Anda di halaman 1dari 15

3

Pendahuluan
Latar belakang masalah ETIOLOGI
Dalam era modernisasi kemajuan di
bidang teknologi transportasi dan semakin 1. Penyebab trauma penetrasi
berkembangnya mobilitas manusia berkendara 2. Penyebab trauma non penetrasi
di jalan raya menyebabkan kecelakaan yang
terjadi semakin meningkat serta angka kematian PATOFISIOLOGI
semakin tinggi. Trauma pada penduduk
Indonesia masih tetap merupakan penyebab Jika terjadi trauma penetrasi atu non penetrasi
kematian pada seluruh kelompok umur di bawah kemungkinan terjadi perdarahan intra abdomen
umur 45 tahun. Lebih dari seper dua pasien- yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-
pasien trauma merupakan akibat kecelakaan lalu tanda iritasi yang di sertai penurunan hitung sel
lintas, selebihnya akibat terjatuh, luka tembak darah merah yyang akhirnya gambaran klasik syok
dan luka tusuk, keracunan luka bakar dan hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami
tenggelam. perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda
kepala divisi hubungan masyarakat iritasi peritoneum cepat tampak. Tanda-tanda dalam
(kadiv Humas) menyatakan, sebanyak 1.547 jiwa trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri
meninggal dunia akibat korban kecelakaan lalu spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa
lintas di seluruh Indonesia sejak awal Januari bising usus bila telah terjadi peritonitis umum. Bila
2012. Angka kecelakaan lalu lintas cukup tinggi syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi
dan menonjol, datanya selama satu setengah dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat
bulan ada 9.884 kasus, meninggal dunia 1.547 leukositosis. Biasanya tanda- tanda peritonitis
jiwa, luka berat 2.562 jiwa dan luka ringan 7.564 mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi
jiwa, Salah satu kematian akibat kecelakaan kecil hanya tanda- tanda tidak khas yang muncul.
adalah di akibatkan trauma abdomen. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga
Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab abdomen, maka operasi harus di
kematian 75% trauma tumpul abdomen, trauma lakukan(sjamsuhidayat, 2010).
MANIFESTASI KLINIS
abdomen merupakan penyebab terbanyak
kehilangan nyawa yang bersifat tragis, trauma Klinis kasus trauma abdomen ini bias
abdomen yang tidak di ketahui masih tetap menimbulkan manifestasi klinis
menjadi momok sebagai penyebab kematian menurut(sjamsuhidayat, 2010), melliputi : nyeri
yang seharusnya bisa di cegah.. (Depkes RI tekan diatas daerah abdomen, demam, anorexia,
2012) mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, nyeri spontan. Pada trauma non penetrasi
Dalam kasus ini “ waktu adalah nyawa” (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya
dimana di butuhkan suatu penanganan yang terdapat adanya jejas atau ruptur di bagian dalam
profesional yaitu cepat, tepat cermat dan akurat abdomen: terjadi perdarahan intra abdominal.
baik di tempat kejadian (pre hospital), Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus
transportasi sampai tindakan definitif di rumah terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan
sakit. biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
Perawat merupakan ujung tombak dan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
berperan aktif dalam memberikan pelayanan Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai
membantu klien mengatasi permasalahan yang beberapa jam setelah trauma. Cedera serius dapat
di rasakan baik dari aspek psikologis maupun terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada
aspek fisiologi secara komprehensif. dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya
Berdasarkan kasus yang penulis temukan di terdapat : terdapat luka robekan pada abdomen,
RSUD Dr. Moewardi yaitu di ruang Intensive Care luka tusuk sampai menembus abdomen, biasanya
Unit terdapat 12 pasien yang mengalami trauma organ yang terkene penetrasi bias perdarahan/
abdomen, memperparah keadaan keluar dari dalam abdomen.
KOMPLIKASI
TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN Menurut smeltzer(2001) komplikasi yang di
sebabkan karena adanya trauma pada abdomen
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok
yang mengakibatkan cedera (sjamsuhidayat, 2010). hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat terjadi
infeksi, thrombosis vena,emboli pulmonar, stress
ulserasi dan perdarahan, pneumonia, tekanan tetapi karena keterbatasan sarana dan
ulserasi, ateletasis maupun sepsis. prasarana pasien lalu di rujuk ke RSDM
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK dengan suspect perdarahan intra
