
tidak berarti,
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri

atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena

tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.

Menurut Manurung (2016) reminiscence adalah proses yang dikehendaki atau tidak
dikehendaki untuk mengumpulkan kembali memori-memori seseorang pada masa lalu.

Memori tersebut dapat merupakan suatu peristiwa yang mungkin tidak bisa dilupakan atau

peristiwa yang sudah terlupakan yang dialami langsung oleh individu. Kemudian memori

tersebut dapat sebagai kumpulan pengalaman pribadi atau “disharingkan” dengan orang lain.

Gibson (2011) medefinisikan reminiscence adalah proses mengingat kembali kejadian dan

pengalaman masa lalu, dan telah dibentuk sebagai suatu topik utama baik dalam teori maupun

aplikasi pada psikogerontologi. Menurut Manurung (2016), reminiscence atau kenangan

adalah suatu kemampuan pada lansia yang dipandu untuk mengingat memori masa lalu dan

“disharingkan” (disampaikan) memori tersebut dengan keluarga, kelompok atau staf. Gibson

(2011) menjelaskan bahwa Terapi reminiscence adalah suatu terapi pada orang yang

didorong (dimotivasi) untuk mendiskusikan kejadian-kejadian masa lalu untuk

mengidentifikasi ketrampilan penyelesaian masa lalu yang telah dilakukan mereka pada masa

lalu. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi reminiscence

adalah suatu terapi yang dilakukan pada seorang individu dengan cara memotivasi individu
untuk mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa lalu serta kemampuan penyelesaian

masalahnya kemudian disampaikan dengan keluarga, teman, kelompok atau staf.

E. Luas/Besar Masalah

Berdasarkan hasil penelitian Ayu Fitri Sekar Wulandari pada tahun 2011 di Unit

Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang, dari 52 orang lansia 38,5%

mengalami depresi. Kemudian Ayu Fitri Sekar Wulandari juga melakukan

penelitian pada lansia yang tinggal di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan

Semarang Utara, Kota Semarang dengan hasil 60% dari 50 lansia mengalami

depresi (Sekar Wulandari, 2011).

Bali menduduki posisi keempat dengan proporsi lansia terbesar di Indonesia yaitu

mencapai 16,07% pada tahun 2015 (Statistik Lanjut Usia, 20160. Berdasarkan data

dinas kesehatan kota Denpasar tahun 2017 didapatkan jumlah kunjungan lansia di

puskesmas IV Denpasar Selatan pada tahun 2017 sebanyak 1.410 atau 14,1%

dalam setahun (Dinas Kesehatan, 2017)

Jumlah Lansia (60 tahun) cenderung meningkat, hingga saat ini Indonesia

menempati peringkat keempat dunia dengan penduduk usia lanjut terbanyak di

dunia dibawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk lansia di

Indonesia tahun 2000 adalah 17.767.709 orang atau 7.97 %. Tahun 2010

diprediksikan jumlah orang lansia meningkat menjadi 9,58% dan ditahun 2020

sebesar 11,20%. Peningkatan populasi membuat perlunya perhatian yang lebih

terhadap kondisi dan jumlah lansia di bali

(Badan Pusat Statistik,2004)

F. Dampak Masalah
Masalah yang sering terjadi pada lansia sangat beragam. Akan terjadi penurunan

fungsi tubuh pada lansia seiring dengan bertambahnya usia, baik fungsi fisik,

fisiologis, psikologis dan fungsi-fungsi kehidupan lainnya. Masalah pada lansia

sebenarnya merupakan mekanisme evolusi kehidupan alam, dimana akan terjadi

regenerasi kehidupan (Darmojo, 2009).

G. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih

mendalam asuhan keperawatan dengan pemberian terapi reminiscence

untuk mengatasi harga diri rendah pada lansia

2. Tujuan Khusus

Secara lebih khusus penelitian ini, bertujuan agar peneliti mampu

mendeskripsikan :

a. Pengkajian keperawatan pada lansia dengan harga diri rendah.

b. Diagnosa keperawatan pada lansia dengan harga diri rendah.

c. Rencana keperawatan dengan pemberian Terapi Reminiscence untuk mengatasi

harga diri rendah pada lansia.

d. Tindakan keperawatan dengan pemberian Terapi Reminiscence untuk mengatasi

harga diri rendah pada lansia.

e. Evaluasi keperawatan untuk mengatasi harga diri rendah pada lansia.

H. Teori yang Mendasari Variabel dengan Sumber Teori Utama


Menurut Keliat, B.A (2011), harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,
tidak berarti,
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri

atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena

tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.

Menurut Manurung (2016) reminiscence adalah proses yang dikehendaki atau tidak
dikehendaki untuk mengumpulkan kembali memori-memori seseorang pada masa lalu.

Memori tersebut dapat merupakan suatu peristiwa yang mungkin tidak bisa dilupakan atau

peristiwa yang sudah terlupakan yang dialami langsung oleh individu. Kemudian memori

tersebut dapat sebagai kumpulan pengalaman pribadi atau “disharingkan” dengan orang lain.

