Anda di halaman 1dari 13

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan

karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang

berjudul “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kebermaknaan Hidup Pada

Penderita TB Paru Diwilaya Kerja Puskesmas Tampo”.

Dalam proses penyusunan proposal ini ada banyak pihak yang membantu, oleh karena

itu sudah sepantasnya penulis dengan segala kerenddahan dan keiklasan hati

mengucapkan banyak terimakasi sebesar besarnay terutama kepada dosen mata kulia

Metodologi Penelitian Lanjutan oleh dosen pembibimbing Dr. Timbul

Supodo.,SKM.,M.Kes.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapan dalam

penyempunaan proposal ini serta sebagai bahan pembelajaran dalam menyusun

proposal selanjutnya.

Kendari, Oktober 2018

Penulis
2

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i

KATA PENGNTAR…………………………………………………… ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………....... iii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………. 3

A. Latar Belakang………………………………………………..... 3

B. Rumusan Masalah…………………………………………....... 8

C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 8

D. Manfaat Penelitian……………………………………………… 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 11
3

BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang di sebabkan oleh

kuman Tuberculosis ( mycobacterium tuberculosis) (WHO dalam Nurmadya,

2015). Tuberculosis yang biasanya menyerang paru-oaru, meskipun dalam

sepertiga kasusu dapat pula menyerang organ tubuh lain seperti tulang, kulit,

perut dan lain-lain ( Masniani, 2005 dalam Putri 2014). Gejalah utama

Tuberculosis Paru adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk di sertai

dengan gejalah tambahan yaitu dahak, dahak bercampur darah, sesak napas,

badan lemas, napsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam dalam satu bulan ( Munira

dalam Lolla, 2015).

( Menurut World Hearth Organisation (WHO) Tahun 2013, ada sekitar 8,6

juta orang jatuh sakit dengan Tuberculosis Paru dan 1,2 juta meninggal akibat

Tuberculosis Paru. Lebih dari 95% kematian akibat Tuberculosis Paru di Negra

berpenghasilan rendah dan menengah, dan itu adalah di antara penyebab

kematian bagi wanita usia 15 Tahun sampai 44 Tahun. Di perkirakan 530.000

anak-anak menjadi sakit dengan Tuberculosis Paru dan 74.000 anak-anak HIV-

negatif meninggal Karena Tuberculosis Paru. Tuberculosis Paru merupakan

pembunuh utama orang yang hidup dengan HIV, menyebabkan ¼ dari seluruh

kematian. Tubeculosi Paru berdampak global, sekitar 80% kasus Tuberculosis

yang di laporkan terjadi di 22 Negara di dunia (WHO dalam Asra, 2014). Selain
4

itu, ada sekitar 500.000 pasien TB dengan resistensi ganda kuman penyakit

terhadap obat TB dan 95% penderita TB Paru berada di Negara berkembang

(Yoga, 2012 dalam Ibrahim, 2014).

Berdasarkan epidemologi demografi Data World Hearth Organization

(WHO) menunjukan sekitar 80% dari kasus TB terjadi di 22 Negara, 6 Negara

dengan jumlah kasus terbesar pada tahun 2014 adalah India, Republik Rakyat

China, Afrika Selatan, Nigeria, Indonesia dan Pakisatan ( WHO dalam Kastuti,

2016 ).

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Penanggulangan Tuberculosis

Paru di Indonesia mengalami banyak kemajuan, bahkan hamper mendekati

target MDGs karena prevalensi penderita Tuberculosis Paru kasus per 100.000

populasi penduduk Indonesia Secara keseluruhan kasus Tuberculosis di

Indonesia saat ini terbanyak 331.424 kasus ( WHO dalam Asra, 2014 ).

Kejadian TB di Indonesia merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat ( Suryani, 2012 ). Jumlah kasus Tberculosis di Indonesia ada

327.103 kasus dengan 64.000 oarang meninggal dunia. Angaka penemuan

kasus ( Case Detection Rate/CDR ) nya sebesar 71% ( WHO, 2014 ).

Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten/Kota, kasus Tuberculosis Paru

klinis di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebanyak 3.453 kasus namun

terjadi peningkatan pada tahun 2016 kasus Tuberculosis berjumlah 4.453 kasus,

angka kesembuhan Tuberculosis paru 81,11%, masi belum mencapai target

yang telah di tetapkan ( >85% ), sedangkan angka kesuksesan ( success rate

suda mencapai 88.62%. Distribusi kasus menurut Kabpaten/Kota menunjukan


5

kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Konawe Selatan ( 738 kasus ) dan

Kabupaten Buton ( 623 kasus ), Kbupaten Muna 321 kasus sedangkan yang

terendah terdapat di Kabupaten Buton Utara ( 62 kasus dan Konawe Utara ( 92

kasus ). Angka insiden per 100.000 penduduk mencapai 152,84 sedangkan

angka kematian per 100.000 penduduk mencapai 4,42 jumlah kematian akibat

Tuberculosis paru yang di laporkan dari Kabupaten/Kota sebesar 102 kasus

dengan kasus dengan kematian tertinggi Konawe Selatan sebanyak 24 kasus,

dan Kabupaten Buton sebanyak 22 kasus kematian, sedangkan yang terendah

di Kabupten Kolaka Utara (4 kasus), dan Kabupaten Wakatobi, kota Kendari

masing-masing 5 kasus (Dinkes Sultra, 2016)

Sementara itu data yang di peroleh dari Puskesmas Tampo pada tahun

2014 terdapat 32 orang TB (18 orang dengan kasus putus berobat dan gagal

sembuh total sebanyak 13 orang ). Pada tahun 2014 terdapat 43 orang penderita

TB dan 25 orang dengan kasus dengan putus berobat dan gagal, 8 orang

sembuh. Untuk pengobatan pasien tahun 2015 telah selesai pada bulan maret,

akan tetapi terdapat 3 orang yang belum tuntas pengobatanya dan pada tahun

2016 sebanyak 46 orang TB. Dan di tahun 2017 dari bulan Januari – maret

berjumlah 46 orang penderita (Profil Puskesmas Tampo, 2017).

Bastaman 2017, dalam Maniroahan, 2013 mengatakan bahwa makna

hidup adalah hal-hal yanga di anggap sangat penting dan berharga serta

memberikan khusus bagi seseorang layak di jadikan tujuan kehidupan (the

purpose in life). Pada penderita TB paru selain faktor fisik, penting juga di

perhatikan faktor psikologis antara lain pemahaman individu yang dapat


6

mempengaruhi persepsi terhadap penyakit. Persepsi negatif terhadap penyakit

TB paru akan menyebabkan penderita takut dan menolak timbul keinginan untuk

mencari pengobatan selain itu diagnosi penderita TB paru,akan mempengaruhi

kepatuhan penderita untuk control medis dan minum obat.

Faktor psikososial berperan dalam pembentukan sigma terhadap

penderita oleh lingkungan dan keluarga. Penerimaan penderita ketika

mengetahui bahwa dirinya menderita tuberculosis bervariasi, sebagian besar

mereka mengatakan terkejut, sedih, kecewa, marah dan akhirnya pasrah,

bahkan ada yang merasakan putus asa dan tidak memiliki makna hidup yang

berarti. Individu penderita tuberculosis kuarang memiliki makna hidup yang

berarti karena merasa kurang mendapat dukunGAN sosial sekitarnya akibat

sikap yang di terimanya yakni dik kucilkan dalam kluarga dan lingkungan

sekitarnya serta menganggap dirinya kurang mampu untuk melakukan sesuatu

yang bermanfaat atau merasa kurang produktif Karena mengidap penyakit TB

paru akibat individu memiliki tingkat efikasi diri yang kurang di dalam dirinya.

Setiap individu yang mampu memandang dan mengefakuasi kaetiga

dimensi efikasi diri tersebut secara positif maka akan mempengaruhi pemaknaan

hidupnya dan menjadikan kebermaknaan hidupnya menjadi lebih baik. Selain

efikasi diri, dukungan sosial dan dukungan sosial dan keyakinan spiritual juga

merupakan salah satu faktoor yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup

seseorang ( Wijayanto, 2009 dalam Putri dkk, 2014 ).

Spritual merupakan keyakinan dalam hubunganya dengan yang maha

kuasa dan maha pencipta spiritual juga di sebut sebagai sesuatu yang di
7

rasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain yang dapat di

wujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan rama terhadap orang

lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.

Pada penderita penyakit tertentu secara spiritual penderita seharusnya meyakini

bahwa hal itu bersumber dari tuhan hingga akan selalu memberikan kekuatan

secara spikologis untuk terus menerus memanjatkan doa-doa untuk segera di

beri kesembuhan ( Nelson, 2007 ).

Selain itu dalam hal pengobatan dan pencegahan penularan penyakit

tuberculosis paru ( tuberculosis paru ) yang di lakukan oleh keluarga sangatlah

berperan supaya tidak terjadi penularan dalam anggota keluarga lainya.

Kesanggupan keluarga dalam memberikan dukungan dan pemeliharaan

kesehatan dapat di lihat dari pemeliharaaan kesehatan dapat di lihat dari tugas

kesehatan keluarga yang di laksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas

kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Selain

kluarga mampu melaksanakan tugas keluarga dengan baik. Tugas kesehatan

keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan

tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit ,

mempertahankan suasana rumah yang sehat, dan menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada di masyarakat (Mubarak dalam lola, 2015 ).

Berdasarkan wawancara pada 10 responden penderita TB yang masi

mengonsumsi obat di peroleh gambaran bahwa secara psikologis mereka

terkesan acuh dengan penyakit yang di derita, stigmabahawa menganggap

tentang penyakit TB yang tidak dapat di sembuhkan lagi menyebabkan penderita


8

mempunyai keyakinan yang lemah untuk sembuh. Hal ini mengakibatkan

penderita tidak lagi mengontrol perilaku untyuk mendapatkan kesembuhan

dimana pasien yang mengalami TB sering terlihat meludah sembarang dan saat

berbicara warga tidak memperhatikan jarak sehingga resiko penularan lebih

besar. Sumber kekuatan spiritual juga tidak berjalan sesuai kepercayaan

penderita, mereka menyakini bahwa penyakit inimerupakan warisan secara

turunn temurun sehingga susah untuk di hilangkan walaupun dengan kekuatan

doa

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk

melakuakan penelitian dengan judul”faktor-faktor yang berhubungan dengan

kebermaknaan hidup pada penderita TB paru Di Wilaya Puskesmas Tampo”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan efikasi diri dengan kebermaknaan hidup pada

penderita TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tampo

2. Apakah ada hubungan spiritual dengan kebermaknaan hidup pada penderita

TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tampo

3. Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan kebermaknaan hidup

pada penderita TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tampo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebermaknaan hidup

pada penderita TB paru di Wilaya Kerja Puskesmas Tampo.


9

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kebermaknaan hidup

pada penderita TB di Wilaya Kerja Puskesmas Tampo.

b. Untuk mengetahui hubungan spiritual dengan kebermaknaan hidup pada

penderita TB di Wilayah Kerja Puskesmas Tampo.

c. Hubungan dukungan keluarga dengan kebermaknaan hidup pada

penderita TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas T ampo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan pengembangan bagi ilmu

keperawatan,menambah dunia kepustakaan pendidikan keperawatan di

Indonesia Khusunya Mata Kuliah Keperwatan Beda dan komunitas

b. Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan ilmu keperawatan

keluarga dalam mengalami pasien TB ( tuberculosis ) dan mengetahui

hubungan-hubungan self efikasi diri dan spiritual dengan kebermaknaan

hidup pada penderita TB.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan bacaan dan perbandingan

dapat di gunakan di masa yang akan datang dan dokumentasi bagi pihak

program Studi Ilmu Keperwatan Stikes Mandala Waluya Kendari.

b. Bagi puskesmas
10

Penelitian ini dapat di jadikam informasi yang objektif mengenai

hubungan-hubungan yang self efikasi diri dan spiritual dan

kebermaknaan hidup pada penderita TB khususnya Puskesmas Tampo.

c. Bagi dinas kesehatan

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi

pihak terkait dalam hal ini mengenai penambahan program untuk

meningkatkan kebermaknaan hidup pada penderita TB

d. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat di jadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk

kepentingan pengembangan ilmu berkaitan dengan hubungan self efikasi

diri dan spiritual dengan kebermaknaan hidup pada penderita TB .


11

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim F. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum


Obat Tb Paru Pada Penderita Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Panarangan Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2013 Jurnal
Kesehatan Holistik. 2014
Munirowa, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan
Penyakit Tuberculosis (Tbc) Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mangkang Semarang Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume1,
No. 1, Mei 2013; 33-43
Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta, 2010
Profil Puskesmas Tampo , Laporan Data Tahunan, Tampo, 2016.
Sylvia dan Smeltzer . Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006
Muhlisin A, Keperawatan Keluarga Yogyakarta: Gosyen Publising. 2012
12

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENDERITA

TB PARU DI WILAYAH

PUSKESMAS TAMPO

ASMIRA

P201601078

Proposal ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
penelitian lanjutan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI

2019
13

Anda mungkin juga menyukai