Anda di halaman 1dari 19

Burung garuda merupakan lambang dari negara kita.

Namun, di dalam burung garuda terdapat lima lambang yang memiliki arti dalam sila pancasila.

Lalu, apa arti dari lambang pancasila?

1. Bintang

Bintang merupakan lambang dari sila pertama.

Bintang emas dengan perisai hitam ini melambangkan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa.

Bintang emas ini diartikan sebagai cahaya kerohanian bagi setiap manusia.

Sedangkan latar belakang berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna asli yang
menunjukkan bahwa Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu dan sudah ada sebelum segala
sesuatu di dunia ini ada.

Kita bisa menerapkan sila pertama dengan cara melakukan beberapa hal, contohnya:

 Beribadah sesuai dengan kepercayaan yang dianut.


 Menghargai orang lain yang agamanya berbeda dengan kita.
 Tolong menolong, meski memiliki agama yang berbeda.

2. Rantai

Rantai merupakan makna dari sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.     

Gambar rantai yang disusun atas gelang-gelang kecil ini menandakan hubungan manusia satu
sama lain yang saling membantu.

Rantai yang terdapat pada sila kedua ini terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan
lingkaran yang saling terkait membentuk lingkaran.

Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki dan lingkaran melambangkan perempuan.

Nah, maka dari itu kita sesama manusia harus saling membantu satu sama lain.

Kita bisa menerapkan sila kedua dengan melakukan hal-hal di bawah ini:

 Tidak membeda-bedakan orang yang ada di sekitar kita.


 Saling membantu, misalnya melakukan kerja bakti atau memberi bantuan pada korban
bencana alam.
3. Pohon beringin  

Pohon beringin ini melambangkan sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia.

Pohon beringin ini memiliki akar tunggal panjang yang menunjang pohon besar ini tumbuh.

Akar ini rumbuh sampai ke dalam tanah dan menggambarkan kesatuan dan persatuan Indonesia.

Pohon beringin juga memiliki akar yang menjalar di mana-mana yang melambangkan sebagai
negara kesatuan yang memiliki latar belakang budaya yang bermacam-macam.  

Sila ketiga ini bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan hal ini:

 Mencintai negara Indonesia dengan cara menjaga warisan budaya yang ada.
 Menjaga hubungan baik dengan teman-teman satu negara, meski beda suku, agama, dan
bahasa.

4. Banteng

Banteng merupakan lambang dari sila keempat.

Banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul.

Seperti halnya musyawarah, yakni orang-orang berdiskusi dan berkumpul.

Kita bisa menerapkan sila keempat dengan melakukan beberapa hal, misalnya:

 Menyelesaikan masalah dengan musyawarah.


 Tidak memaksakan kehendak kita saat bermusyawarah.
 Menerima hasil musyawarah dengan lapang dada.

5. Padi dan kapas

Padi kapas ini melambangkan sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Kapas dan padi melambangkan pangan dan sandang yang merupakan kebutuhan pokok semua
rakyat Indonesia tanpa melihat status atau kedudukan.

35 Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara


Setiap negara mempunyai sistem pemerintahan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai dan nilai-nilai yang dianut oleh negara tersebut. Sistem pemerintahan juga menjadi ciri khas
suatu negara. Karena, meskipun dua buah negara sama-sama menganu sistem pemerintahan
presidensial, secara keseluruhan sistem pemerintahannya tidak akan sama persis. Dan Indonesia
merupakan negara yang sistem pemerintahannya adalah presidensial. Yang dimaksud sistem
penyelenggraan pemerintahan presidensial adalah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
presiden. Dan presiden ini bertanggungjawab akan penyelenggaraan pemerintahan untu mencapai
tujuan yang diinginkan. Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial yang digunakan di Indonesia, yaitu:

Penyelenggaraan negara dipimpin oleh Presiden sebagai kepala negara dan dibantu oleh wakil
presiden dan para menteri (baca : Tugas, Fungsi, dan Wewenang Presiden dan Wakil Presiden)

Menteri bertanggung jawab kepada Presiden dan tidak bertanggungjawab kepada DPR sebagai dewan
legislatif. DPR hanya berhak bertanya, interpelasi, dan lain-lain tetapi tidak berhak meminta
pertanggungjawaban menteri.

Presiden Indonesia dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan umum dan tidak
bertanggungjawab kepada DPR. Meskipun demikian, MPR dapat memberhentikan Presiden dengan
alasan-alasan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Presiden tidak dapat membubarkan parlemen, dalam hal ini DPR. Karena DPR ini dipilih oleh rakyat
dalam pemilihan umum, bukan dipilih Presiden.

DPR memiliki kekuasaan legislatif atau membuat undang-undang, bersama Presiden. Anggota-
anggotanya dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.

Sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem demokrasi yang berdasarkan Pancasila, sehingga
disebut demokrasi Pancasila. Dengan demikian, penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia harus
berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan Pemerintahan.

Selain ciri di atas, penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia juga mempunyai hubungan vertikal
dan horisontal antar lembaga-lembaga negara yang ada. Dan untuk memperlancar pembangunan, di
mana Indonesia mempunyai wilayah yang terbentang sangat luas, maka ada sistem pemerintahan pusat
dan pemerintahan daerah yang diatur oleh undang-undang. Yang dimaksud dengan nilai adalah sesuatu
yang sangat berhaga yang dimilki seseorang, atau dalam hal ini negara, sehingga menyadarkan diri akan
harkat dan martabatnya. Nilai suatu bangsa bersumber pada keyakinan bangsa tersebut dan dapat digali
adri kebudayaan bangsa. Sehingga nilai-nilai bangsa dapat terbentuk atas dasar cipta, rasa, dan karsa
(kebudayaan) bangsa. Pancasila telah ditetapkan sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa
Indonesia. Artinya, para tokoh pendiri bangsa menemukan bahwa di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai
yang dianut dan diyakini Bangsa Indonesia. Sebuah nilai yang menjadi ciri khas. Tidak dimiliki oleh
bangsa lain di dunia. Nilai yang sama=sama dimiliki oleh semua komponen bangsa, meskipun berbeda
agama, ras, suku, warna kulit, dan kedudukannya. (baca : Sejarah Pancasila)

Pancasila yang termaktub dalam pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 alinea 4, merupakan landasan
hidup bangsa Indonesia di segala bidang. Di dalam kelima sila Pancasila terdapat tiga tata nilai utama,
yaitu:
1. Tata Nilai Spiritual

Tata nilai spiritual tergambar dari sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Mengandung
makna bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai ketakwaan dan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Nilai ini diimplemetasikan sebagai segala bentuk kewajiban dan larangan yang harus dipatuhi oleh
masing-masing pemeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini menjadi
landasan seluruh nilai dari falsafah negara. Oleh karena itu, dituliskan sebagai sila pertama. Termasuk di
dalam nilai ini adalah bahwa perjuangan rakyat Indonesia sampai saat ini sejak perjuangan merebut
kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan Indonesia, adalah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

2. Tata Nilai Kultural

Tata nilai kultural atau dimensi kultural mempunyai makna bahwa Pancasila merupakan landasan
falsafah negara, pandangan hidup bernegara, dan dasar negara yang terbentuk dari kebudayaan dan
nilai-nilai luhurnya. Nilai kultural ini telah mengakar kuat sejak zaman nenek moyang Indonesia. Terbukti
bahwa kata Pancasila sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang menjadi bahasa nenek moyang
Indonesia. Dalam nilai kultural Pancasila tercantum bahwa Bangsa Indonesia sejak dahulu merupakan
Bangsa yang beradab, saling tolong menolong, selalu bergotong royong dalam segala bidang, dan
musyawarah untuk mencapai mufakat.

3. Tata Nilai Instisusional

Tata nilai atau dimensi institusional mengandung makna bahwa Pancasila menjadi landasan utama
untuk mencapai cita-cita, ide atau gagasan, dan tujuan bernegara. Dengan semangat Pancasila
diharapkan semua tujuan pembangunan nasional dan tujuan bernegara dapat tercapai. Cita-cita dan
tujuan negara, yang juga tercantum dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan dan cita-cita
tersebut secara institusinal dapat tercapai dengan persatuan dan kesatuan Indonesia, ditambah dengan
nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Di mana kerja keras dan semangat membangun menjadi ciri
khasnya.

Berdasarkan Pemerintahan Bentuk-bentuk Pancasila Dalam Nilainya

Selam sekian tahun Indonesia merdeka, pengkajian Pancasila secara filosofis terus dilakukan untuk
memperoleh maka terdalam hingga dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbangsa
dan bernegara. Termasuk di dalamnya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini perlu dipahami,
karena penyelenggaraan pemerintah sangat sensitif dengan nilai-nilai yang merusak Pancasila. Selain itu,
penyelenggaraan peemrintahan yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila akan mempercepat tercapainya
tujuan pembangunan nasional.

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan


Pemerintahan harus ada di setiap perumusan kebijakan dan implementasinya. Artinya, dalam
penyelenggaraan pemerintahan harus mengandung tata nilai spiritual sehingga merasa bahwa Tuhan
Yang Maha Esa selalu mengawasi dan ada, menghindari praktek yang menyimpang dan diskriminatif.
Begitu pula dengan nilai kultural dan institusional Pancasila, semua menjadi ruh pada penyelenggaraan
pemerintahan.Nilai-nilai Pancasila dalam penyelengagraan pemerintahan diuraikan di bawah ini
berdasarkan masing-masing sila Pancasila, sebagai berikut:

Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Setiap penyelenggaraan pemerintahan, dan semua individu yang terkait di dalamya meyakini dan
mengimani adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan terhadap tuhan Yang Maha
Esa. Dengan demikian diskriminasi, penyelewengan, dan segala bentuk ketidakadilan dapat dihindari.
Nilai sila pertama ini akan menjiwai seluruh sila lain dan seharusnya menjiwai seluruh aktivitas
penyelenggraan pemerintahan. Nilai-nilai tersebut diimplementasikan dalam penyelenggaraan
peemerintahan sebagai berikut:

Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga melahirkan pelaksanaan semua kewajiban dan
larangannya, pada setiap individu penyelenggraaan negara, sesuai agama dan kepercayaan masing-
masing.

Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mengawasi semua perbuatan kita di
dunia, untuk dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Berarti bahwa segala
sesuatu di dunia ini ada, karena diciptakan oleh tuhan Yang Maha Esa.

Penyelenggaraan pemerintahan harus menjamin semua penduduk Indonesia (warga negara Indonesia
dan warga negara asing) untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayanannya.
(baca : Pengertian Status Kewarganegaraan)

Tidak memaksa warga negara untuk memeluk agama tertentu, tetapi diwajibkan memeluk agama
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. DI mana saat ini ada lima agama yang diakui
keberadaannya, ditambah dengan aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Atheisme atau ajaran yang tidak mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa dilarang di Indonesia.
Oleh karena dilarang, maka tidak diperkenankan seorang pun warga negara Indonesia yang menganut
paham tersebut.

Penyelenggaraan pemerintahan menjamin berkembang dan tumbuhnya kehidupan beragama,


toleransi antar umat dalam beragama. Toleransi di sini terutama dalam hal membiarkan pemeluk agama
lain untuk menjalankan ibadahnya.

Memberikan fasilitas untuk meningkatkan iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esau mat
beragama. Misalnya, dengan ikut menumbuhkan kegiatan beragama, menetapkan hari libur nasional
untuk hari-hari besar agama,menyiarkan siaran meningkatkan iman dan takwa 5 agama yang diakui dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sebagainya.

Menjadi fasilisator atau mediator ketika terjadi konflik antar umat beragama dengan tidak memihak
agama mana pun. Hal ini penting bagi penyelenggraaan pemerintahan, agar kesatuan dan persatuan
tetap terjaga.

Nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Penyelenggara pemerintahan harus mempunyai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan
demikian, penyelenggara akan mengakui adanya martabat manusia, adil terhadap manusia, dan tidak
lupa untuk bersikap baik dengan lingkungan alam. Nilai Pancasila yang sepenuhnya dimiliki oleh
penyelenggraan pemerintahan akan membawa kesejahteraan bagi semua yang berada di bawah
pemerintahannya. Masyarakat adil dan makmur akan tercipta dengan memperhatikan keseimbangan
lingkungan. Nilai sila kedua Pancasila, diimplemantsikan dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagai
berikut:

Memahami bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang universal, sehingga penyelenggara
pemerintah akan menempatkannya sesuai hakikat. Tidak merendahkan, tidak diskriminatif, dan selalu
mengakui persamaan derajat sesama manusia menjadi ciri khasnya.

Penyelenggaraan pemerintahan akan memperlakukan seluruh warga negara dan penduduk yang
tinggal di wilayahnya dengan adil. Tidak ada sikap pilih kasih dalam berbagai kegiatan dan kebijakan
yang diambil. Semua didasarkan keadilan. Misalnya, pembangunan dan hasilnya yang dapat dinikmati
semua penduduk di daerah maupun kota. Di daerah terjangkau maupun daerah terpencil. Sehingga,
contoh konflik sosial dalam masyarakat yang dapat menghadirkan masalah baru juga akan ditiadakan.

Memahami banwa manusia mempunyai daya cipta, daya rasa, dan daya karsa yang tidak sama dengan
makhluk lain.

Penyelenggraan pemerintahan akan berusaha menyalurkan semua potensi yang dimiliki


masyarakatnya ke arah yang lebih baik. Dengan daya cipta dan daya karsa tersebut, manusia juga
diarahkan untuk mencintai lingkungan, dan peduli terhadap sesama manusia.

Mengakui adanya martabat manusia. Ini penting karena dengan mengakui adanya martabat manusia,
maka sikap terhadap orang lain juga akan lebih baik dan tidak lagi merendahkan.

Menjunjung tinggi bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan harus dihapuskan dari atas
dunia, terutama negara Indonesia. Ini juga menjadi nilai landasan penyelenggraan pemerintahan agar
amanat menjalankan tugasnya dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
Penyelenggara pemerintah harus dapat mewujudkan keadilan dalam peradaban yang kuat. Dapat
bijaksana dalam mengambil kebijakan dan sikap terhadap segala masalah yang terjadi dalam negara.
Artinya, penyelenggara pemerintah Indonesia juga tidak pasif terhadap segala penyimpangan yang
terjadi dalam masyarakat.

Nilai dari sila kedua ini menjadi jiwa untuk sila-sila Pancasila selanjutnya. Penyelenggara pemerintahan
akan dapat menerapkan nilai persatuan dan kesatuan, kerakyatan, dan keadilan, apabila nilai sila
pertama dan kedua dapat bermakna bagi mereka.

Nilai Sila Persatuan Indonesia

Persatuan Indonesia adalah persatuan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia dan seluruh suku, rasa
dan agama yang mendiami seluruh wilayah tersebut. Bangsa yang memiliki keanekaragaman yang
banyak seperti Indonesia, tentu sulit untuk membangun apabila tidak diiringi sikat persatuan dan
kesatuan. Penyelenggaraan pemerintah yang tidak mengimplementasikan nilai persatuan juga sulit
untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya. Sehingga seluruh kebijakan dan rencana yang dibuat tidak
dapat terlaksana. Makna nilai sila persatuan Indonesia dalam penyelenggarana pemerintahan, antara
lain:

Mengakui adanya Bhinneka Tunggal Ika. Tugas pemerintahan dalam hal ini adalah melakukan
pembinaan dan fasilitator terhadap semua perbedaan yang ada, agar menjadi satu kesatuan yang
bersifat maju. Keanekaragaman diolah menjadi sebuah kekayaan Bangsa Indonesia yang bersifat
membangun, bukan merusak keutuhan bangsa.

Penyelenggaraan pemerintahan harus mempunyai nilai pengertian asionalisme. Nilai yang


menganggap kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Bangga menjadi Bangsa
Indonesia. Bangsa yang bangga dengan bangsanya sendiri akan menjadi bangsa yang besar dan lebih
dihargai di kalangan bangsa-bangsa di dunia.

Cinta bangsa dan tanah air. Merupakan bagian dari nilai dan rasa nasionalisme. Penyelenggaraanan
pemerintah dapat menciptakan dan mensosialisaikan rasa cinta bangsa dan tanah air Indonesia. Cinta
terhadap tanah air dan bangsa Indonesia, yang akan membuat semua warga negara dengan segala
prestasi dan kemampuan yang dimilikinya di mana pun mereka berada akan kembali ke Indonesia.
Mereka akan mengabdikan seluruh hidup dan ilmu yang dimiliki untuk kejayaan Bangsa Indonesia.

Menggalang persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sebagai perwakilan dan tokoh bangsa yang
dipercaya oleh rakyat untuk membuat rencana dan kebijakan untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional, maka pemerintahan dapat mengajak semua pihak untuk selalu bersatu. Pemerintah dapat
menghimbau semua komponen bangsa agar dapat bersatu. Dan apabila terjadi pertikaian, pemerintah
menjadi mediator untuk menyelesaikan pertikaian demi terjaganya persatuan Indonesia.

Penyelenggaraanan pemerintah, menghilangkan penonjolan kekuatan dan kekuasaan berdasarkan


suku, keturunan, dan warna kulit. Penyelenggara pemerintah, dapat diambil dari semua komponen
bangsa sesuai kemampuan dan prestasinya untuk Indonesia. Bukan kekuasaan yang berdasarkan
keturunan atau suku tertentu.

Setelah memahami semua nilai persatuan Indonesia, penyelenggaraan pemerintahan menumbuhkan


nilai rasa senasib dan sepenanggungan di antara rakyat Indonesia. Siapapun, apapun suku, ras, dan
agamanya, serta di wilayah manapun dia berada harus dibela . Tentu saja sesuai aturan dan ketentuan
hukum yang berlaku. (baca : Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional)

Nilai Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan

Nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila mengandung makna demokrasi, di mana kedaulatan
berada di tangan rakyat dan musyawarah dalam setiap keputusan. Nilai-nilai Pancasila dalam
penyelenggaraan Pemerintahan sila keempat dalam penyelenggara pemerintahan, yaitu:

Mengakui adanya nilai kedaulatan berada di tangan rakyat sebagai ciri-ciri negara demokrasi.
Pemerintahan yang berasal dari rakyat, di mana semua penyelenggaraan pemerintahan adalah wakil-
wakil rakyat yang dipilih melalui proses pemilihan umum. Pemerintahan oleh rakyat, karena
penyelenggara pemerintah adalah wakil rakyat, hendaknya menyuarakan kepentingan rakyat secara
umum, bukan menyuarakan kepentingan golongan / kelompok maupun pribadi. Pemerintah untuk
rakyat, semua kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara pemerintah yang sebenarnya adalah wakil
rakyat bertujuan untuk rakyat. Sebesar-besarnya dengan tujuan kesejahteraan rakyat.

Pemimpin penyelenggara pemerintahan dari level paling bawah sampai level paling tinggi adalah
seseorang yang dapat membuat kebijakan berdasarkan kebijaksanaan yang dilandasi oleh akal sehat.
Bukan pemimpin yang tidak dapat menerima usul dan kritik dari rakyat yang memilihnya.

Dalam penyelenggara pemerintahan, semua warga negara Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kweajiban yang sama. Misalnya, dalam fungsi pemilu, semua warga negara yang sudah memenuhi
syarat mempunyai hak dipilih (pemilih aktif) maupun hak memilih (pemilih pasif).

Di setiap keputusan, penyelenggaraan pemerintahan selalu berdasarkan manfaat musyawarah untuk


mencapai mufakat. Dalam tingkat tertinggi musyawarah dilakukan oleh wakil-wakil rakyat yang duduk di
lembaga-lembaga negara yang ada, terutama DPR. Musyawarah mufakat lebih utama dan didahulukan
daripada keputusan cara lain. Dimana dalam musyawarah setiap orang berhak menyuarakan pendapat
dan usulannya dan peserta harus saling menghargai.

Gotong royong juga merupakan nilai yang harus dianut oleh penyelenggaraan pemerintahan. Gotong
royong dimaksud adalah semua penyelenggara pemerintahan mempunyai tujuan yang sama, sehingga
harus secara bersama, bersatu, agar tujuan dapat terlaksana dengan segera.
Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Perwujudan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia meliputi seluruh rakyat Indonesia. Selain
itu, keadilan juga harus mencakup semua bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi,ideologi, politik,
sosial dan kebudayaan. Maka nilai-nilai sila kelima Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan,
meliputi :

Kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia yang bersifat dinamis, selalu berubah
menuju lebih baik dan bergrak semakin cepat sesuai perkembangan zaman. Penyelenggara
pemerintahan harus mewujudkan yang demikian, dengan pembangunan yang merata sampai ke
pelosok-pelosok daerah dan perbatasan degan negara lain.

Seluruh sumber daya alam dan kekayaan alam yang dimiliki Bangsa Indonesia, menjadi milik negara,
dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk kebahagiaan bersama. Pelaksanaanya diatur oleh pemerintah
daerah sesuai potensi dan kemampuan masing-masing daerah.

Penyelenggaraan pemerintahan melindungi segenap Bangsa Indonesia agar masing-masing dapat


bekerja dan ikut membangun Indonesia sesuai bidangnya masing-masing. Misalnya, dengan
memfasilitasi ketrampilan dan fasilitas umum untuk orang-orang yang cacat. Jika mereka diberi
kesempatan dan ketrampilan yang sesuai kemampuan mereka, maka mereka juga dapat ikut
membangun negeri.

Cita-cita masyarakat yanga adil dan makmur berusaha diwujudkan oleh penyelenggara pemerintahan.
cita-cita tersebut tidak hanya mencakup tujuan secara fisik / materil, tetapi juga mencakup spiritual.

Penyeleggara peemrintahan mempunyai prinsip yang cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Dengan demikian, tidak akan terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.

Nilai keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta dengan menjunjung penghormatan terhadap hal
orang lain. Pada akhirnya akan membuat semua warga negara juga akan saling menghargai. (baca : Hak
dan Kewajiban Warga Negara)

Nilai-nilai sila kelima Pancasila ini diliputi dan dijiwai oleh sila-sila sebelumnya, yatiu sila pertama sampai
keempat.

Demikian pembahasan artikel tentang nilai-nilai Pancasilan dalam penyelenggara pemerintahan.


Pancasila secara mendalam memang harus terus digali nilai dan makna filosofisnya dari berbagai bidang
dan untuk seluruh rakyat Indonesia. Hal itu perlu dilakukan, agar seluruh rakyat Indonesia, tanpa
terkecuali dapat mengamalkan semua nilai-nilai yang terkandung di dalamnya secara murni dan
konsekuen.
Ketentuan UUD NRI T ahun 1945 dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Menjelajah Wilayah NKRI

Indonesia adalah negara kepulauan. Hal itu ditegaskan dalam Pasal 25 A UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan oleh
undang-undang.

Istilah nusantara dalam ketentuan tersebut dipergunakan untuk menggambakan kesatuan wilayah
perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak diantara Samudera Pasifik dan Samudera
Indonesia serta di anatara Benua Asia dan Benua Australia. Kesatuan wilayah tersebut juga mencakup 1)
kesatuan politik; 2) kesatuan hukum; 3) kesatuan sosial-budaya; serta 4) kesatuan pertahanan dan
keamanan.

Berkaitan dengan wilayah negara Indonesia, pada 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia
mengeluarkan Deklarasi Djuanda.

Luas wilayah negara kita adalah 5.180.053 km2, yang terdiri atas wilayah daratan seluas 1.922.570 km2
dan wlayah lautan seluas 3.257.483 km2

Wilayah laut Indonesia dapat dibedakan tiga macam, yaitu

Zona Laut Teritorial

Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke arah laut lepas.

Zona Landas Kontinen

Landas Kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi merupakan lanjutan dari
sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150 meter.

batas landas kontinen tersebut diukur dari garis dasar, yaitu paling jauh 200 mil laut.

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar.
Pengumuman tetang zona ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia tanggal
21 Maret 1980.

Wilayah udara Indonesia adalah ruang udara yang terletak di atas permukaan wilayah daratan dan
lautan Republik Indonesia. Berdasarkan Konvensi Chicago tahun 1944 tentang penerbangan sipil
internasional dijelaskan bahwa setiap negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan eksklusif di ruang
udara yang ada di atas wilayah negaranya.
Wilayah ekstrateritorial merupakan wilayah negara kita yang dalam kenyataannya terdapat di wilayah
negara lain. Keberadaan wilayah ini diakui oleh hukum internasional. Perwujudan dari wilayah ini adalah
kantor-kantor pewakilan diplomatik Republik Indonesia di negara lain.

Batas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

batas-batas wilayah laut Indonesia berhubungan dengan 10 negara sedangkan perbatasan wilayah darat
Indonesia hanya berhubungan dengan tiga negara.

Batas-batas wilayah Indonesia sebelah utara

Indonesia berbatasan langsung dengan Malaysia (bagian timur), tepatnya disebelah utara Pulau
Kalimantan.

Wilayah laut Indonesia sebelah utara berbatasan langsung dengan laut lima negara, yaitu Malaysia,
Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina.

Batas-batas wilayah Indonesia sebelah barat

Indonesia berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan perairan negara India.

Dua pulau yang menandai perbatasan Indonesia-India adalah Pulau Ronde di Aceh dan Pulau Nicobar di
India.

Batas-batas wilayah Indonesia sebelah timur

Wilayah timur Indonesia berbatasan langsung dengan daratan Papua Nugini dan perairan Samudera
Pasifik.

Batas-batas wilayah Indonesia sebelah selatan

Indonesia sebelah selatan berbatasan langsung dengan wilayah darat Timor Leste, perairan Australia
dan Samudera Hindia. Selain itu, Indonesia juga berbatasan dengan perairan Australia.

Kekuasaan Negara atas Kekayaan Alam yang Terkandung dalam Wilayah NKRI

Di atas wilayah Indonesia, terhampar daratan yang luas dengan segenap potensi kekayaan alamnya
seperti kekayaan dari hutan, area persawahan, binatang-binatang darat yang beranekaragam. Di wilayah
lautan juga tidak kalah kayanya, puluhan juta ikan hidup di perairan Indonesia, keindahan terumbu
karang dan pesona laut lainnya.

di perut bumi Indonesia pun menyimpan kekayaan yang melimpah berupa bahan tambang seperti
minyak bumi, emas, gas bumi, besi, batu bara, tembaga, perak, dan sebagainya.

Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

negara mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

Segala bentuk pemanfaatan (bumi dan air) serta hasil yang didapat (kekayaan alam), dipergunakan
untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Melindungi dan menjamin segala hak-hak rakyat yang terdapat di dalam atau di atas bumi, air dan
berbagai kekayaan alam tertentu yang dapat dihasilkan secara langsung atau dinikmati langsung oleh
rakyat.

Mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan menyebabkan rakyat tidak mempunyai
kesempatan atau akan kehilangan haknya dalam menikmati kekayaan alam.

Kedudukan Warga Negara dan Penduduk Indonesia

Status Warga Negara Indonesia

Penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah orang yang bertempat tinggal atau menetap dalam
suatu negara, sedang yang bukan penduduk adalah orang yang berada di suatu wilayah suatu negara
dan tidak bertujuan tinggal atau menetap di wilayah negara tersebut.

Warga negara dan bukan warga negara. Warga negara ialah orang yang secara hukum merupakan
anggota dari suatu negara, sedangkan bukan warga negara disebut orang asing atau warga negara asing.

Keberadaan rakyat yang menjadi penduduk maupun warga negara, secara konstitusional tercantum
dalam Pasal 26 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

(2) Penduduk ialah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

Undang-Undang Kewarganegaraan yang pernah berlaku di Indonesia diantaranya:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1946 tentang Kewarganegaraan Indonesia.

Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1958 tentang Penyelesaian Dwi Kewarganegaraan Antara


Indonesia dan RRC.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 62 tahun 1968 tentang Kewarganegaraan Indonesia
sebagai penyempurnaan UU Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1946.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia.

Asas-asas Kewarganegaraan Indonesia

Asas ius sanguinis (asas keturunan), yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan pada
keturunan orang yang bersangkutan.

Asas ius soli (asas kedaerahan), yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat
kelahirannya.

Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaran di beberapa negara

dapat menimbulkan dua kemungkinan status kewarganegaraan seorang penduduk yaitu:

Apatride, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai kewarganegaraan.
Misalnya, seorang keturunan bangsa A yang menganut asas ius soli lahir di negara B yang menganut asas
ius sanguinis. Maka orang tersebut tidaklah menjadi warga negara A dan juga tidak dapat menjadi warga
negara B. Dengan demikian orang tersebut tidak mempunyai kewarganegaraan.

Bipatride, yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macam kewarganegaraan sekaligus
(kewarganegaraan rangkap). Misalnya, seseorang keturunan bangsa B yang menganut asas ius sanguinis
lahir di negra A yang menganut asas ius soli. Oleh karena ia keturunan bangsa B, maka ia dianggap
sebagai warga negara B. Akan tetapi, negara A juga mengganggap dia warga negaranya karena
berdasarkan tempat lahirnya.

Dalam menetukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara lazim menggunakan
dua stelsel, yaitu:

Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara aktif untuk menjadi
warga negara (naturalisasi biasa)

Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara tanpa melakukan
sutu tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa)

Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu negara pada dasarnya
mempunyai:

Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)

Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)
Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai
berikut:

Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
keturunan,bukan bersasarkan negara tempat dilahirkan.

Asas ius soli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak seseuai dengan ketentuan yang
diatur undang-undang.

Asas kewarganegraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

Syarat-Syarat menjadi Warga Negara Indonesia

Naturalisasi biasa.

Orang dari bangsa asing yang yang akan mengajukan permohonan pewarganegaraan dengan cara
naturalisasi bisa, harus memenuhi syarat sebagaimana yang ditentukan oleh pasal 9 Undang-Undang RI
Nomor 12 tahun 2006, sebagai berikut:

1) telah berusia 18 tahun atau sudah kawin;

2) pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia
paling singkat lima tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut;

3) sehat jasmani dan rohani;

4) dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

5) tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
satu tahun lebih;

6) jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan


ganda;

7) mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap;

8) membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.

Naturalisasi Istimewa
Naturalisasi istimewa diberikan sesuai dengan ketentuan Pasal 20 Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2006. Naturalisasi Istimewa diberikan kepada orang asing yang telah berjasa kepada
negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara, setelah memperoleh pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Naturalisasi istimewa batal diberikan jika menyebabkan
orang asing tersebut berkewarganegaraan ganda.

Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006, seorang Warga Negara Indonesia
kehilangan kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:

memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;

tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain;

dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas kemauannya sendiri, dengan ketentuan:

telah berusia 18 tahun ;

bertempat tinggal di luar negeri;

masuk ke dalam dinas tentara asing tanpa disertai izin dari Presiden;

masuk dalam dinas negara asing atas kemauan sendiri, yang mana jabatan dalam dinas tersebut di
Indonesia hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;

mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing
tersebut atas dasar kemauan sendiri;

turut serta dalam pemilihan seseuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing,
meskipun tidak diwajibkan keikutsertaannya;

mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan
sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya;

bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama lima tahun terus menerus bukan
dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya
untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu lima tahun tersebut berakhir

Kemerdekaan Beragama dan Berkepercayaan di indonesia

Pengertian Kemerdekaan Beragama dan Berkepercayaan

Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan mengandung makna bahwa setiap manusia bebas
memilih, melaksanakan ajaran agama menurut keyakinan dan kepercayaannya, dan dalam hal ini tidak
boleh dipaksa oleh siapapun, baik itu oleh pemerintah, pejabat agama, masyarakat, maupun orang tua
sendiri.
Kemerdekaan beragama dan kepercayaan di Indonesia dijamin oleh UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dalam pasal 28 E ayat (1) dan (2) disebutkan bahwa:

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya.

Di samping itu, dalam pasal 29 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ayat (2) disebutkan, bahwa
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketentuan tersebut, diperlukan hal-hal berikut:

Adanya pengakuan yang sama oleh pemerintah terhadap agama-agama yang dipeluk oleh warga
negara.

Tiap pemeluk agama mempunyai kewajiban, hak dan kedudukan yang sama dalam negara dan
pemerintahan.

Adanya kebebasan yang otonom bagi setiap penganut agama dengan agamanya itu, apabila terjadi
perubahan agama, yang bersangkutan mempunyai kebebasan untuk menetapkan dan menentukan
agama yang ia kehendaki.

Adanya kebebasan yang otonom bagi tiap golongan umat beragama serta perlindungan hukum dalam
pelaksanaan kegiatan peribadatan dan kegiatan keagamaan lainnya yang berhubungan dengan
eksistensi agama masing-masing.

Membangun Kerukunan Umat Beragama

Di negara kita di kenal konsep Tri Kerukunan Umat Beragama, yang terdiri atas kerukunan internal umat
seagama, kerukunan antar umat berbeda agama, dan kerukunan antar umat beragama dengan
pemerintah.

Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia

Substansi Pertahanan dan Keamanan Negara Republik Indonesia

Perubahan UUD 1945 semakin memperjelas sistem pertahanan dan keamanan negara kita. Hal tersebut
di atur dalam Pasal 30 ayat (1) sampai (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa:

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai
alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga kemanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam
menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan diatur dengan undang-undang.

Sistem pertahanan dan keamanan negara yang bersifat semesta bercirikan:

Kerakyatan, yaitu orientasi pertahanan dan kemanan negara diabdikan oleh dan untuk kepentingan
seluruh rakyat.

Kesemestaan, yaitu seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya pertahanan.