Gibson (2011) medefinisikan reminiscence adalah proses mengingat kembali kejadian dan

pengalaman masa lalu, dan telah dibentuk sebagai suatu topik utama baik dalam teori maupun

aplikasi pada psikogerontologi. Menurut Manurung (2016), reminiscence atau kenangan

adalah suatu kemampuan pada lansia yang dipandu untuk mengingat memori masa lalu dan

“disharingkan” (disampaikan) memori tersebut dengan keluarga, kelompok atau staf. Gibson

(2011) menjelaskan bahwa Terapi reminiscence adalah suatu terapi pada orang yang

didorong (dimotivasi) untuk mendiskusikan kejadian-kejadian masa lalu untuk

mengidentifikasi ketrampilan penyelesaian masa lalu yang telah dilakukan mereka pada masa

lalu. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi reminiscence

adalah suatu terapi yang dilakukan pada seorang individu dengan cara memotivasi individu

untuk mengingat kembali kejadian dan pengalaman masa lalu serta kemampuan penyelesaian

masalahnya kemudian disampaikan dengan keluarga, teman, kelompok atau staf.

I. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Dalam usulan penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif, dengan
rancangan studi kasus. Penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Penelitian ini menggunakan rancangan
studi kasus yaitu salah satu jenis rancangan penelitian yang mencakup pengkajian
satu unit penelitian secara insentif. Studi kasus dibatasi oleh tempat dan waktu, serta
kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas, atau individu dan menggambarkan
atau mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi Reminiscence Untuk
Mengatasi Harga Diri Rendah. (Nursalam 2017).

Tempat dan Waktu


Studi kasus akan dilaksanakan di UPTD RSJ Provinsi Bali dimulai dari bulan
Mei menyusun usulan penelitian hingga bulan Agustus tahun 2019 mengumpulkan
laporan penelitian.

Subyek Studi Kasus


Penelitian pada studi kasus ini tidak mengenal populasi dan sampel, namun
lebih mengarah kepada istilah subyek studi kasus. Subjek yang digunakan dalam
studi kasus ini adalah lima orang dengan masalah keperawatan yang sama yaitu
Isolasi Sosial, perawat yang memberikan prosedur keperawatan, serta semua
kolaborasi perawat dengan tenaga kesehatan lainnya. Subyek pada kasus ini perlu
dirumuskan dengan adanya kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
Menurut Nursalam (2017) kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan di teliti. Dalam
penelitian ini yang termasuk kriteria inklusi adalah :
a) Subjek yang mampu membina hubungan saling percaya (BHSP)
b) Subjek yang mengalami isolasi sosial yang sudah dapat melakukan
interaksi interpersonal
2. Kriteria Eksklusi
Menurut Nursalam (2017) kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab, antara lain:
a) Subjek yang tidak bersedia untuk menjadi responden
b) Subjek yang mengundurkan diri selama proses penelitian
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dari subjek studi kasus adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau instansi yang secara rutin
mengumpulkan data seperti nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang dipergunakan, pekerjaan dan alamat dari
rekam medik pasien (Setiadi 2013). Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Sesi 2 kemampuan berkenalan pada pasien skizofrenia di UPTD RSJ Provinsi Bali.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ialah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam
2017). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman observasi dokumentasi. Observasi adalah kegiatan pengumpulan data
melalui pengamatan langsung terhadap aktivitas responden atau pasrtisipan yang
terencana, dilakukan secara aktif dan sistematis (Dharma, 2017)

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif. Analisis deskriptif ialah suatu usaha mengumpulkan dan menyusun data.
Setelah data tersusun langkah selanjutnya ialah mengolah data (Nursalam 2017)
Komponen dalam analisis yaitu :

Penyajian data.

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang dipilih untuk

studi kasus. Data dianalisis dengan memaparkan hasil temuan pada subyek dan

disajikan dalam bentuk narasi.

Etika Studi Kasus


Pada bagian ini, dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, yang

terdiri dari :

1. Informed Consent (persetujuan menjadi pasien)


Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan

memberikan lembar pesetujuan. Inform consent tersebut diberikan sebelum pelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan dengan menjadi responden.

Tujuan inform consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian

dan mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus

menandatangani hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subyek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencatumkan nama responden pada lembar pengumupulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentially ( kerahasiaan)

Merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

4. Self Determination (Otonomi)

Klien memiliki otonomi dan hak untuk membuat keputusan secara sadar dan

dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak

dalam penelitian ini atau untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

5. Fair Handling (Penanganan yang adil)

Penanganan yang adil memberikan individu hak yang sama untuk dipilih atau terlibat

dalam penelitian tanpa diskriminasi dan diberikan penanganan yang sama dengan

menghormati seluruh persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan

penanganan terhadap masalah yang muncul selama partisipasi dalam penelitian.

Semua klien mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini dan mendapatkan perlakuan


6. The Right To Get Protection (Hak mendapatkan perlindungan)

Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan kerugian

mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan peneliti harus menjamin

bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu

penelitian, serta memaksimalkan manfaat dari penelitian.

J. Daftar Pustaka

Adicondro, N. (2014). Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence Untuk Menurunkan


Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur
Kasongan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 007.
Azwar, S. (2012). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Chiang, K. J. (2009). The Effect of Reminiscence Therapy On Psychological Well-
Being, Depression, and Loneliness Among The Institutionalized Aged. International
Journal of Geriatric Psychiatry.
Darmojo, B. (2009). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans InfoMedia.
Dinas Kesehatan, P. B. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Bali 2016.
Gibson, F. (2011). Reminiscence and Life Story Work: A Practice Guide. London:
Jessica Kingsley Publisher.
Hawari, D. (2009). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Herawati, N. (2014). Harga Diri Rendah Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi
Roy.
Hidayat, A. A. A. (2011). metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data (1st
ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Hidayati, Laili Nur, D. (2013). Terapi individu reminiscence.
Keliat, B.A, D. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC.
Notosoedirdjo, M. & L. (2011). Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan Edisi
Keempat. Malang: UMM Press. pp. 201-217.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.).
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai