Askep Perilaku Kekerasan (Monica Poluan)
Askep Perilaku Kekerasan (Monica Poluan)
KEKERASAN
2020
10
PENDAHULUAN
11
BAB I
PENDAHULUAN
13
harapan. Mengatakan pendapat
sebagai hasil observasi bukan
penilaian. Mengungkapkan diri
secara langsung dan jujur.
Memperhatikan perasaan orang lain.
3. Karakteristik : tidak menghakimi.
Mengamati sikap daripada
menilainya. Mempercayai diri
sendiri dan orang lain. Percaya diri,
memiliki kesadaran diri, terbuka,
fleksibel, dan akomodatif. Selera
humor yang baik, mantap, proaktif,
inisiatif. Berorientasi pada tindakan.
Realistis dengan cita-cita mereka.
4. Isyarat bahasa tubuh (non-verbal
cues), terbuka, dan gerak-gerik
alami. Atentif , ekspresi wajah yang
menarik, kontak mata yang
langsung, percaya diri. Volume
suara yang sesuai. Kecepatan bicara
yang beragam.
5. Isyarat Bahasa (Verbal Cues)
a. “Aku memilih untuk...”
b. “Alternatif apa yang kita
miliki?”
6. Konfrontasi dan Pemecahan Masalah
a. Bernegosiasi, menawar,
menukar, dan kompromi
b. Mengkonfrontir, masalah pada
saat terjadi
c. Tidak ada perasaan negatif yang
muncul.
7. Perasaan yang dimiliki, yaitu :
14
antusiame, mantap, percaya diri dan
harkat diri, terus termotivasi, tahu
dimana mereka berdiri (Keliat, 1996)
Gaya komunikasi dengan Pendekatan yang harus dilakukan
orang assertif terhadap orang-orang dengan karakter
assertif ini adalah :
1. Hargai mereka dengan mengatakan
bahwa pandangan yang akan kita
sampaikan barangkali telah pernah
dimiliki oleh mereka sebelumnya.
2. Sampaikan topik dengan rinci dan
jelas karena mereka adalah
pendengar yang baik.
3. Jangan membicarakan sesuatu yang
bersifat penghakiman karena mereka
adalah orang yang sangat
menghargai setiap pendapat orang
lain.
4. Berikan mereka kesempatan untuk
meyampaikan pokok-pokok pikiran
dengan tenang dan runtun.
5. Gunakan intonasi suara variatif
karena mereka menyukai hal ini.
6. Berikan beberapa alternatif jika
menawarkan sesuatu karena mereka
tidak suka sesuatu yang berifat kaku.
7. Berbicaralah dengan penuh percaya
diri agar dapat mengimbangi
mereka.
Frutasi Adalah respon yang Frustasi dapat dialami sebagai suatu
timbul akibat gagal ancaman dan kecemasan. Akibat dari
mencapai tujuan atau ancaman tersebut dapat menimbulkan
keinginan. kemarahan.
Pasif Sikap permisif / pasif Salah satu alasan orang melakukan
15
adalah respon dimana permisif / pasif adalah karena takut /
individu tidak mampu malas / tidak mau terjadi konflik.
mengungkapkan perasaan
yang dialami , sifat tidak
berani mengemukakan
keinginan dan pendapat
sendiri, tidak ingin terjadi
konflik karena takut akan
tidak disukai atau
menyakiti perasaan orang
lain.
Agresif Sikap agresif adalah sikap Perilaku agresif sering bersifat
membela diri sendiri menghukum, kasar, menyalahkan, atau
dengan melanggar hak menuntut. Hal ini termasuk mengancam,
orang lain melakukan kontak fisik, berkata-kata
kasar, komentar menyakitkan dan juga
menjelek - jelekkan orang lain
dibelakang. Sikap agresif merupakan
perilaku yang menyertai marah namun
masih dapat dikontrol. Orang agresif
biasanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa
setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri.
Agresif memperlihatkan permusuhan,
keras dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata
ancaman tanpa niat melukai.Umumnya
klien masih dapat mengontrol perilaku
untuk tidak melukai orang lain.
Kekerasan Disebut sebagai gaduh Perilaku kekerasan ditandai dengan
gelisah atau amuk menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata
ancaman melukai disertai melukai di
16
tingkat ringan dan yang paling berat
adalah melukai merusak secara serius.
Klien tidak mampu mengendalikan diri .
mengamuk adalah rasa marah dan
bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan
ini, individu dapat merusak dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain
(Keliat, 2002).
2.1 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Psikologis
Psyschoanalytical Theory : Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup yang diekspresikan
dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan
agresivitas.