Kewilayahan, yaitu gelar kekuatan pertahanan dilaksanakan secara menyebar di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan kondisi geografi sebagai negara kepulauan.

Komponen Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta terdiri atas:

TNI sebagai kekuatan utama sistem pertahanan.

POLRI sebagai kekuatan utama sistem kemanan.

Rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Kesadaran Bela Negara dalam Konteks Sistem Pertahanan dan Kemanan Negara

Pasal 27 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Kesadaran bela negara pada hakikatnya merupakan kesediaan berbakti pada negara dan berkorban
demi membela negara.

Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan keluarga


Pada umumnya untuk membentuk suatu keluarga maka harus diawali dengan pernikahan, yang mana
pernikahan tersebut harus sah secara agama dan sah secara hukum (dicatat oleh pemerintah). Dengan
mematuhi norma agama dan norma hukum seperti di atas maka akan mengakibatkan adanya status, hak
maupun kewajiban yang jelas bagi semua pihak. Perlu ditanamkan kepada anak-anak kita sedini
mungkin perilaku-perilaku yang baik seperti rajin beribadah, sopan santun, bertanggung jawab, suka
memberi kepada sesama dan lain sebagainya.

Dalam lingkungan keluarga juga harus dibudayakan sikap kasih sayang, saling menghormati antar
sesama anggota keluarga, rukun, dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya berikut perilaku-perilaku
yang menerapkan nilai-nilai pancasila dalam lingkungan keluarga :

Saling menghormati antar sesama anggota keluarga

Saling menyayangi satu sama lain (saling melindungi)

Sebagai orang tua harus mendidik anak-anaknya agar selalu patuh terhadap agama dan hukum

Sebagai orang tua juga harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, dan memberikan contoh
perilaku yang sesuai dengan norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum dan
adat.

Sebagai orang tua harus mengajarkan/mendidik anak-anaknya untuk selalu berbuat kebaikan (seperti
sedekah kepada orang lain, saling menghormati dll).

Sebagai orang tua bersikap adil terhadap anak-anaknya, tidak boleh pilih kasih

Sebagai anak harus berbakti kepada orang tua

Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan masyarakat


Dalam kehidupan masyaakat, setiap anggota masyarakat harus patuh dan taat pada norma-norma dan
aturan yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Sebagai masyarakat maka kita harus saling
menghormati, dan saling menghargai hak-hak asasi manusia, menghargai hak miling orang lain dan
selalu menjaga hak dan kewajiban kita sebagai masyarakat. Dan berikut ini beberapa perilaku yang
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila dalam lingkungan masyarakat :

Saling menghormati dan memberikan toleransi antar umat beragama

Rukun dengan tetangga yang berbeda agama.

Berbuat adil kepada tetangga, tidak membeda-bedakan tetangga.

Menyeimbangkan hak dan kewajiban kita di masyarakat.

Mematuhi norma-norma dan aturan yang berlaku di dalam masyarakat.

Selalu aktif dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti, ronda malam dll.
Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan sekolah
Dalam lingkungan sekolah, semua warga sekolah baik siswa, guru dan juga karyawan harus mematuhi
semua peraturan dan tata tertib sekolah sesuai dengan fungsi dan kedudukan masing-masing warga
sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman, dan menjadi suasana kekeluargaan yang
kedua setelah di rumah. Suasana aman dan tertib di sekolah, serta kebersihan dari sekolah merupakan
tanggung jawab bersama segenap warga sekolah. Dan berikut adalah perilaku penerapan nilia-nilai
pancasila dalam lingkungan sekolah :

Saling menghormati antar siswa

Menghormati guru dan karyawan

Selalu berusaha untuk berbuat baik kepada sesama siswa sekolah

Belajar yang giat agar mendapatkan prestasi dan mengharumkan nama sekolah

Membantu teman yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran

Selalu taat pada aturan sekolah (tata tertib sekolah) / Disiplin

Memberikan suara dalam pemilihan pengurus OSIS

Contoh perilaku penerapan nilai-nilai Pancasila dalam lingkungan berbangsa dan


bernegara
Seperti halnya pada lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Dalam lingkungan berbangsa dan
bernegara kita juga harus taat pada hukum yang berlaku didalam negara tersebut, baik itu merupakan
hukum tertulis atau hukum tidak tertulis. Dan berikut ini merupakan contoh perilaku penerapan nilai-
nilai Pancasila dalam lingkungan berbangsa dan bernegara :

Tertib, taat dan patuh pada aturan yang berlaku di negara tersebut (tertib lalu lintas)

Memelihara dan menjaga lingkungan hidup dari kerusakan atau pencemaran lingkungan

Jika ada pemilihan umum, kita harus ikut serta (berpartisipasi) dalam pemilihan dan turut
mensukseskan pemilu

Mendukung dan ikut serta mensukseskan program-program pemerintah

Melaporkan kepada pihak yang berwajib, apabila ada tindak kejahatan, atau yang lainnya

Anda mungkin juga menyukai