abdomen
Pemeriksaan rektum,Laboratorium c. Riwayat penyakit dahulu
Radiologi, IVP/sistogram, Parasentesis perut, Klien tidak mempunyai riwayat hipertensi,
Lavase peritoneal Diabetes Mellitus, jatung, asma dan
PENATALAKSANAAN alergi.
Menurut FKUI (2001) penatalaksanaan d. Riwayat penyakit keluarga
kedaruratan yang di lakukan pada pasien trauma Didalam keluarga tidak ada riwayat
abdomen adalah mengkaji ABCDE, lalu hipertensi, diabetes mellitus, atau
Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung penyakit manular dan berbahaya lainnya.
dan mencegah aspirasi, Kateter dipasang untuk
mengosongkan kandung kencing dan menilai urin
4. Pengkajian fungsional menurut Gordon
yang keluar (perdarahan).
(post operasi hari 1)
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal :
syok , bising usus tidak terdengar . prolaps visera Pasien mengatakan sakit ini adalah
melalui luka tusuk , darah dalam lambung, buli-buli, cobaan dari allah selama ini hanya kalau
rektum , udara bebas intraperitoneal , lavase sakit diobatkan di puskesmas saja,
peritoneal positif , cairan bebas dalam rongga perut. b. Pola nutrisi/metabolic
DIAGNOSA KEPERAWATAN Pada post operasi hari 1 klien masih
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dianjurkan untuk puasa
dengan perdarahan, Nyeri berhubungan dengan Intake makanan: -
adanya trauma abdomen atau luka penetrasi Intake cairan: klien mendapat terapi
abdomen,Resiko infeksi berhubungan dengan cairan RL 500ml , feeding test 20 tetes /
tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan menit
tubuh , c. Pola eliminasi
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan - Buang air besar:
kelemahan fisik Pasien belum BAB sejak 2 hari yang
lalu
RESUME KEPERAWATAN - Buang air kecil
Pasien BAK lewat DC 600cc sejak pkl
A. PENGKAJIAN 07.00-14.00
d. Pola tidur dan istirahat
1. Keluhan utama
Selama sakit dalam sehari pasien biasa
tidur 6-8 jam, dan tidak ada gangguan
Klien mengeluh Nyeri pada abdomen post operasi selama tidur
laparatomi e. Pola persepsual
P: saat di gerakkan pasien tidak ada gangguan penurunan
Q: tertusuk-tusuk penglihatan, gangguan pendengaran,
R: Abdomen gangguan pengecapan dan tidak ada
S: 6 gangguan sensasi.
T: hilang timbul f. Pola persepsi diri
2. Alasan masuk ICU pasien ingin segera cepat sembuh, agar
Post laparatomi atas indikasi internal dapat berkumpul dengan keluarga dan
bleebing dapat melakukan aktifitas seperti biasanya
3. Riwayat Penyakit g. Pola seksualitas dan reproduksi
a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mempunyai 1 orang anak,
b. ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit klien sekarang berusia 36th tahun (sudah
sedang menebang pohon dan kemudian berkeluarga).
pasien ttertimpa balok kayu pada perut, h. Pola peran hubungan
setelah kejadian kemudian pasien di menurut pengakuan klien dan keluarga,
bawa ke RSU Medika Mulya wonogiri, komunikasi dengan orang lain baik, dan
biasa berkomunikasi menggunakan Klien tidak mempunyai alergi
bahasa jawa. Hubungan dengan orang terhadap obat-obatan, makanan,
lain tidak ada masalah. minuman dan lingkungan.
i. Pola managemen koping-stes 2) Medikasi
Pasien megatakan sedih karena sakit Sebelum dibawa ke RS (Rumah
dan harus di rawat di RS. Tetapi pasien Sakit), klien tidak mengkonsumsi
dapat menerima keadaan ini dengan obat-obatan apapun dari dokter
ikhlas maupun apotik.
j. Sistem nilai dan keyakinan 3) Past ilness
klien beragama Islam, tetapi belum Sebelum dibawa ke RS, klien tidak
menjalankan kewajiban sholat, tetpi mengalami sakit.
setelah nanti sembuh ia akan memulai 4) Last meal
sholat. “ Saya tahu kewajiban umat Islam Klien terakhir mengkonsumsi nasi dan
harus menjalankan Sholat dan saya sayur ± 40 jam yang lalu.
sudah bisa, hanya belum menjalankan”. 5) Environment
5. Pengkajian Primer Klien tinggal di rumah sendiri
bersama istri dan anaknya di
a. Airway lingkungan padat penduduk, tempat
Tidak Terdapat penumpukan sekret di tinggal cukup dengan ventilasi, lantai
jalan nafas, bunyi nafas ronchi, lidah sudah di keramik, pencahayaan
tidak jatuh ke belakang, jalan nafas cukup, terdapat saluran untuk limbah
bersih. rumah tangga (selokan).
b. Breathing b. Pemeriksaan Head to Toe
Frekuensi pernafasan (Respiratory rate) 1) Kepala
23 x/menit, irama nafas teratur, tidak Bentuk mesocepal, rambut hitam,
menggunakan otot bantu pernafasan, lurus, tidak ada hematoma maupun
suara nafas vesikuler (lapang paru kanan jejas,
dan kiri), SpO2: 95%, klien terpasang 2) Mata
NRM (Non Rebreathing Mask) O2 3 lpm. Pupil isokor, ukuran 3mm/ 3mm,