Frustation-agression Theory : Teori yang dikembangkan oleh pengikut
Freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu
tujuan mengalami hambatan, maka akan timbul dorongan agresif yang pada
gilirannya akan memotivasi prilaku yang dirancang untuk melukai orang atau
objek yang menyebabkan frustasi. Jadi, hampir semua orang melakukan tindakan
agresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif : mendukung
pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau pengalaman hidup. Ini
menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping
yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut :
1) Kerusakan otak organik dan retardasi mental sehingga tidak mampu untuk
menyelesaikan secara efektif
2) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada masa
kanak-kanak atau seduction parental yang mungkin telah merusak
hubungan saling percaya dan harga diri
17
3) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse atau
mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga membentuk pola
pertahanan atau koping.
b. Faktor Sosial Budaya
Sosial Learning Theory, teori ini mengemukakan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi
atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan, maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Jadi, seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan
emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya.
Pembelajaran ini bisa internal atau eksternal. Contoh internal : orang yang
mengalami keterbangkitan seksual karena menonton film erotis menjadi lebih
agresif dibandingkan mereka yang tidak menonton, seorang anak yang marah
karena tidak boleh beli es krim kemudian ibunya memberinya es agar si anak
berhenti marah. Anak tersebut akan belajar bahwa bila ia marah, maka ia akan
mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh eksternal : seorang anak menunjukkan
prilaku agresif setelah melihat seseorang dewasa mengekspresikan berbagai bentuk
perilaku agresif terhadap sebuah boneka. Kultural dapat pula mempengaruhi
perilaku kekerasan. Adanya norma membantu mendefinisikan ekspresi agresif
mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
c. Faktor Biologis
Penelitian neurobiology mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus binatang ternyata menimbulkan prilaku agresif.
Perangsangan yang diberikan terutama pada impuls periforniks hipotalamus dapat
menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya,
mendesis, mengeram, dan hendak menerkam tikus atau objek yang ada
disekitarnya. Jadi, terjadi kerusakan fungsi sistim limbic (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk
interprestasi indra penciuman dan memori). Neurotransmiter yang sering dikaitkan
dengan perilaku agresif: serotonin, dolpamin, norepinefrin, asetilkoin, dan asam
amino GABA. Factor-factor yang mendukung adalah : 1) masa kanak-kanak yang
tidak menyenangkan, 2) sering mengalami kegagalan, 3) kehidupan yang penuh
tindakan agresif, dan 4) lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat).
18
d. Perilaku
Reinforcment yang terima pada saat melakukan kekerasan dan sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Keliat, 1996).
19
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn ”H“
20
Klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik seperti aniaya kekerasan
dalam keluarga dan pernah memukul orang lain karena sering diejek.
Masalah keperwatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ( Tidak Ada )
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang di alami dirinya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenagkan,
namun menurut klien hal yang paling tidak menyenagkan adalah jauh dari
keluarganya, terutama ibunya.
IV. FISIK
1. Tanda-tanda vital
⮚ TD = 110/90 mmHg
⮚ N = 96 x/m
⮚ S = 370C
⮚ RR = 20 x/m
2. Keluhan fisik ( Tidak Ada )
Masalah keperawatan : Tidak Ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
21
Keterangan :
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh
Klien mengatakan anggota tubuhnya baik dan klien menyukai tubuhnya apa
adanya
b. Identitas diri
Klien mengatakan anak terakhir dari 6 bersaudara. Klien bersekolah hanya
sampai SD, lalu bekerja sebagai buruh tani.
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak ke-6 dalam keluarga. Klien belum
menikah. Biasanya klien membantu pekerjaan ibunya di rumah seperti
mencuci, menyapu dan membantu ayahnya dalam beraktivitas karena
ayahnya dalam kondisi buta.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang berkumpul
bersama keluarganya dan bekerja serta menikah
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan orang lain
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan social
22
a) Orang yang terdekat
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien ikut berperan aktif dalam kegiatan kelompok.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain karena merasa malu, dan tidak pandai dalam memulai percakapan.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
4. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai – nilai islam dan
klien mengatakan shalat itu wajib.
b. Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah klien adalah shalat, dan tidak pernah lalai untuk shalat
Masalah Keperawatan : Tidak Ada.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, rambut lurus, kemudian menggunakan baju
yang seharusnya, dan mandi 2 kali dalam sehari. Klien cukup memperhatikan
penampilannya.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan keras, agak kacau serta terlihat cepat tersinggung
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat sehat dan selalu mengikuti kegiatan yang ada di rumah sakit
4. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa senang dan bahagia tinggal di Rumah Sakit.
5. Afek
Afek klien labil, cepat marah dan tersinggung.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Interaksi selama wawancara klien baik, namun kontak mata tajam.
23
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan aneh ataupun
melihat bayangan-bayangan aneh juga.
8. Proses pikir
Proses fikir klien adalah flight of ideas karena sering megganti topic
pembicaraan tanpa menyelesaikan topic pertama.
Masalah keperawatan : Waham
9. Isi Pikir
Klien mengatakan dirinya memiliki suatu ilmu dan pernah bekerja di luar
daerah serta menganggap dirinya memiliki kekuatan.
Masalah Keperawatan : Waham
10. Tingkat kesadaran
Compos mentis (Klien sadar akan dirinya)
Tingkat kesadaran klien baik dan klien tidak mengalami disorientasi terhadap
waktu, tempat dan orang. Buktinya klien masih mengingat tanggal masuk
rumah sakit dan dia tahu berada di ruang Angsoka.
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu menjelaskan
kegiatan sehari-hari dan juga menceritakan pengalaman-pengalaman saat
sebelum masuk rumah sakit.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi Klien baik karena masih dapat berhitung dan dapat
menjawab perhitungan sederhana yang diberikan perawat.
13. Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian klien mengalami gangguan penilaian ringan. Klien bisa
tidak bisa memilih antara dua pilihan.
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya sehat dan tidak semestinya dibawa ke Rumah Sakit.
24
Klien makan 3 kali sehari dengan tanpa bantuan.
2. BAK/BAB
Klien dapat defekasi atau berkemih tanpa bantuan dengan frekueansi kurang
lebih 4x sehari.
3. Mandi
Klien bisa mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari tanpa bantuan orang lain
4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian dengan rapi tanpa bantuan orang lain.
5. Istirahat dan tidur
Klien tidak mengalami gangguan tidur. Klien tidur siang 4-5 jam dan untuk
tidur malam 8-9 jam. Aktivitas sebelum tidur biasanya pasien hanya berjalan-
jalan dan mengobrol bersama teman sekamar maupun perawat.
6. Penggunaan obat
Untuk pengguanaan obat Klien tidak membutuhkan bantuan karena Klien
bisa melakukannya sendiri dan mengetahui obat-obat yang di konsumsi
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang pergi ke pusat kesehatan untuk memeriksakan diri.
8. Aktivitas di dalam rumah
Klien mampu melakukan kegiatan rumahan dengan baik misalnya, mononton
TV, menyiapkan makanan ataupun menjaga kerapian rumah.
9. Aktivitas di luar rumah
Klien masih dapat melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri seperti
berkendaraan ataupun berjalan-jalan dan mengobrol dengan keluarganya.
25
Klien mengatakan keluarga dan saudaranya mendukung untuk
kesembuhannya
b. Masalah hubungan dengan lingkungan
Klien megatakan mengalami masalah dengan lingkungan karena sering
diejek dan ingin memukul orang-orang yang mengejeknya.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan putus sekolah sejak kelas 5 SD.
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien tidak mengalami masalah dalam bekerja
e. Masalah ekonomi
Klien mengatakan hidupnya dan keluarganya masih mampu dan
berkecukupan.
26
2 DS :Klien mengatakan dirinya memiliki
suatu ilmu, pernah bekerja di luar
daerah, serta menganggap dirinya
Waham kebesaran
memiliki kekuatan
DO : Proses fikir flight of ideas, berkata
tidak sesuai kenyataan, cepat
tersinggung.
Perilaku Kekerasan
Waham : Kebesaran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
27
saling percaya kepada berinteraksi
percaya perawat: o Perkenalkan nama,
o Wajah cerah, nama panggilan
28
lingkunganny
a
3. Klien dapat 3. Klien 3. Bantu klien
mengidentifika menceritakan mengungkapkan tanda-
si tanda-tanda keadaan tanda perilaku
perilaku o Fisik : mata kekerasan yang
kekerasan merah, dialaminya:
tangan o Motivasi klien
mengepal, menceritakan kondisi
ekspresi fisik saat perilaku
tegang, dan kekerasan terjadi
lain-lain. o Motivasi klien
o Emosional : menceritakan kondisi
perasaan emosinya saat terjadi
marah, perilaku kekerasan
jengkel, o Motivasi klien
bicara kasar. menceritakan kondisi
o Sosial : psikologis saat terjadi
bermusuhan perilaku kekerasan
yang o Motivasi klien
dialami saat menceritakan kondisi
terjadi hubungan dengan
perilaku orang lainh saat
kekerasan. terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien dapat 4. Klien 4. Diskusikan dengan klien
mengidentifika menjelaskan: perilaku kekerasan yang
si jenis perilaku o Jenis-jenis dilakukannya selama ini:
kekerasan yang ekspresi o Motivasi klien
pernah kemarahan menceritakan jenis-
dilakukannya yang selama jenis tindak
ini telah kekerasan yang
29
dilakukannya selama ini permah
o Perasaannya dilakukannya.
saat o Motivasi klien
melakukan menceritakan
kekerasan perasaan klien
o Efektivitas setelah tindak
cara yang kekerasan tersebut
dipakai terjadi
dalam o Diskusikan apakah
menyelesaika dengan tindak
n masalah kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang dialami
teratasi.
5. Klien dapat 5. Klien 5. Diskusikan dengan klien
mengidentifika menjelaskan akibat negatif (kerugian)
si akibat akibat tindak cara yang dilakukan
perilaku kekerasan yang pada:
kekerasan dilakukannya o Diri sendiri
o Diri sendiri : o Orang lain/keluarga
luka, dijauhi o Lingkungan
teman, dll
o Orang
lain/keluarga
: luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak
dll
6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan dengan klien:
30
mengidentifika o Menjelaskan o Apakah klien mau
si cara cara-cara mempelajari cara
konstruktif sehat baru mengungkapkan
dalam mengungkap marah yang sehat
mengungkapka kan marah o Jelaskan berbagai
n kemarahan alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
o Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
⮚ Cara fisik: nafas
dalam, pukul
bantal atau
kasur, olah raga.
⮚ Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang
lain.
⮚ Sosial: latihan
asertif dengan
orang lain.
⮚ Spiritual:
sembahyang/do
a, zikir, meditasi,
31
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-masing
7. Klien dapat 7. Klien 7. 1. Diskusikan cara yang
mendemonstra memperagakan mungkin dipilih dan
sikan cara cara anjurkan klien
mengontrol mengontrol memilih cara yang
perilaku perilaku mungkin untuk
kekerasan kekerasan: mengungkapkan
o Fisik: tarik kemarahan.
nafas dalam, 7.2. Latih klien
memukul memperagakan cara
bantal/kasur yang dipilih:
o Verbal: o Peragakan cara
mengungkapk melaksanakan cara
an perasaan yang dipilih.
kesal/jengkel o Jelaskan manfaat cara
pada orang tersebut
lain tanpa o Anjurkan klien
menyakiti menirukan peragaan
o Spiritual: yang sudah dilakukan.
zikir/doa, o Beri penguatan pada
meditasi klien, perbaiki cara
sesuai yang masih belum
agamanya sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih
saat marah/jengkel
8. Klien 8. Klien 8.1. Jelaskan manfaat
menggunakan menjelaskan: menggunakan obat
32
obat sesuai o Manfaat secara teratur dan
program yang minum obat kerugian jika tidak
telah o Kerugian tidak menggunakan obat
ditetapkan minum obat 8.2. Jelaskan kepada klien:
o Nama obat o Jenis obat (nama,
diberikan klien
33
Tgl Dx 2 Perencanaan Paraf
Kepera
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
watan
02/0 Ganggua TUM : Klien dapat 1.1 Setelah ... X 1.1 Bina hubungan 1.2
1/20 n proses mengontrol interaksi klien : saling percaya
16 pikir : wahamnya a. Mau menerima dengan klien
34
pikiran klien berulang dalam yang dialami selama
pikirannya ini termasuk
hubungan dengan
orang yang berarti,
lingkungan kerja,
sekolah, dsb
b. Dengarkan
pernyataan klien
dengan empati tanpa
mendukung atau
menentang
pernyataan
wahamnya
c. Katakan perawat
dapat memahami apa
yang diceritakan
klien
TUK : 1.3 Setelah ... X 1.3 Bantu klien 1.4
Klien dapat interaksi klien mengidentifikasi
mengidentifikasi a. Dapat menyebutkan kebutuhan yang
35
harapan yang belum
terpenuhi
c. Diskusikan cara-cara
mengatasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
dan kejadian
traumatik
d. Diskusikan dengan
klien antara
kejadian-kejadian
tersebut dengan
wahamnya
TUK : 1.4 Setelah ... X 1.4 Bantu klien 1.5
Klien dapat interaksi klien mengidentifikasi
mengidentifikasi menyebutkan keyakinan yang
36
e. Bantu klien
membedakan situasi
nyata dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien
TUK: 1.5 Setelah ... X 1.5 Diskusikan tentang 1.8
Klien dapat interaksi klien pengalaman-
mengidentifikasi menjelaskan pengalaman yang
37
TUK 1.6 Setelah ...X 1.8 Diskusikan hobi atau 1.14
Klien dapat interaksi klien aktivitas yang
melakukan teknik melakukan aktivitas disukainya
38
obat dengan baik mendemonstrasikan kerugian tidak
penggunaan obat minum obat
dengan baik 1.15 Pantau klien saat
1.8 Setelah ... X penggunaan obat,
interaksi klien beri pujian jika klien
menyebutkan akibat menggunakan obat
berhenti minum dengan benar
obat tanpa 1.16 Diskusikan
konsultasi dengan akibat klien berhenti
dokter minum obat tanpa
konsultasi dengan
dokter
1.17 Anjurakan klien
untuk konsultasi jika
terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
39