c. Circulation simetris kanan-kiri, sklera tidak ikterik,
Nadi karotis dan nadi perifer teraba kuat, konjungtiva tidak anemis, reaksi
capillary refill kembali dalam 3 detik, akral terhadap cahaya baik, tidak
dingin, tidak sianosis, kesadaran menggunakan alat bantu penglihatan.
somnolen. 3) Hidung
Tanda-tanda vital: Bentuk simetris, tidak ada polip
TD (Tekanan Darah) : 100/70 mmHg N (Nadi): 89 x/memniat upun sekret, terpasang NRM
3
RR (Respiratory Rate) : 23 x/menit S (Suhu) : 370Clpm, dan terpasang NGT (Naso
d. Disability Gastric Tube).
Kesadaran compos mentis dengan GCS 4) Telinga
= E4V5M5 = 14 Simetris kanan-kiri, tidak ada
E4 = dapat membuka mata secara penumpukan serumen, tidak
spontan menggunakan alat bantu
V5 = dapat bberbicara secara teratur pendengaran.
M5 = Mengidentifikasi nyeri yang 5) Mulut
terlokalisasi tidak ada perdarahan pada gusi,
e. Exposure mukosa bibir kering, tidak ada
Integritas kulit baik, ada luka bekas post sariawan, tidak menggunakan gigi
operasi laparatomi hari 1, tertutup kassa palsu, dan tidak terdapat lesi.
steril dengan panjang 7cm, capillary refill 6) Leher
kembali dalam 3 detik. Tidak terjadi pembesaran kelenjar
6. Pengkajian Sekunder tyroid, tidak ada peningkatan JVP
a. AMPLE (Jugularis Vena Presure).
1) Alergi 7) Pernafasan (paru)
I : Pengembangan dada simetris
antara kanan- kiri, tidak
menggunakan otot bantu operasi fisik
pernafasan, RR:23x/ menit. P: saat di (Luka
P : Sonor seluruh lapang paru gerakkan post
P : Fremitus vokal sama antara Q: tertusuk-tusuk operasi
kanan- kiri. R: abdomen hari 1)
A : vesikuler S: 6
8) Sirkulasi (jantung) T: hilang timbul
I : Ictus cordis tidak tampak DO: klien mringis
P : Ictus cordis teraba kuat di mid nampak menehan
klavikula intercosta V sinistra nyeri
P : Pekak - Tegang
A : Bunyi jantung (S1- S2) reguler, - TD : 100/70
tidak ada suara jantung mm/Hg
tambahan. R: 23x/m
9) Abdomen N:89x/m
I : Perut datar, terdapat luka post
operasi laparatomi hari 1 ,
tertutup dengan kain steril 7cm. S: 37oC SPO2
klien terpasang drain, jumlah : 95%
pengeluaran darah pada drain ±
4cc Ds: -
A : Peristaltik usus 4x/ menit DO : terdapat luka
P : mengalami nyeri tekan pada post op hari 1.luka
luka bekas operasi , hepar dan bersih, kering, tidak
lien tidak teraba. ada pengeluaran Tidak
P : Tympani cairan maupun pus, infeksi adekuat
10) Genitoririnaria luka di tutup dengan pertahan
Bersih, terpasang DC (Dower kassa steril,tidak an
Cateter) sejak tanggal 7 Juli 2012 ada tanda-tanda primer
11) Kulit infeksi, tidak ada dan
Turgor kulit elastis, kembali kurang kemerahan, sekunder
dari 3 detik, tidak ada lesi, tidak ada bengkak, panas,
kelainan pada kulit. maupun fungsiolesa
12) Ekstremitas - Leukosit :
Ekstremitas atas: kekuatan otot (4), 12,4ribu/u
tidak oedema, capillary refill 3 detik, l
terpasang infus RL di tangan kanan - Hemoglobi
Ekstremitas bawah : kekuatan otot n 10.2
(4), tidak oedema, capillary refill 3 g/dl
detik, Ds : pasien
7. Pemeriksaan Tersier mengatakan
8. Hasil radiologi USG abdomen tgl 8 juli 2012 semua
kebetuhan Intolerans Kelemah
Kesan :
ADL di bantu i aktifitas an fisik
- tampakgambaran udara bebas di
perawat dan
hemidiafragma kanan
keluarga
- Tampak cairan bebas di marrison
Do: ADL di bantu
pouch, splenorenal space dan
perawat dan
paravesika space. keluarga
- Kekuatan
ANALISA DATA otot 4-
TANGG DATA MASAL ETIOLO
AL AH GI Pasien lemas
9-7-2012 DS: klien mengeluh Nyeri Agen
nyeri pada luka post akut injury
Dari analisa data diatas diagnosa keperawatan O: terdapat luka post op hari
yang muncul adalah sebagai berikut: 2 1.luka bersih, kering, tidak ada Iva
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik pengeluaran cairan maupun
(luka post op hari 1) pus, luka di tutup dengan kassa
2. infeksi berhubungan dengan tidak adekuat steril,tidak ada tanda-tanda
pertahanan primer dan sekunder infeksi, tidak ada kemerahan,
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bengkak, panas, maupun
kelemahan fisik fungsiolesa
- perawat selalu melakukan
EVALUASI cuci tangan sebelum dan
Hari/tgl No.dx Evaluasi Ttd sesudah melakukan tindakan
Senin 1 Iva keperawatan kepada pasien
9/7/12 S: klien mengeluh nyeri pada
14.00 luka post operasi hari 1 A: masalah keperawatan untuk
P: saat di gerakkan diagnosa infeksi
Q: tertusuk-tusuk keperawatan teratasi
R: abdomen sebagian
S: 6 - luka bersih, kering,
T: kadang-kadang tidak ada pengeluaran
O: klien mringis nampak cairan maupun pus,
menehan nyeri luka di tutup dengan
- Tegang kassa steril,tidak ada
tanda-tanda infeksi,
- TD 100/70mmHg, tidak ada kemerahan,
Nadi 89 x/menit, RR bengkak, panas,
23x/menit, Suhu 37°c maupun fungsiolesa

- Memberikan injeksi - CEfotaxim 1gr masuk


morfin 500mg sesuai program

- klien mengatakan mau - perawat selalu


di ajari relaksasi nafas melakukan cuci
dalam tangan sebelum dan
sesudah melakukan
A; masalah keperawatan untuk tindakan keperawatan
diagnosa keperawatan nyeri kepada pasien
akut teratasi sebagian
- klien mamu P: lanjutkan intervensi
melakukan relaksasi - observanda dan gejala
nafas dalam infeksi seperti
kemerahan , panas,
P: Lanjutkan intervensi nyeri, tumor dan
- kaji skala nyeri secara adanya fungsiolesa
komprehensif
- ukur temperature klien
- ajarkan relaksasi
progresif - observasi nilai
laboratorium( l
- kolaborasi dalam eukosit)
pemberian anlgetik
- cuci tangan sebelum
- berikan lingkungan dan sesudah
dengan stimulus melakukan tindakan
rendah keperawatan
S: - - berikan terapi
antibiotic sesuai
intruksi

3 S: Klien mengatakan ADL di


bantu oleh keluarga dan Iva
perawat
O: perawat menyibin klien
- memberikan feeding
test D5% 500cc via IV
20 tetes/menit

A: masalah keperawatan untuk


diagnose keperawatan
intoleransi aktifitas belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
- berikan periode
aktivitas selama
beraktivitas

- pantau TTV sebelum


dan setelah
beraktivitas

- astikan perubahan
posisi klien secara
bertahan

- monitor intake nutrisi


untuk memastikan
sumber-sumber energi

Selasa 1 S: klien mengeluh nyeri pada Iva


10/7/12 luka post operasi hari ke 2
P: saat di gerakkan
Q: tertusuk-tusuk
R: abdomen
S: 5
T: kadang-kadang
O: klien lebih relaks
TD : 110/80 mm/Hg R:
o
22 x/N: 90x/m S: 37 C
- Memberikan injeksi
morfin 500mg

- klien mengatakan mau


di ajari relaksasi
progresif

A; masalah keperawatan untuk


diagnosa keperawatan nyeri
akut teratasi sebagian
- klien mampu
melakukan relaksasi
nafas dalam
- skala nyeri berkurang

- klien lebih relaks

P: Lanjutkan intervensi
- kaji skala nyeri secara
komprehensif

- ajarkan relaksasi
progresif

- kolaborasi dalam
pemberian anlgetik

- berikan lingkungan
dengan stimulus
rendah

S: -
2 O: terdapat luka post op hari 2 Iva
.luka bersih, kering, tidak ada
pengeluaran cairan maupun
pus, luka di tutup dengan kassa
steril,tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada kemerahan,
bengkak, panas, maupun
fungsiolesa
- perawat selalu melakukan
cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
keperawatan kepada pasien

A: masalah keperawatan untuk


diagnosa keperawatan
infeksi teratasi sebagian
- luka bersih, kering,
tidak ada pengeluaran
cairan maupun pus,
luka di tutup dengan
kassa steril,tidak ada
tanda-tanda infeksi,
tidak ada kemerahan,
bengkak, panas,
maupun fungsiolesa

- Memberikan
metronidazole 500ml

- perawat selalu
melakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
melakukan tindakan
keperawatan kepada
pasien

P: lanjutkan intervensi
- observanda dan gejala
infeksi seperti
kemerahan , panas,
nyeri, tumor dan
adanya fungsiolesa

- . ukur temperature
klien

- observasi nilai
laboratorium(
leukosit)

- cuci tangan sebelum


dan sesudah
melakukan tindakan
keperawatan

- berikan terapi
antibiotic sesuai
intruksi

S: - Iva
3 O: perawat menyibin klien
- perawat memberikan
sonde 200 cc pada
klien

- klien sudah mampu


miring kanan miring
kiri

A: masalah keperawatan untuk


diagnose keperawatan
intoleransi aktifitas teratasi
sebagian
- klien sudah bisa di
berikan sonde
Iva
- klien sudah mampu
miring kanan miring
kiri

P: lanjutkan intervensi
- berikan periode
aktivitas selama
beraktivitas

- pantau TTV sebelum


dan setelah
beraktivitas

- astikan perubahan
posisi klien secara
bertahan

- monitor intake nutrisi


untuk memastikan
sumber-sumber energy

S: klien mengatakan nyeri


Rabo 1 berkurang pada post operasi
11/7/12 hari ke 3
P: saat di gerakkan Iva
Q: tertusuk-tusuk
R: abdomen
S: 4
T: kadang-kadang
O: klien relaks
- TD : 110/80 mm/Hg
R: 20 x/N:
90x/m S: 37oC

- klien mengatakan
mampu melakukan
nafas dalam dan
relaksasi progresif

- klien relaks

A; masalah keperawatan untuk


diagnosa keperawatan nyeri
akut teratasi sebagian
- klien mampu
melakukan relaksasi
nafas dalam dan
relaksasi progresif

- skala nyeri berkurang

- klien relaks

P: Lanjutkan intervensi
- kaji skala nyeri secara
komprehensif

- berikan lingkungan
dengan stimulus
rendah

S: -
2 O: terdapat luka post op hari
3.luka bersih, kering, tidak ada Iva
pengeluaran cairan maupun
pus, luka di tutup dengan kassa
steril,tidak ada tanda-tanda
infeksi, tidak ada kemerahan,
bengkak, panas, maupun
fungsiolesa
- perawat selalu melakukan
cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
keperawatan kepada pasien
- AL : 11,5 ribu/ul porsi
- HB : 10,5 g/dl - Klien sudah mampu
miring kanan miring
A: masalah keperawatan untuk kiri
diagnosa infeksi
keperawatan teratasi A: masalah keperawatan untuk
sebagian diagnose keperawatan
- luka bersih, kering, intoleransi aktivitas teratasi
tidak ada pengeluaran sebagian
cairan maupun pus, P: lanjutkan intervensi
luka di tutup dengan - berikan periode
kassa steril,tidak ada aktivitas selama
tanda-tanda infeksi, beraktivitas
tidak ada kemerahan,
bengkak, panas, - pantau TTV sebelum
maupun fungsiolesa dan setelah
beraktivitas
- perawat selalu
melakukan cuci tangan - pastikan perubahan
sebelum dan sesudah posisi klien secara
melakukan tindakan bertahan
keperawatan kepada
pasien - monitor intake nutrisi
untuk memastikan
- Ciprofloxaxin 400mg sumber-sumber energy

- Memberikan
metronidazole 500ml PEMBAHASAN
masuk sesuai advise
dokter Pengkajian
P: lanjutkan intervensi Pengkajian ini di lakukan dengan cara
- observanda dan gejala wawncara, observasi, pemeriksaan fisik dan
infeksi seperti studi kasus. Hasil dari pengkajian pada tanggal
kemerahan , panas, 9 juli 2012 di dapatkan data subjektif pasien
nyeri, tumor dan mengatakan mengeluh nyeri pada luka post
adanya fungsiolesa operasi hari 1, nyeri bertambah saat di buat
bergerak, rasanya seperti tertusuk-tusuk pada
- . ukur temperature
abdomen dengan skala nyeri 6 nyeri dirasakan
klien
hilang timbul, pasien mengatakan ADL di bantu
- observasi nilai keluarga dan perawat Sedangkan data objektif
laboratorium( adalah klien meringis nampak menahan nyeri,
leukosit) klien tegang, terdapat luka post op hari 1.luka
bersih, kering, tidak ada pengeluaran cairan
- berikan terapi maupun pus, luka di tutup dengan kassa
antibiotic sesuai steril,tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada
intruksi kemerahan, bengkak, panas, maupun
fungsiolesa di dapatkan data laborat tgl 9 juli
S: - 2012 angka leukosit 12,5 ribu/ul, Hemoglobin
3 O: perawat menyibin klien 10,2 g/dl . Semua kebutuhan ADL klien di bantu
- klien sudah dapat oleh keluarga dan perawat, pasien lemas,
makan diit BN kekuatan otot 4
Diagnosa
- Klien menghabiskan
diit makan habis ½
Diagnosa 1 nyeri (McCaffery & Pasero, 1999).sesuai dengan
jurnal systematic review of relaxation
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury interventions for pain (2006) menyebutkan bahwa
fisik( luka post operasi hari 1) memberikan tehnik relaksasi progresif. teknik
International Association for the Study of Pain, relaksasi telah lama dipraktekkan untuk berbagai
IASP (2011) mendefinisikan nyeri sebagai suatu keperluan yang berhubungan dengan kesehatan,
pengalaman sensori dan emosional yang tidak dan survei nasional terbaru menunjukkan
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan peningkatan dalam penggunaan relaksasi
jaringan aktual atau potensial atau yang (Eisenberg et al, 1998;.. Kessler et al, 2001).
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana Untuk terapi analgetik farmakologi pada
terjadi kerusakan. Dijelaskan dalam Smeltzer & nyeri akut post operasi obat-obatan
Bare (2002) bahwa nyeri pasca operasi muncul golongan Opioid Kuat, misalnya Morfin
disebabkan oleh rangsangan mekanik luka yang Evaluasi terakhir dilakukan pada tanggal 11
menyebabkan tubuh menghasilkan mediator- juli 2012 pkl 19.00 untuk diagnosa nyeri akut
mediator kimia nyeri. Intesitas bervariasi mulai berhubungan dengan agen injury fisi( luka post
dari nyeri ringan sampai nyeri berat namun operasi hari 1) dengan klien mengatakan nyeri
menurun sejalan dengan proses penyembuhan berkurang pada post operasi hari ke 3, nyeri
(Potter & Perry, 2006). Jika nyeri akut tidak bertambah saat di gerakkan terasa tertusuk-tusuk
dikontrol dapat menyebabkan proses rehabilitasi di bagian abdomen dengan skala 4, nyeri di
pasien tertunda dan hospitalisasi menjadi lama. rasakan hilang timbul, klien lebih relaks, klien
Hal ini karena pasien memfokuskan semua mampu melakukan relaksasi progresif dan nafas
perhatiannya pada nyeri yang dirasakan dalam
(Smeltzer & Bare, 2002). Diagnosa II
Diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan
data yang telah diperoleh yaitu. pasien infeksi berhubungan dengan inadekuat
mengatakan mengeluh nyeri pada luka post p e r t a h a n a n p r i m e r da n
operasi hari 1, nyeri bertambah saat di buat sekunder.
bergerak, rasanya seperti tertusuk-tusuk pada
abdomen dengan skala nyeri 6 nyeri dirasakan Infeksi adalah proses invasif oleh
hilang timbul klien meringis nampak menahan mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam
nyeri,klien tegang dengan TD 130/80mmHg, tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry,
Nadi 99 x/menit, RR 23x/menit, Suhu 37°c. 2005). Data yang didapat pada saat
Untuk mengatasi masalah dari diagnosa nyeri pengakajian adalah terdapat luka post operasi
akut berhubungan dengan agen injury fisik( luka hari 1.luka bersih, kering, tidak ada pengeluaran
post operasi hari 1) penulis merencanakan cairan maupun pus, luka di tutup dengan kassa
tindakan keperawatan yaitu kaji skala nyeri steril,tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada
secara komprehensif, relaksasi dan distraksi, kemerahan, bengkak, anas, maupun
lingkungan yang nyaman, observasi isyarat- fungsiolesa di dapatkan data laborat tgl 9 juli
isyarat non verbal klien, dan kolaborasi dengan 2012 Angka leukosit 12, 5 ribu/ul, Hemoglobin
dokter dalam pemberian analgetik. Nanda(2009) 10,2 g/dl.
Implementasi yang telah dilakukan untuk
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen injury fisik( luka post operasi hari 1) Diagnosa infeksi berhubungan dengan
adalah memberikan tindakan keperawatan tehnik inadekuat pertahanan primer dan sekunder
non farmakologi yaitu relaksasi progresif, penulis melakukan rencana tindakan
Relaksasi didefinisikan sebagai keadaan keperawatan selalu mencuci tangan sebelum
kebebasan relatif dari kedua kecemasan dan dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
ketegangan otot rangka, yang dinyatakan kepada pasien, mengkaji keadaan luka pasien,
sebagai ketenangan, kedamaian, dan menjadikan melakukan perawatan luka dengan prinsip
seseorang menjadi tenang (McCaffery & Beebe, steril, memantau perkembangan laboratorium
1989). Relaksasi dihipotesiskan mempengaruhi terkait angka leukosit. Nanda(2009)
rasa sakit dengan mengurangi permintaan
oksigen jaringan dan menurunkan tingkat bahan Implementasi yang telah dilakukan untuk
kimia seperti asam laktat yang dapat memicu diagnosa infeksi berhubungan pord de entry
adalah menurut nanda (2009) penulis
memberikan antibiotic metronidazole. Hal ini menghabiskan diit makan habis ½ porsi,
sejalan oleh Anonymous Nursing (2010) dalam Klien sudah mampu miring kanan miring kiri
jurnalnya yang berjudul “Hand Washing : First
defense against” yang menyatakan bahwa cuci SIMPULAN DAN SARAN
tangan dilakukan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien. Mencuci tangan mengurangi Simpulan
jumlah pathogen. Sesuai dengan penelitian
Rudi (2009) menyebutkan bahwa dengan tidak Penanganan pada kasus pasien trauma
cuci tangan , tidak melakukan prinsip steril abdomen post laparotomi secara garis besar
pada setiap tindakan,maupun dalam Untuk mengatasi masalah dari diagnosa nyeri
perawatan luka dapat meningkatkan akut berhubungan dengan agen injury fisik( luka
penyebaran infeksi. post operasi hari 1) penulis melakukan tindakan
- Evaluasi terakhir dilakukan pada keperawatan yaitu kaji skala nyeri secara
tanggal 11 juli 2012 pkl 19.00Untuk diagnosa komprehensif, memberikan relaksasi dan
infeksi berhubungan dengan inadekuat distraksi, lingkungan yang nyaman,
pertahanan primer dan sekunder dengan di mengobservasi isyarat-isyarat non verbal klien,
dapatkan hasil evaluasi luka bersih, kering, dan berkolaborasi dengan dokter dalam
tidak ada pengeluaran cairan maupun pus, pemberian analgetik. Dengan hasil evaluasi klien
luka di tutup dengan kassa steril,tidak ada mengatakan nyeri berkurang pada post operasi
tanda-tanda infeksi, tidak ada kemerahan, hari ke 3, nyeri bertambah saat di gerakkan
bengkak, panas, maupun fungsiolesa dan terasa tertusuk-tusuk di bagian abdomen dengan
perawat selalu melakukan cuci tangan skala 4, nyeri di rasakan hilang timbul, klien lebih
sebelum dan sesudah melakukan tindakan relaks, klien mampu melakukan relaksasi
keperawatan kepada pasien, hasil laborat tgl progresif dan nafas dalam
11 AL : 11,5 ribu/ul Hb : 10,5 g/d. Untuk mengatasi masalah selanjutnya yaitu
diagnosa infeksi berhubungan dengan
Diagnosa III Intolerans aktivitas inadekuat pertahanan primer dan sekunder
berhubungan dengan kelemahan fisik penulis melakukan tindakan keperawatan selalu
Menurut Nanda (2009), intoleransi aktifitas mencuci tangan sebelum dan sesudah
adalah ketidakcukupan energi secara melakukan tindakan keperawatan kepada
fisiologis maupun psikologis untuk pasien, mengkaji keadaan luka pasien,
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas melakukan perawatan luka dengan prinsip steril,
yang diminta atau aktifitas sehari-hari. Data memantau perkembangan laboratorium terkait
yang didapat pada saat pengakajian adalah angka leukosit. Evaluasi terakhir di dapatkan
Semua kebutuhan ADL klien di bantu oleh luka bersih, kering, tidak ada pengeluaran
keluarga dan perawat pasien lemas. cairan maupun pus, luka di tutup dengan kassa
Diagnosa intoleransi aktifitas steril,tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada
berhubungan dengan kelemahan fisik penulis kemerahan, bengkak, panas, maupun
merencanakan tindakan keperawatan fungsiolesa dan perawat selalu melakukan cuci
memantau tanda tanda vital sebelum dan tangan sebelum dan sesudah melakukan
sesudah melakukan aktivitas,memastikan tindakan keperawatan kepada pasien AL : 11,5
perubahan posisi klien secara bertahap, ribu/ul Hb : 10,5 g/dl
menentukan intake nutrisi untuk memastikan
sumber-sumber energy klien. Nanda(2009) Untuk mengatasi masalah selanjutnya yaitu
Istirahat total adalah salah satu diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan
implementasi yang dilakukan pada diagnose dengan kelemahan fisik enulis melakukan
intoleransi aktifitas.menurut Smeltzer (2003), tindakan keperawatan memantau tanda tanda
istirahat akan mengurangi kerja jantung, vital sebelum dan sesudah melakukan
meningkatkan tenaga cadangan jantung dan aktivitas,memastikan perubahan posisi klien
menurunkan tekanan darah. secara bertahap, menentukan intake nutrisi
Diagnosa intoleransi aktivitas untuk memastikan sumber-sumber energy klien
berhubungan dengan kelemahan fisik di . Nanda(2009).
dapatkan hasil evaluasi klien klien sudah
dapat makan diit BN dan Klien hasil evaluasi klien klien sudah dapat
makan diit BN dan Klien menghabiskan diit
makan habis ½ porsi, Klien sudah mampu Prosiding. Medan: Fakultas Keperawatan USU.
miring kanan miring kiri
Saran
1. Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan http://www.primarytraumacare.org/
meningkatkan kinerja perawat dan tenaga ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/04,24,2008
medis sehingga dapat meningkatkan asuhan
keperawatan terhadap pasien khususnya http://www.gubukberita.com/2011/12/trauma-tumpul-
pasien dengan trauma abdomen post abdomen.html
laparotomi atas indikasi interna bleeding

2. Tenaga kesehatan khususnya perawat http://id.scribd.com/doc/57662825/Tehnik-Tehnik-


diharapkan melanjutkan asuhan keperawatan Analgesia-Post-Operasi
yang sudah dikelola oleh penulis sehingga
tercapai kesembuhan pasien. Kwekkeboom, Kristine L; Elfa Gretarsdottir2006.
Journal of Nursing Scholarship Systematic Review
3. Klien dan keluarga disaranakan menambah of Relaxation Interventions for Pain
pengetahuan dan perawatan tentang trauma
abdomen post laparotomi . 38. 3 (Third Quarter 2006): 269-77
4. Institusi pendidikan diharapkan lebih
menyediakan fasilitas dan tenaga pengajar Merlyn E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan
yang berkualitas dan memunculkan inovasi- keperawatan : Pedoman Untuk perencanaan dan
inovasi baru yang dapat mendukung pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3
terciptanya perawat yang berkualitas dan penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
profesional.
McCaffrey, M., & Beebe, A. (1989). Pain : Clinical
. manual for nursing practice. St. Louis, MO: Mosby.
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeon Committee of McCaffery, M., & Pasero, C. (1999). Pain : Clinical
Trauma,2004.Advanced Trauma Life Support manual for nursing practice (2nd ed.). St. Louis, MO:
Seventh Edition.Indonesia: Ikabi Mosby

Doenges E. Marilyn. Et All. 2000. Nursing Care Mustawan, Zulaik. (2008). Hubungan Penggunaan
Plans, Edition 2, Company Philadephia. Mekanisme Koping Dengan Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur di
Unit Orthopedi RSU Islam Kustati Surakarta.
Dudy.D. N. 2009. Factors that influence the Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran
incidence of methicillin- resistant Universitas Muhammadiyah Surakarta.
staphylococcus aureus – MRSA on surgical
wound infection in surgery ward of Dr.
Kariadi.thesis.Semarang Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Eisenberg, D.M., Davis, R.B., Ettner, S.L., Appel, S., dan Praktik (Edisi 4 Volume 2). Jakarta:
Wilkey, S., Van Rompay, M., et al. (1998). EGC.
Trends in alternative medicine use in the
United States, 1990-1997. JAMA, 280, 1569- Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-
1575 Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3.
EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah.
Binarupa Aksara : Jakarta Sjamsuhidayat,2010. Buku Ajarilmu Bedah. Jakarta.
EGC.
Harahap. I. A. (2011). Perilaku Nyeri, Fenomena
Harian Yang Dihadapi Perawat, What We Can Do?.
. The Author 2007. Published by Oxford University
Dalam Evidance Based Da;am Praktik Pelayanan Press. All rights reserved. For Permissions, please
Keperawatan. 48
email: journals.permissions@oxfordjournals.org
Thoifatul Barokah* : Mahasiswa
Keperawatan Ners FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post
1 Kartasura.
Nanang Sri Mujiono** : kepala ICU RS.PKU
Muhammadiyah Surakarta

Ari Setyajati**: Kepala ICU RSUD.DR.Moewardi


Surakarta

Anda mungkin juga menyukai